• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PROSA FIKSI & DRAMA TENTANG “FIKSI”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PROSA FIKSI & DRAMA TENTANG “FIKSI”"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

BAB I  PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertengahan abad ke-18, science fiction atau fiksi ilmiah muncul ke permukaan. Ketika itu belum dikenal definisi fiksi secara universal layaknya saat ini. Melainkan hanya sebuah genre fiksi yang berhubungan dengan inovasi khayalan dalam ilmu pengetahuan atau teknologi. Biasanya berbentuk dalam manajemen futuristik, yang kesemuanya dibingkai dalam ide-ide sastra.

Sebagian besar science fiction didasarkan pada tulisan rasional tentang kemungkinan alternatif. Seperti orang naik ke bulan, terciptanya robot, alat pengulang waktu dan sebagainya. Science fiction memang sebuah imajinasi, tapi bukan fantasi. Fantasi mustahil terjadi. Sedangkan Science fiction mungkin akan kejadiannya. Kemungkinan tersebut dikaitkan dengan logika dan perkembangan dunia. Meskipun beberapa elemen dalam sebuah cerita tersebut masih spekulasi imajinatif murni.

Beberapa tokoh yang dikenal sebagai pelopor awal terbentuknya fiksi ilmiah, seperti Hugo Gernsback dengan “Ralph 124C 41+”, atau Edgar Allan Poe dengan “Conversation of Eiros and Charmion”, Jules Verne dengan “From the Earth to the Moon”, H. G. Wells dengan “The Time Machine”, serta beberapa lainnya yang dianggap sebagai pencetus lahirnya fiksi ilmiah dari abad ke-18 hingga ke-20 masehi.

Jika kita mengkaji ulang beberapa abad sebelum mereka, kita akan menemukan karya fiksi ilmiah berjudul “Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah” oleh Ibnu Al Nafis yang muncul pada abad ke-13. Dari sanalah sebenarnya fiksi ilmiah bermula, jauh sebelum golongan barat mengetahuinya. Novel tersebut juga dikenal sebagai Risalah Ibn Fadil Natiq yang kemudian diterjemahkan menjadi Theologus Autodidactus.

Ibnu Al Nafis merupakan seorang polymath islam. Nama lengkapnya Ala’uddin Abul Hassan Ali bin Abi Hazm Al Quraish Al Dimashqi. Selain dikenal sebagai ahli anatomi, ahli hukum, hafiz, sarjana hadis, filsuf Islam, novelis, psikolog , ilmuwan, astronom, dan sejarawan. Beliau juga dikenal sebagai dokter pertama yang menggambarkan sirkulasi paru-paru dan dianggap sebagai bapak fisiologi sirkulasi. Beliau merupakan orang pertama yang diketahui telah mendokumentasikan sirkuit paru-paru secara besar-besaran. Karya-karyanya tak tercatat sampai akhirnya ditemukan di Berlin pada tahun 1924.

Karyanya Ar Risalah Al Kamiliyyah fil Siera An Nabawiyyah atau Theologus Autodidactus ini merupakan contoh awal dari sebuah cerita fiksi ilmiah yang berkaitan dengan berbagai unsur science fiction seperti generasi spontan, futurologi, akhir dunia, hari kiamat, hari kebangkitan, dan akhirat. Ibn Nafis menjelaskan akan kejadian ini menggunakan pengetahuan ilmiah biologi, kosmologi astronomi dan geologi yang dikenal di zamannya. Tujuan utama dari karya fiksi ilmiah beliau adalah untuk menjelaskan ajaran agama Islam dalam hal sains dan filsafat. Dimana pada masa itu, budaya Arab jauh lebih maju dari Eropa bagian Barat.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Fiksi.

Fiksi adalah sebuah narasi yang sebagian atau seluruhnya berkaitan dengan peristiwa yang tidak faktual melainkan imajiner dan diciptakan oleh seseorang berdasarkan imajinasinya. Baik itu berbentuk tontonan, pendengaran ataupun tulisan. Secara kasar bahasa, fiksi bermakna sebuah tipuan.

Karya fiksi mengambil langkah dalam bentuk cerita, untuk menyampaikan poin, perspektif pengarang, atau hanya sekedar untuk menghibur. Pada dasarnya karya jenis ini tidak butuh pada fakta, logika atau kisah nyata. Apa dan bagaimana isinya, semua tergantung pada sang pengarangnya. Fiksi merupakan sesuatu yang timbul dari dunia khayalan. Malah sebaliknya, ketika fiksi telah berdasarkan fakta secara keseluruhan, maka tak lagi berbentuk fiksi, melainkan sebuah sejarah.

Memang ada beberapa karya fiksi yang berdasarkan pada kisah nyata (base on true story), namun ketika ia telah dirangkai dan dibumbuhi imajinasi, ketika itu pula jenisnya berganti menjadi fiksi. Ia tak lagi disebut sebagai sejarah atau sebuah fakta. Ibarat pepatah, karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Sejarah akan tetap berbentuk sejarah, manakala nama, tempat dan tanggal tak berubah sedikitpun.

Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.

Ada 2 macam fiksi :

1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi 2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah  Sifat fiksi

 Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan

 Semua tokoh, setting dan pokok persoalan adalah realitas imajinatif bukan obyektif.

 Kebenaran yang terjadi di dalam fiksi adalah bukan kebenaran obyektif melainkan kebenaran logis yaitu kebenaran yang ada dalam penalaran.

 Manusia-manusia yang hidup dalam kenyataan sehari-hari yang terlibat dalam seluruh aspek kehidupan penokohan fiksi mampu mempengaruhi & membentuk sifat dan sikap pembaca, pendengar, pemirsa.

 Kebenaran logis fiksi menyebabkan setiap fiksi selalu multi interpretable, artinya setiap pembaca, pendengar, pemirsa mempunyai tafsiran.

Unsur Intrinksik Fiksi :

1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.

Dalam alur hubungan tokoh bisa rapat yaitu memusat pada satu tokoh; atau renggang yaitu tokoh berjalan masing2.

Proses alur bisa maju; mundur; atau maju mundur.

Penyelesaian Alur ada alur klimaks dan ada alur anti klimaks. 4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi : – setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung

– setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.

5. Penokohan / Pewatakan :

tokoh digambarkan sebagai tokoh utama (protagonis), tokoh yang bertentangan (antagonis), maupun tokoh pembantu –

Penghadiran tokoh bisa langsung dengan cara melakukan deskripsi, melukiskan pribadi tokoh; atau tidak langsung dengan cara dialog antar tokoh.

Bidang-bidang tokoh harus digambarkan :

– Bidang tampak : gesture, mimik, pakaian, milik pribadi, dsb

– Bidang yang tidak tampak : motif berupa dorongan / keinginan, psikis berupa perubahan kejiwaan, perasaan, dan religiusitas.

6. Sudut pandang : yang mendasari tema dan tujuan penulisan Sudut Pandang

Sudut Pandang merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Sudut Pandang dibedakan menjadi dua jenis, yakni :  Sudut pandang orang pertama

Sebuah cerita disampaikan oleh seorang tokoh dalam cerita maka cerita disampaikan oleh aku/saya.

jika si tokoh tersebut adalah tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama protagonis

jika si tokoh tersebut adalah bukan tokoh utama, maka sudut pandangnya adalah orang pertama pengamat (observer).

 Sudut pandang orang ketiga

Cerita disampaikan bukan oleh tokoh yang ada dalam cerita, tetapi oleh penulis yang berada di luar cerita. Tokoh cerita disebut sebagai dia/ia.jika narator cerita menyampaikan pemikiran tokoh, maka sudut pandang cerita adalah third person omniscient/all knowing narrator (orang ketiga yang tahu segalanya).

Penghadiran bisa dengan :

– gaya orang pertama —> penulis terlibat sebagai salah satu tokoh

– gaya orang ketiga —> penulis serba tahu apa yang terjadi tetapi tidak terlibat di dalam cerita. 7. Suasana : yang mendasari suasana cerita adalah penokohan karena perbedaan karakter

sehingga menimbulkan konflik. Dengan konflik pengarang berhadapan dengan suasana menyedihkan, mengharukan, menantang, menyenangkan, atau memberi inspirasi.[2]

B. Pengertian kalimat pembuka dalam fiksi

Karya Fiksi ibarat hidangan dalam sebuah jamuan pesta yang disajikan berurutan. Apabila Anda menghidangkan makanan pembuka yang tidak enak, maka bisa dipastikan para undangan akan kehilangan selera makannya. Kalau sudah begitu, mereka akan merasa enggan untuk melanjutkan ke menu utama.

Kalimat pembuka adalah kunci yang penting dalam mendaptakan hati pembaca untuk melanjutkan membaca sampai selesai. Jika dalam hal ini gagal, kemungkinan besar tulisan akan digeletakkan. Atau, bila dalam sebuah kompetisi atau dikirim ke media, bisa jadi sudah dibuang oleh redaktur.

Macam macam pembukaan cerita dalam fiksi

1. Pembukaan dengan Pertanyaan ke Pembaca

Contoh:

Apakah mungkin di kehidupan selanjutnya, aku bertemu denganmu?

Octa menggosok-gosokkan tangan. Angin lembah telah berputar-putar menghilang naik keatas. Ia melirik pada tim pendakian yang sedang terlelap di tenda, memutari api unggun. Sejenak ia berpikir untuk membuat kopi, sekedar menghilangkan tusukan jarum oleh embun pada dadanya.

2. Pembukaan dengan Kutipan

Contoh:

When words are both true and kind They can change the world

 

-Buddha-Zahra menatap nanar pada rumput meninggi di depannya. Air mata kembali bersumber pada hatinya. Rasa itu kembali ada. Rasa benci pada seseorang yang telah menghabisi suaminya. Ia berjalan pelan ke arah gundukan itu. Tanah di atasnya kering. Tak tampak taburan kenanga, mawar, dan kantil. Semuanya diam. Semuanya sepi.

3. Pembukaan dengan Onomatopoeia

Onomatopoeia adalah tulisan yang menirukan suara. Seperti suara kucing meong, suaraanjing guk…guk…

Contoh:

4. Pembukaan dengan Dialog

Contoh:

“Kamu mencintaiku?” Keyzia menenggelamkan kepala pada dada bidang Arjuna. “Menurutmu kenapa aku belain kamu mati-matian di depan orangtuaku?”

“Aku cuma takut kamu pergi.”

5. Pembukaan dengan Penggambaran Setting atau Tokoh

Contoh:

Menning mempunyai segala kesempurnaan yang dimiliki oleh wanita. Rambut panjang lebat. Mata merona berbingkai bulu mata lentik. Tubuh jangkung dengan ukuran 175 sentimeter, berbalut kulit selembut sutra dan secerah susu.

6. Pembukaan dengan Teka-teki/Humor

Contoh:

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin Hari esok harus lebih baik dari hari ini Yang jadi pertanyaan

Hari ini hari apa yaa?

Teman-teman Chacha melongo. Mereka menatap cewek berambut bob itu melenggang menuju tempat duduknya. Mereka saling berpandangan. “Dia barusan ngomong apa, sih?” Ragil mengangguk-angguk mengiyakan. “Iya. Kalau cuma bertanya hari ini hari apa kok muter-muter dulu.” Ia meninggalkan teman-temannya ke kantin sambil garuk-garuk kepala.

7. Pembukaan dengan Pengalaman Seseorang

Contoh:

Mendaki gunung adalah makananku sehari-hari. Di kakinya aku merasa seperti seekor semut. Kecil, hina, dan rapuh. Tubuh wangi karena sabun dan tangan licin karena pelembab akan berubah lecet-lecet ketika mencoba melangkah sejengkal demi sejengkal untuk sampai ke puncak. Tidur di tenda, di sekeliling rerumputan dan tanaman merambat seperti sebuah bedcover bagi para borjouis.

8. Pembukaan dengan Fakta

Contoh:

9. Pembukaan dengan Pernyataan Perasaan

Contoh:

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.

Ada 2 macam fiksi :

1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi 2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah. *Unsur Intrinksik Fiksi :

1. Tema : merupakan pokok persoalan yang menjiwai seluruh cerita. Tema diangkat dari konflik kehidupan.

2. Plot : dasar cerita; pengembangan cerita. 3. Alur : rangkaian cerita

4. Setting : tempat terjadinya cerita, terbagi menjadi :

a. setting geografis —-> tempat di mana kejadian berlangsung

b. setting antropologis —-> kejadian berkaitan dengan situasi masyarakat, kejiwaan pola pikir, adat-istiadat.

5. Penokohan / Pewatakan :

REFERENSI https://ceritamini.wordpress.com/panduan-tugas/logika-cerita/

https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/ https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-m s-enulikarya-fiksi/

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah-dan-non-ilmiah-2/

https://octacintabuku.wordpress.com/2014/08/07/cara-cara-menulis-pembukaan-pada-karya-fiksi https://permanas.wordpress.com/2008/12/12/teknik-menulis-karya-fiksi/

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan materil dari berbagai pihak, akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.

Penyusun menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.

MAKALAH PROSA FIKSI & DRAMA TENTANG “FIKSI”

Disusun Oleh :

Darani Uyun Sugandi

Sri Hertati Simamora

Juwita

May Malini Nasution

Tri Subandi

Dosen Pembimbing : Nazrul Fauzi Sinaga

, S.Pd

Tahun Akademik 2017/2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

BAB I PENDAHULUAN... ii

A. LATAR BELAKANG... 1

BAB II PEMBAHASAN... 2

A. Fiksi... 2

B. Pengertian Kalimat pembuka dalam fiksi... 4

BAB III PENUTUP... 7

A. Kesimpulan... 7

Referensi

Dokumen terkait

Menari dalam upacara adat tidak hanya dianggap sebagai bagian dari kebiasaan atau adat yang telah berlaku secara turun temurun dalam masyarakat Karo, namun

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berbagai metode dengan kegiatan yang bervariasi dapat meningkatkan kemampuan keaksaraan pada anak didik kelompok B

Jika terjadi keterlambatan, maka pembayaran akan dikembalikan dan acara dibatalkan secara sepihak oleh pihak Azila Villa, dipotong biaya administrasi dan sewa gedung (dihitung

Dan karena terdapat pertentangan satu sama lain pada beberapa kriteria yang juga merupakan fungsi tujuan, maka diperlukan adanya pertukaran (trade off) yang dilakukan

Bukalah dokumen “Tugas Modul 1” yang ingin kita sisipkan text box, lalu letakkan kursor pada bagian bawah paragraf 1. Kemudian Klik tab menu Insert, klik ikon menu Text Box

Masalah, meminta Saran, membuat keputusan manajer menyajikan. Keputusan sementara Yg

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © M IFANS HUDANAGARA 2016 Universitas

Pak Parji, selaku Kepala Personalia Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, dan Bu Sapti, selaku Kepala Bank Darah Rumah Sakit di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, penulis