• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM DOMBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM DOMBA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM BIOLOGI

“DOMBA”

Oleh:

Kelas: F

Kelompok: 8

Junjun Permana Sulaeman

200110120342

Sinta Novita

200110120343

Mohd Jaihaqi Aldiya

200110120344

Bangkit A. Rachman

200110120345

Satriviera Indirani

200110120346

Sendy Pratiwi

200110120347

Aldi Alif Moch R.

200110120348

(2)

SUMEDANG

2012

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Domba adalah salah satu jenis ternak yang telah lama dikenal oleh masyarakat. Pada umumnya, domba dipelihara untuk diambil dagingnya.Pemeliharaan domba banyak dilakukan di daerah pedesaaan, dengan cara tradisional. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, tata laksana pemeliharaan domba yang lebih intensif menyebabkan adanya peningkatan bobot badan.Dalam pemeliharaan, untuk meningkatkan produksi dan kualitas daging, dilakukan usaha penggemukan, yaitu persiapan perkandangan, pembibitan, pemberian pakan, teknik pemeliharaan, pengendalian penyakit dan analisa usaha.

(3)

atau pihak tertentu yang melakukan eksploitasi tanpa batas maupun impor Ternak atau daging dari Negara lain.

1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui perkembangan domba di indonesia

2. Mengetahui organ sistem reproduksi jantan

3. Mengetahui organ sistem reproduksi betina

4. Mengetahui alat sistem pernafasan pada domba

5. Mengetahui sistem pencernaan ruminansia

1.3 Waktu dan Tempat

Hari/tanggal : Selasa, 6 November 2012

Pukul

: 15.30 – 17.30

Tempat : Laboratorium Ternak Unggas

(4)

II

TINJAUAN PUSTAKA

Domba adalah mamalia yang termasuk pertama kali dijinakkan dan dijadikan sebagai hewan ternakan oleh manusia. Literatur mnyebutkan bahwa mula diternakkan pertama kali sektar 9000 – 11000 tahun yang lalu di Mesopotamia (Ononim , 2009)

Domba yang kita kenal sekarang merupakan hasil dometikasi manusia yang sejarahnya diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon (Ovis musimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil, Argali (Ovis amon) berasal dari Asia Tenggara, Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia. Domba seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:

1.Domba Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia

2.Domba Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.

3.Domba Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti Madura, Sulawesi dan Lombok.

4.Domba Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.

(5)

Tipe adalah bentuk tubuh serta bagian-bagiannya yang nampak dari luar yang memberi kesan tingkat kemampuan menghasilkan sesuatu dari ternak itu. Dari semua bangasa domba didunia bisa digolongkan menjadi dua macam tipe yaitu tipe wol dan tipe pedaging (Purnomoadi,2003).

III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat

Pinset

Gunting

Bak preparat

Pisau

Plastik

3.2 Bahan

Setiap kelompok kerja akan mendapatkan 1 ekor domba

3.3 Prosedur Kerja

1.

Mengamati organ-organ bagian dalam pada domba

(6)

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

(7)

Gambar 2

(8)

Gambar 4

4.2 Pembahasan

1. Organ sisterm reproduksi jantan

1.

Testes merupakan organ kelamin jantan yang sangat penting

karena memiliki fungsi yaitu menghasilkan sel kelamin jantan

(sperma) dan hormon androgen, hal ini sesuai dengan pendapat

Partodihardjo (1980), yang menyatakan bahwa Fungsi testes ada 2

yaitu menghasilkan sel benih jantan atau spermatozoa dan hormon

- hormon jantan atau androgen.

(9)

penyimpanan sperma. Epididymis memiliki tiga bagian yaitu, caput

(kepala), corpus (badan) dan cauda (ekor).

3.

Vas deferens merupakan organ reproduksi yang menghubungkan

epididymis dengan uretra, sehingga sel sperma yang sudah matang

dapat diteruskan ke uretra. Tekstur vas deferens terasa padat.

4.

Uretra merupakan organ reproduksi, yang berfungsi untuk jalannya

semen menuju penis, dan sebagai jalannya urine.

5.

Penis merupakan organ kopulasi, yang berfungsi untuk

menyemprotkan semen dan urine.

2. Sistem reproduksi betina

1.

Ovarium berfungsi sebagai penghasil sel telur dan mensekresikan

hormone-hormon endokrin.

2.

Oviduk terdiri dari infundibulum, ampula, dan istmus. Pada ujung

cranial berbentuk corong disebut infundubulum tubae uterine.

Terdapat fimbria seperti rambut-rembut yang berfungsi sebagi

penangkap folikel. Di Infundibulum juga terdapat lubang pada

bagian cranial disebut ostium abdominal tubae, sedangkan pada

bagian caudal disebut ostium uterinum tubae.

3.

Uterus merupakan struktur saluran muskuler yang diperlukan untuk

menerima ovum yang telah dibuahi dan perkembangan zigot.

Uterus digantung oleh ligamentum yaitu mesometrium yaitu saluran

yang bertaut pada dinding ruang abdomen dan ruang pelvis.

(10)

5.

Vagina adalah organ reproduksi hewan betina yang terletak di

dalam pelvis di antara uterus dan vulva.

6.

Vulva merupakan alat reproduksi hewan betina bagian luar. Vulva

terdiri dari dua bagian. Bagian luar disebut labia mayora dan bagian

dalamnya disebut labia minora. Labia minora homolog dengan

preputium pada hewan jantan sedangkan labia mayora homolog

dengan skrotum pada hewan jantan.

3. Alat sistem pernafasan pada domba

Sistem pernafasan pada domba ada 6 macam yaitu:

1. Nostril (nares) : Untuk lewatnya udara, terdapat pada moncong. 2. Rongga hidung : Bagian dalam diselimuti oleh mukosa dan terdapat

reseptor-reseptor dari syaraf olfactorius yang peka terhadap gas-gas yang masuk.

3. Sinus : Merupakan rongga yang berisi udara dari tulang tulang cranial tertentu menuju ke rongga hidung.

4. Pharinks : saluran yang memisahkan antara udara yang masuk ke larinks dan makanan yang masuk ke oesophagus.

5. Larinks (kotak suara) : Merupakan saluran yang terdapat klep dan terdiri dari urat daging dan tulang rawan, berfungsi mengatur banyaknya udara yang masuk (ekspirasi) dan keluar ( inspirasi) dari dan ke paru-paru.

6. Trachea : Pada dindingnya terdapat cin-cin tulang rawan yang menyebabkan trachea selalu terbuka rongganya.

4. Sistem pencernaan ruminansia

(11)

ditelan. Di rumen terjadi pencernaan secara fermentatif oleh enzim yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar disebut bolus. Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut (Regurgitasi) untuk dimamah kedua kali (Remastikasi). Dari mulut, makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum (Redeglutisi) dan akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan enzimatis. Setelah itu dilanjutkan ke duodenum, jejenum, illeum, caecum, colon, rectum, dan berakhir di anus.

V

(12)

DAFTAR PUSTAKA

1. .Campbell, Neil A. Reece, Jane B. Mitchell, Lawrence G. 2003. Biologi/Edisi kelima/jilid2. Jakarta: Erlangga

2. .Campbell, Neil A. Reece, Jane B. Mitchell, Lawrence G. 2004. Biologi/Edisi kelima/jilid3. Jakarta: Erlangga

3. .Yatim, Wildan. 1996. Biologi

.

Bandung: Tarsito

4.

2008, domba, http://

www.scribd.com

Referensi

Dokumen terkait

Solok dalam pola pemeliharaan ternak masih bersifat tradisional dan belum mengenal cara teknologi formulasi ransum maupun manajemen pemeliharaannya, sebab sapi potong

Sedangkan untuk pekon yang mempunyai kebutuhan paling rendah berada di Pekon Tegal Binagun dari 20 tahun pekon tersebut hanya membutuhkan 3 sarana saja, hal

Sehubungan dengan masih lemahnya pemasaran pada Desa Banding, Rajabasa, yang disebabkan oleh masih minimnya kemampuan pemasaran para Petambak bibit ikan laut

Di sisi lain, tingkat kesadaran dan pengetahuan yang masih rendah terhadap bahaya aflatoksin, baik di tingkat petani, penebas, pedagang dan prosesor, juga memperbesar

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuhnya pada kondisi lingkungan yang rendah kadar oksigen dan rentan akan serangan pada tubuhnya, maka ikan lele dilengkapi dengan jumlah sel

Karena potensi umbi iles-iles yang cukup besar dan pengetahuan tentang pengolahan umbi iles-iles di Indonesia yang masih rendah, sehingga perlu diadakan penelitian

Dalam hal ini, posisi tawar (bargaining position) peternak masih rendah akibat akses pemasaran terbatas hanya pada pedagang pengumpul, selain itu akibat kurang- nya informasi

Sebagian besar industri manufaktur Indonesia masih menggunakan teknologi rendah dan dikelola secara tradisional sehingga eksternalitas berupa limpahan pengetahuan dari klien