• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan I SP A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Keperawatan I SP A"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP ISPA (

INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT )

septiawanputratanjung.blogspot.co.id/2015/10/laporan-pendahuluan-dan-askep-ispa.html

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Defenisi

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan

menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450)

Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah infeksi akut yang terjadi pada saluran napas termasuk adneksanya. Akut adalah berlangsung sampai 14 hari, Adneksa yaitu sinus,rongga telinga dan pleura

2 Etiologi

a. Virus :

§ ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus

§ ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus

b. Bakteri Utama : Streptococus,pneumonia,haemophilus influenza,Staphylococcus aureus

c. Pada neonatus dan bayi muda : : Chlamidia trachomati

d. Pada Anak Sekolah : : Mycoplasma pneumonia

3 Manifestasi Klinis. a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

· Batuk

· Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis)

· Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.

· Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37oC

b. Gejala dari ISPA Sedang

(2)

§ Pernafasan cepat (fast breating) sesuai umur yaitu : untuk kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dan kelompok umur 2 bulan - <5 tahun : frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan – <5 tahun.

§ Suhu lebih dari 390C (diukur dengan termometer)

§ Tenggorokan berwarna merah

§ Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak .

§ Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

§ Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur

c. Gejala dari ISPA Berat

Seseorang dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejal-gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :

§ Bibir atau kulit membiru

§ Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

§ Pernafasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

§ Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernafas .

§ Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

§ Tenggorokan berwarna merah

4 Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe,

1974).Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk

(Kending and Chernick, 1983).Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri.Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus

influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat

menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell, 1980).

(3)

Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya.

Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah.Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar, 1994).

Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.Timbul gejala demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia.

5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).

6 Penatalaksanaan

a. Suportif : Meningkatkan daya tahan tubuh berupa Nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin dll..

b. Antibiotik :

idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab

B. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS CA PARU

1. Pengkajian

a. Identitas Kliaen

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku,pekerjaan, status perkawinan tanggal mrs, pengkajian, penanggung jawab, No. regester, diagnosa masuk, alamat

b. Riwayat kesehatan a. Keluhan utama

Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit tenggorokan

b. Riwayat penyakit sekarang

Dua hari sebelumnya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang d. Riwayat penyakit keluarga

Menurut pengakuan klien,anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien tersebut

c. Tanda tanda fisik

(4)

2. Diagnosa

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

b. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

3. intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC 1 Bersihan jalan nafas

napastidak efektif b/dpenurunan ekspansi paru.

Respiratory status : Ventilation

· Respiratory status : Airway patency

· Aspiration Control kriteria hasil :

· Mendemonstrasika batuk efektif dan

suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis dan dyspneu · Menunjukkan jalan nafas yang paten

· Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor

yang penyebab. · Saturasi O2 dalam batas normal

Pastikan kebutuhan oral / trachealsuctioning. · Berikan O2

· Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam · Posisikan pasien untuk memaksimalkanVentilasi

· Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

· Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan · Monitor status

hemodinamik

· Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab · Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. · Monitor respirasi dan status O2

· Pertahankan hidrasi yang adekuat

(5)

2 Hipertermi berhubungan

Suhu tubuh dalam batas normal dengan kreiteria dan tidak ada pusing,

NIC :

§ Monitor suhu sesering mungkin

§ Monitor warna dan suhu kulit § Monitor tekanan darah, nadi dan RR

§ Monitor penurunan tingkat kesadaran

§ Monitor WBC, Hb, dan Hct § Monitor intake dan output § Berikan anti piretik: § Selimuti pasien

§ Berikan cairan intravena § Kompres pasien pada lipat paha dan

aksila

§ Tingkatkan sirkulasi udara § Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

§ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

§ Catat adanya fluktuasi tekanan

darah

§ Monitor hidrasi seperti turgor kulit, food and Fluid Intake · Weight Control gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi BB dan gula darah

· Monitor turgor kulit

· Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb dan kadar Ht Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat nutrisi · Anjurkan banyak minum · Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, seringkali perlu untuk memperluasnya ke seluruh sumbu

kemana ia akan pergi sesudah meninggal dan agamalah satu-satu- nya bagian kebudayaan yang mampu menjelaskan arah dan tujuan hidup manusia, karena itulah agama dikatakan sebagai

Nilai loncat latu latu dan kurva tegangan terhadap waktu untuk pengenal tegangan/tegangan pengenal/voltage ratings lainnya dengan desain yang sama seperti yang ditentukan

0akanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan giBi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian dengan pendekatan partisipatif dan kolaboratif dalam penerapan seni mural sebagai sarana memperindah visual lingkungan

Berdasarkan pemaparan data dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran fisika topik optika geometri yang dikembangkan dengan berorientasi pada

Pasak bumi dapat meningkatkan kualitas seksual pada tikus jantan melalui penurunan hesitation time (indikator waktu ketertarikan seksual) secara signifikan dibandingkan kontrol.14

Berdasarkan hasil perhitungan T, dengan nilai T &gt; 1, maka pola distribusi untuk gerakan massa (mass movement) tipe longsoran rotasional berlipat pada