• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUKUM KEPAILITAN UU NO 37 TAHUN 2004 TEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUKUM KEPAILITAN UU NO 37 TAHUN 2004 TEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUKUM KEPAILITAN

UU NO 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

Maksud & tujuan UUK-PKPU:

1.Untuk melindungi kepentingan Kreditur yakni pelunasan kewajiban oleh Debitur (Termohon Pailit).

2. Untuk menghindari perebutan harta Debitur (Termohon Pailit) apabila dalam waktu yang sama ada beberapa Kreditur yang menagih piutangnya dari Debitur;

3.Untuk menghindari adanya Kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik Debitur tanpa memperhtikan kepentingan Debitur atau para Kreditur lainnya;

4.Untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah satu kreditur atau oleh Debitur itu sendiri.

Prinsip dasar penyelesaian utang dalam UUK-PKPU

Guna menghindari ketidakadilan, timbul lembaga kepailitan yang mengatur tata cara yang adil mengenai pembayaran tagihan-tagihan para kreditur melalui UUK-PKPU yang merupakan penjabaran dari Pasal 1131 jo. 1132 KUHPerdata:

• Pasal 1131 KUHPerdata: Semua harta menjadi jaminan pembayaran utang. Prinsip Paritas Creditorium: Mengandung makna semua kekayaan debitur baik yang bergerak maupun tidak bergerak baik yang ada sekarang maupun yang akan ada dikemudian hari terikat kepada penyelesaian kewajiban debitur.

• Pasal 1132 KUHPerdata: Pada dasarnya pembagian kekayaan debitur harus dilakukan secara pari passu pro rata parte, kecuali ada hak yang didahulukan.

Prinsip Pari Passu Pro Rata Parte: bahwa harta kekayaan tersebut merupakan jaminan bersama untuk para kreditur dan hasilnya harus dibagikan secara proporsional diantara mereka kecuali ada hak untuk didahulukan.

Prinsip Structured Creditors: Prinsip yang mengklasifikasikan dan mengelompokkan berbagai macam kreditur sesuai dengan kelasnya masing-masing, yaitu:

1. Kreditur Preferen: kreditur yang oleh undang-undang diberikan Hak Istimewa sehingga tingkatannya lebih tinggi dari kreditur lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya.

2. Kreditur Separatis: Hak yang diberikan hukum kepada kreditur pemegang hak jaminan. 3. Kreditur Konkuren: Kreditur yang tidak termasuk golongan khusus atau istimewa.

Syarat- syarat pailit

Pengadilan Niaga berwenang menyatakan debitur pailit pasal 2 ayat 1 UUKPKPU terpenuhi yaitu:

1. Debitur mempunyai 2 kreditur atau lebih

2. Debitur tidak membayar sedikitnya 1 utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

(2)

UUKPKPU sebagai syarat lain agar dapat dinyatakan Pailit, yaitu: " harus dapat dibuktikan secara sederhana syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UUKPKPU"

Kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu: 1. Karena telah diperjanjikan

2. Percepatan waktu penagihan 3. Pengenaan sanksi atau denda

4. Karena putusan pengadilan, arbitrase

PEMOHON PAILIT

Dalam kepailitan, Pemohon Pailit dapat diajukan oleh beberapa pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 2

UUKPKPU yakni:

1.Debitur sendiri (Volunteer Bankruptcy); 2.Kreditur (Pasal 2 ayat 1);

3.Kejaksaan, untuk kepentingan umum (Pasal 2 ayat 3); 4.Bank Indonesia, jika debitur adalah Bank (Pasal 2 ayat 3);

5.Badan Pengawas Pasar Modal, jika debitur perusahaan efek, bursa efek, lembaga kliring & penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian (Pasal 2 ayat 4);

6.Menteri Keuangan, jika debitur perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun, atau BUMN bergerak untuk kepentigan umum (Pasal 2 ayat 5)

Penjelasan mengenai Pemohon pailit:

1. Debitur (voluntary Petition): Seorang debitur mengajukan permohonan pailit atas dirinya sendiri. Jika debitur masih terikat dalam pernikahan yang sah, permohonan hanya dapat diajukan atas persetujuan suami atau istri yang menjadi pasangannya (Pasal 4 ayat 1 UUK-PKPU). 2. Seorang Kreditur atau lebih (Involuntary Petition): Kreditur yang dapat mengajukan permohonan pailit terhadap debiturnya adalah kreditur separatis, kreditur preferen, kreditur konkuren.

3. Kejaksaan: Dapat diajukan oleh kejaksaan terhadap debitur demi kepentingan umum. Pengertian kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan Negara dan/atau kepentingan masyarakat luar, misalnya:

a. Debitur melarikan diri

b. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan;

c. Debitur mempunyai utang kepada BUMN atau badan usaha lain yang menghimpun dana dari masyarakat;

d. Debitur mempunyai utang yang berasal dari penghimpunan dana dari masyarakat luas;

e. Debitur tidak beritikad baik atau tidak kooperatif dalam menyelesaikan masalah utang piutang yang telah jatuh waktu; atau

f. Dalam hal lainnya yang menurut kejaksaan merupakan kepentingan umum. Berdasarkan Pasal 2 ayat (2) PP No. 17 tahun 2000 menyatakan bahwa kejaksaan dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit dengan alasan kepentingan umum, apabila: a. Debitur mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih; dan

b. Tidak ada pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit.

(3)

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004. Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dengan cara melaksanakan kebijakan moneter secara berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum pemerintah di bidang perekonomian.

5. Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam): Dalam hal debitur merupakan perusahaan efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, permohonan pailit hanya dapat diajukan oleh Bapepam sesuai dengan Pasal 2 ayat (4) UUK-PKPU.

6. Menteri Kuangan: Berdasarkan Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU, dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan re-asuransi, dana pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (5) UUK-PKPU yang dimaksud dengan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan public adalah badan usaha milik Negara yang seluruh modalnya dimiliki dan tidak terbagi atas saham. BUMN yang dimaksud yaitu BUMN yang berbentuk Perusahaan Umum (PERUM) yang seluruh modalnya dimiliki oleh negara dan tidak terbagi atas saham, misalnya Perum Percetakan Negara Indonesia, Perum Bulog.

Berdasarkan Pasal 6 ayat (3) UUK-PKPU, Panitera wajib menolak pendaftaran pemohonan pernyataan pailit bagi institusi sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) jika dilakukan tidak sesuai dengan dengan ketentuan dalam ayat-ayat tersebut.

Tata cara pengajuan permohonan pernyataan pailit

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 UUK-PKPU, permohonan pernyataan pailit dapat diajukan oleh pemohon-pemohon sebagai berikut: (a) Debitur Sendiri, (b) seorang atau lebih deditur, (c) kejaksaan, (d) Bank Indonesia, (e) Bapepeam, (f) menteri keuangan.

Dalam Kepailitan permohonan pernyataan pailit tidak dapat diajukan sendiri oleh debitur atau kreditur yang bersangkutan kecuali dalam hal permohonan diajukan oleh Kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam dan Menteri Kuangan. Berdasarkan Pasal 7 UUK-PKPU ayat (1) Permohonan sebagaimana dimaksud Pasal 6, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 43, Pasal 56, Pasal 57, Pasal 58, Pasal 68, Pasal 161, Pasal 171, Pasal 207, dan Pasal 212 harus diajukan oleh seorang Advokat.

Permohonan tersebut diatas harus diajukan oleh seorang advokat dalam hal: Pasal 6 :mengajukan permohonan pernyataan pailit kepada Ketua Pengadilan.

Pasal 10 :mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk:

a. meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruh kekayaan Debitor; atau b. menunjuk Kurator sementara untuk mengawasi:

1) pengelolaan usaha Debitor; dan

2) pembayaran kepada Kreditor, pengalihan, atau pengagunan kekayaan Debitor yang dalam kepailitan merupakan wewenang Kurator.

Pasal 11 :Mengajukan permohonan kasasi ke Mahkamah Agung Pasal 12 :Menyampaikan memori kasasi

Pasal 43 :Memintakan pembatalan kepada Pengadilan perihal hibah yang dilakukan Debitur. Pasal 56 :Mengajukan penangguhan terhadap Hak eksekusi kreditur dan hak pihak ketiga. Pasal 57 & 58 :Mengajukan permohonan kepada Kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syarat penangguhan, dan apabila kurator menolak dapat mengajukan permohonan tersebut kepada Hakim Pengawas.

(4)

Pasal 161 :Mengajukan kasasi terhadap putusan pengadilan. Pasal 171 :Mengajukan tuntutan pembatalan perdamaian.

Pasal 207 :Mengajukan pemohonan kepailitan harta peninggalan.

Permohonan Pernyataan Pailit oleh Debitur Perseroan Terbatas Direksi dari suatu Perseroan Terbatas diberikan kewenangan oleh Undang-undang untuk melakukan pengurusan terhadap perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan. Namun Direksi tidak berwenang untuk mengajukan permohonan pailit atas perseroan sendiri kepada pengadilan niaga sebelum memperoleh persetujuan dari RUPS sebagaimana yang diamanatkan dalam Pasal 104 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Permohonan Sita Jaminan

Pasal 10 ayat (1) UUK-PKPU memberikan ketentuan yang memungkinkan kreditur atau Kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, Menteri Keuangan pemohon pernyataan pailit untuk mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk:

a. Meletakkan sita jaminan terhadap sebagian atau seluruhnya kekayaan debitur; atau b. Menunjuk Kurator sementara untuk:

(1) Mengawasi pengelolaan usaha debitur; dan

(2) Mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan persetujuan Kurator.

Berdasarkan penjelasan Pasal 10 UUK-PKPU, upaya pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini bersifat preventif dan sementara, dan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan bagi debitur melakukan tindakan terhadap kekayaannya sehingga dapat merugikan kepentingan kreditur dalam rangka pelunasan utangnya. Permohonan ini baru dapat dilaksanakan jika dikabulkan oleh Pengadilan Niaga.

Pengadilan Niaga dan Yurisdiksinya

Dengan diundangkannya UU No. 37 Tahun 2004 yang mulai berlaku pada tanggal 18 Oktober 2004, peraturan-peraturan mengenai kepailitan yang terdahulu dan sudah dirubah oleh UU ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pengadilan Niaga berada di lingkungan peradilan umum oleh karena itu tidak ada jabatan ketua pengadilan niaga, karena ketua pengadilan negeri yang bersangkutan juga membawahkan pengadilan niaga.

Perkara-perkara kepailitan menurut UUK-PKPU ditentukan jangka waktu pemeriksaannya di tingkat pengadilan niaga, di tingkat kasasi, maupun di tingkat peninjauan kembali. Tidak ada upaya banding terhadap putusan pengadilan niaga hal ini bertujuan agar perkara kepailitan akan berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pemeriksaan perkara biasa di pengadilan negeri. Putusan perkara permohonan pernyataan pailit akan efektif oleh karena menurut ketentuan UUK-PKPU putusan perkara permohonan pernyataan pailit tersebut bersifat serta-merta. Artinya, kurator dapat menjual harta pailit meskipun putusan pernyataan pailit tersebut masih diajukan upaya hukum.

Kewenangan Badan Arbitrase memeriksan Perkara Kepailitan

(5)

sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang ini, hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Niaga”. Maka tidak ada kemungkinan untuk mengajukan pernohonan pernyataan pailit selain kepada Pengadilan Niaga. Dengan demikian, badan arbitrase tidak berwenang memeriksa dan memutuskan permohonan pernyataan pailit.

Putusan Pailit Pengadilan Niaga

Undang-Undang Kepailitan bertujuan agar putusan pernyataan pailit dapat diputuskan secepat mungkin dan dalam eksekusi juga dapat dilakukan secpatnya. Sejalan dengan itu berdasarkan Pasal 8 ayat (4) UUK-PKPU bahwa “permohonan pailit harus dikabulkan apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) UU ini telah terpenuhi”.

Yang dimaksud dengan “fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana” adalah adanya fakta dua atau lebih kreditur dan fakta utang yang telah jatuh waktu dan tidak dibayar. Sedangkan perbedaan besarnya jumlah utang yang didalihkan oleh pemohon pailit dan termohon pailit tidak menghalangi dijatuhkannya putusan pernyataan pailit.

Sesuai dengan Pasal 8 ayat (7) UUK-PKPU bahwa putusan pengadilan niaga (putusan pengadilan tingkat pertama) diberi daya serta-merta atau uivoerbaar bij voorraad. Sekalipin putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap tetapi putusan itu telah seketika dapat dilaksanakan oleh curator meskipun terhadap putusan terebut diajukan suatu upaya hukum. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Kurator dalam pengurusan dan pemberesan kepailitan Berdasarkan Pasal 15 ayat (1) UUK-PKPU, dapat diketahui bahwa pengangkatan kurator adalah wewenang hakim Pengadilan Niaga. Pihak debitur, kreditur atau pihak yang berwenang sebagai pemohon pernyataan pailit (Kejaksaan, Bank Indonesia, Bapepam, Menteri Keuangan) hanya mempunyai hak untuk mengajukan usul pengangkatan kurator kepada Pengadilan Niaga. Kurator yang diangkat sebagaimana dimaksud diatas harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitor atau kreditor, dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari 3 (tiga) perkara. Apabila pihak debitur, kreditur, atau pihak yang berwenang tersebut tidak mengajukan usulan mengenai pengangkatan Kurator, maka secara otomatis

Balai Harta Peninggalan (BHP) diangkat sebagai kurator.

Tugas pokok kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 69 ayat (1) UUK-PKPU. Dalam melaksanakan tugasnya kurator: (a) tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor, meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan demikian dipersyaratkan; (b) dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan nilai harta pailit. Dalam melaksanakan tugasnya Kurator tidak diharuskan memperoleh persetujuan dan atau menyampaikan pemberitahuan terlebih dahulu kepada debitur atau salah satu organ debitur, ketentuan ini didasarkan pada Pasal 69 ayat (2) UUK-PKPU.

(6)

Kurator dalam menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip fiduciarie duty yang artinya tugas yang diembankan didasarkan oleh kepercayaan yang mengangkat Kurator tersebut yaitu pengadilan. Oleh karena itu, Pasal 72 UUK-PKPU mengatur bahwa kurator bertanggung jawab terhadap kesalahan atau kelalaiannya dalam melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan yang menyebabkan kerugian terhadap harta pailit. Hal ini merupakan pemicu supaya kurator mengerjakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan penuh kehati-hatian.

Dalam kaitannya dengan tanggung jawab kurator dalam melaksanakan tugasnya, Pasal 74 UUK-PKPU mengharuskan kurator menyampaikan laporan kepada Hakim Pengawas mengenai keadaan harta pailit dan pelaksanaan tugasnya setiap 3 bulan. Laporan dimaksud bersifat terbuka untuk umum, sehingga secara cuma-cuma dapat dilihat oleh setiap orang.

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)

Upaya yang dapat dilakukan oleh debitur untuk dapat menghindari kepailitan adalah dengan melakukan upaya yang disebut PKPU. Upaya tersebut hanya dapat diajukan oleh debitur sebelum putusan pernyataan pailit ditetapkan oleh pengadilan, karena berdasarkan Pasal 229 ayat (3) UUK-PKPU permohonan PKPU harus diputuskan terlebih dahulu apabila permohonan pernyataan pailit dan permohonan PKPU sedang diperiksa pada saat yang bersamaan. Dalam PKPU debitur masih dapat melakukan pengurusan dan kepemilikan atas harta kekayaannya asalkan hal tersebut disetujui oleh pengurus sesuai dengan Pasal 240 ayat (1) UUK-PKPU. Syarat bagi kreditur untuk dapat mengajukan PKPU, menurut Pasal 222 ayat (3) apabila kreditur yang memperkirakan bahwa debitur tidak dapat melanjutkan membayar utangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih. Berdasarkan isi Pasal 222 ayat (2) dan (3) terdapat perbedaan mengenai syarat dapat diajukannya PKPU oleh debitur dan oleh kreditur. Bagi debitur untuk dapat mengajukan PKPU bukan hanya setelah tidak dapat melanjutkan pembayaran utangnya, tetapi juga apabila debitur memperkirakan tidak dapat melanjutkan membayar utang-utangnya itu ketika nantinya utang-utangn itu jatuh waktu dan dapat ditagih. Sementara bagi kreditur menurut Pasal 222 ayat (3) hanya dapat mengajukan permohonan PKPU apabila secara nyata debitur tidak lagi membayar piutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih.

Syarat bagi debitur untuk dapat mengajukan PKPU ditentukan baik dalam Pasal 222 ayat (1) maupun dalam ayat (2). Sementara itu Pasal 222 ayat (3) mengatur mengenai syarat bagi kreditur untuk dapat mengajukan PKPU.

PKPU Sementara

Sebelum pengadilan niaga memutuskan untuk mengadakan pemberian PKPU tetap, baik debitur maupun kreditur dapat mengajukan untuk diberikan putusan PKPU sementara sesuai dengan Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUK-PKPU.

Merupakan kepentingan semua pihak agar pengadilan niaga secepatnya memberikan PKPU sementara agar segera terjadi keadaan diam (stay atau standstill) sehingga kesepakatan yang dicapai antara debitur dan para krediturnya tentang rencana perdamaian betul-betul efektif. Adapun batas waktu bagi pengadilan niaga untuk mengabulkan PKPU Sementara yaitu tiga hari sejak tanggal didaftarkannya surat permohonan tersebut. Dengan ketentuan Pasal 225 ayat (2) dan ayat (3) UUK-PKPU itu, berarti sepanjang debitur telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh Pasal 222 dan Pasal 224, pengadilan dengan sendirinya harus memberikan PKPU Sementara sebelum akhirnya pengadilan memberikan keputusan mengenai PKPU tetap, yaitu setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana mestinya.

(7)

dalam Pasal 226 ayat (1) diselenggarakan. Dari ketentuan Pasal 230 UUK-PKPU dapat disimpulkan bahwa jangka waktu PKPU Sementara berakhir karena hal-hal sebagai berikut: 1. Kreditur tidak menyetujui pemberian PKPU tetap, atau

2. Pada saat batas waktu perpanjangan PKPU telah sampai, ternyata antara debitur dan kreditur belum tercapai persetujuan rencana perdamaian.

Persetujuan Permohonan PKPU Tetap

Apabila PKPU tetap disetujui oleh para kreditur, maka penundaan yang diputuskan oleh pengadilan niaga tidak boleh melebihi 270 hari terhitung sejak putusan PKPU Sementara diucapkan. Menurut penjelasan Pasal 228 ayat (6) UUK-PKPU, yang berhak untuk menentukan apakah kepada debitur akan diberikan PKPU tetap adalah kreditur konkuren, sedangkan pengadilan hanya berwenang menetapkannya berdasarkan persetujuan kreditur konkuren. Berdasarkan Pasal 229 ayat (2) UUK-PKPU menentukan apabila timbul perselisihan antara pengurus dan para kreditur konkuren tentang hak suara kreditur, maka penyelesaian atas perselisihan itu harus diputus oleh hakim pengawas. Sejalan dengan ini, Pasal 229 ayat (1) UUK-PKPU menegaskan bahwa pada hakikatnya UUK-PKPU tetap diberikan oleh para kreditur dan bukan oleh pengadilan niaga. Dengan kata lain, PKPU tetap diberikan berdasarkan kesepakatan antara debitur dan para krediturnya mengenai rencana perdamaian yang diajukan oleh kreditur. Pengadilan niaga hanya memberikan putusan pengesahan atau konfirmasi saja atas kesepakatan antara debitur dan para kreditur konkuren tersebut. Menurut tujuan Pasal 229 tersebut, tidak dibenarkan bagi pengadilan niaga untuk mengeluarkan putusan yang tidak sesuai dengan kehendak atau kesepakatan debitur dan para krediturnya.

Kedudukan Kreditur Preferen dan Kreditur yang Diistimewakan

PKPU hanya berlaku bagi kreditur konkuren. Sebagaimana berdasarkan Pasal 244 mengatur mengenai kedudukan dari tagihan-tagihan kreditur yang dijamin dengan hak jaminan (gadai,fidusia, hak tanggungan,hipotek) dan tagihan-tagihan yang diistimewakan. Menurut Pasal 244 ayat (1), dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 246 UUK-PKPU, PKPU tidak berlaku terhadap:

a. Tagihan yang dijamin dengan gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotek atau hak agunan atas kebendaan lainnya;

b. Tagihan biaya pemeliharaan, pengawasan, atau pendidikan yang sudah harus dibayar dan hakim pengawas harus menentukan jumlah tagihan yang sudah ada dan belum dibayar sebelum penundaan kewajiban pembayaran utang yang bukan merupakan tagihan dengan hak untuk

diistimewakan; dan

c. Tagihan yang diistimewakan terhadap benda tertentu milik debitur maupun terhadap seluruh harta debitur yang tidak tercakup pada ayat (1) hurf b.

Alasan-alasan untuk Pengajuan Permohonan Pengakhiran PKPU

Berdasarkan Pasal 255 ayat (1) UUK-PKPU, permintaan hakim pengawas atau kreditur untuk mengakhiri PKPU atau apabila pengadilan niaga yang memprakarsai sendiri penghentian PKPU tersebut, hanya dapat dilakukan dalam hal:

a. Debitur selama waktu penundaan kewajiban pembayaran utang, bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya;

b. Debitur telah merugikan atau telah mencoba merugikan krediturnya;

(8)

d. Debitur lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh pengadilan pada saat atau setelah penundaan kewajiban pembayaran utang diberikan, atau lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang disyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta debitur.

e. Selama waktu PKPU keadaan harta debitur ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU atau

f. Keadaan debitur tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap kreditur pada waktunya.

Putusan PKPU Bersifat Final

Berdasarkan Pasal 235 ayat (1) UUK-PKPU menentukan bahwa terhadap putusan penundaan kewajiban pembayaran utang tidak dapat diajukan upaya hukum apapun. Menurut Pasal 235 ayat (2) putusan sebagaimana dimaksud ayat (1) tersebut harus diumumkan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226.

Perdamaian

UUK-PKPU mengenal dua macam perdamaian. Pertama, ialah perdamaian yang ditawarkan oleh debitor dalam rangka PKPU sebelum debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga. Kedua, adalah perdamaian yang ditawarkan oleh debitur kepada para krediturnya setelah debitur dinyatakan pailit oleh pengadilan niaga.

Berdasarkan Pasal 265 UUK-PKPU debitur berhak pada waktu mengajukan permohonan penundaan kewajiban pembayaran uang atau setelah itu menawarkan suatu perdamaian kepada kreditor, dengan mengajukan rencana perdamaian sesuai Pasal 266 ayat (1).

Dari ketentuan Pasal 224 ayat (4), Pasal 265 dan Pasal 266 UUK-PKPU dapat diketahui bahwa rencana perdamaian dalam rangla PKPU dapat diajukan pada saat-saat sebagai berikut:

1. Bersamaan dengan diajukannya permohonan PKPU (Pasal 265)

2. Sesudah permohonan PKPU diajukan (Pasal 265), namun rencana itu harus diajukan sebelum tanggal hari siding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226 UUK-PKPU

3. Setelah tanggal hari siding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 226 dengan tetap memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 ayat (4) UUK-PKPU, yaitu selama berlangsungnya PKPU sementara itu, yang tidak boleh melebihi 270 (dua ratus tujuh puluh) hari terhitung sejak PKPU sementara ditetapkan termasuk masa perpanjangannya.

(9)

Berdasarkan Pasal 281 ayat (1) UUK-PKPU, rencana dapat diterima apabila disetujui oleh: a. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur konkuren yang haknya diakui atau sementara diakui yang hadir pada rapat kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 268 termasuk kreditur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280, yang bersama-sama mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan yang diakui atau sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut, dan

b. Persetujuan lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur yang piutangnya dijamin dengan gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya yang hadir dan mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh tagihan dari kreditur tersebut atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut. Pasal 281 ayat (2) UUK-PKPU, menentukan bahwa kreditur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b yang tidak menyetujui rencana perdamaian diberikan kompensasi sebesar nilai terendah diantara nilai jaminan atau nilai actual pinjaman yang secara langsung dijamin dengan hak agunan atas kebendaan. Penjelasan Pasal 281 ayat (2) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “nilai jaminan” adalah nilai jaminan yang dapat dipilih diantara nilai jaminan yang telah ditentukan dalam dokumen jaminan atau nilai objek jaminan yang ditentukan oleh penilai yang ditunjuk oleh hakim pengawas.

Berlakunya Perdamaian yang Telah Disahkan

Perdamaian yang telah disahkan, menurut Pasal 162 UUK-PKPU berlaku bagi semua kreditur yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan, dengan tidak ada pengecualian, baik yang telah mengajukan diri dalam kepailitan maupun tidak. Bila perdamaian atau pengesahan perdamaian tersebut ditolak, menurut Pasal 163 UUK-PKPU debitur pailit tidak dapat lagi menawarkan perdamaian dalam kepailitan tersebut. Dengan kata lain, perdamaian yang ditawarkan bersifat final. Pasal 164 UUK-PKPU mentukan, putusan pengesahan perdamaian yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap merupakan alas hak yang dapat dijalankan terhadap debitur dan semua orang yang menanggung pelaksanaan perdamaian sehubungan dengan piutang yang telah diakui (guarantor), sejauh tidak dibantah oleh debitur pailit sesuai dengan Pasal 132 sebagaimana ternuat dalam berita acara rapat pencocokan piutang.

Restrukrurisasi Utang

Kesepakatan antara debitur dan para kreditur mengenai isi rencana perdamaian dapat mengambil berbagai bentuk restrukturisasi utang yaitu sebagai berikut:

1. Penjadwalan kembali pelunasan utang (rescheduling); termasuk pemberian masa tenggang (grace period) yang baru atau pemberian moratorium kepada debitur.

2. Persyaratan kembali perjanjian utang (reconditioning). 3. Pengurangan jumlah utang pokok (haircut).

4. Pengurangan atau pembebasan jumlah bunga yang tertunggak, denda, dan biaya-biaya lain. 5. Penurunan tingkat suku bunga.

6. Pemberian utang baru.

7. Konvensi utang menjadi modal perseroan (debt for equity conversion atau disebut juga debt equity swap).

8. Penjualan aset yang tidak produktif atau yang tidak langsung diperlukan untuk kegiatan usaha perusahaan debitur untuk melunasi utang.

9. Bentuk-bentuk lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(10)

• Utang belum jatuh tempo • Tidak ada kreditur lain • Mengajukan PKPU

• Exceptio non adimpleti contractus; Karena pihak yang satu tidak melakukan kewajiban, pihak lain mempunyai hak menghentikan kewajiban yang belun dilaksanakan.

Berakhirnya Kepailitan

• Pembatalan oleh Putusan Kasasi atau PK • Likuidasi

Referensi

Dokumen terkait

Desa/Kelurahan siaga merupakan program pemerintah dalam upaya lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiapsiagakan masyarakat menghadapi

Dan juga bila terdapat gangguan di suatu jalur kabel maka gangguan hanya akan terjadi dalam komunikasi antara workstation yang bersangkutan dengan server,

Berdasarkan hasil análisis data diperoleh kesimpulan bahwa minat belajar siswa mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil belajar matematika siswa SMA Negeri 1 Uluiwoi

Metode yang digunakan dalam penyusunan Tafsir al-Qur’an Tematik Kementerian Agama RI ini adalah metode tematik, atau dikenal juga dengan istilah maudhu’i..

Berdasarkan literatur, pelarut yang bersifat tidak terlalu polar juga dapat digunakan untuk membersihkan lendir pada permukaan daging lidah buaya Maksudnya agar tidak banyak

Sedangkan panjang total udang windu yang tertangkap pada trammel net monofilamen dengan mesh size 1,50 inci sebagian besar berada pada kisaran 136-140 mm, sedangkan

Persiapan dalam kegiatan KKN adalah hal yang paling penting dalam keseluruhan proses KKN kare dengan persiapan yang matang akan mendapatkan hasil yang memuaskan.. Lokasi KKN

Dalam gerakan tertentu yang yang tidak bisa diamati secara visual dan tidak dapat terjangkau oleh mata telanjang manusia, aplikasi pemrosesan video sering harus melakukan