• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA BANDING, KASASI DAN PENINJAUAN KEMBALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA BANDING, KASASI DAN PENINJAUAN KEMBALI"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA BANDING,

UPAYA BANDING,

KASASI DAN

KASASI DAN

PENINJAUAN KEMBALI

PENINJAUAN KEMBALI

Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan

Agama, Tgl.28-11-2007 Agama, Tgl.28-11-2007

(2)

A. UPAYA BANDING

A. UPAYA BANDING

1.

1.

Pengertian

Pengertian

2.

2.

Tata Cara dan Dasar Hukum

Tata Cara dan Dasar Hukum

3.

3.

Pemeriksaan Tingkat Banding

Pemeriksaan Tingkat Banding

4.

4.

Jangkauan Pemeriksaan Banding

Jangkauan Pemeriksaan Banding

5.

5.

Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm

Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm

(3)

A.Upaya Banding

A.Upaya Banding

 Apabila salah satu pihak yang berperkara Apabila salah satu pihak yang berperkara merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)

merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)

memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat

memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat

mengajukan keberatan atas putusan hakim pada

mengajukan keberatan atas putusan hakim pada

tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali

tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali

oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang

oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang

lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :

lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :

 Upaya hukum biasa; banding dan KasasiUpaya hukum biasa; banding dan Kasasi

(4)

1. Pengertian

1. Pengertian

Banding ialah permohonan yang diajukan oleh

Banding ialah permohonan yang diajukan oleh

salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar

salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar

penetapan atau putusan yang dijatuhkan

penetapan atau putusan yang dijatuhkan

pengadilan Agama diperiksa ulang dalam

pengadilan Agama diperiksa ulang dalam

pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan

pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan

Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan

Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan

putusan Pengadilan tingkat pertama.

(5)

2. Tata Cara dan Dasar Hukum

2. Tata Cara dan Dasar Hukum

Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947

Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947

tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,

tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,

maka tata cara permohonan banding adalah :

maka tata cara permohonan banding adalah :

a.

a. Tenggang waktu permohonan banding:Tenggang waktu permohonan banding:

1) 14 hari setelah putusan diucapkan, apabila waktu putusan di ucapkan pihak pemohon banding hadir sendiri di Persidangan atau., 2) 14 hari sejak putusan diberitahukan apabila

(6)

b.

b. Permohonan banding disampaikan kepada Permohonan banding disampaikan kepada

panitera Pengadilan yang memutus perkara

panitera Pengadilan yang memutus perkara

Pengadilan Agama yang hendak di banding.

Pengadilan Agama yang hendak di banding.

c.

c. Yang berhak mengajukan : 1) Pihak Yang berhak mengajukan : 1) Pihak

berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat

berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat

kuasa khusus.

kuasa khusus.

d.

d. Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan; Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan;

2) secara tertulis

2) secara tertulis

(7)

e.

e. Biaya banding : dibebankan kepada pemohon Biaya banding : dibebankan kepada pemohon

bukan kepada pihak Termohon bukan kepada pihak Termohon

f.

f. Panitera bertugas :Panitera bertugas :

1)

1) Meregistrasi (mendaftar) permohonanMeregistrasi (mendaftar) permohonan

2)

2) Membuat akta bandingMembuat akta banding

3)

3) Melampirkan akta banding dalam berkas Melampirkan akta banding dalam berkas

perkara sebagai bukti dari PTA.

perkara sebagai bukti dari PTA.

g.

g. Juru sita menyampaikan pemberitahuan Juru sita menyampaikan pemberitahuan

permohonan banding kepada pihak lawan.

permohonan banding kepada pihak lawan.

h.

h. Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh

juru sita :

(8)

1)

1) Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari

dari tanggal permohonan banding

dari tanggal permohonan banding

2)

2) Pemberitahuan Pemberitahuan (inzage) (inzage) disampaikan disampaikan

kepada kedua belah pihak yang berperkara

kepada kedua belah pihak yang berperkara

i.

i. Penyampaian memori banding :Penyampaian memori banding :

Memori banding bukan syarat formal, seperti di

Memori banding bukan syarat formal, seperti di

tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus

tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus

Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956.

Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956.

1)

1) Tenggang waktu mengajukan memori Tenggang waktu mengajukan memori

banding tidak terbatas.

banding tidak terbatas.

2)

2) Harus memberitahu dengan relas adanya Harus memberitahu dengan relas adanya

memori banding kepada pihak lawan.

(9)

3)

3) Harus memberitahu dengan relas adanya kontra Harus memberitahu dengan relas adanya kontra

memori banding kepada pemohon banding.

memori banding kepada pemohon banding.

4)

4) Memori banding, kontra memori banding dan relas Memori banding, kontra memori banding dan relas

pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.

pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.

j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,

j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,

berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan

berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan

Tinggi (Pasal 11 ayat 2 UU tahun 1947).

(10)

3. Pemeriksaan Tingkat Banding

3. Pemeriksaan Tingkat Banding

a.

a. Dilakukan berdasar berkas perkara :Dilakukan berdasar berkas perkara :

Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan

Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan

melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan

melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan

Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas

Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas

perkara”

perkara”

b.

b. Apabila dianggap perlu dapat melakukan Apabila dianggap perlu dapat melakukan

“Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :

“Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :

1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan 1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir; Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir; atau putusan ditangguhkan menunggu atau putusan ditangguhkan menunggu

(11)

2)

2) Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan

sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama

(PTA). (PTA).

3)

3) Pelaksanaan Pelaksanaan pemeriksaan pemeriksaan tambahan tambahan

diperintahkan kepada pengadilan yang diperintahkan kepada pengadilan yang semula memeriksa dan memutus pada semula memeriksa dan memutus pada

tingkat pertama. tingkat pertama.

4)

4) Pemeriksaan tingkat banding dilakukan Pemeriksaan tingkat banding dilakukan

dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas

(12)

4.

4.

Jangkauan Pemeriksaan Banding

Jangkauan Pemeriksaan Banding

Putusan Pengadilan Agama yang dapat

Putusan Pengadilan Agama yang dapat

dibanding ialah putusan akhir yang sudah

dibanding ialah putusan akhir yang sudah

mengakhiri sengketa secara keseluruhan.

mengakhiri sengketa secara keseluruhan.

5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan

5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan

Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989

Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989

a)

a) Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1 Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1

(13)

Pengadilan Tingkat Banding terhadap

Pengadilan Tingkat Banding terhadap

perkara-perkara yang diputus oleh PA dan perkara-perkara yang diputus oleh PA dan merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir

mengenai sengketa mengadili antara

mengenai sengketa mengadili antara

Pengadilan Agama di daerah hukumnya. Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

b.

b. Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota

Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi

wilayah Propinsi. wilayah Propinsi.

c.

c. Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari :Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari :

1)

1) Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Agama, yang merupakan

Pengadilan Tingkat Pertama. Pengadilan Tingkat Pertama.

PTA yang merupakan Pengadilan

(14)

d.

d. Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU.Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU.

e.

e. Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari

Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan

Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan

Sekretaris.

Sekretaris.

f.

f. Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari

seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.

seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.

g.

g. Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan

terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri

terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri

dilakukan oleh Menteri Agama.

dilakukan oleh Menteri Agama.

h.

h. Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim

Pengadilan Agama.

Pengadilan Agama.

i.

i. Pasal 14 ayat 1 untuk dapat di angkat Pasal 14 ayat 1 untuk dapat di angkat

menjadi Hakim pada PTA, seorang calon

(15)

harus memenuhi syarat-syarat sebagai

harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut :

berikut :

(1)

(1) Syarat sebagaimana yang dimaksud Syarat sebagaimana yang dimaksud

dalam pasal 13 ayat 1 huruf a s/d i.

(2) Berumur Berumur serendah-rendahnya serendah-rendahnya 40 40

(empat puluh) tahun.

(empat puluh) tahun.

(3)

(3) Berpengalaman sekurang-kurangnya 5 Berpengalaman sekurang-kurangnya 5

(16)

j.

j. Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang

mengadili perkara yang menjadi kewenangan mengadili perkara yang menjadi kewenangan

Pengadilan Agama dalam tingkat banding. Pengadilan Agama dalam tingkat banding.

Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara sengketa kewenangan mengadili antara

Pengadilan Agama di daerah hukumnya. Pengadilan Agama di daerah hukumnya.

k.

k. Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan

terhadap jalannya Peradilan di tingkat terhadap jalannya Peradilan di tingkat Pengadilan Agama dan menjaga agar Pengadilan Agama dan menjaga agar Peradilan diselenggarakan dengan seksama Peradilan diselenggarakan dengan seksama

(17)

l.

l. Pasal 61 atas Penetapan dan putusan Pasal 61 atas Penetapan dan putusan

Pengadilan Agama dapat di mintakan

Pengadilan Agama dapat di mintakan

banding oleh pihak yang berperkara, kecuali

banding oleh pihak yang berperkara, kecuali

apabila UU menentukan lain.

(18)

B

B

. UPAYA

. UPAYA

KASASI

KASASI

1.

1.

Pengertian

Pengertian

dan Dasar Hukum

dan Dasar Hukum

2.

2.

Syarat-Syarat Kasasi

Syarat-Syarat Kasasi

3.

(19)

1. Pengertian dan Dasar Hukum

1. Pengertian dan Dasar Hukum

Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang

Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang

kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa

kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa

tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah

tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah

Mahkamah Agung mengenai :

Mahkamah Agung mengenai :

a.

a. Kewenangan Pengadilan.Kewenangan Pengadilan.

b.

b. Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam

pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam

memeriksa dan memutus perkara.

memeriksa dan memutus perkara. c.

c. Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara mengadili menurut syarat-syarat yang ditentukan

(20)

2. Syarat-Syarat Kasasi

2. Syarat-Syarat Kasasi

Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi

Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi

adalah :

adalah :

a.

a. Diajukan Diajukan oleh oleh pihak pihak yang yang berhak berhak

mengajukan kasasi. mengajukan kasasi. b.

b. Diajukan masih dalam tenggang waktu Diajukan masih dalam tenggang waktu

kasasi kasasi c.

c. Putusan atau penetapan judex, factie, Putusan atau penetapan judex, factie,

menurut hukum dapat dimintakan kasasi. menurut hukum dapat dimintakan kasasi. d.

d. Membuat memori kasasiMembuat memori kasasi

e.

(21)

f.

f. Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan

Agama yang bersangkutan.

Agama yang bersangkutan.

Berbeda dengan permohonan banding di

Berbeda dengan permohonan banding di

mana pemohon banding tidak wajib

mana pemohon banding tidak wajib

membuat memori banding, memori kasasi

membuat memori banding, memori kasasi

merupakan syarat mutlak untuk dapat

merupakan syarat mutlak untuk dapat

diterimanya permohonan kasasi.

(22)

3.

3.

Prosedur (Tata Cara) Permohonan

Prosedur (Tata Cara) Permohonan

Kasasi

Kasasi

a.

a.

Tenggang

Tenggang

waktu

waktu

mengajukan

mengajukan

permohonan kasasi:

permohonan kasasi:

1) 14 hari sejak tanggal pemberitahuan Putusan Pengadilan Tinggi Agama disampaikan secara resmi oleh Juru Sita kepada yang bersangkutan.

Hal ini diatur dalam Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2.

(23)

c. Yang berhak mengajukan:

1) Pihak yang beperkara, atau

(24)

C.

C.

U

U

paya

paya

P

P

eninjauan

eninjauan

K

K

embali

embali

1. Pengertian dan Dasar Hukum

2. Syarat-Syarat Permohonan Peninjauan

Kembali

(25)

1. Pengertian dan Dasar Hukum

1. Pengertian dan Dasar Hukum

Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa

Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa

dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan

dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat

diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat

diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim

diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim

akan menjadi lain.

akan menjadi lain.

Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang

Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang

diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya

diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya

dapat dilakukan oleh Mahkamah

dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung (Pasal 21 UU No. Agung (Pasal 21 UU No.

14 Tahun 1970, selanjutnya diatur dalam Bab IV Bagian

(26)

2

2

.

.

Syarat

Syarat

-

-

syarat Permohonan

syarat Permohonan

Peninjauan Kembali

Peninjauan Kembali

Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali

Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali

ialah:

ialah:

a. Diajukan oleh pihak yang beperkara, ahli warisnya, atau wakilnya yang secara khusus diberi kuasa untukitu.

b. Putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

(27)

d.

d. Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah

Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang

Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang

memutus perkara dalam tenggang waktu 180

memutus perkara dalam tenggang waktu 180

hari (atau sesuai alasan yang disebutkan).

hari (atau sesuai alasan yang disebutkan). e.

e. Membayar panjar (uang muka) biaya Membayar panjar (uang muka) biaya

peninjauan kembali.

peninjauan kembali.

3.

Prosedur (Tata Cara Permohonan

Peninjauan Kembali)

(28)

2)

2) Permohonan diajukan oleh pemohon secara Permohonan diajukan oleh pemohon secara tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya

alasan yang dijadikan dasar permohonan. alasan yang dijadikan dasar permohonan. 3)

3) Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia menguraikan per-mohonannya secara lisan menguraikan per-mohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang memutus perkara dalam tingkat pertama atau memutus perkara dalam tingkat pertama atau Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan tentang per-mohonan akan membuat catatan tentang per-mohonan

tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985). tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985). 4)

4) Mahkamah Agung memeriksa dan memutus Mahkamah Agung memeriksa dan memutus dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang

(29)

5)

5) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan

hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun

hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun

1985.

1985. 6)

6) Permohonan Permohonan peninjauan peninjauan kembali kembali tidak tidak

menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan

menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan

putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985).

putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985). 7)

7) Mahkamah Agung berwenang memerintahkan Mahkamah Agung berwenang memerintahkan

Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam

Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam

tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat

tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat

banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau

banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau

meminta segala hal keterangan serta pertimbangan

meminta segala hal keterangan serta pertimbangan

dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

UU No. 14 Tahun 1985).

(30)

8)

8) Mahkamah Agung berwenang memerintahkan Mahkamah Agung berwenang memerintahkan

Pengadilan Agama yang memeriksa perkara

Pengadilan Agama yang memeriksa perkara

dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi

dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi

(tingkat banding) mengadakan pemeriksaan

(tingkat banding) mengadakan pemeriksaan

tambahan, atau meminta segala hal

tambahan, atau meminta segala hal

keterangan serta pertimbangan dari

keterangan serta pertimbangan dari

Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)

UU No. 14 Tahun 1985).

UU No. 14 Tahun 1985).

9)

9) Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut

selama belum diputus.

selama belum diputus.

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan sebagian Permohonan banding Pemohon

Alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan sebagian permohonan banding Pemohon

tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, walau pun kita sadari dengan dikeluarkannya UUHT banyak reaksi yang muncul yang diketahui melalui

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan sebagian banding Pemohon Banding

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali dalam perkara a quo yaitu tidak dapat diterimanya permohonan banding Pemohon Banding (sekarang Pemohon Peninjauan

Peninjauan Kembali oleh Pemohon Peninjauan Kembali dan Termohon Peninjauan Kembali tidak mengajukan Kontra Memori Peninjauan Kembali tidak dapat menggugurkan fakta dan

Bahwa alasan-alasan permohonan Pemohon Peninjauan Kembali tidak dapat dibenarkan, karena Putusan Pengadilan Pajak yang menyatakan mengabulkan seluruhnya banding Pemohon Banding

Bukti mana membuktian baik langsung maupun tidak langsung, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali dalam hal ini Terdakwa/Pemohon Peninjauan Kembali dulu Pemohon Kasasi secara