UPAYA BANDING,
UPAYA BANDING,
KASASI DAN
KASASI DAN
PENINJAUAN KEMBALI
PENINJAUAN KEMBALI
Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan Kuliah Hukum Acara Perdata Peradilan
Agama, Tgl.28-11-2007 Agama, Tgl.28-11-2007
A. UPAYA BANDING
A. UPAYA BANDING
1.
1.
Pengertian
Pengertian
2.
2.
Tata Cara dan Dasar Hukum
Tata Cara dan Dasar Hukum
3.
3.
Pemeriksaan Tingkat Banding
Pemeriksaan Tingkat Banding
4.
4.
Jangkauan Pemeriksaan Banding
Jangkauan Pemeriksaan Banding
5.
5.
Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm
Dasar Hkum Pemeriksaan Banding dlm
A.Upaya Banding
A.Upaya Banding
Apabila salah satu pihak yang berperkara Apabila salah satu pihak yang berperkara merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)
merasa bahwa putusan hakim tidak (belum)
memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat
memenuhi rasa keadilan, para pihak dapat
mengajukan keberatan atas putusan hakim pada
mengajukan keberatan atas putusan hakim pada
tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali
tingkat pertama (I), untuk diperiksa kembali
oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang
oleh pengadilan (peradilan) di tingkat yang
lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :
lebih tinggi. Y a i t u m e l a l u i :
Upaya hukum biasa; banding dan KasasiUpaya hukum biasa; banding dan Kasasi
1. Pengertian
1. Pengertian
Banding ialah permohonan yang diajukan oleh
Banding ialah permohonan yang diajukan oleh
salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar
salah satu pihak yang terlibat dalam perkara, agar
penetapan atau putusan yang dijatuhkan
penetapan atau putusan yang dijatuhkan
pengadilan Agama diperiksa ulang dalam
pengadilan Agama diperiksa ulang dalam
pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan
pemeriksaan tingkat banding oleh Pengadilan
Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan
Tinggi Agama, karena merasa belum puas dengan
putusan Pengadilan tingkat pertama.
2. Tata Cara dan Dasar Hukum
2. Tata Cara dan Dasar Hukum
Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947
Berdasarkan Pasal 7-15 UU No. 20 Tahun 1947
tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,
tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura,
maka tata cara permohonan banding adalah :
maka tata cara permohonan banding adalah :
a.
a. Tenggang waktu permohonan banding:Tenggang waktu permohonan banding:
1) 14 hari setelah putusan diucapkan, apabila waktu putusan di ucapkan pihak pemohon banding hadir sendiri di Persidangan atau., 2) 14 hari sejak putusan diberitahukan apabila
b.
b. Permohonan banding disampaikan kepada Permohonan banding disampaikan kepada
panitera Pengadilan yang memutus perkara
panitera Pengadilan yang memutus perkara
Pengadilan Agama yang hendak di banding.
Pengadilan Agama yang hendak di banding.
c.
c. Yang berhak mengajukan : 1) Pihak Yang berhak mengajukan : 1) Pihak
berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat
berperkara; 2) kuasanya setelah mendapat
kuasa khusus.
kuasa khusus.
d.
d. Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan; Bentuk permintaan banding : 1) dengan lisan;
2) secara tertulis
2) secara tertulis
e.
e. Biaya banding : dibebankan kepada pemohon Biaya banding : dibebankan kepada pemohon
bukan kepada pihak Termohon bukan kepada pihak Termohon
f.
f. Panitera bertugas :Panitera bertugas :
1)
1) Meregistrasi (mendaftar) permohonanMeregistrasi (mendaftar) permohonan
2)
2) Membuat akta bandingMembuat akta banding
3)
3) Melampirkan akta banding dalam berkas Melampirkan akta banding dalam berkas
perkara sebagai bukti dari PTA.
perkara sebagai bukti dari PTA.
g.
g. Juru sita menyampaikan pemberitahuan Juru sita menyampaikan pemberitahuan
permohonan banding kepada pihak lawan.
permohonan banding kepada pihak lawan.
h.
h. Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh Penyampaian pemberitahuan (inzage) oleh
juru sita :
1)
1) Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari Selambat-lambatnya dalam tempo 14 hari
dari tanggal permohonan banding
dari tanggal permohonan banding
2)
2) Pemberitahuan Pemberitahuan (inzage) (inzage) disampaikan disampaikan
kepada kedua belah pihak yang berperkara
kepada kedua belah pihak yang berperkara
i.
i. Penyampaian memori banding :Penyampaian memori banding :
Memori banding bukan syarat formal, seperti di
Memori banding bukan syarat formal, seperti di
tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus
tegaskan dalam Putusan MA tanggal 14 Agustus
Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956.
Tahun 1957 No. 143K/Sip/1956.
1)
1) Tenggang waktu mengajukan memori Tenggang waktu mengajukan memori
banding tidak terbatas.
banding tidak terbatas.
2)
2) Harus memberitahu dengan relas adanya Harus memberitahu dengan relas adanya
memori banding kepada pihak lawan.
3)
3) Harus memberitahu dengan relas adanya kontra Harus memberitahu dengan relas adanya kontra
memori banding kepada pemohon banding.
memori banding kepada pemohon banding.
4)
4) Memori banding, kontra memori banding dan relas Memori banding, kontra memori banding dan relas
pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.
pemberitahuan dilampirkan dalam berkas perkara.
j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,
j) Satu bulan sejak tanggal permohonan banding,
berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan
berkas perkara harus dikirim ke Pengadilan
Tinggi (Pasal 11 ayat 2 UU tahun 1947).
3. Pemeriksaan Tingkat Banding
3. Pemeriksaan Tingkat Banding
a.
a. Dilakukan berdasar berkas perkara :Dilakukan berdasar berkas perkara :
Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan
Pemeriksaan pada Tingkat banding dilakukan
melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan
melalui Berita Acara Pemeriksaan Pengadilan
Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas
Tingkat Pertama, yaitu “berdasar berkas
perkara”
perkara”
b.
b. Apabila dianggap perlu dapat melakukan Apabila dianggap perlu dapat melakukan
“Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :
“Pemeriksaan tambahan”, melalui proses :
1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan 1) Pemeriksaan tambahan berdasar Putusan Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir; Sela, sebelum menjatuhkan putusan akhir; atau putusan ditangguhkan menunggu atau putusan ditangguhkan menunggu
2)
2) Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan Pemeriksaan tambahan dapat dilakukan
sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama sendiri oleh Pengadilan Tinggi Agama
(PTA). (PTA).
3)
3) Pelaksanaan Pelaksanaan pemeriksaan pemeriksaan tambahan tambahan
diperintahkan kepada pengadilan yang diperintahkan kepada pengadilan yang semula memeriksa dan memutus pada semula memeriksa dan memutus pada
tingkat pertama. tingkat pertama.
4)
4) Pemeriksaan tingkat banding dilakukan Pemeriksaan tingkat banding dilakukan
dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran dengan majelis; Pasal 11 ayat 1 Lembaran Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas Negara No. 36 Tahun 1955, di pertegas
4.
4.
Jangkauan Pemeriksaan Banding
Jangkauan Pemeriksaan Banding
Putusan Pengadilan Agama yang dapat
Putusan Pengadilan Agama yang dapat
dibanding ialah putusan akhir yang sudah
dibanding ialah putusan akhir yang sudah
mengakhiri sengketa secara keseluruhan.
mengakhiri sengketa secara keseluruhan.
5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan
5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan
Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989
Banding dalam UU No. 7 Tahun 1989
a)
a) Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1 Penjelasan umum angka 2 (dua) alinea 1
Pengadilan Tingkat Banding terhadap
Pengadilan Tingkat Banding terhadap
perkara-perkara yang diputus oleh PA dan perkara-perkara yang diputus oleh PA dan merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir merupakan Pengadilan tingkat 1 dan terakhir
mengenai sengketa mengadili antara
mengenai sengketa mengadili antara
Pengadilan Agama di daerah hukumnya. Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
b.
b. Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota Pasal 4 ayat 2 PTA berkedudukan di Ibu Kota
Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi Propinsi, dan daerah hukumnya meliputi
wilayah Propinsi. wilayah Propinsi.
c.
c. Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari :Pasal 6 butir 2 Pengadilan terdiri dari :
1)
1) Pengadilan Agama, yang merupakan Pengadilan Agama, yang merupakan
Pengadilan Tingkat Pertama. Pengadilan Tingkat Pertama.
PTA yang merupakan Pengadilan
d.
d. Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU.Pasal 8 PTA dibentuk dengan UU.
e.
e. Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari Pasal 9 ayat 2 susunan PTA terdiri dari
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan
Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera dan
Sekretaris.
Sekretaris.
f.
f. Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari Pasal 10 ayat 2 pimpinan PTA terdiri dari
seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.
seorang Ketua dan seorang Wakil Ketua.
g.
g. Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan Pasal 12 Pembinaan dan pengawasan
terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri
terhadap Hakim sebagai Pegawai Negeri
dilakukan oleh Menteri Agama.
dilakukan oleh Menteri Agama.
h.
h. Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim Pasal 13 Syarat-syarat Menjadi Hakim
Pengadilan Agama.
Pengadilan Agama.
i.
i. Pasal 14 ayat 1 untuk dapat di angkat Pasal 14 ayat 1 untuk dapat di angkat
menjadi Hakim pada PTA, seorang calon
harus memenuhi syarat-syarat sebagai
harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
berikut :
(1)
(1) Syarat sebagaimana yang dimaksud Syarat sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 13 ayat 1 huruf a s/d i.
(2) Berumur Berumur serendah-rendahnya serendah-rendahnya 40 40
(empat puluh) tahun.
(empat puluh) tahun.
(3)
(3) Berpengalaman sekurang-kurangnya 5 Berpengalaman sekurang-kurangnya 5
j.
j. Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 1 PTA bertugas dan berwenang
mengadili perkara yang menjadi kewenangan mengadili perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama dalam tingkat banding. Pengadilan Agama dalam tingkat banding.
Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang Pasal 51 ayat 2 PTA bertugas dan berwenang mengadili di tingkat pertama dan terakhir mengadili di tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antara sengketa kewenangan mengadili antara
Pengadilan Agama di daerah hukumnya. Pengadilan Agama di daerah hukumnya.
k.
k. Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan Pasal 53 ayat 2 PTA melakukan pengawasan
terhadap jalannya Peradilan di tingkat terhadap jalannya Peradilan di tingkat Pengadilan Agama dan menjaga agar Pengadilan Agama dan menjaga agar Peradilan diselenggarakan dengan seksama Peradilan diselenggarakan dengan seksama
l.
l. Pasal 61 atas Penetapan dan putusan Pasal 61 atas Penetapan dan putusan
Pengadilan Agama dapat di mintakan
Pengadilan Agama dapat di mintakan
banding oleh pihak yang berperkara, kecuali
banding oleh pihak yang berperkara, kecuali
apabila UU menentukan lain.
B
B
. UPAYA
. UPAYA
KASASI
KASASI
1.
1.
Pengertian
Pengertian
dan Dasar Hukum
dan Dasar Hukum
2.
2.
Syarat-Syarat Kasasi
Syarat-Syarat Kasasi
3.
1. Pengertian dan Dasar Hukum
1. Pengertian dan Dasar Hukum
Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang
Kasasi adalah suatu upaya hukum biasa yang
kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa
kedua, yang diajukan oleh pihak yang merasa
tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah
tidak puas atas penetapan dan putusan di bawah
Mahkamah Agung mengenai :
Mahkamah Agung mengenai :
a.
a. Kewenangan Pengadilan.Kewenangan Pengadilan.
b.
b. Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan Kesalahan penerapan hukum yang dilakukan pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam
pengadilan bawahan (Tingkat I/II). Dalam
memeriksa dan memutus perkara.
memeriksa dan memutus perkara. c.
c. Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara Kesalahan atau kelalaian dalam cara-cara mengadili menurut syarat-syarat yang ditentukan
2. Syarat-Syarat Kasasi
2. Syarat-Syarat Kasasi
Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi
Syarat-syarat untuk mengajukan kasasi
adalah :
adalah :
a.
a. Diajukan Diajukan oleh oleh pihak pihak yang yang berhak berhak
mengajukan kasasi. mengajukan kasasi. b.
b. Diajukan masih dalam tenggang waktu Diajukan masih dalam tenggang waktu
kasasi kasasi c.
c. Putusan atau penetapan judex, factie, Putusan atau penetapan judex, factie,
menurut hukum dapat dimintakan kasasi. menurut hukum dapat dimintakan kasasi. d.
d. Membuat memori kasasiMembuat memori kasasi
e.
f.
f. Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan Menghadap di Kepaniteraan Pengadilan
Agama yang bersangkutan.
Agama yang bersangkutan.
Berbeda dengan permohonan banding di
Berbeda dengan permohonan banding di
mana pemohon banding tidak wajib
mana pemohon banding tidak wajib
membuat memori banding, memori kasasi
membuat memori banding, memori kasasi
merupakan syarat mutlak untuk dapat
merupakan syarat mutlak untuk dapat
diterimanya permohonan kasasi.
3.
3.
Prosedur (Tata Cara) Permohonan
Prosedur (Tata Cara) Permohonan
Kasasi
Kasasi
a.
a.
Tenggang
Tenggang
waktu
waktu
mengajukan
mengajukan
permohonan kasasi:
permohonan kasasi:
1) 14 hari sejak tanggal pemberitahuan Putusan Pengadilan Tinggi Agama disampaikan secara resmi oleh Juru Sita kepada yang bersangkutan.
Hal ini diatur dalam Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2.
c. Yang berhak mengajukan:
1) Pihak yang beperkara, atau
C.
C.
U
U
paya
paya
P
P
eninjauan
eninjauan
K
K
embali
embali
1. Pengertian dan Dasar Hukum
2. Syarat-Syarat Permohonan Peninjauan
Kembali
1. Pengertian dan Dasar Hukum
1. Pengertian dan Dasar Hukum
Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa
Peninjauan kembali atau request civiel yaitu memeriksa
dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan
dan mengadili atau memutus kembali putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena
diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat
diketahui terdapat hal-hal baru yang dulu tidak dapat
diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim
diketahui, yang apabila terungkap maka keputusan hakim
akan menjadi lain.
akan menjadi lain.
Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang
Peninjauan kembali adalah upaya hukum luar biasa yang
diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya
diajukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan hanya
dapat dilakukan oleh Mahkamah
dapat dilakukan oleh Mahkamah Agung (Pasal 21 UU No. Agung (Pasal 21 UU No.
14 Tahun 1970, selanjutnya diatur dalam Bab IV Bagian
2
2
.
.
Syarat
Syarat
-
-
syarat Permohonan
syarat Permohonan
Peninjauan Kembali
Peninjauan Kembali
Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali
Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali
ialah:
ialah:
a. Diajukan oleh pihak yang beperkara, ahli warisnya, atau wakilnya yang secara khusus diberi kuasa untukitu.
b. Putusan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
d.
d. Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah Diajukan oleh pemohon kepada Mahkamah
Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang
Agung melalui Ketua Pengadilan Agama yang
memutus perkara dalam tenggang waktu 180
memutus perkara dalam tenggang waktu 180
hari (atau sesuai alasan yang disebutkan).
hari (atau sesuai alasan yang disebutkan). e.
e. Membayar panjar (uang muka) biaya Membayar panjar (uang muka) biaya
peninjauan kembali.
peninjauan kembali.
3.
Prosedur (Tata Cara Permohonan
Peninjauan Kembali)
2)
2) Permohonan diajukan oleh pemohon secara Permohonan diajukan oleh pemohon secara tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya tertulis dengan me-nyebutkan sejelas-jelasnya
alasan yang dijadikan dasar permohonan. alasan yang dijadikan dasar permohonan. 3)
3) Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia Apabila pemohon tidak dapat menulis maka ia menguraikan per-mohonannya secara lisan menguraikan per-mohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang dihadapan Ketua Pengadilan Agama yang memutus perkara dalam tingkat pertama atau memutus perkara dalam tingkat pertama atau Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan yang akan membuat catatan tentang per-mohonan akan membuat catatan tentang per-mohonan
tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985). tersebut. (Pasal 71 UU No. 14 Tahun 1985). 4)
4) Mahkamah Agung memeriksa dan memutus Mahkamah Agung memeriksa dan memutus dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang dengan sekurang-kurangnya dengan tiga orang
5)
5) Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan Permohonan peninjauan kembali dapat diajukan
hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun
hanya satu kali (Pasal 66 ayat (1) UU No. 14 Tahun
1985.
1985. 6)
6) Permohonan Permohonan peninjauan peninjauan kembali kembali tidak tidak
menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan
menangguhkan atau me-nantikan pelaksanaan
putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985).
putusan (Pasal 66 ayat (2) UU No. 14 Tahun 1985). 7)
7) Mahkamah Agung berwenang memerintahkan Mahkamah Agung berwenang memerintahkan
Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam
Pengadilan Agama yang memeriksa perkara dalam
tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat
tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi (tingkat
banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau
banding) mengadakan pemeriksaan tambahan, atau
meminta segala hal keterangan serta pertimbangan
meminta segala hal keterangan serta pertimbangan
dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)
dari pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1985).
8)
8) Mahkamah Agung berwenang memerintahkan Mahkamah Agung berwenang memerintahkan
Pengadilan Agama yang memeriksa perkara
Pengadilan Agama yang memeriksa perkara
dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi
dalam tingkat pertama atau Pengadilan Tinggi
(tingkat banding) mengadakan pemeriksaan
(tingkat banding) mengadakan pemeriksaan
tambahan, atau meminta segala hal
tambahan, atau meminta segala hal
keterangan serta pertimbangan dari
keterangan serta pertimbangan dari
Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)
Pengadilan yang dimaksud (Pasal 73 ayat (1)
UU No. 14 Tahun 1985).
UU No. 14 Tahun 1985).
9)
9) Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut Permohonan peninjauan kembali dapat dicabut
selama belum diputus.
selama belum diputus.