Risalah Tauhid
Edisi : 3 2
YANG PENTI NG NI AT!
CUKUPKAH I TU?
Pe n u lis : Al Ust a dz Abu Kha u la h Za ina l Abidin
ﻝﺎﻗ
،
ﻪﻨﻋ
ﷲﺍ
ﻲﺿﺭ
ﺏﺎﻄﳋﺍ
ﻦﺑ
ﺮﻤﻋ
ﺺﻔـﺣ
ﰊﺃ
ﲔـﻨﻣﺆﳌﺍ
ﺮـﻴـﻣﺃ
ﻦﻋ
:
ﻪﻴﻠـﻋ
ﷲﺍ
ﻰﻠﺻ
ﷲﺍ
ﻝﻮﺳﺭ
ﺖﻌﲰ
ﻝﻮـﻘـﻳ
ﻢﻠﺳﻭ
) :
ﺎـﻤـﻧﺇﻭ
ﺕﺎﻴﻨﻟﺎﺑ
ﻝﺎـﻤـﻋﻷﺍ
ﺎﻤـﻧﺇ
ﻯﻮـﻧ
ﺎﻣ
ﺉﺮـﻣﺍ
ﻞـﻜﻟ
.
ﱃﺇ
ﻪﺗﺮﺠﻫ
ﺖﻧﺎـﻛ
ﻦﻤﻓ
ﻪﻟﻮـﺳﺭﻭ
ﷲﺍ
ﱃﺇ
ﻪـﺗﺮﺠﻬﻓ
ﻪـﻟﻮﺳﺭﻭ
ﷲﺍ
.
ﺎﻣ
ﱃﺇ
ﻪﺗﺮﺠﻬﻓ
ﺎﻬﺤﻜﻨﻳ
ﺓﺃﺮﻣﺍ
ﻭﺃ
ﺎﻬﺒﻴـﺼﻳ
ﺎﻴﻧﺪـﻟ
ﻪﺗﺮﺠﻫ
ﺖﻧﺎﻛ
ﻦﻣﻭ
ﻪﻴﻟﺇ
ﺮﺟﺎﻫ
.
)
ﻡﺎﻣﺇ
ﻩﺍﻭﺭ
ﻱﺭﺎﺨﺒﻟﺍ
ﻢﻠﺴﻣ
ﻭ
(
(Dari Amir l’Mu’minin Abi Hafsh Umar ibn Al Khaththaab Radhiyallahu ‘Anhu, berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya. Dan setiap orang memperoleh sesuai dengan apa yang ia niatkan. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA, maka hijrahnya kepada ALLAH dan Rasul-NYA. Dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang dikejarnya atau wanita yang hendak ia nikahi, maka hijrahnya kepada apa yang ia (niatkan) hijrah kepada nya.”) (HR: Bukhari-Muslim)
Hadit s di at as begit u popular di kalangan kaum m uslim in. Sering sekali kit a m endengar ucapan: “Ya n g pe n t in g n ia t . Buk a n k a h n ia t k it a ba ik ” Dan sangat boleh jadi pengucapnya hanya t ahu sedikit at au sebagian dari kaedah ini. Mungkin dia m endengar hanya pot ongan dari hadit s ini yang diucapkan seseorang, m ungkin j uga lengkap t et api t elah disim pangkan pengert iannya oleh orang yang ia dengar dari nya hadit s ini. Akhirnya sem akin j auhlah apa yang sering diucapkan kebanyakan kaum m uslim in dengan m aksud sesungguhnya dari hadit s di at as, bahkan bert ent angan sam a sekali.
Sesungguhnya hadit s ini sangat m ulia dan keluar dari lisan m anusia yang paling m ulia. Oleh karena nya waj ib bagi kit a unt uk m enget ahui dan m em pelaj ari nya, sebagaim ana para ulam a k it a m em berikan perhat iannya y ang k husus t erhadap hadit s ini.
Beberapa kom ent ar para ulam a di bawah ini m enunj ukkan bet apa agung dan pent ingnya hadit s ini di dalam I slam .
1 . I m a m Asy- Syafi’i, “ Hadit s Niat m asuk di dalam t uj uh puluh bab m asalah- m asalah fiqh.”
2 . I m a m Ah m a d ibn H a n ba l,”Pokok ajaran Islam terdapat pada tiga buah hadits. Hadits Umar (hadits yang kita bicarakan sekarang), Hadits Aisyah, dan Hadits Nu’man ibn Basyir.”
3 . I m a m Sya u k a an i,” Hadits Niat merupakan sepertiga ilmu (-di dalam Islam-).
4 . I m a m I bn Ra j a b,”Hadits Niat merupakan timbangan bagi amalan bathin, sedangkan Hadits Aisyah
(…
ﻦﻣ
ﺙﺪﺣﺃ
)
merupakan timbangan bagi amalah dzahir.”Dem ikianlah di ant ara beberapa ucapan para ulam a berkait an dengan hadit s Niat y ang m enunj ukkan bet apa m ereka m em berikan perhat ian khusus t erhadap hadit s ini. Bahkan t idak sedikit yang m enj adikan hadit s ini sebagai perkara yang pert am a dibahas di dalam t ulisan m ereka, yang ant ara lain dim aksudkan sebagai penghorm at an t erhadap hadit s ini, agar para pencari ilm u m em benarkan dan m eluruskan niat m ereka ket ika m ereka hendak m em pelaj ari agam a ini ( I slam ) , dan juga t ent unya m asih banyak lagi faedahnya. M e r ek a - ya n g m e m u la i k it a bn ya de n ga n h a dit s in i a da la h I m a m Al Bu k h ar i ( da la m Sh a h ih n ya ) , I m a m An -N a w a w i ( Riya dlu sh - Sholih in da n Al Ar ba ’in - n ya ) , Ta qiyu ddin Al M a qdisi ( Um dat u l Ah k a m ) , dan I m a m Asy- Syu yu t h iy ( Ja m i’ush - Sh a gh ir)
Di ant ara faedah, fiqh, at au hikm ah y ang dapat kit a pet ik dari hadit s ini - sebagaim ana kit a dapat i dari k et erangan para ulam a- adalah:
1. Niat merupakan bagian dari Iman.
Niat m erupakan am alan hat i. Sedangkan t a’rif ( difinisi) I m an m enurut Ahlus Sunnah wal Jam a’ah adalah : Diyakini di dalam hat i, diucapkan m elalui lisan, dan dibukt ikan dengan anggot a badan dan perbuat an....Oleh karena nya pula I m am Bukhari m elet akkan hadit s ini di dalam Kit ab Al I m an. Bukankah ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala m encat at niat -niat baik kit a dengan pahala yang sem purna m eskipun am alan t ersebut belum kit a wuj udkan, sebagaim ana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai berikut :
ﺔﻠﻣﺎﻛ
ﺔﻨﺴﺣ
ﻩﺪﻨﻋ
ﻪﻟ
ﷲﺍ
ﺎﻬﺒﺘﻛ
ﺎﻬﻠﻤﻌﻳ
ﻢﻠﻓ
ﺔﻨﺴﲝ
ﻢﻫ
ﻦﻤﻓ
(
ﻪﻴﻠﻋ
ﻖﻔﺘﻣ
(Maka barangsiapa yang bercitacita hendak mengerjakan kebaikan tetapi belum mengamalkannya, ALLAH mencatat -bagi orang tersebut- di sisi-NYA dengan kebaikan yang sempurna) (Muttafqun alaih)
2. Wajib mengetahui hukum dari sebuah amalan sebelum mengerjakannya.
Set iap m uslim wajib m engilm ui sesuat u sebelum m engam alkannya. Apakah am alan t ersebut disyari’at kan at au t idak, apakah it u waj ib at au sem at a m ust ahab ( disukai) ? Dan t elah m asyhur bagi kit a (kaum m uslim in) sebuah kaedah yang berbunyi : ( I lm u sebelum berkat a dan bert indak) . Bahkan I m am Bukhari m enulis dem ikian pada salah sat u j udul babnya. Dalilnya diam bil dari Firm an- ALLAH :
ﻚﺒﻧﺬﻟﺮﻔﻐﺘﺳﺍﻭ
ﷲﺍ
ﻻﺍ
ﻪﻟﺇﻻ
ﻪﻧﺃ
ﻢﻠﻋﺄﻓ
)
ﺪﻤﳏ
ﺓﺭﻮﺳ
:
1 9
(Maka ilmuilah bahwasanya tak ada yang berhak diibadahi kecuali ALLAH dan istighfarlah atas dosamu)
(Muhammad:19)
M a k a t ida k la ya k ba gi k it a be r k a t a , “Oh ...j a di pe r bu a t a n sa ya it u sa la h , ya . Sa ya k h a n be lu m t a hu h u ku m n ya .” Te r le bih la gi k a la u it u pe r k a r a a ga m a a t a u iba da h .
3. Disyaratkannya niat pada amalan-amalan keta
’
atan.
Am alan t a’at yang t idak disert ai dengan niat t idaklah dikat akan ket a’at an. Begit u pula kebaikan-kebaikan t idaklah m enj adi ibadah j ika t idak disert ai niat unt uk beribadah. Karena nya pert am a- t am a perlu kit a m enget ahui apa fungsi niat bagi am al.
Sesungguhnya niat lah y ang m em bedakan sebuah am alan.
Ke - du a ; dibedakannya ant ara ibadah yang sam a sat u sam a lain. Jika kit a dapat i seseorang berpuasa di bulan Syawal, m isalnya. Maka boleh j adi orang t ersebut sedang m em bayar hut ang puasanya, boleh j adi ia sedang puasa Syawal, at au boleh j adi ia sedang puasa sunnat lainnya. Yang m em bedakan dan m enent ukan unt uk apa am alan t ersebut adalah niat nya.
Ke - t iga ; dibedakannya m aksud dan t uj uan sebuah am alan. Seseorang m engerj akan ket a’at an bahkan perbuat an yang bersifat ibadah. Maka apakah perbuat an t ersebut diniat kan unt uk m endapat kan keridloan ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala at au m engharapkan selain dari it u dit ent ukan oleh niat nya.
4. Pentingnya ikhlas di dalam beramal.
Ada sebagian ulam a yang m enafsirkan m a’na Niat ini dengan I khlas. Yang dem ikian j uga benar, karena art inya: Sesungguhnya am alan- am alan it u bergant ung kepada keikhlasan pelakunya. Sebuah am al - bet apapun baik at au berm anfa’at nya it u- j ika t idak dilandasi keikhlasan t idak akan dit erim a oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala.
ﻦﯾﺪﻟا
ﮫﻟ
ﻦﯿﺼﻠﺨﻣ
ﷲاوﺪﺒﻌﯿﻟ
ﻻإ
اوﺮﻣأ
ﺎﻣو
)...
ﺔﻨﯿﺒﻟا
:
5
(Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali agar beribadah kepada ALLAH dengan mengikhlaskan agama ini semata-mata bagi NYA...) (Al Bayyinah: 5)
Sungguh ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala t idak m em but uhkan keringat at au hart a kit a. Dan m engikhlaskan am alan sem at a- m at a karena ALLAH m erupakan wuj ud m ent auhidkan ALLAH. Art inya, ikhlas juga m erupakan sebuah t unt ut an dan konsekuensi dari dicipt akannya kit a oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala.
Sayangnya, m asih banyak orang yang salah m engert i t ent ang m a’na ikhlas. Menurut m ereka, ikhlas it u art inya t idak m enunt ut apa- apa dari ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala. Bahkan m ereka beranggapan bahwa, barangsiapa beribadah unt uk m engharapkan surga m aka it u ibadahnya pedagang. Dan barangsiapa beribadah karena t akut akan neraka m aka it u ibadahnya budak. Ada lagi yang berkat a, “Hendaknya kit a m alu unt uk m em int a- m int a kepada ALLAH, karena I A t elah banyak m em berikan segala sesuat u kepada kit a. Apalagi, ALLAH Maha Menget ahui apa yang kit a but uhkan t anpa harus kit a m em int a.” Ada lagi yang lebih lancang -sem oga ALLAH m em beri nya hidayah- dengan m em perum pam akan ikhlas it u keadaannya sepert i kit a buang air besar, di m ana kit a t idak m em perdulikan apa yang keluar dari perut kit a dan bahkan kit a m erasa lega set elah m em buang nya.
Ala n gk a h be r ba h a ya n ya uca pa n in i da n a la n gk a h bur u k n ya pe r u m pa m aa n ya n g m e r e k a be r ik an .
Pe r t a m a; m e r e ka t e la h m e n dust a k a n j a n j i- j a n j i da n a n ca m a n - an ca m an ALLAH. Lant as buat apa ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala m enj anj ikan kit a sorga dan m enakut -nakut i kit a dengan neraka, j ika ibadah kit a bukan k arena it u ?
Ke - du a : m er e k a m en a n t an g k e m u r ka a n ALLAH da n m e nola k k e r idloa n - N YA. Dan j ika orang t ersebut t idak bert obat dari keyakinannya, sangat boleh j adi ia t ak akan m asuk sorga karena m em ang ia t ak m engharapkannya, dan ia akan dim asukkan ke neraka karena m engat akan t idak t akut nya kepada neraka. ALLAH Subhanahu Wa Ta’aala m enggam barkan ikhlas dengan perum pam aan yang baik, sedang m ereka m enggam barkannya dengan perum pam aan yang buruk.
Ke - e m pa t ; m e lece h k an per in t a h ALLAH Su bh a na h u W a Ta ’a a la . Bu k an k a h ALLAH Su bh a na h u W a Ta ’a a la t e la h m e m e r in t ah k an h a m ba - N YA a ga r ber do’a:
ﻢﹸﻜﹶﻟ
ﺐﹺﺠﺘﺳﹶﺃ
ﻲﹺﻧﻮﻋﺩﺍ
(Dan berkata Rabb kalian: “Berdo’alah kalian kepada KU, niscaya KU penuhi untuk kalian...”)( Al Mu ’m in : 6 0 )
H e n da k n ya k it a se na n t ia sa m e m pe r h a t ik a n ge ra k ha t i k it a , ka r en a ke ik h la san k it a se n a n t ia sa diu j i.
Pe r t a m a; sebelum beram al, yakni berupa niat . Kepada siapa dan k arena apa kit a niat kan am alan kit a ?
Ke - du a ; k et ika t engah beram al. Boleh j adi am alan yang sem ula lhklas t erganggu disebabkan ada kej adian-kej adian khusus dan t ak t erduga. Sebagai cont oh, kit a m arah ket ika ucapan salam kit a t idak dij awab, at au sedekah kit a dit olak m ent ah- m ent ah, at au kit a t am bah bersem angat ket ika t ahu am alan kit a ada yang m em perhat ikan.
Ke - t iga ; ket ika am al t elah berlalu. Tanpa sadar set elah m ungkin bert ahun-t ahun kit a sem bunyikan, t iba- t iba dalam sebuah obrolan kit a bangkit - bangkit kan j asa kit a dahulu.
5. Baik buruknya amal bergantung kepada niat pelakunya.
Sebuah am al k ebaikan akan m enj adi ibadah y ang dit erim a m anakala diniat kan dengan niat yang baik, berupa keikhlasan, Dan akan m enj adi buruk m anakala diniat kan dengan niat buruk, berupa ksyirikan - baik kecil apalagi besar- . Ak a n te t a pi sese or a n g t ida k boleh m e n gh a la lk a n ya n g ha r a m se m a t a - m a t a de n ga n a la san ba ik n ya n ia t . Dan berangkat dari perkara inilah sesungguhnya judul t ulisan di at as dibuat .
Di dalam hadit s ini Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam t elah m em berikan pem bat asan pada kat a Am al, di m ana yang dim aksudkan adalah am alan- am alan ket a’at an. Apalagi kem udian beliau t egaskan dengan cont oh Hij rah. Maka t idak boleh kit a m eng- qiyas- kan am alan y ang baik ini dengan am alan y ang buruk, sepert i m encuri m isalnya.
Nam un akhir- akhir ini m anusia berm udah-m udahan m engat akan, “ Yang pent ing niat .”
At au ,” Niat kit a k han baik .” Maka kem udian dit em puhlah segala cara, dihidupkanlah segala
m acam yang t idak disyari’at kan, dan dit em puhlah segala j alan yang t idak ada sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada nya. Sem ua at as nam a baiknya niat . Cu k u pk a h it u? Cu k u pk a h se ga la se su a t u ha n ya de n gan a la sa n ba ik n ya n ia t? Sun ggu h t a k a da sa t u pu n m a n u sia di m u k a bu m i in i yan g m e n ga k u pu n ya n ia t bu ru k . Bu k a n k ah pa r a pen j aha t j u ga j ik a dit a n ya k e n a pa ia m e la k u ka n k e j a h a t an it u , n isca ya m e r e ka m e n ga ta ka n ba h w a n ia t m e r e ka ba ik - u n t u k m e na fk ah i a n a k da n ist e r i- .
Seandainya m em ang am alan yang buruk at au j ahat it u bisa m enj adi baik karena niat dan yang haram bisa m enj adi halal ( bukan dalam hal darurat ) j uga karena niat , m aka apa bedanya aj aran yang suci ini (I slam ) dengan Machiavalism e, sebuah falsafah - Tuj uan Menghalalkan Cara- yang digagas oleh si k afir Nicolo Machiavale ?.
M a k a h e n da k n ya be rh a t i- h a t i da la m m e n ga t a k a n ( “Yan g pe n t in g n ia t .”) a ta u ( “N ia t k it a k h a n ba ik .”) . Boleh j adi yang m engucapkan m engira dia m engut ip hadit s yang m ulia dan m enganggap dirinya sedang m engagungkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam , padahal t anpa ia sadari ia sedang m engut ip filsafat hina dan sedang m engagungkan si kafir t adi. ( Na’uzubillah) .
Penutup
Masih banyak faedah, fiqh, at au hikm ah yang dapat kit a pet ik selain yang t elah disebut kan di at as sepert i, keut am aan hij rah, balasan sesuai am alan, at au syarat dit erim anya ibadah. Nam un kam i cukupkan pem bahasan di dalam perkara yang berkait an langsung dengan j udul di at as dan dengan perm asalahan yang hendak kam i bahas.
Dengan m elihat bagaim ana para ulam a berkom ent ar t ent ang hadit s ini, t idak sedikit nya kit ab- kit ab yang diawali dengan hadit s ini - bahkan it u sem ua adalah kit ab- kit ab yang t erkenal- , dan begit u banyaknya ulam a belakangan yang m enguraikan nya, cukuplah ket idakhafalan dan ket idakpaham an kit a akan hadit s ini sebagai bukt i ket idakseriusan kit a dalam beragam a.
Diambil dari :
Buletin Jum
’
at
Risalah Tauhid
Diterbitkan oleh :
Yayasan al Muhajirin wal Anshar Depok
Pembina :
al Ustadz Ja
’
far Salih