Pada dasarnya pengertian-pengertian Hak Asasi Manusia (HAM) di berbagai negara sama, hal tersebut tidak luput juga dari pengertian ham yang ada di indonesia. Secara umum ham adalah suatu hak yang dimiliki oleh oleh masing-masing indiviidu sebagai subyek hukum dalam suatu negara dimana hak tersebut sudah pasti ada ketentuan atau aturan-aturan yang disediakan oleh negara. Hak-hak tersebut telah melekat pada setiap individu mulai dari lahir hingga meninggal dunia kecuali pada hukum perdata pada pasal 2 KUHPerdata hak tersebut melekat sebelum bayi lahir artinya bayi tersebut mempunyai saat masih ada didalam kandungan. Di indonesia sendiri hak asasi manusia sudah diatur secara umum di dalam UUD 1945 pasal 28A sampai dengan pasal 28J. didalam undang-undang tersebut telah disebutkan banyak sekali hak-hak yang dimiliki oleh setiap individu, hak-hak tersebut tidak dapat dibeda-bedakan sebab hak tersebut telah dianugrahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta seluruh makhluk. Seberapa besar kita mempunyai hak itu tergantung dari bagaimana orang lain memandang hak-hak kita hal tersebut tergantung bagaimana kita menghargai dan menghormati ha-hak yang dimiliki orang lain, apabila kita sebagai sesama manusia tidak ada rasa saling menghargai maupun menghormati ha-hak yang dimiliki orang lain maka orang lainpun akan banyak yang meremehkan kita. Diantara makhluk-makhluk lain manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang paling sempurna hal tersebut yang menjadikan kita sebagai makhluk yang memiliki martabat dan harga diri yang paling tinggi. Dengan adanya hak asasi manusia dapat juga dijadikan batasan-batasan kita dalam berperilaku dalam bertindak yang sewenang-wenang yang umumnya hal tersebut dilalkukan oleh orang yang memiliki kuasa tinggi terhadap orang yang tidak memiliki kuasa, misalnay saja seorang majikan yang memperlakukan asisten/pembantu rumah tangga (ART)/ (PRT) dengan semena-mena walaupun sudah ada hukum yang mengaturnya. Indonesia sendiri memiliki sejarah dengan berbagai peristiwa atau tragedy-tragedi yang tak tertelupakan yang berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran ham berat misalnya saja tragedi TRISAKTI, simanggi1, kerusuhan Mei 1998 dan peristiwa-peristiwa penting lainnya sehingga didirikanlah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM) sebagai rujukan mengenai pelanggaran-pelanggaran ham yang terjadi di Indonesia pendirian komnas ham tersebut merupakan suatu tekanan dari PBB dan masyarakat lainnya dikarenakan begitu banyaknya pelanggaran-pelanggaran ham yang ada di Indonesia sesuai dengan kepres no 50 tahun 1993.
1 adanya komnas ham dapat dijadikan wadah bagi masyarakat Indonesia untuk lebih
mengantisipasi adanya dampak-dampak yang timbul mengenai hak asasi, suatu komnas ham
1
akan lebih kuat lagi apabila dalam prosesnya juga didukung oleh komisi-komisi ham dari Negara lain dengan melakukan kerjasama-kerjasama dengan Negara-negara tersebut.2
Sepertihalnya Indonesia yang diketahui telah mengikuti berbagai kerja sama dengan Negara-negara lain misalnya saja menjadi anggota ASEAN sejak 8 Agustus 1967. Dengan masuknya Indonesia sebagai anggota ASEAN secara otomatis banyak deklarasi maupun perjanjian-perjanjian yang di tandatangani yang sudah secara pasti Indonesia juga menyetujui piagam ASEAN yang didalamnya juga membahas tentang berbagai hal mengenai ham. Tidak seperti yang dipikirkan bahwa setelah mengikuti berbagai deklarasi maupun kerja sama dengan berbagai Negara pelaksanaan perlindungan ham akan berjalan sesuai dengan harapan, faktanya kinerja anggota ASEAN tidaklah cepat seperti halnya peristiwa yang terjadi di Myanmar yang juga merupakan salah satu anggota ASEAN dalam hal ini ASEAN sangat lambat dalam mengani pelanggaran ham tersebut.3 Pengaturan tentang hak-hak asasi manusia yang
telah di sepakati sedunia adalah the universal declaration of human rights yang di buat pada 10 Desember 1948 oleh majelis umum PBB 4. Sebelum adanya deklarasi the universal declaration of human rights terlebih dulu ada adalah Magna Charta atau piagam kebebasan di Inggris yang terjadi dibawah pemerintah kerajaan john.5
2 Mashood A. Baderin, “HUKUM INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM ISLAM”, komisi nasional hak asasi
manusia, Jakarta, 2010, hlm. 233
3 Lily Husni Putri, “EFEKTIFITAS BADAN HAK ASASI MANUSIA ASEAN DALAM MENANGANI ISU HAK
ASASI MANUSIA DALAM REGIONAL ASEAN”, No. 61, Th. XV, Desember 2013, hlm. 493
4 B. Anggraeni Sari, “praktek perlindungan hak asasi manusia menurut hukum internasional (studi kasus di bosnia -
herzegovina), fakultas hukum airlangga, 1993, surabaya, hal. 4
