• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Etika Dan Etiket (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Etika Dan Etiket (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Etika Dan Etiket 11

May

Etika dan etiket adalah hal yang menyangkut perilaku manusia. Namun, kedua-duanya memiliki perbedaan. Berikut ini akan saya jelaskan terlebih dahulu mengenai asal kata dan pengertian dari etika dan etiket.

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang bermakna watak kebiasaan.

Etiket berasal dari bahasa Perancis, yaitu etiquette yang berarti sopan santun.

Perbedaan etika dan etiket adalah sebagai berikut.

Etika

1. Selalu berlaku walaupun tidak ada saksi mata.

Contoh : larangan untuk mencuri tetap ada walaupun tidak ada yang melihat kita mencuri.

2. Bersifat jauh lebih absolut atau mutlak.

Contoh : “Jangan Mencuri” adalah prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

(2)

Contoh : Walaupun bertutur kata baik, pencuri tetaplah pencuri. Orang yang berpegang teguh pada etika tidak mungkin munafik.

4. Memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.

Contoh : Mengambil barang milik orang lain tanpa izin orang tersebut tidak diperbolehkan.

Etiket

1. Hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket tidak berlaku saat tidak ada orang lain atau saksi mata yang melihat.

Contoh : Sendawa di saat makan melakukan perilaku yang dianggap tidak sopan. Namun, hal itu tidak berlaku jika kita makan sendirian, kemudian sendawa dan tidak ada orang yang melihat sehingga tidak ada yang beranggapan bahwa kita tidak sopan.

2. Bersifat relatif.

Contoh : Yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain.

3. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.

Contoh : Banyak penipu dengan maksud jahat berhasil mengelabui korbannya karena penampilan dan tutur kata mereka yang baik.

(3)

Misalnya : Memberikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan tangan kanan.

PRINSIP – PRINSIP ETIKA Desember 9, 2013 Ika Maully Diana

Tulisan 

Tinggalkan komentar 

PENGERTIAN ETIKA

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethos” (jamak: ta etha), yang berarti adat kebiasaan, cara berkipikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kemudian

diturunkan kata ethics (Inggris), etika (indonesia). Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 1988, menjelaskan pengertian etika dengan membedakan tiga arti, yakni: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai mengenai benar dan salah.

Definisi Etika Menurut Para Ahli

Pengertian Etika Menurut K. Bertens: Etika adalah nilai-nila dan norma-norma moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

Pengertian Etika Menurut W. J. S. Poerwadarminto: Etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Pengertian Etika Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno: Etika adalah ilmu yang mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan pada tindakan manusia.

Pengertian Etika Menurut Ramali dan Pamuncak: Etika adalah pengetahuan tentang prilaku yang benar dalam satu profesi.

(4)

PRINSIP-PRINSIP ETIKA

Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi

sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,

kebebasan, dan kebenaran.

1) Prinsip Keindahan

Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.

2) Prinsip Persamaan

Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama, sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan

perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.

3) Prinsip Kebaikan

Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh

(5)

kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi masyarakat.

4) Prinsip Keadilan

kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.

5) Prinsip Kebebasan

sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:

kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.

kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.

kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

6) Prinsip Kebenaran

Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan

(6)

Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan, kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.

TIKA BERBICARA YANG BAIK DAN BENAR

Posted by Akhmad Solihin on Februari 25, 2015

Warga belajar dan siswa--sekalian, semua orang kecuali yang tuna wicara atau tuna rungu (bisu tuli) pasti mampu berbicara. Namun tidak setiap orang mampu berbicara dengan baik dan benar. Kalau bicara sekedar bicara, anak kecil pun bisa. Balita usia 2-3 tahun sudah pandai berbicara, minimal dapat memanggil ayah ibunya. Bahkan tangisan bayipun sebenarnya merupakan bentuk bicara juga.

Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur melalui lisan sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Bicara di sini diartikan sebagai bentuk komunikasi, dengan bicara maka komunikasi dapat terjalin, Tetapi

berkata-kata tanpa artipun sebenarnya bicara juga, hanya saja belum dimasukan ke dalam kategori komunikasi.

Kemampuan bicara menjadi penting dalam konteks menjalin hubungan

komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi lebih ruwet karena ada batasan-batasan etika dan aturannya. Bicara kemudian terkotak-kotak oleh kepentingan dan maksud-maksud tertentu. Setiap aspek kehidupan memiliki aturan dan etika tersendiri dalam berbicara.

Faktor utama dalam berbicara adalah bahasa. Makna bahasa sekarang lebih luas lagi, bukan hanya merujuk pada suku bangsa tetapi sudah merambah pada disiplin ilmu. Kita sekarang tidak hanya mengenal bahasa jawa, Madura, Sunda dan sebagainya yang berdasarkan kesukuan, melainkan bahasa ekonomi, bahasa politik dan sebagainya dalam lingkup disiplin ilmu.

(7)

halnya bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang di dalamnya tidak terpisahkan oleh adat istiadat dan budaya dari mana bahasa itu berasal.

Dalam pergaulan etika berbicara itu penting, tidak boleh asal bicara. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan sosial, seseorang biasanya semakin tinggi pula etikanya dalam berbicara. Kelas pendidikan dan sosial sering menjadi faktor pembeda dalam berbicara. Antara bahasa tukang becak dan dosen jelas berbeda. Dan bial dibolak-balik kesannya akan semakin semrawut.

Kesannya akan lain. Seorang dosen dengan strata pendidikan tinggi rasanya tidak pantas berbicara dengan gaya bahas tukang becak yang terbiasa kasar, cespleng dan tidak mengenal unggah-ungguh. Sebaliknya, tukang becak akan menjadi lucu bila memaksakan diri berbicara dengan langgam berbicara seorang dosen yang cenderung ilmiah dan rumit dicerna orang biasa.

Tujuan utama berbicara adalah membuat lawan bicara mengerti apa yang

dikatakannya. Tidak peduli bahasa apa yang dipakai, punya ungguh-ungguh atau tidak, yang penting orang yang diajak berbicara menangkap dengan jelas

maksudnya. Tetapi dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan peradaban, mengerti saja tidak cukup.

Sekarang ini, disamping dapat dimengerti harus pula mencerminkan etika, termasuk didalamnya adalah unggah-unggah. Apalagi di dunia timur (oriental)yang sangat menghormati nilai-nilai kesopanan, unggah-ungguh menjadi faktor yang tak boleh ditinggalkan. Khususnya di masyarakat Jawa, Unggah-ungga memegang peranan sangat dominan.

Bahkan bahasa yang dipakaipun berlainan antara bicara kepada orang tua, adik, atasan dan sebagainya. Orang akan semakin dihormati apabila tahu unggah-ungguh. Dan bila unggah-ungguh itu dilanggar, adat-istiadat sudah menyiapkan sangsinya. Orang yang tidak tahu sopan-santun dalam berbicara pasti akan dikucilkan selamanya.

(8)

Yang harus anda perhatikan ketika berbicara adalah konsentrasikan diri anda sepenuhnya kepada lawan bicara. jangan melihat ke arah lain sehingga membuat lawan bicara tersinggung. Menatap lawan bicara sungguh-sungguh (bukan mendelik/melirik) termasuk etika berbicara yang baik. Obyek anda adalah lawan bicara bukan yang lain.

jangan tinggalkan etika ketika anda sedang berkomunikasi dengan orang lain. Kita sendiri juga pasti tersinggung jika ada orang lain mengajak bicara tiba-tiba memutar hidungnya ke tempat lain. Mau menanggapi bicaranya saja sebenarnya sudah harus disyukuri, jangan malah berpindah hati.

Bicara itu bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan seluruh tubuh kita kecuali kalau kita berbicara melalui telepon. Ketika berbicara usahakan seluruh gerak tubuh kita mengarah ke lawan bicara sehingga kita tahu

bagaimana reaksi lawan bicara ketika membalas apa yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke tempat lain, kita tahu apakah lawan bicara tulus dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan bicara bilang setuju tetapi mimik wajahnya dan kita tahu karena pandangan kita tidak tertuju kepadanya.

Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental kita sepenuhnya. Karena yang kita hadapi adalah manusia yang mempunyai perasaan, bisa senang dan susah, bisa tersinggung dan marah-marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus menampakan wajah yang bersahabat dan sungguh-sungguh.

2. Suara Harus Terdengar Jelas

Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang tak kalah pentingnya adalah menata suara kita agar lawan bicara dapat menangkap dengan jelas apa yang sedang kita bicarakan. Tidak boleh terlalu terburu-buru dan jangan terlalu pelan. Usahakan suara yang keluar bisa terdengar jelas agar lawan bicara dapat

terdengar apa yang kita ucapkan.

Karena kondisi tertentu seringkali kita tidak dapat mengontrol suara kita,

(9)

balik. Atau karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi suara sehingga di telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular. Kedua-duanya bukan cara yang efektif dalam berbicara.

Berbicara dengan pelan tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak perlu terlalu lemah. Yang perlu kita perhatikan pula adalah tingkat emosional kita. Bicaralah ketika emosi kita sedang tidak konsentrasi. misalnya kalau kita sedang marah atau sedih, usahakan agar kemarahan atau kesedihan tersebut tidak terlihat oleh lawan bicara.

Percuma saja kita berbicara terburu-buru sampai nafas kita tersengal-sengal, lawan bicara susah mengerti. Atau terlalu lembut seperti orang yang sedang dirundung derita berkepanjangan, sehingga hanya terdengar seperti rintihan yang menyayat hati. Oleh karena itu hindarilah berbicara terburu-buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi berbicara seperti itu, sulit untuk meninta respon yang obyektif dari lawan bicara.

Di samping tidak efektif, pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga lawan bicara kadang-kadang menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara. Maunya ingin cepat-cepat selesai tetapi malah menimbulkan persoalan baru yang tidak selesai-selesai. Tentunya ini akan merugikan diri kita sendiri.

3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik dan Benar

Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar belakang seseorang. Bahasa pegawai kantor, jelas berbeda dengan orang berjualan di pasar. Salah satu unsur pembedanya terdapat dalam pemakaian tata bahasa yang digunakan. Bahasa pegawai kantor jelas lebih punya etika dari pada orang pasar. Bahasa anak gaul berbeda dengan bahasa ningrat keraton.

Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih dahulu. Jangan sampai di tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu apa yang akan kita

bicarakan. Dan tentunya tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar, apalagi yang meninggung hati lawan bicara.

(10)

yang kita ucapkan sendiri. Umpamanya dengan membolak-balik kedudukan subyek, predikat dan obyek sehingga menjadi kalimat yang tidak beraturan.

4. Jangan menggunakan Nada Suara yang Tinggi

Citra pegawai kantor adalah citra kesopanan artinya orang lain melihat pegawai kantor sebagai orang yang tahu etika, punya tata-krama dan santun dalam segala tindak-tanduknya. Sikap dan perilakunya mencerminkan orang berpendidikan.

Kesan tersebut akan semakin membekas ketika kita sedang berbicara. Dari pembicaraan itu orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai kantor atau bukan. Gaya bicara, intonasi yang dipakai, dan tata bahasa, jelas berpengaruh besar di telinga pendengar.

Sebagai pegawai kantor, sebaiknya kita berbicara dengan kalimat yang jelas dan intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah. Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi dengan baik.

Pakailah nada suara yang datar-datar saja, sehingga setiap orang dapat mendengarnya dengan baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak semua pendengarnya dapat mendengar dengan baik. Apalagi jika kita ditunjuk sebagai pembicara, nada suara harus benar-benar dijaga. Sebab, pendengar dalam sebuah forum baik ceramah maupun diskusi cenderung beragam.

Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak mungkin sanggup berteriak selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita bicarakan sebaiknya dapat kita nikmati jangan malah menjadi beban.

Disamping itu, kurang beretika rasanya kalau kita berbicara dengan nada suara yang tinggi. Kecuali jika kita sedang membakar semangat para anak-anak muda untuk terjun ke medan perang. Dalam situasi yang biasa, aman dan tidak

darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak terlalu tinggi.

(11)

Tujuan utama berbicara adalah untuk membuat lawan bicara mengerti apa yang sedang kita bicarakan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita cukup toleran dengan para pendengar kita. Kita harus pandai-pandai memilih lawan bicara, sebab hal ini berkaitan dengan bahasa yang kita pakai. Jangan karena ingin dianggap sebagai pegawai kantor ke mana-mana kita selalu menggunakan bahasa tingkat tinggi.

Kita harus pandai menyesuaikan diri dengan kondisi dan latar belakang lawan bicara yang kita hadapi. Jangan terjebak oleh keinginan untuk menjaga image atau gengsi sehingga mengorbankan lawan bicara.

Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak penting

anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah orang lain mengerti terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain menganggap diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka.

Sering kita mendengar ada orang berbicara dengan menggunakan bahasa yang tinggi. Padahal pendengarnya hanya para pedagang yang tidak sempat

mengikuti perkembangan jaman. Memang ia berhasil membangun kesan di tengah audiennya bahwa ia pembicara yang pandai, Tetapi ketika ditanyakan kepada mereka apakah mereka mengerti, mereka malah bingung.

Kita semua pasti punya pengalaman yang sama ketika mengikuti khotbah Jum'at. Ada khatib yang selama khotbahnya menggunakan bahasa Arab di tengah jamaah yang seluruhnya orang Indonesia. yakinkah anda bahwa jamaah mengerti isi khotbah tersebut?

Tipsnya sebelum mengajak bicara, ketahuilah dulu siapa lawan bicaranya. Kalau memang lawan bicara lebih mudah mengerti dengan bahasa daerah, maka kita harus menyesuaikan diri.

Dari bahasa di atas semakin mengertilah kita bahwa ternyata berbicara itu tidak semudah yang kita bayangkan. Tetapi penulis juga tidak sedang mengarahkan pada satu kesimpulan bahwa berbicara itu sukar. Singkatnya, sebagai pegawai kantor kita harus tetap menjaga dengan baik etika kita dalam berbicara.

Sumber : Disarikan dari Modul Etika Kerja Kesetaraan paket C SMA 200 ETIKA PERGAULAN

(12)

Kata etika pergaulan yaitu berasal dari bahasa Perancis yang artinya

pedoman/aturan-aturan tentang sopan santun/tatakrama, yang sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.

Etika juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur kepribadian seseorang. Etika dapat dibentuk melalui berbagai cara, antara lain dengan pergaulan, pendidikan, lingkungan dan kebiasaan.

Yang harus diperhatikan dalam etika pergaulan baik dengan orang sebaya, dibawah maupun yang diatas kita baik disisi sosial maupun usia adalah prinsip saling menghormati. Dengan etika yang baik dapat dipastikan bahwa seseorang akan dapat diterima dengan baik dalam pergaulan sehari-hari

Mengapa Etika Pergaulan harus diperhatikan ? itu karena.

Manusia harus dituntut untuk saling berhubungan, mengenal dan membantu. Agar tingkah laku kita diterima dan disenangi oleh siapa saja yang bergaul dengan kita.

Tata krama dan tingkah laku sehari-hari merupakan cermin pribadi kita sendiri

Hal mendasar dalam etika pergaulan adalah : Bersikap sopan santun dan ramah

Perhatian terhadap orang lain

Mampu menjaga perasaan orang lain Toleransi dan rasa ingin membantu Mampu mengendalikan emosi diri

yang harus di perhatikan dalam pergaulan adalah : Pandai menempatkan diri

Dapat membedakan bagaimana sikap kita terhadap orang yang lebih tua, sebaya, dan yang lebih muda. Misalnya :

(13)

Orang yang sebaya harus dihargai

Orang yang lebih muda harus disayangi.

di dalam ber etika kita dapat melakukannya pada saat : Di Sekolah

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan seluruh personal (Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Administrasi/TU, Pesuruh Sekolah, Teman dan lain sebagainya.

Di Masyarakat

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota masyarakat. Misal di Toko dengan pelayan Toko, di Kantor Pos dengan karyawannya, dan sebagainya. Di Rumah

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota keluarga, baik orang tua maupun saudara.

Beberapa contoh sopan santun dalam pergaulan : Dalam berbicara

Etika yang baik dalam berbicara yaitu: Harus menatap lawan bicara.

Suara harus jelas terdengar.

Menggunakan tata bahasa yang baik.

Jangan menggunakan nada suara yang tinggi. Bias mengimbangi lawan bicara.

(14)

Mampu menjadi pendengar yang baik.

Dalam berbicara hindari hal-hal sebagai berikut ; Membicarakan kejelekan orang lain

Membicarakan hal yang sensitif Memotong pembicaraan orang Mendominasi pembicaraan

Banyak membicarakan diri sendiri Dalam berkenalan

etika yang baik dalam berkenalan yaitu : Ucapkan nama dengan jelas.

Lakukan kontak mata.

Jabat tangan dengan hangat, tidak dingin.

Perkenalkan pria pada wanita, yang muda kepada yang tua atau yang memiliki jabatan.

Pada saat sedang duduk, sebaiknya berdiri sebentar. Jangan melakukan perkenalan di tempat yang ramai Dalam menelpon

etika yang baik dalam menelpon yaitu : Segera angkat telpon yang berdering Sebutkan salam dan nama anda. Bersikaplah dengan hangat

Jangan menerima telpon sambil makan

Bila telpon terputus maka penelpon pertama harus menyambung kembali Jangan telpon sambil menelpon orang lain

(15)

Pada akhir pembicaraan ucapkan salam penutup sebagai ucapan terima kasih Dalam menegur / memberi hormat

etika yang baik dalam bertamu yaitu :

Bila berjumpa dengan segerombolan kenalan atau teman-teman, hendaknya kita terlebih dahulu menegur atau memberi hormat kepada perempuan tertua dari rombongan itu. Sesudah itu baru pada yang lain,

Ketika menegur atau memberi hormat, jangan menyimpan tangan di saku atau meletakkanya di bagian pinggang, karena akan memberi kesan sombong dan tidak sopan dalam pandangan orang terpelajar.

Dalam bertamu

etika yang baik dalam bertamu yaitu :

Beritahu lebih dahulu untuk mendapat kepastian apakah tuan rumah ada di tempat dan bersedia dikunjungi.

Tepat waktu untuk memberikan kesan yang baik pada tuan rumah dan menghargai waktu tuan rumah

Masuk, bila sudah dipersilahkan. Bila pintu tidak terkunci, jangan sembarangan masuk. Bila pintu terkunci ketuklah atau bunyikan bel dan bersabar.

Ucapkan salam. Sebagai penghormatan kepada tuan rumah dan tanda bahwa anda telah datang. Demikian juga pada saat hendak pamit.

Ingat waktu. Walaupun tuan rumah sangat ramah dan kelihatannya senang atas kunjungan anda.

Jangan memegang barang. Sebelum mendapatkan ijin dari tuan rumah pujilah tentang barangnya.

Jangan merokok bila belum dipersilakan.

Jaga sikap dan omongan. Jangan sekali-kali mengkritik interior rumahnya, seberantakan apapun.

Situasi rumah. Bila situasi rumah sedang kurang enak atau membutuhkan perhatian tuan rumah, sebaiknya segera pamit.

(16)

Dalam etika pergaulan penampilan seseorang dapat memberikan kesan yang baik atau sebaliknya. Penampilan yang menarik dan memikat merupakan modal untuk dapat meraih sukses dalam pergaulan. Penampilan yang menarik dan memikat dapat diperoleh dangan cara :

Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri

Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan Menjauhkan diri dari rasa minder dan rendah diri

Bersikap wajar, tidak “over atau under confidence

Dan dalam etika berpakaian pun kita harus mengenal karakteristik tubuhkita , berikut ini saya mencontohkan beberapa hal dalam etika berpakain :

Bagi yang bertubuh kurus : Hindari pakaian yang ketat

Diutamakan bahan yang halus dan melayang Warna terang lebih dianjurkan

Gunakan motif garis horizontal Bagi yang bertubuh besar: Hindari busana motif horizontal

Hindari ornamen busana dan asesori berlebihan

Warna kulit terang akan lebih menarik mempergunakan busana yang berwarna gelap

Bagi wanita, perpaduan motif dan warna busana baik kebaya/ blus, kain panjang/ rok dan selendang/pasmina disesuaikan. Busana bermotif dipadu dengan setelan senada.

Bagi pria, warna kemeja diusahakan serasi dengan warna jas dan dasi. Kemeja motif kotak-kotak tidak disarankan dipadu dengan jas pada acara resmi.

Pemakaian dasi disesuaikan dengan warna kemeja daripada warna jasnya.

Pada setelan jas maupun kemeja berdasi disarankan tidak menyelipkan pin atau benda lain yang membuat saku menggelembung (kacamata, handphone dll). Pada pemakaian dasi pangkalnya harus berakhir pada gesper ikat pinggang yang dipakai. Dasi kupu-kupu hanya untuk pakaian dan acara tertentu.

(17)

Kepribadian yang baik merupakan pribadi yang :

Disukai banyak orang, dihargai dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan dalam pergaulan.

Dianggap sebagai orang yang patut mendapatkan kepercayaan dan penghargaan.

Biasanya adalah orang yang suka melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan, suka menolong dan memberi perhatian terhadap kepentingan orang lain.

Yang sanggup mengasihi orang lain, walaupun orang itu telah menyakiti hatinya, dan mau mengampuni kesalahan orang lain.

Tidak pernah lari dari tanggung jawab dan konsekuen dalam bertindak.

ETIKA PERGAULAN REMAJA

Masa remaja merupakan masa yang sangat kritis, masa untuk melepaskan ketergantungan terhadap orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. keberhasilan para remaja melalui masa transisi sangat dipengaruhi oleh faktor biologis(faktor fisik), kognitif(kecerdasan intelektual), psikologis(faktor mental), maupun faktor

lingkungan. Dalam kesehariannya,remaja tidak lepas dari pergaulan dengan remaja lain. remaja dituntut memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

keterampilan-keterampilan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, mendengarkan pendapat/ keluhan dari orang lain, memberi / menerima umpan balik, memberi/ menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dan lain-lain.

A. Prinsip-prinsip etika pergaulan remaja Hak dan kewajiban

Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tapi juga jangan sampai meninggalkan kewajiban kita sebagai makhluk sosial.

(18)

Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktivitas. Disiplin waktu biar nggak keteteran.

Kesopanan

Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapaun dan kapanpun.

Kesederhanaan

Bersikaplah sederhana . Kejujuran

Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit. Keadilan

Senantiasa bersikap adil dalam bergaul. Tidak membeda-bedakan teman. Cinta Kasih

Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan. Suasana & tempat pergaulan kita

Ini sangat penting juga buat kita. Musti diperhatiin ya nih.

B . Faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja

Sebagai makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada beberapa faktor yang bisa memengaruhinya antara lain :

(19)

Kebebasan Emosional Interaksi sosial.

Pengetahuan terhadap kemampuan diri

Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama

c. Prinsip dasar pergaulan yang sehat

Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub yang ekstrem, yaitu terlalu sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas.

Semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan. Saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan

dan merasa paling benar. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia pasti akan membutuhkan manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul, supaya kita tidak menjadi manusia paling egois

Hubungan memberikan nilai positif bagi kedua belah pihak

Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Saya yakin anda tidak suka di rugikan demikian sebaliknya orang lain juga tidak suka kita rugikan. Dari itulah salah satu dasar pergaulan sehat yang lain adalah simbiosis mutualisme. Jangan sampai kita berpikir untuk merugikan orang lain

Saling menghormati dan menghargai

Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin di harga dan di hormati orang lain, maka kita harus lebih dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain. Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di lakukan dengan banyak hal seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat istiadat orang lain, menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan sebagainya.

(20)

Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada orang lain. Karena prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan permusuhan antara kita dengan orang lain.

Saling memahami perbedaan

Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik, psikologis, ras, suku, budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki keunikan tersendiri, karena hal inilah kita harus memahami perbedaan tersebut.

Saling memberikan nasihat

Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke jalan yang baik dan mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling memberikan nasehat, kita secara tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya untuk dunia saja, tapi juga untuk akhirat kelak.

Kesimpulan etika pergaulan remaja

Kesimpulan 1:

Etika pergaulan adalah sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.

Cara yang baik bersikap dalam pergaulan adalah bagaimana seseorang tersebut mengutamakan perilaku yang sopan santun saat berhubungannya dengan setiap orang.

Dunia pergaulan banyak jenisnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor umur, pekerjaan, keterikatan, lingkungan dan sebagainya.

Dampak positif dari pergaulan adalah Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani.

(21)

Berbagai masalah tentang masalah pergaulan remaja pada masa ini, terutama di negara kita Indonesia, yang dikenal dengan baik budaya ketimuran kita yang terkenal mengerti akan sopan santun juga marak terjadi.

Semua permasalahan itu contohnya :

Narkoba, Sex bebas, Penyakit HIV/AIDS, Hamil di luar nikah, Mencuri, Clubing, Perkataan Buruk dan Jorok, Tawuran dan Perkelahian, Merokok, Membolos Sekolah, Peniruan Budaya Barat, dsb.

Kesimpulan 2 :

Lingkungan pergaulan dapat mengubah kepribadian para remaja.

Remaja dengan lingkungan pergaulan yang baik lebih baik kepribadiannya daripada anak dengan lingkungan pergaulan yang jelek.

Peran orang tua, teman, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan bagi

remaja dalam bentuk contoh dan nasihat untuk menghadapi masalah pergaulan remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan hak asasi manusia di Indo- nesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, yang menegaskan bahwa untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip

Pcrmusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, maka untuk menegakkan dan melindungi hak asasi manusia sesuai dengan prinsip negara

Etika islam didasarkan antara lain atas prinsip kemerdekaan ini, yang merupakan dasar dari hak asasi manusia. Dalam berbagai ayat al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah

Eide, Catarina Krause and Allan Rosas), Martinus Nijhoff Publishers, the Netherland.. Prinsip universalitas hak asasi ini menegaskan bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama

Oleh karena itu dalam Islam hak-hak asasi manusia tidak hanya menekankan kepada hak-hak manusia saja, tetapi hak-hak itu dilandasi oleh kewajiban asasi untuk

berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam

Hak ini mencakup kebebasan untuk menganut atau menerima suatu agama atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik secara individu maupun bersama-sama

kondisi & dasar-dasar bagaimana seharusnya manusia bertindak secara etis, bagaimana pula manusia bersikap etis, teori-teori etika dan prinsip- prinsip moral dasar