• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 60/PUU-XIII/2015"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 60/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014

TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI,

DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGARKAN KETERANGAN PRESIDEN DAN DPR

(III)

J A K A R T A

SENIN, 29 JUNI 2015

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 60/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang [Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. M. Fajroel Rachman 2. Saut Mangatas Sinaga 3. Victor Santoso Tandiasa

ACARA

Mendengarkan Keterangan Presiden dan DPR (III)

Senin, 29 Juni 2015, Pukul 13.36 – 13.57 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Arief Hidayat (Ketua)

2) Anwar Usman (Anggota)

3) Maria Farida Indrati (Anggota)

4) Patrialis Akbar (Anggota)

5) Wahiduddin Adams (Anggota)

6) Aswanto (Anggota)

7) Suhartoyo (Anggota)

8) Manahan Malontige Pardamean Sitompul (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Pemohon Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015:

1. Fadjroel Rachman 2. Victor Santoso Tandiasa 3. Saut Mangatas Sinaga

B. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015:

1. Unoto Dwi Yulianto 2. Christoffel Malau 3. Johannes Huka 4. Ade Yan Yan 5. Iwan Gunawan

C. Pemerintah:

1. Wicipto Setiadi

2. Zudan Arif Fakhrulloh 3. Budijono

4. Saiful Bahri 5. Wahyu Chandra

(4)

1. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Bismillahirrahmanirrahim. Sidang dalam Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 dengan ini dibuka dan terbuka untuk umum.

Saya cek kehadirannya. Pemohon, yang hadir siapa? Saya persilakan.

2. PEMOHON: FADJROEL RACHMAN

Yang Mulia. Saya Fadjroel Rachman (Ketua Umum Gerakan Nasional Calon Independen). Kemudian di kiri saya, Saut Mangatas Sinaga (Sekretaris Jenderal dari GNCI). Dan kemudian Pak Victor dari GNCI juga. Baik, terima kasih.

3. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Lengkap dengan Kuasa Hukumnya, ya. Dari Pemerintah yang mewakili Presiden siapa yang hadir?

4. PEMERINTAH: BUDIJONO

Terima kasih, Yang Mulia. Dari Pemerintah hadir dari sebelah kiri, Bapak Prof. Zudan Arif Fakhrulloh (Staf Ahli Menteri Dalam Negeri), bidang politik hukum dan hubungan antar lembaga. Lalu Bapak Dr. Wicipto Setiadi (Direktur Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM). Saya sendiri Budijono, sebelah kanan saya Saudara Chandra, dan paling ujung Bapak Saiful Bahri dari Kementerian Dalam Negeri. Terima kasih, Yang Mulia.

5. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik, terima kasih. Dari DPR tidak hadir, Surat Nomor PW/09838/DPR-RI/VI Tahun 2015 tertanggal 26 Juni 2015 yang ditandatangani Sekjen Dr. Winantuningtyastiti, M.Si., menyatakan bahwa karena DPR ada kesibukan rapat-rapat, maka tidak dapat menghadiri persidangan pada hari ini.

Agenda pada persidangan pada siang hari ini adalah mendengar keterangan Presiden dan DPR. Karena DPR tidak hadir, maka agendanya

SIDANG DIBUKA PUKUL 13.36 WIB

(5)

hanya mendengarkan keterangan dari Presiden. Saya persilakan. Silakan, Pak Wicipto.

6. PEMERINTAH: WICIPTO SETIADI

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum wr. wb. Selamat siang dan salam sejahtera untuk kita sekalian. Izinkan kami membacakan keterangan Presiden atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota Menjadi Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi. Dengan hormat yang bertanda tangan di bawah ini, Tjahjo Kumolo (Menteri Dalam Negeri), Yasonna H. Laoly (Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia) dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Presiden Republik Indonesia, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri yang selanjutnya disebut Pemerintah, menyampaikan keterangan baik lisan maupun tertulis yang merupakan suatu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan atas permohonan pengujian ketentuan Pasal 41 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 yang dimohonkan oleh Saudara M. Fadjroel Rachman dan kawan-kawan, melalui Kuasa Hukumnya Drs. Christoffel Malau, M.H., dan kawan-kawan yang selanjutnya disebut Para Pemohon.

Selanjutnya perkenankanlah Pemerintah menyampaikan keterangan Presiden atas permohonan pengujian undang-undang sebagai berikut.

1. Pokok permohonan Para Pemohon. Mohon izin, Yang Mulia, untuk tidak dibacakan isi permohonan karena sudah dianggap dimengerti dan dipahami, baik oleh Pemerintah maupun Pemohon sendiri.

2. Tentang kedudukan hukum Para Pemohon. Uraian tentang kedudukan Para Pemohon akan kami jelaskan secara lebih rinci dalam keterangan Pemerintah secara lengkap yang akan disampaikan melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. Namun Pemerintah memohon yang … kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilai apakah Pemohon memiliki kedudukan hukum atau tidak?

3. Keterangan Pemerintah atas materi permohonan yang dimohonkan untuk diuji. Sebelum Pemerintah menyampaikan penjelasan lebih lanjut atas permohonan pengujian undang-undang a quo terlebih dahulu disampaikan hal-hal sebagai berikut.

1. Pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan salah satu alat dan sarana pelaksanaan pemerintahan yang mendasar pada demokrasi di setiap wilayah provinsi dan

(6)

kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemilihan umum kepala daerah juga dapat dirumuskan sebagai mekanisme penyeleksian pasangan calon yang dipercayai melalui perolehan suara dalam tahapan pemilu untuk melaksanakan tugas kepemimpinan pemerintahan daerah. Sistem pemilihan ini berupa seperangkat metode untuk mentransfer suara pemilih kepada pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah tertentu, sehingga dapat ditetapkan pasangan calon pemenang berdasarkan jumlah suara yang diperolehnya. Secara singkat sistem pemilihan ini berkaitan dengan cara penetapan pemilih, penetapan pasangan calon, pemberian suara, penghitungan suara, penetapan pemenang, pengusulan, pengesahan, pengangkatan, pasangan calon kepala daerah menjadi kepala daerah dan pelantikan.

2. Berbagai perubahan yang terjadi dari masa ke masa atas penyelenggaraan pilkada di Indonesia menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia masih dan akan terus dalam proses. Oleh karenanya pemberian makna atas demokrasi itu sendiri merupakan hal terpenting dalam reformasi dan perbaikan hidup bernegara.

3. Bahwa secara prinsip setiap aturan yang dibuat oleh negara adalah semata-mata untuk menciptakan suatu tata kehidupan yang lebih baik. Baik guna menjaga keberlanjutan pemerintahan dan kemajuan di segala aspek kehidupan dalam upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Demikian halnya dengan ketentuan a quo yang saat ini sedang diujikan.

4. Ketentuan Pasal 41 undang-undang a quo pada intinya menyatakan bahwa calon perseorangan yang dapat mendaftarkan diri sebagai kepala daerah, gubernur, wakil gubernur, bupati, wakil bupati, dan walikota, wakil walikota, wajib memenuhi ketentuan presentase syarat dukungan penduduk di wilayah pemilihan sebelum pelaksanaan pemilu kepala daerah. Hal tersebut menurut Pemerintah merupakan satu cermin adanya dukungan awal yang merupakan simbol kepercayaan masyarakat terhadap pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang berkompitisi pada penyelenggaraan pemilukada. Dengan demikian persyaratan yang diatur dalam objek permohonan a quo telah sejalan dengan amanat konstitusi yang menggambarkan kedaulatan rakyat, serta terwujudnya dukungan masyarakat secara maksimal dalam rangka pelaksanaan pembangunan yang berkesinambungan melalui sistem pemilihan yang lebih berkualitas. Ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai persyaratan atau seleksi awal yang menunjukkan akseptabilitas atau tingkat

(7)

kepercayaan terhadap calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang tercermin dari dukungan rakyat pemilih.

5. Bahwa selain persyaratan ambang batas bagi calon independen dinaikkan. Syarat dukungan untuk calon dari parpol atau gabungan parpol juga naik dari 15% menjadi 20% kursi, lalu dari 20% suara menjadi 20% suara. Kebijakan ini adalah untuk mendorong keseriusan calon perseorangan didukung secara signifikan oleh rakyat. Threshold menjadi salah satu faktor penting untuk menunjukkan peran dan dukungan yang signifikan dari masyarakat dalam proses seleksi calon perseorangan.

6. Kebijakan ambang batas yang diatur dalam objek permohonan a quo merupakan analogi atas kebijakan pemilihan umum yang oleh Pasal 6 dan Pasal 6A Undang-Undang Dasar Tahun 1945 didelegasikan kepada pembentuk undang-undang untuk mengaturnya dengan undang-undang. Dengan demikian pengaturan kebijakan ambang batas pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah tidak bertentangan dengan konstitusi karena ketentuan a quo tidak mengandung unsur-unsur yang diskriminatif mengingat bahwa kebijakan threshold tersebut selain untuk persyaratan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah juga berlaku untuk peserta … semua peserta pemilu, yaitu presiden, wakil presiden, DPR, dan DPRD. Hal tersebut berlaku secara objektif bagi seluruh peserta pemilu tanpa kecuali. Juga tidak ada faktor-faktor pembeda RAS, agama, jenis kelamin, status sosial dan lain-lain.

7. Pemerintah berpendapat bahwa objek permohonan a quo telah mewujudkan manifestasi kedaulatan rakyat sesuai dengan amanat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjadi sumber dari segala sumber hukum. Di samping itu, pasal tersebut merupakan norma hukum yang tidak diskriminatif dan tidak bertentangan dengan hak-hak konstitusional.

8. Sebagai rujukan dalam menyikapi permohonan ini, perlu Pemerintah sampaikan bahwa Mahkamah Konstitusi dalam salah satu pertimbangannya adalah Putusannya Nomor 56/PUU-VII/2008 tanggal 17 Februari 2009, menyatakan bahwa untuk menjadi presiden dan wakil presiden adalah hak setiap warga negara yang dijamin oleh konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 6A Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Diberikannya hak konstitusional untuk mengusulkan pasangan calon presiden dan wakil presiden kepada partai politik oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bukanlah berarti hilangnya hak konstitusional warga negara. Hal ini dikarenakan kondisi tersebut berada dalam konstruksi sistem kepartaian, di

(8)

mana partai politik memiliki fungsi rekrutmen politik untuk menempatkan kader-kader terbaiknya menduduki jabatan politik di antaranya adalah presiden dan wakil presiden. Sehingga dengan demikian, Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 sudah sesuai dengan semangat konstitusi. Untuk menjadi calon presiden dan wakil presiden sendiri telah dijamin dalam Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 28D ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yaitu apabila warga negara yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Pasal 6 dan dilakukan menurut tata cara sebagaimana dimaksud oleh Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, setidaknya hal ini dapat dijadikan sebagai perbandingan dalam menilai permohonan a quo.

9. Bahwa pemilukada merupakan bagian dari proses demokratisasi yang merupakan sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang sesungguhnya, yaitu tegaknya prinsip dan nilai demokrasi. Pilkada bukanlah satu tujuan, melainkan sebagai alat atau sarana, sehingga secara sederhana dapat dikatakan bahwa dengan terselenggarakannya pilkada, tidak serta-merta demokrasi akan terjadi bila pilkada itu dilaksanakan seenaknya dan mengabaikan nilai-nilai demokrasi universal dalam melaksanakannya.

10.Harus menjadi kesadaran semua pihak bahwa dalam pelaksanaan pilkada dibutuhkan banyak pembenahan, antara lain pembenahan manajemen kelembagaan yang menyangkut kelembagaan pelaksana pilkada seperti KPU, Bawaslu, dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Kemudian, juga penguatan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang cerdas, baik secara intelektual, maupun moral, serta dukungan yang kuat dari masyarakat yang akan dipimpinnya.

11.Keberhasilan demokrasi dan pemerintahan daerah di Indonesia tidaklah tergantung pada sistem pengusulan dan perekrutan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah, melainkan tergantung pada kebijaksanaan dan kearifan seluruh elemen yang terlibat dan berpartisipasi dalam melaksanakannya.

12.Pemerintah sangat menghargai usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat dalam ikut memberikan sumbangan dan partisipasi

pemikiran dalam membangun pemahaman tentang

ketatanegaraan. Pemikiran-pemikiran masyarakat tersebut akan menjadi sebuah rujukan yang sangat berharga bagi pemerintah khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Atas dasar pemikiran tersebut, Pemerintah berharap dialog masyarakat dan Pemerintah tetap terus terjaga dengan satu tujuan membangun kehidupan demokrasi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik dan mengembangkan dirinya dalam kepemerintahan dengan tujuan membantu mewujudkan dari cita-cita bangsa Indonesia

(9)

sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

4. Petitum. Berdasarkan penjelasan tersebut, Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi yang memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan pengujian Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota Menjadi Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 untuk dapat memberikan putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya.

Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi, diucapkan terima kasih. Perbaikan dan keterangan selengkapnya akan kami susulkan.

Terima kasih. Hormat kami, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H. Laoly. Terima kasih. Assalamualaikum wr. wb.

7. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Waalaikumsalam wr. wb. Terima kasih, Pak Wicipto.

Yang berikutnya Pemohon mengajukan daftar bukti tambahan dan bukti tambahan P-1 … P-5 sampai dengan P-10, betul?

8. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

Betul, Yang Mulia.

9. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Ya, dengan ini disahkan.

Kemudian, sebelum saya akhiri persidangan ini. Saya akan tanya kepada Pemohon, apakah akan mengajukan ahli atau saksi?

10. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

Kami akan rencananya mengajukan ahli dan saksi, Yang Mulia.

11. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Berapa yang akan diajukan untuk persidangan berikutnya?

(10)

12. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

Untuk Ahli rencanya setelah kami berkonsultasi dengan Prinsipal akan menghadirkan … ini masih rencanya, Yang Mulia, Sekali lagi. Prof. Hamdi Muluk, Effendi Gazali, Thamrin Tomagola, Refly Harun, dan Pak Harjono. Sementara Saksi Pak Basuki Tjahaja Purnama, Emil Pardede selaku Calon Walikota Depok, Pak Jajuli (Wakil Bupati Sukabumi), Faisal Basri (Mantan Cagub Independent Jakarta), dan Mukhlis Calon Gubernur Independent dari Aceh.

13. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Kalau begitu (…)

14. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

Untuk sementara itu, Yang Mulia.

15. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Besok pada persidangan yang akan datang dua ahli dan dua saksi, ya? Lebih dulu, ya. Karena waktunya, itu maksimal dua jam dalam satu kali persidangan, tidak mungkin seluruhnya. Kita minta untuk dua ahli dan dua saksi. Sebelum persidangan nama dan curriculum vitae-nya, ya, disampaikan Kepaniteraan.

16. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

Baik, Yang Mulia.

17. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Baik. Jadi saya ulangi, pada persidangan yang akan datang dua ahli dan dua saksi, ya. Baik.

Baik, persidangan yang akan datang akan diselenggarakan pada hari Kamis, 9 Juli Tahun 2015, pada pukul 11.00 WIB. Dengan agenda yang pertama, mendengarkan keterangan DPR terlebih dahulu. Kemudian, dua orang ahli dan dua orang saksi dari Pemohon. Ada yang disampaikan lagi Pemohon atau cukup?

18. KUASA HUKUM PEMOHON: UNOTO DWI YULIANTO

(11)

19. KETUA: ARIEF HIDAYAT

Dari Pemerintah? Cukup. Baik, sidang selesai dan ditutup.

Jakarta, 29 Juni 2015 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d

Rudy Heryanto

NIP. 19730601 200604 1 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 13.57 WIB KETUK PALU 3X

Risalah persidangan ini adalah bentuk tertulis dari rekaman suara pada persidangan di Mahkamah Konstitusi, sehingga memungkinkan adanya kesalahan penulisan dari rekaman suara aslinya.

Referensi

Dokumen terkait

4) Banyaknya kunyahan makanan per menit pada masing-masing kelompok umur  Sedangkan untuk menentukan perbedaan lamanya waktu yang diperlukan untuk merumput dan lamanya

Dari hasil perhitungan rasio penjualan terhadap total aktiva (X5), diperoleh nilai sebagai berikut:.. Dari nilai tersebut maka dapat diperoleh hasil rata-rata

Dalam asumsi pertama, ijtihad sama dengan ra'yu; dan dalam asumsi kedua, ijtihad sama dengan qiyas. Oleh sebab itu, aliran ini sangat dominan mengunakan ra'yu dengan

Kedua, penelitian dengan judul “Coping Strategy pada Mahasiswa Salah Jurusan” yang dilakukan oleh Intani dan Surjaningrum (2010). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga

Jika sudah ketemu dengan file popojicms yang akan anda upload, silakan klik kanan pada nama file popojicms.v.1.2.5 lalu klik upload.. biarkan kosong saja, lalu klik

Apabila ketuban  pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan meningkatkan risiko infeksi, juga meningkatkan risiko terjadinya penekanan tali pusat yang

Berdasarkan perbandingan nilai korelasi antara nilai dugaan respon akhir dan peubah respon