2.2 Perkembangan pemikiran secara sosiologi
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan masyarakat. Istilah sosiologi pertama kali dicetuskan oleh seorang filsuf asal Perancis bernama Auguste Comte dalam bukunya Cours de la Philosovie Positive. Orang yang dikenal dengan bapak sosilogi tersebut menyebut sosiolog adalah ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Kata sosiologi sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu 'socius' yang berarti teman atau kawan dan 'logos' yang berarti ilmu pengetahuan.
Disebutkan oleh Auguste Comte yang menyatakan sosiologi merupakan ilmu pengetahuan. Sebuah pengetahuan dikatakan sebagai ilmu apabila mengembangkan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang didasarkan pada penelitian yang ilmiah.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari jaringan hubungan antara manusia dalam bermasyarakat. Sedangkan secara luas sosiologi merupakan ilmu pengetahuan tentang masyarakat dimana sosiologi mempelajari masyarakat sebagai kompleks kekuatan, hubungan, jaringan interaksi, serta sebagai kompleks lembaga/penata.
Melalui fisika sosial, Comte berupaya menyusun sebuah ilmu mengenai masyarakat yang mampu memprediksi atau meramalkan pergerakan perkembangan masyarakat dari masa ke masa. Buah pemikiran Comte mengenai hukum masyarakat dikenal dengan sebutan hukum perkembangan manusia melalui serangkaian tahapan berikut:
a. Tahap Teologis
Merupakan tahap paling awal dari perkembangan akal manusia. Pada tahap ini manusia berusaha menerangkan fakta yang kaitannya dengan teka-teki alam yang dianggap misteri. Tahap ini bisa ditemui, misalnya pada manusia-manusia purba. Pada tahap teologis ini terdapat beberapa bentuk dan cara berpikir. Bentuk pertama, yaitu fetiyisme dan animisme. Manusia purba tidak mengenal konsep-konsep abstrak dan benda yang tak dimengerti.
Kemudian terdapat cara berpikir lagi yang lebih maju, yang dapat menyatukan dan mengelompokkan semua benda dan kejadian kedalam konsep yang lebih umum disebut politeisme. Cara berpikir yang lebih maju lagi adalah monoteisme, dimana berpikir ini tidak lagi mengakui adanya roh dari benda dan kejadian, tetapi mengakui hanya satu roh saja, yakni Tuhan. Cara berpikir ini membawa pengaruh pada kehidupan sosial, budaya dan pemerintahan.
b. Tahap Metafisis
Merupakan tahap dimana manusia mulai mengadakan perombakan atas cara berpikir lama. Manusia pada tahap ini berusaha keras mencari hakekat atau esensi dari segala sesuatu.
c. Tahap Positif
Merupakan tahap cara berpikir final. Pada tahap ini, gejala dan kejadian alam tidak lagi dijelaskan tetapi berdasarkan observasi, eksperimen dan komparasi yang ketat dan teliti. Akal mulai mencoba mengobservasi secara empiris dan hati-hati untuk menemukan hukum-hukum yang mengatur sebab musabab timbulnya gejala dan kejadian itu.
Comte menguraikan fungsi lain dari ilmu pegetahuan positif. Comte menegaskan secara berulang-ulang bahwa ilmu pengetahuan positif pun mampu membebaskan manusia dari perasaan terkungkung oleh kekuatan magis akibat pandangan teologis, dan menjauhkan diri dari kecenderungan purba untuk berperang akibat militerisme dan feodalisme sisa pemikiran tahap metafisis. Tidak ada faedahnya mempertahankan atau memelihara jenis-jenis pengetahuan yang tidak benar dan tidak berguna.
Daftar Pustaka
http://www.zonasiswa.com/2014/05/pengertian-sosiologi-lengkap-pendapat.html diakses pada tanggal 24 September 2016