BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak kasus kriminal yang terjadi di Indonesia yang masuk dalam kategori sangat mengkhawatirkan. Mulai dari kasus pembunuhan berantai, pelecehan seksual pada anak, hingga kasus pembunuhan mutilasi. Kasus-kasus tersebut pada tiap tahunnya selalu terjadi dan cenderung meningkat, contohnya saja kasus pembunuhan mutilasi pada tahun 2011 terjadi pembunuhan mutilasi di daerah Tawamangu Jawa Tengah dan diyakini kasus ini belum terungkap hingga sekarang, berlanjut pada tahun berikutnya yaitu pada tahun 2012 terjadi mutilasi anak terhadap orang tuanya di daerah Labuhanbatu-Sumatera Utara, berikutnya pada tahun 2013 juga terjadi pembunuhan sadis dengan cara mutilasi di daerah Cikampek-Jakarta Timur korban dibunuh dengan cara dipotong enam bagian oleh si pelaku dan terakhir pada tahun 2014 terjadi kasus pembunuhan dengan cara mutilasi di daerah Pekanbaru-Riau yang jumlah korbannya mencapai tujuh orang (sumber okezone.com). Kemudian kasus berikutnya adalah kasus pelecahan seksual terhadap anak pada tahun 2014 terjadi 2 kasus yang menarik cukup banyak perhatian masyarakat luas di Indonesia, salah satunya adalah pelecahan seksual yang terjadi di tempat yang tidak wajar, yaitu di sekolah dan pelakunya adalah salah satu guru di sekolah tersebut.
2014 terdapat 342 kasus kekerasan seksual pada anak. Data Polri 2014, mencatat ada 697 kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi diseparuh tahun 2014. Dari jumlah itu, sudah 726 orang yang ditangkap dengan jumlah korban mencapai 859 orang. Sedangkan data KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) dari bulan januari hingga april 2014, terdapat 622 laporan kasus kekerasan pada anak (sumber: kpai.go.id). Dari paparan fakta tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia dalam keadaan krisis terhadap perlindungan anak dari tindak kejahatan seksual maupun kekerasan.
Tindak kriminal menyimpang sebenarnya adalah sebuah penyakit. Dimana pelakunya mengalami yang namanya Mental Disorder. Apabila seorang telah mengidap jenis penyakit ini, maka ia cenderung melakukan kegiatan yang diluar orang biasa lakukan. Para pengidap Mental Disorder juga sering disebut psikopat, karena tindakan mereka yang abnormal. Secara
harfiah psikopat berarti sakit jiwa, berasal dari kata psyche, jiwa dan pathos, penyakit. Masyarakat awam menyebutnya “gila” (Hare, 2006). Ciri-ciri psikopat menurut Psychopathic Checklist-Revised sebagai berikut: fasih berbicara dengan daya tarik yang superfisial, merasa
diri berharga, berbohong, menipu dan manipulatif, emosi dangkal atau kurangnya rasa bersalah, kurangnya empati dan sifat tidak berperasaan, gaya hidup parasit, rendahnya kontrol perilaku, perilaku seksual yang sembarangan, tidak realistik, impulsif, tidak bertanggung jawab, gagal mengerjakan tanggung jawab pribadi, relasi pernikahan yang pendek, kenakalan masa remaja, pandai dalam tindak kriminal.
Mental Disorder atau yang sering juga disebut psikopat pada umumnya adalah orang
yang bersifat antisosial (individualis), namun ada juga psikopat yang mampu bergaul layaknya orang normal pada umumnya, sehingga orang biasa tidak dapat membedakan mana yang menderita psikopat atau tidak. Hal inilah yang sangat berbahaya, karena seseorang yang menderita psikopat bisa saja melakukan hal-hal yang dapat membahayakan orang lain ataupun lingkungan sekitar dia tinggal seperti kasus-kasus yang disebutkan diatas.
jenis penyakit seksual menyimpang ini biasanya sangat sulit dideteksi keberadaanya, Dikarenakan kemampuan sosial mereka yang sangat baik terhadap lingkungan tempat dimana ia tinggal. Inilah yang menyebabkan banyaknya korban yang mengalami kejahatan tindak seksual menyimpang dari para pengidap Mental Disorder atau yang sering disebut juga psikopat.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya maka diperlukanlah sebuah sistem pakar yang dapat menggantikan seorang yang ahli dibidang psikologi untuk mendeteksi seseorang yang menderita psikopat. Pada sistem ini dimasa yang akan datang diharapkan dapat membantu masyarakat luas yang awam terhadap ilmu pengetahuan tentang psikologi untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh para penderita psikopat atau Mental Disorder.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana mendeteksi psikopat pada seseorang dengan merancang suatu sistem pakar dengan metode Dempster Shafer dan Certainty Factor.
1.3 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan perbandingan kompleksitas waktu metode Dempster Shafer dan Certainty Factor
2. Jenis Psikopat yang akan dibahas ada 3 yaitu Pedophilia, Sexual Sadism, dan Transvestic Fetishism.
4. Informasi atau data untuk menyusun aturan merupakan fakta yang diperoleh dari psikolog yang mahir dibidangnya.
1.4 Tujuan Penlitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Membantu masyarakat luas bagaimana mendeteksi seorang yang menderita psikopat (Mental Disorder).
2. Membantu para psikolog dalam mendeteksi dan menganalisis psikopat (Mental Disorder) dengan waktu yang relative lebih cepat dari waktu normal (perhitungan manual).
3. Menguji keakuratan metode Dempster Shafer dan Certainty Factor dalam mendeteksi seseorang yang menderita psikopat.
1.5 Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Diharapkan mampu menghemat waktu dalam menganalisis yang dilakukan oleh para psikolog untuk mendeteksi psikopat.
2. Terujinya 2 metode sekaligus yaitu Dempster Shafer dan Certainty Factor dalam melakukan pendeteksian psikopat yang mana hasil analisis akan dibandingkan keakuratannya.
3. Diharapkan dengan adanya aplikasi ini masyarakat terbantu dalam menganalisis psikopat tanpa harus adanya korban terlebih dahulu ataupun tanpa harus adanya tindakan langsung psikolog dalam mendeteksi psikopat.
1.6 Metodologi Penelitian
a. Studi Literatur
Metode ini dilaksanakan dengan mengumpulkan bahan dari buku, jurnal, artikel maupun sumber lain yang berhubungan dengan psikopat dan sistem pakar yang menggunakan metode Dempster Shafer dan Certainty Factor.
b. Analisis
Pada tahap ini akan dimulai dengan menganalisis gejala yang terdapat pada beberapa jenis psikopat yang telah ditentukan dengan bantuan kuisoner, serta memahami kerja sistem yang akan dibuat.
c. Perancangan Sistem
Pada tahap ini dimulai dengan merancang flowchart sebagai dasar rancangan sistem yang akan dibuat. Dan flowchart tersebut akan diimplementasikan pada sistem pakar mendeteksi psikopat pada seseorang dengan menggunakan metode Dempster Shafer dan Certainty Factor.
d. Implementasi
Pada tahap ini akan mengimplementasikan rancangan sistem pakar dengan metode dempster shafer dan certainty factor kedalam bahasa pemrograman komputer yaitu program PHP dan MySQL sebagai database.
e. Pengujian Sistem
Metode ini adalah melakukan pengujian terhadap sistem yang telah dibuat apakah sudah berjalan sesuai dengan benar dan sesuai dengan perdancangan yang telah dilakukan diawal penelitian.
f. Dokumentasi
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini tersusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab Pendahuluan ini berisikan latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penyusunan tugas akhir, manfaat penyusunan tugas akhir, metodologi penelitian, dan sistematika penyusunan tugas akhir.
BAB 2 : LANDASAN TEORI
Pada bab Landasan Teori berisikan beberapa teori berasal dari referensi yang mendasari dan berhubungan dengan perancangan aplikasi perangkat lunak simulasi palang pintu otomatis kereta api ini.
BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini diuraikan deskripsi dan desain perangkat lunak yang sedang dikembangkan. Desain perangkat lunak meliputi Flowchart dan DFD software.
BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
menguraikan persiapan-persiapan teknis sebelum menguji aplikasi serta menampilkan hasil akhir dari aplikasi perangkat lunak.
BAB 5 : PENUTUP