• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning (PJBL) Berbantuan Pop-Up Book untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Ke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Project Based Learning (PJBL) Berbantuan Pop-Up Book untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Ke"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

Penelitian ini menuliskan tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai pembelajaran inovatif dengan penerapan Project-Based Learning berbatuan pop-up book untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik terpadu.

2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran Project-Based Learning

2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran Project-Based Learning

Model pembelajaran Project-Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang memberdayakan siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru berdasarkan pengalamannya melalui berbagai presentasi. Project-Based Learning merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatannya sebagai sarana pembelajaran (Hosnan, 2014: 321). Pembelajaran dengan menggunakan model Project-Based Learning ini siswa mampu untuk mengelola dan mengembangkan kemampuan kreativitas yang dimiliki, sehingga mampu menerapkan keterampilan dalam pembuatan karya produk. Model Project-Based Learning merupakan proyek yang memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja, siswa akan melakukan pengkajian

atau penelitian, memecahkan masalah dan menerima informasi Waras (dalam Yance, 2013: 49). Siswa mampu menciptakan ide gagasannya yang tertuang pada hasil akhir dalam pembelajaran yaitu berupa produk yang merupakan hasil dari kerja kelompok maupun individu yang nantinya akan dipresentasikan.

(2)

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa model pembelajaran Project-Based Learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada aktifitas siswa dan mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk meluangkan ide gagasannya serta memberikan kebebasan kepada siswa untuk berkreasi namun masih dalam pengontrolan dan pengawasan guru yang pada akhirnya siswa mampu menciptakan sebuah produk. Penggunakan model Project-Based Learning akan membuat pembelajaran lebih bermakna untuk siswa, karena siswa tidak hanya memahami materi yang diajarkan oleh guru, namun siswa juga mampu menciptakan suatu produk yang selaras dengan apa yang sedang dipelajari. Selain itu, model Project-Based Learning merupakan kegiatan pembelajaran inovatif yang menghasilkan sebuah proyek dengan mengedepankan pengalaman siswa dalam memecahkan masalah yang sesuai dengan pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas siswa. Siswa dikatakan kreatif apabila dia mampu mengungkapkan gagasannya untuk menyelesaikan masalah dengan mampu menghasilkan sebuah karya yang baru atau yang menyempurnakan karya yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, kegiatan belajar lebih terpusat pada aktifitas siswa (student centered), sehingga mampu menumbuh kembangkan pikiran siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.

2.1.1.2Tujuan Model Pembelajaran Project-Based Learning

Tujuan model pembelajaran Project-Based Learning (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016:161) antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah proyek

2. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran

3. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata

4. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas atau proyek.

(3)

2.1.1.3 Manfaat Model Pembelajaran Project-Based Learning

Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang fokus pada peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bemakna lainnya. Pelaksanaan Project-Based Learning dapat memberi peluang kepada peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang puncaknya dapat menghasilkan produk karya peserta didik. Manfaat dari model Project-Based Learning menurut (Kosasih 2014:325) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

1. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.

2. Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

3. Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber atau bahan atau alat untuk menyelesaikan tugas.

4. Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususunya pada aktifitas belajar yang bersifat kelompok.

Berdasarkan uraian tentang manfaat diatas Project-Based Learning yaitu memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru ini dibuktikan saat menyusun proyek, peserta didik akan banyak memperoleh pengetahuan dan keterampilan bagaimana cara menyusun proyek yang sesuai, meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah saat proyek ada kendala peserta didik harus mulai mencari bagaimana harus menyelesaikan masalah tersebut supaya proyeknya berjalan lancar, membuat peserta didik lebih akfif dalam menyelesaikan proyek, dengan pembelajaran Project-Based Learning peserta didik tidak pasif tetapi harus aktif dan berperan untuk membuat sebuah proyek. Meningkatkan keterampilan dalam

(4)

yang mampu sehingga akan menimbulkan daya tangkap yang sama kepada setiap peserta didik. Selain itu dengan menggunakan Project-Based Learning juga akan mendorong peserta didik berpikir lebih, sehingga makna sesungguhnya dari proses pembelajaran dan materi pelajaran dapat dipahami dengan baik.

2.1.1.4 Langkah-langkah Pembelajaran Project-Based Learning

Sintak Project-Based Learning menurut Goerge Lucas (dalam Trianto, 2014: 52-53) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Sintaks Model Pembelajaran Project-Based Learning

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan memberikan pertanyaan esensial, tujuan pertanyaan itu untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritikan dan ide yang dapat memberi penugasan siswa untuk melakukan suatu aktivitas

Fase 2

Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project.

Perencanaan dilakukan bersama-sama antara guru dengan siswa secara kolaboratif, dengan seperti itu maka siswa akan merasa memiliki hasil produk yang telah dibuat. Perencanaan ini berisi aturan main dalam keegiatan, pemilihan kegiatan yang dapat mendukung menjawab pertanyaan esensial, dengan cara menghubungkan berbagai subjek, dan mengetahui alat serta bahan yang dapat membantu untuk menyelesaikan proyek.

Fase 3

Menyusun Jadwal (Create a Schedule)

Guru dan siswa berkolaborasi menyusun jadwal aktivitas untuk menyelesaikan proyek.

Fase 4

Memonitor siswa dan kemajuan proyek (Monitor the Studentsand the Progress of the Project)

Guru berperan sebagai fasilitator siswa, untuk mempermudah monitoring dibuat sebuah rubrik untuk mengetahui segala aktivitas yang penting pada siswa.

Fase 5

Menguji Hasil (Assess the Outcome)

Guru berperan mengevaluasi kemajuan setiap siswa, memberi umpan balik terhadap tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu dalam pengajar untuk menyusun strategi pembelajaran berikutnya

Fase 6

Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

(5)

Berdasarkan tabel 2.1 dapat diuraikan bahwa model pembelajaran Project-Based Learning menurut Goerge Lucas (dalam Trianto, 2014: 52-53) tersebut ada 6 fase. Fase pertama yaitu penentuan proyek dalam hal ini peserta didik menentukan tema atau topik yang diberikan oleh guru, fase kedua perancangan langkah-langkah penyelesaian proyek, fase ketiga penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, fase keempat penyelesaian proyek dengan fasilitas dan monitoring guru, fase kelima penyampaian hasil kegiatan dan presentasi atau publikasi hasil proyek, fase keenam evaluasi dan hasil proyek. Model pembelajaran Project-Based Learning berorientasi pada pemecahan masalah yang diintegrasikan dengan kehidupan nyata. Penggunaan model Project-Based Learning siswa diharapkan dapat membentuk pengetahuan atau konsep baru dari informasi yang didapatnya. Model pembelajaran Project-Based Learning akan lebih baik jika dibantu dengan media pembelajaran sebagai pendukung sehingga kemampuan berfikir siswa benar-benar terlatih dan terarah.

2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Project-Based Learning

Model Project-Based Learning ini memiliki kelebihan dan kelemahan dalam proses pembelajarannya. Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Kelebihan model Project-Based Learning. Menurut (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016: 165) antara lain:

1. Melalui metode proyek, dapat membangkitkan dan mengaktifkan peserta didik, dimana masing-masing belajar dan bekerja sendiri,

2. Melalui metode proyek memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik untuk mempraktikkan materi yang telah dipelajari,

3. Melalui metode proyek, mendidik memerhatikan minat, perbedaan, dan kemampuan masing-masing individu peserta didik,

4. Mampu menumbuhkan sikap sosial dan bekerja sama yangbaik,

5. Mampu membentuk peserta didik dinamis dan ilmiah dalam berbuat atau berkarya,

(6)

Adapun kekurangan metode proyek menurut (Zainal Aqib dan Murtadlo, 2016: 165), diantaranya:

1. Memerlukan perencanaan yang matang,

2. Tidak semua pendidik merencanakan atau terbiasa dengan metode proyek. Sebab dengan metode proyek, pendidik dituntut untuk bekerja keras dan mengorganisisr pelajaran yang menjadi proyek secara terencana,

3. Jika proyek diberikan terlalu banyak, akan membosankan bagi peserta didik,

4. Bagi sekolah tingkat rendah (SD dan SMP), metode proyek masih sulit dilaksanakan. Hal ini karena metode proyek menuntut peserta didik untuk mencari, membaca, memikirkan, dan dapat memecahkan masalahnya sendiri,

5. Dilihat dari segi aktivitas, organisasi sekolah menjadi tidak sederhana karena memerlukan banyak fasilitas, tenaga, dan finansial,

6. Banyak memerlukan waktu dan alat pelajaran dan

7. Membutuhkan ketekunan dari pendidik karena setiap tahun pendidik harus menyusun bahan baru.

Berdasarkan pejelasan di atas, bahwa setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekeurangannya masing-masing. Model Project-Based Learning (PjBL) ini dapat membentuk siswa dalam menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan suatu kegiatan proyek, dan memberikan pengalaman pada siswa dalam penyusunan dan perancangan suatu proyek. Namun, kekurangan dalam

model Project-Based Learning (PjBL) ini, dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses pengerjaan proyek agar proyek yang dihasilkan dapat optimal. Peneliti berupaya meminimalisisir kekurangan tersebut dengan mengoptimalkan kegiatan proyek yang berlangsung di kelas.

2.1.1.6Media Pembelajaran (Pop up book)

(7)

digunakan oleh peneliti untuk membangkitkan semangat siswa dalam berkreasi untuk mengembangkan kreativitasnya.

2.1.2 Kreativitas

2.1.2.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas diartikan sebagai penemuan atau pencapaian suatu ide atau gagasan yang baru atau yang belum pernah ada sebelumnya. Selain itu, kreativitas juga diartikan sebagai usaha produktif yang unik dari individu. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk (Komarudin, 2011: 279). Kreativitas adalah modifikasi sesuatu yang sudah ada menjadi konsep baru (Semiawan, 2009: 44). Terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru, dengan kata lain hasil ciptaan produk tersebut seluruhnya tidak harus baru, namun dapat menyempurnakan dari produk yang sudah ada sebelumnya.

Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang tidak dibuat oleh orang lain, sesuatu yang baru dan memiliki daya guna (Slameto, 2011: 119). Kecakapan ini merupakan hasil murni yang dibuat oleh siswa sesuai dengan kreasi atau ide-idenya. Meskipun unsur-unsur karya sudah pernah ada untuk meningkatkan kreativitas siswa perlu adanya keinginan untuk mengubah atau memodifikasinya. Sedangkan menurut (Sudarma, 2013: 9 ) Kreativitas adalah

kemampuan seseorang untuk membuat segala sesuatu dalam bentuk ide, gagasan, langkah, maupun produk. Segala sesuatu yang dapat diciptakan atau dibuat dalam bentuk beraneka ragam. Ketika membuat hasil tersebut ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, seperti perencanaan atau ide yang akan digunaka, menemukan bahan dan alat yang mungkin berbeda dari biasanya, dan mampu melaksanakan dengan baik.

(8)

2.1.2.2 Karakteristik Kreativitas

Kreativitas sebagai suatu proses yang tercermin dari kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas dalam berpikir (Munandar, 2002: 95). Sedangkan menurut Gilford dan Torrance (dalam Filsaime, 2008: 21-23) Karakteristik berfikir kreatif yaitu:

a. Orisinalitas; yaitu kemampuan yang mengacu kepada keunikan dan belum pernah terjadi. Hal ini bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak biasa atau tidak lazim.

b. Elaborasi; yaitu kemampuan untuk menguraikan sebuah obyek tertentu. Inti dari kemampuan ini adalah memperindah dan memberikan dekorasi yang lebih menarik sehingga objek menjadi lebih berguna dan menarik.

c. Kelancaran; yaitu kemampuan untuk menciptakan berbagai ide. Berfikir lancar berarti memiliki banyak cara untuk menyelesaikan dan memecahkan masalah. Pemikiran yang dimiliki juga luas sehingga siswa mudah untuk mengungkapkan gagasan-gagasannya. Kelancaran mampu menghasilkan berbagai macam pemikiran dalam waktu yang singkat dan bersifat baru Guilford (dalam Abdus-salam, 2005: 237).

d. Fleksibilitas; yaitu kemampuan untuk mengatasi masalah, mengubah pendekatan untuk sebuah masalah.

Sedangkan menurut Torrance (dalam Ayob, 2013: 21) dalam prosesnya hasil kreativitas meliputi ide-ide orisinil, cara pandang berbeda, memecahkan rantai permasalahan, mengkombinasikan kembali gagasan-gagasan atau melihat hubungan baru di antara gagasan-gagasan tersebut. Berikut adalah tabel analisis dari aspek kreativitas:

Tabel 2.2

Analisis Aspek Kreativitas

No Aspek Kreativitas Deskripsi Keterangan

1 Kelancaran Kemampuan siswa untuk menghasilkan gagasan jawaban yang beragam dan bernilai benar dalam waktu yang ditentukan guru

Dilihat dari ide atau gagasan jawaban yang dihasilkan oleh siswa saat menanggapi pertanyaan dari guru

(9)

No Aspek Kreativitas Deskripsi Keterangan

Kebaruan Kemampuan siswa dalam menciptakan sebuah produk yang bersifat baru, unik, atau tidak pembuatan produk yang menghasilkan ide baru dibanding dengan kelompok lain.

Elaborasi Kemampuan siswa dalam menginformasikan atau mempresentasikan hasil produk yang telah dibuat dengan menjelaskan secara terperinci dan runtut, terhadap jawaban, sebagai penyelesaian masalah yang benar yang diberikan.

Dilihat dari penjelasan dan penyampaian hasil kerja kelompok, serta berani berargumen untuk memberi saran.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa kreativitas dapat ditinjau dari aspek kognitif yang berhubungan dengan berpikir kreatif meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi. Kelancaran berarti Kemampuan untuk dapat menghasilkan pemikiran yang yang belum pernah diketahui. Hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu berpikir tentang masalah atau ide yang tidak pernah terfikirkan oleh orang lain. Fleksibilitas berarti, kemampuan dalam mengatasi masalah. Ketrampilan ini dapat menghasilkan jawaban maupun pertanyaan yang lebih variatif dan dapat memecahkan masalah dengan cara yang berbeda. Hal ini siswa mampu memberikan pertimbangan atas keadaan yang dianggap berbeda. Orisinilitas berarti, mengacu kepada keunikan dan belum pernah terjadi, hal ini dapat dilihat ketika siswa mampu membuat suatu produk yang belum tentu dipikirkan orang lain. Elaborasi berarti, mampu mengembangkan sebuah produk maupun gagasannya. Mengembangkan sama halnya dengan membuat lebih detail dan terperinci dari sebuah objek. Hal ini dapat dilihat ketika seseorang mampu memperinci gagasan dari orang lain ataupun membuat lebih detail suatu produk dengan memberikan dekorasi tambahan.

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Tematik 2.1.3.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema

(10)

menyampaikan segala pendapat ataupun gagasan yang dimilikinya tanpa ada rasa takut terhadap guru. Guru berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran, maka guru perlu menyediakan materi, media, wahana dan pendekatan yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran atau kerja kelompok.

Menurut Nugroho (Prastowo, 2013: 223) mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari mata pelajaran kedalam berbagai tema. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan bisa mempelajari berbagai mata pelajaran secara bersama- sama. Menurut Indriani (Trianto,2011:147) mengemukakan bahwa pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema dalam menghubungkan berbagai mata pelajaran dalam kegiatan pembelajaran sehingga memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Sedangkan menurut Frazee dan Rudnitski (dalam Sundayana, 2014: 8) kurikulum terpadu (integrated currriculum) pada dasarnya yaitu mengintegrasikan dari sejumlah mata pelajaran melalui keterkaitan diantara tujuan, isi, ketrampilan, dan sikap.

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan para ahli, dapat dikatakan bahwa kurikulum terpadu adalah kurikulum yang mengintegrasikan antara pengetahuan, sikap dan ketrampilan ke dalam berbagai muatan mata pelajaran

baik melalui keterkaitan isi dengan mata pelajaran oleh pemilihan tema atau keterkaitan antar ketrampilan oleh pemilihan tema atau topik. Proses pembelajaran menekankan pada aktivitas yang berpusat pada peserta didik (student centered), guru sebagai fasilitator sebisa mungkin membuat suasana pembelejaran menjadi lebih aktif, serta mengajak peserta didik untuk kreatif.

2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 memiliki tujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memilikikemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat,berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Menurut Permendikbud Tahun 2016 No.24, tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu:

1. Kompetensi sikap spiritual, 2. Sikap sosial,

(11)

Pengelompokan tujuan dari kurikulum yang mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual meliputi sikap menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya, (2) sikap sosial yaitu sikap menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertaggungjawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut, (3) pengetahuan yaitu kemampuan siswa dalam memahami secara faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif yang dilakukan dengan cara mengamati, menanya dan mencoba hal- hal disekitarnya berdasarkan rasa ingin tahu yang dimilikinya, dan (4) ketrampilan yaitu sikap atau ketrampilannya berfikir dan berfikir kritis, kreatif, mandiri, produktif, kolaboratif dan komunikatif dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler,

kokurikuler, dan ekstrakurikuler. (lampiran permendikbud tahun 2016 no 21) 2.1.3.3 Ruang Lingkup Kurikulum Terpadu

Ruang lingkup dalam kurikulum terpadu kelas IV pada semester II terdiri dari 9 tema dan 27 subtema yang dipelajari. Ruang lingkup tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3

Tema dan Subtema Kelas IV

No. Tema Subtema

1. Indahnya Kebersamaan

1. Keberagaman Budayaku 2. Kebersamaan dalam

Keberagaman

3. Bersyukur Atas Keberagaman 2. Selalu Berhemat

Energi

1. Macam-macam Sumber Energi 2. Pemanfaat Energi

3. Gaya dan Gerak 3. Peduli Terhadap

Makhluk Hidup

1. Hewan dan Tumbuhan di Lingkungan Rumahku

2. Keberagaman Makhluk Hidup di Lingkunganku

(12)

No. Tema Subtema 5. Pahlawanku 1. Perjuangan Para Pahlawan

2. Pahlawanku Kebanggaanku 3. Sikap Kepahawanan 6. Cita- Citaku 1. Aku dan Cita-citaku 2. Hebatnya Cita-citaku

3. Giat Berusaha Meraih Cita- cita 7. Indahnya

Negeriku

1. Keanekaragaman Hewan dan Tumbuhan

2. Keindahan Alam Negeriku 3. Indahnya Peninggalan Negeriku 8. Tempat

Tinggalku

1. Lingkungan Tempat Tinggalku 2. Keunikan Daerah Tempat Tinggalku 3. Aku Bangga dengan Daerah Tempat

Tinggalku 9. Makananku

Sehat Dan Bergizi

1. Makananku Sehat dan Bergizi 2. Manfaat Makanan Sehat dan Bergizi 3. Kebiasaan Makananku

Sumber: buku guru SD/MI tematik terpadu kelas IV

Berdasarkan tabel di atas, ruang lingkup kurikulum terpadu meliputi seluruh muatan mata pelajaran inti. Mata pelajaran tersebut antara lain, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Kewarganegaraan, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.

2.1.4 Hasil Belajar

2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non tes (Widiyoko, 2009: 41). Hasil belajarar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikokotor (Arikunto, 2003: 114-115).

Menurut Sintalasmi (2012: 12) hasil belajar merupakan

(13)

terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan afektif berupa minat, sikap, dan nilai-nilai yang diberikan ketika berlangsungnya proses belajar. Kemampuan psikomotor terdiri dari fisik dan motorik. Hasil belajar tersebut akan tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu.

(Suprijono, 2012: 5) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam proses belajar, serta perubahan tingkah laku secara keseluruhan, bukan pada satu aspek saja. Selanjutnya menurut Wardani, Slameto, dan Winanto (2014: 111) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku yang dapat diukur dari teknik tes dan non tes, sedangkan aspek perilaku terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku siswa yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dapat diukur dengan menggunakan teknik tes dan non tes. Pengukuran yang digunakan terhadap hasil belajar siswa dari teknik tes dan non tes adalah evaluasi. Fungsi dari evaluasi hasil belajar adalah untuk membantu

(14)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Faizah (2005) yang melakukan penelitian mengenai pembelajaran Project-Based Learning mampu meningkatkan keterampilan proses pembelajaran tematik kelas IV SD Negeri Seworan, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, sebesar 26% pada pada siklus 1 dan 30,67% pada siklus 2, serta meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Seworan Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali pada muatan Bahasa Indonesia 60% pada siklus 1 dan 73% pada siklus 2.

Penelitian juga dilakukan oleh Titu (2015) penerapan pembelajaran Project-Based Learning sangat mendukung kreativitas siswa di mana kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Sehingga penerapan model pembelajaran Project-Based Learning dapat dijadikan alternatif dalam meningkatkan kreativitas siswa pada materi konsep masalah ekonomi. Bagi guru selanjutnya dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning diperlukan kemampuan dalam mengkoordinir kelas dan waktu sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksima

Penelitian juga dilakukan oleh Sari (2015) hasil penelitian menunjukkan

(15)

Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan berbicara siswa kelas VA SDN Ajung 03.

Tidak hanya hasil belajar, namun peneliti memilih model pembelajaran Project-Based Learning karena terbukti dapat meningkatkan semangat siswa untuk belajar dan membuat suatu karya yang bisa untuk dipublikasikan baik berupa produk atau seni. Penelitian ini dilakukan oleh Wajdi (2017) dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa: (1) model pembelajaran Project-Based Learning dan penilaian autentik dapat dilaksanakan dengan baik dan mudah; dan (2) hasil implementasi model berupa nilai pembelajaran drama menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.

Berikut adalah tabel tentang hasil kajian yang relevan:

Tabel 2.4

Hasil Kajian yang Relevan

Variabel Penelitian Hasil

No Nama

Berdasarkan kajian di atas dalam penelitian ini ada perbedaan dan persamaan antara peneliti dengan peneliti sebelumnya. Persamaannya peneliti sebelumnya sama-sama menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning untuk mengukur kreativitas dan hasil belajar pada siswa. Penggunaan model Project-Based Learning pada penelitian sebelumnya terbukti mampu untuk meningkatkan

(16)

suatu produk. Penelitian yang peneliti lakukan, siswa akan membuat sebuah produk berupa wayang. Produk berupa wayang disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari, yaitu tema 7 tentang Indahnya Keragaman Negeriku.

2.3 Kerangka Pikir

Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kreativitas dan memperbaiki hasil belajar peserta didik SDN Ngajaran 03, Kecamatan Tuntang dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning berbantuan pop-up book, dengan tujuan untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Penelitian akan dilaksanakan melalui dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Setiap siklus akan dilakukan tes evaluasi diakhir pertemuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran yang dipelajari. Setelah diadakan evaluasi, peneliti dan guru melakukan analisis hasil belajar peserta didik. Analisis hasil belajar siklus I dimaksudkan untuk tindak lanjut siklus II, dengan tujuan meminimalisir kesalahan pada siklus II.

Peneliti memilih model Project-Based Learning dengan pertimbangan pada saat melihat kondisi nyata pada kelas IV SDN Ngajaran 03 yang masih kurang dalam mengembangkan kreativitas dan hasil belajar, maka peneliti berupaya memperkenalkan kepada peserta didik SDN Ngajaran 03 dengan model

(17)

Bagan 2.1 Proses Pembelajaran

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan kajian pustaka maka, hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) berbantuan pop-up book maka dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik pada muatan mata pelajaran IPS, SDN Ngajaran 03 Desa Ngajaran, Kecamatan Tuntang.

Menggunakan metode ceramah

- Guru antusias menjelaskan materi

- Siswa merasa bingun dengan materi yang dijelaskan

- Siswa aktif.

- Respond siswa yang antusias.

- Siswa senang belajar sambil berkreasi

Model Project

Based Learning

- Hasil belajar pada siswa meningkat

- Daya ingat siswa lebih baik

- Melatih kreativitas siswa juga meningkat - Banyak siswa yang belum

mencapai KKM

Proses Pembelajaran

Berbantuan

Gambar

Tabel 2.2 Analisis Aspek Kreativitas
Tabel 2.3 Tema  dan Subtema Kelas IV
Tabel 2.4 Hasil Kajian yang Relevan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai permasalahan yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan suatu kesimpulan bahwa dari perjalanan rentang sejarahnya,

The relationship between a father’s income (and mother’s in rural) with children’s labor hours are complementary at low level of income, and as income rises, the increments in

Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik ditandatangani, menyiapkan rekomendasi secara

Hasil penelusuran berdasarkan mata anggaran di Kementerian Keuangan dengan kode akun 57 (dana bantuan sosial), akun 52 (dana bantuan pemerintah), dan akun 99 (anggaran

Berdasarkan analisa data dari hasil in-depth interview, didapatkan petugas memahami tentang pengertian, manfaat, dan jenis alat pelindung diri yang harus digunakan selama

ketua tim seharusnya perawat profesional yang sudah berpenngalaman dalam memberikan asuhan keperawatan dan di tunjuk oleh perawat kepala ruang (nurse unit

Pengamatan dilakukan pada dua periode trubus ( flush I dan flush II). Hasil pengamatan pada periode trubus pertama telah ditulis pada Prosiding Satek-II, 2008 dan hasil

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan wanita usia premenopause dengan perilaku pencegahan osteoporosis di Dusun Bareng Desa