• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Kepribadian Perspektif Islam Sebu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Konsep Kepribadian Perspektif Islam Sebu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

102

Konsep Kepribadian Persfektif Islam:Sebuah Catatan Awal

Oleh:

Rudi Ahmad Suryadi

Memahami hakikat manusia tidak bisa lepas dari pemahaman mengenai kepribadian manusia. Dalam tinjauan ilmu, khususnya psikologi, banyak ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai kepribadian ini. Pada perkembangan psikologi era modern dan kontemporer ini, sedikitnya dikenal empat aliran psikologi, yaitu behaviourisme (tokohnya adalah Thorndike, B.F Skinner, dan Ivan Pavlov); psikoanalisis (Sigmund Freud); Humanisme (salah satunya adalah Abraham Maslow); dan Kognitivisme (Carl Gustav Jung). Aliran psikologi tersebut memberikan pandangan mengenai kepribadian manusia. Pandangan mereka memiliki penekanan yang berbeda mengenai kepribadian manusia.

Di samping pemikiran mereka mengenai kepribadian manusia, Islam memberikan pandangan yang berbeda dengan konsep kepribadian yang dikemukakan oleh para pakar psikologi tersebut. Tulisan sederhana ini akan mencoba menguraikan konsep kepribadian ditinjau dari persfektif Islam. Namun, sebelum membahas konsep kepribadian dalam pandangan Islam, akan diuraikan terlebih dahulun konsep kepribadian persfektif pemikiran psikologi modern.

Sekilas tentang Hakikat Manusia

Menurut pandangan psikonanalisis, pada dasarnya manusia itu buruk. Perilaku manusia didorong lebih besar oleh instink-instink seksual dan hewani. Manusia seolah-olah tidak mempunyai kesadaran, karena yang mengkonstruk perilaku manusia adalah ketidaksadaran. Aliran behaviourisme, memandang bahwa manusia itu tidak bebas, tidak mempunyai kehendak, lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dan stimulus-stimulus eksternal. Manusia seolah-olah dianggap seperti hewan (karena dalam penelitiannya menggunakan hewan). Manusia dianggap tidak berjiwa, tidak mempunyai kapasitas kognitif.

(2)

103

terkungkung. Manusia mempunyai orientasi ke masa depan dan manusia mempunyai potensi baik untuk mengembangkan kehidupan di masa depan.

Dari keempat pandangan di atas, dua aliran memandang manusia pada dasarnya berada pada predisposisi negatif, manusia dibentuk oleh lingkungan semata dengan mekanisme stimulus-respons (behaviorisme); dan manusia pada awalnya memiliki watak buruk, lebih banyak didorong oleh faktor instink hewani, seperti yang dikemukakan oleh tokoh aliran psikoanalisis. Aliran humanisme dan kognitivisme, berbeda dengan kedua aliran di atas, memandang manusia cukup positif. Menurut kedua pandangan psikologi ini, manusia memiliki karakteristik baik didorong oleh motif-motif kemanusiaan, dan mempunyai daya konstruks.

Konsep Inti Kepribadian

Kepribadian manusia dalam pandangan behaviourisme, dibentuk oleh hasil belajar. Kepribadian itu dikonstruk oleh stimulus-respons, reinforcement, Kondisioning Klasik, dan Kondisioning Operan. Kepribadian manusia menurut aliran ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Gagasan tentang kepribadian manusia, dalam pandangan psikoanalisis cukup menarik untuk diperhatikan. Menurut Sigmund Freud, sebagai tokoh aliran psikoanalisis, ketidaksadaran (unsconsciousness) merupakan salah satu faktor penentu kepribadian. Struktur kepribadian dalam pandangan psikonanalisis ini terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu :

1. Id (Das Es), Aspek Biologis Kepribadian

Id merupakan komponen kepribadian instinktif yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink. Id berorintasi pada kesenangan atau reduksi ketegangan. Id merupakan sumber energi psikis. Prinsip ketegangan merujuk pada pencapaian kepuasan yang segera dari dorongan biologis. Id merupakan proses primer yang bersifat primitif, tidak logis, tidak rasional, dan orientasinya bersifat maya.

2. Ego ( Das Ich), Aspek Psikologis Kepribadian

Ego merupakan pelaksana atau pengatur dari kepribadian yang membuat keputusan tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya ; atau sebagai sisten kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorintasi pada prinsip realitas. Peranan utama ego adalah sebagai mediator atau yang menjembatani antara id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ketegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemenuhan kebutuhan atau dorongan id.

3. Superego, Aspek Sosiologis Kepribadian.

(3)

104

menginternalisasikan berbagai norma sosial tersebut. Individu menerima norma atau prinsip moral tertentu kemudian menuntut individu yang bersangkutan untuk hidup sesuai dengan norma tersebut

Kepribadian manusia dipengaruhi oleh self concept-nya. Konsep diri yang kongruen tidak dengan pengalaman nyata; dan kepribadian manusia didorong oleh motivasi aktualisasi diri. Konsep kepribadian seperti ini dikemukakan oleh aliran humanisme. Sedangkan aliran kognitivisme memiliki pandangan yang berbeda. Kepribadian manusia dipengaruhi oleh kemampuannya untuk mengkonstruk informasi tentang diri dan lingkungan. Kepribadian didukung oleh skema, attribusi, tujuan, dan pengaturan diri.

Perkembangan kepribadian

Aliran behaviourisme memandang bahwa Perkembangan kepribadian seseorang tergantung pada cara belajar individu berdasarkan hubungannya dengan lingkungannya. Tugas-tugas perkembangan kepribadian seseorang seiring dengan pola belajar yang dilakukan oleh individu sesuai dengan perkembangan usia. Kepribadian berkembang sepanjang rentang kehidupan; respons yang diikuti penguatan menjadi lebih sering untuk dilakukan. Menurut aliran ini, perkembangan kepribadian lebih banyak dibentuk oleh stimulus-respons dengan lingkungan. Manusia dalam pandangan ini, seolah-olah tidak mempunyai perwujudan perilaku yang berawal dari dorongan diri, melainkan lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan.

Freud dipandang sebagai teorisi psikologi pertama yang memfokuskan perhatiannya pada perkembangan kepribadian. Dia berpendapat bahwa masa anak-anak (usia 0-5 tahun ) mempunyai peranan yang sangat dominan dalam membentuk kepribadian atau karakter seseorang. Makna perkembangan kepribadian menurut Freud adalah belajar tentang cara-cara untuk mereduksi ketegangan dan memperoleh kepuasan. Perkembangan kepribadian tersebut ditentukan oleh perkembangan instink seks. Dalam pandangan Freud hasrat seksual merupakan motivasi paling penting dan paling mendasar dalam menentukan perkembangan kepribadian.

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yaitu (1) tahapan infantil (0-5 tahun ), (2) tahapan laten (5-12 tahun), dan (3) tahapan falis. Tahapan infantil terbagi menjadi tiga fase, yaitu fase oral, fase anal, dan fase falis. Tahapan laten berlangsung mulai usia 6 sampai usia 12 tahun. Dalam tahapan ini rangsangan seksual ditekan sedemikian rupa demi proses belajar. Tahapan genital dimulai pada saat usia pubertas ketika dorongan-dorongan seksual sangat jelas pada diri remaja, khususnya yang tertuju pada kenikmatan seksual. Dalam pandangan aliran ini, perkembangan kepribadian menekankan pada pengalaman dalam menjalani tahapan perkembangan psikoseksual.

(4)

105

Proses penafsiran terhadap lingkungan dan budaya yang ada menurut pandangan ini, mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

Berbeda dengan ketiga aliran di atas, aliran humanisme memandang bahwa perkembangan kepribadian didorong oleh motivasi untuk mengaktualisasikan diri. Secara bertahap ”positive regard” akan lebih mempribadi daripada yang berasal dari luar. Perkembangan kepribadian berkembang sejak anak mulai mendapatkan perlakuan dari orang tua atau orang dewasa. Anak yang menerima kasih sayang yang tidak bersyarat akan memiliki konsep diri yang positif.

Kepribadian yang Sehat (Health Personality)

Keempat aliran di atas, selain memberikan uraian mengenai hakikat manusia, konsep inti kepribadian, dan perkembangan kepribadian, pandangan mengenai karakteristik kepribadian yang sehat diuraikan pula oleh mereka. Aliran psikoanalisis memandang bahwa kepribadian yang sehat memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Terbebas dari kecemasan, terbebas dari ancaman, dan bebas dari guilty; 2) Mencapai tujuan-tujuan yang lebih realistik; 3) Optimis; 4) Periang dan percaya diri; 5) Mampu beradaptasi; dan 6) Terbebas dari neurosis dan psikosis.

Kepribadian yang sehat menurut pandangan behaviourisme di antaranya adalah: 1. Mampu menyesuaikan diri; 2) Terbebas dari perilaku yang maladaptif; 3) Terbebas dari kecemasan; 4) Mempunyai kesempatan relaksasi yang lebih kuat; 5) Bersikap asertif; 6) Mampu berhubungan sosial dengan baik; 7) Mampu mengendalikan diri; dan 8) Self efficacy, kepercayaan diri untuk melakukan sesuatu. Kepribadian yang sehat menurut pandangan humanisme di antaranya adalah: 1) Mampu mengaktualisasikan diri; 2) Mampu mempersepsi diri, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya; 3) Terbuka pada semua pengalaman karena tidak mengancam dirinya; 4) Mampu menggunakan semua pengalaman; 5) Dapat mengurangi ketegangan; 6) Memuaskan suatu kekurangan; 7) Indepedent; 8) Memiliki apresiasi yang segar terhadap lingkungan; 9) Memiliki puncak pengalaman yang menggembirakan; 10) Menerima diri sendiri, orang lain, dan lingkungan; 11) Mempunyai dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya; 12) Bersikap spontan, sederhana, alami, jujur; 13) Bersikap demokratis; 14) Kreatif; dan 15) Memiliki minat sosial: simpati, empati, dan altrustik. Sedangkan kepribadian yang sehat menurut pandangan kognitivisme di antaranya adalah: 1) Mampu melepaskan diri kecemasan dan ancaman; 2) Mampu menggapai harapan masa depan melalui jendela masa kini; 3) Gembira, periang, optimis; 4) Mampu mengantisipasi peristiwa; 5) Rasional; 6) Terbuka, toleran, permeable;7) Aktif dan kreatif; dan 8) Terhindar dari sifat-sifat psikopatologis.

Teori Psikologi versus Pandangan Islam

Jika kita ingin menghadapkan teori-teori di atas dengan pandangan Islam, maka ada beberapa hal yang dapat diuraikan :

(5)

106

Teori tentang hakikat manusia menurut kacamata psikologi Barat merupakan inti atau sentral perluasan teori psikologi mereka. Teori tentang struktur kepribadian, perkembangan kepribadian, dan karakteristik pribadi yang sehat maupun tidak sehat berawal dari pandangan mengenai hakikat manusia. Freud memandang manusia seperti hewan ; perilaku manusia banyak didorong oleh instink-instink seksual. Perilaku manusia banyak terdorong pula oleh kondisi ketidaksadaran. Perkembangan kepribadian manusia pun dipengaruhi oleh perkembangan psikoseksualnya. Dalam pandangan seperti manusia tidak mempunyai jiwa, tidak berharkat dan tidak bermartabat. Manusia disejajarkan dengan hewan. Teori behavioristik memandang manusia tidak mempunyai kehendak, tidak mempunyai kebebasan, kepribadian manusia banyak didorong oleh pengaruh dari luar dengan mekanisme respons, reinforcement, dan conditioning. Manusia seolah-olah hanyalah ”objek”.

Teori humanistik lebih memandang manusia sebagai makhluk yang baik, punya kehendak, berkesadaran, dan optimis dalam menggapai harapan. Teori kognitif memandang manusia itu baik, optimis, mempunyai potensi internal konstruksi.

Pandangan tentang manusia persfektif Barat ada yang memandang manusia itu baik (seperti halnya humanisme dan kognitivisme) dan manusia itu tidak baik dan tidak merdeka (seperti pandangan Freud dan behavioristik), namun mereka melupakan aspek ke-Tuhanan. Mereka memandang manusia dengan fragmentasi, parsial. Mereka mengabaikan aspek-aspek hubungan keterciptaan manusia oleh Tuhan. Manusia

seperti dalam kacamata Islam adalah makhluk Allah (ada sisi teologis dan teosentris); manusia tidak hanya mempunyai jasad dan instink, manusia mempunyai aspek nafsani dan ruhani ; manusia itu mempunyai kebebasan, kehendak, namun tetap mengarah pada tuntutan ilahiyah dan insaniyah (humanisme yang teosentris), bukan semata-mata insaniyah (humanistik yang anthroposentris) seperti pada psikologi humanisme; manusia memang mempunyai kemampuan mengkonstruk, namun bukan semata mengkonstruk hal-hal inderawi dan hanya berhubungan dengan kemanusiaan, Islam memandang manusia mempunyai aql sebagai potensi kognisi yang paling agung. Tegasnya teori-teori mereka cenderung parsial, mengabaikan aspek teologis, mengabaikan aspek nafsani dan ruhani manusia.

2. Struktur Kepribadian

Struktur kepribadian manusia pada pandangan psikologi mereka hanya memfokuskan pada salah satu aspek; psikoanalisis terfokus pada dorongan-dorongan instink (id) dan perkembangan psikoseksual; behavioristik hanya memfokuskan pada perilaku empiris; humanisme hanya terjebak pada motivasi internal; dan kognitivisme hanya melihat sisi kemampuan konstruk. Jelas-jelas bahwa teori inti kepribadian manusia menurut mereka tidaklah lengkap, parsial; dan mencoba menggeneralisasikan satu aspek tertentu menjadi sebuah kesimpulan umum mengenai manusia. Ini merupakan cara yang salah.

(6)

107 3. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian manusia menurut pandangan Barat tergantung pada corak pemikiran psikologi masing-masing yang terfokus pada salah satu aspek. Perkembangan kepribadiannya hanya terdorong dapat dipengaruhi oleh aspek inti pandangan masing-masing psikologi.

Islam memandang bahwa kepribadian manusia berkembang dipengaruhi oleh potensi fitrah dan lingkungan. Fitrah merupakan potensi bawaan yang baik yang terkait dengan primordialisme antara manusia dengan Penciptanya. Fitrah ini sudah ada dan dibawa manusia sejak ia dilahirkan ke dunia. Potensi fitrah ini terus ada seiringan dengan interaksi manusia dengan lingkungannya. Jika potensi fitrah itu ditunjang dengan pengaruh lingkungan yang baik maka kepribadian manusia akan baik. Begitu pula sebaliknya. Tegasnya, perkembangan kepribadian manusia dalam pandangan Islam tidak hanya dipengaruhi oleh aspek inti tertentu yang antroposentris. Perkembangan manusia dipengaruhi oleh potensi fitrah yang bersifat teosentris dan lingkungan.

2. Karakteristik Kepribadian Yang Sehat

Karakteristik kepribadian yang sehat menurut pandangan psikologi Barat lebih mengarah pada kebahagiaan aspek emosional dan aspek pencapian keberhasilan duniawi semata. Dalam pandangan mereka tidak ada yang namanya kebahagiaan yang transenden. Islam memandang kebahagiaan yang hanya tertuju pada kesenangan fisik, emosi, dan keduniaan merupakan kesenangan yang semu. Dalam pandangan Islam, orang yang sehat kepribadian sehat itu adalah orang yang sehat secara emosi (tidak mempunyai penyakit hati), dapat mencapai harapan-harapan hidup di dunia, mampu menjalin komunikasi dengan Allah dengan baik, dan mempunyai harapan yang optimis ingin mendapatkan kebahagiaan eskatologis-transenden. Karakteristik kepribadian yang sehat menurut Islam diantaranya adalah : mampu menyucikan diri, jujur, menguasai hawa nafsu, hati-hati dalam mengambil keputusan, husn al-zhan, mantap dan sabar, beramal shalih, menjaga diri, ikhlas, hidup sederhana, tawakkal, dan karakteristik lain yang mencerminkan tipe kepribadian mu’min, muslim, dan muhsin. Sedangkan pandangan mereka, karakteristik kepribadian yang sehat itu mengabaikan

sisi ruhaniyah dan transenden.

Kepribadian Persfektif Islam

Hakikat manusia

Manusia dalam pandangan Islam berada merupakan makhluk Allah yang diciptakan dengan sempurna fisiknya (ahsan taqwim), makhluk dengan perpaduan antara unsur jasad dan unsur ruhaniyah, menjadi wakil Allah di muka bumi, mempunyai kebebasan.

(7)

108

sejak zaman azali di mana penciptaan jasad manusia belum ada. Seluruh manusia mempunyai fitrah yang sama, meskipun perilakunya berbeda. Fitrah manusia yang paling esensial adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi dan menjadi hamba-Nya.

Fitrah merupakan citra asli yang dinamis yang terdapat pada sistem psikofisik manusia dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk tingkah laku. Sekalipun potensi fitriah manusia itu merupakan gambaran asli yang suci, bersih, sehat dan baik, namun dalam aktualisasinya dapat mengaktual menjadi perbuatan yang buruk. Oleh karena itu, dalam proses menjalani kehidupannya manusia berpotensi untuk menjadi baik dan menjadi buruk tergantung dari keinginan manusia dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Perkembangan Kepribadian Manusia

Kepribadian manusia dalam pandangan Islam dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor fitrah. Kedua, faktor eksternal diri (lingkungan). Kedua faktor ini saling beriringan dalam membentuk kepribadian

manusia. Perkembangan kepribadian manusia pada sisi trandensi dan primordialistik tidak bisa dilepaskan dari peranan fitrah ini. Di sisi lain, pada pandangan yang ”membumi” perkembangan manusia tidak bisa dilepaskan dari peranan lingkungan yang mempengaruhinya. Jika pandangan kita difokuskan pada manusia yang profan yang menjalani kehidupan di dunia, perkembangan kepribadian manusia itu akan lebih besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Fitrah yang asalnya memiliki potensi baik jika di-gandeng-kan dengan lingkungan yang baik, maka akan membentuk kepribadian yang baik. Namun jika fitrah yang dinamis itu dihadapkan dengan lingkungan yang jelek, kepribadian manusia pun akan terbawa buruk. Namun setidaknya, peranan fitrah secara common sense mempunyai daya stimulus untuk membentuk kepribadian sesuai dengan tuntutan Yang Maha Memberikan fitrah itu.

Struktur kepribadian manusia

Struktur kepribadian manusia terdiri atas jasmani, rohani, dan nafsani. Struktur nafsani terbagi atas tiga macam, yaitu kalbu, akal, dan hawa nafsu.

(8)

109

Kalbu Aql Nafsu

(9)

110 Qal

b

-Dalam pandangan

Islam qalb

merupakan inti

kepribadian dan inti sistem psikofisik manusia

mengaktualisasikan perilaku yang negatif

Kepribadian manusia dalam pandangan Islam tidak bisa terlepas dari fungsi dan peran qalbu, aql, dan nafsu. Dalam sebuah hadits pernah dinyatakan bahwa pada setiap diri manusia itu terdapat sebuah mudhghah.

Jika mudhghah itu baik, maka seluruh jasadnya akan baik. Dan jika mudghah itu jelek, maka jeleklah seluruh jasadnya akan jelek pula. Mudhghah tersebut adalah hati (qalb ). Berdasarkan hadits ini, qalb merupakan inti kepribadian manusia.

Jika kalbunya baik, maka akan menimbulkan perilaku yang baik. Jika kalbunya jelek, maka akan menimbulkan perilaku tidak baik. Faktor yang mendorong perilaku ada salah satunya adalah nafsu. Jika nafsu mendorong lebih kuat, aql tidak bisa mengendalikan maka yang muncul adalah kepribadian syaithaniyah. Namun jika aql mampu mengalahkan nafsu, maka kepribadian yang baik yang akan muncul.

Gambar Hubungan antara qalb, aql, dan nafsu

Dunia Eskternal

Nafsu Aql

Pengendali informasi dan dorongan dari luar dan nafsu

Qalb Nafsu lebih banyak

Gambar

Gambar Hubungan antara qalb, aql, dan nafsu

Referensi

Dokumen terkait

1) Kuman (bakteria dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah berkembangbiak dalam rumah yang lantainya lembab, pencahayaan kurang, ventilasi yang tidak memenuhi standar dan

Puji syukur kepada Sanghyang Adi Buddha, Tuhan Yang Maha Esa, Para Buddha, Boddhisatva dan Mahasatva atas pancaran cinta kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

Overall, the conceptual model of participation in shared accommodation-based economy by Airbnb hosts is novel for its associations of demographic, socio-economic, occupational,

Penelitian lain yang mendukung bahwa pembelajaran Experiential Learning berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis adalah penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa

Namun, karena letak hutan yang jauh dari pemantauan pemerintah akibat letak Indonesia yang berjauhan dan berpulau-pulau membuat aksi kejahatan terhadap hutan, seperti

Prinsip, kiat sukses dan hambatan-hambatan dalam kuliah; Kiat praktis memilih tempat kuliah (dari yang bayar sampai yang gratis);.. Kiat praktis mengatasi masalah uang

dilakukan penelitian yang berjudul: “Hubungan Kemampuan Mencatat Dengan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Materi Sistem. Peredaran Darah Pada

Program departemen ini dititikberatkan pada : 1) Peningkatan kualitas sumber daya kader yang terarah dan berkesinambungan dengan menyelenggarakan berbagai