• Tidak ada hasil yang ditemukan

Psikologi Remaja dan Dewasa dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Psikologi Remaja dan Dewasa dan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia mengalami fase-fase tertentu dalam hidupnya, seperti pada masa bayi, fase anak-anak, fase remaja, fase dewasa, dan fase lanjut usia. Namun, yang sering mengalami pencarian makna hidup berada pada fase remaja. Pada suatu periode dalam masa perkembangan yang merupakan fokus yang menarik untuk dikaji adalah remaja. Sebab pada masa ini, individu remaja mengalami masa penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada disekitarnya, khususnya dengan tatanan norma, nilai, adat, dan etika yang berlaku di masyarakat. Masa remaja merupakan masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja termasuk juga masa yang indah dan terkadang kita mendengar slogan “Indahnya Masa Remaja”, tapi jangan lupa masa ini juga merupakan masa yang menentukan, di mana anak banyak mengalami perubahan fisik dan psikis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Neurosa?

2. Bagaimana Keadaan Sekolah dan Pekerjaan pada masa remaja dan Dewasa?

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Neurosa

Neurosis kadang-kadang disebut psikoneurosis dan gangguan jiwa (untuk membedakannya dengan psikosis atau penyakit jiwa. Menurut Singgih Dirgagunarsa, neurosis adalah gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.1

Dali Gulo, berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik, dst.2

Neurosis, menurut W.F. Maramis, adalah suatu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak diselesaikan suatu konflik tidak sadar.3

Berdasarkan pendapat mengenai neurosis dari para ahli tersebut dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian mengenai neurosis sebagai berikut:

1. Neurosis merupakan gangguan jiwa pada taraf ringan.

2. Neurosis terjadi pada sebagian kecil aspek kepribadian.

3. Neurosis dapat dikenali berdasarkan gejala yang paling menonjol yaitu kecemasan.

4. Penderita neurosis masih mampu menyesuaikan diri dan mampu melakukan aktivitas sehari-hari.

1 Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. (Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1988), h. 143

2 Burns, David D. Terapi Kognitif: Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi. (Alih Bahasa : Santosa) Jakarta : Erlangga. 1998) h. 179

(3)

5. Penderita neurosis tidak memerlukan perawatan khusus di rumah sakit jiwa.

B. Sekolah dan Pekerjaan 1. Masa Remaja

a. Sekolah

Sudah cukup lama dirasakan adanya ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional remaja di sekolah menengah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa (televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik, para remaja sekarang juga cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil. Terhadap kondisi remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam masyarakat yang berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa remaja mereka dulu. Masalah Remaja

Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi para remaja di sekolah:4

1) Perilaku Bermasalah (problem behavior).

Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan dengan masyarakat.

2) Perilaku menyimpang (behaviour disorder).

(4)

Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol).

3) Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment).

Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya..

4) Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar.

5) Attention Deficit Hyperactivity disorder

yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Remaja di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya.

b. Pekerjaan

(5)

diantaranya orang tua, teman-teman, gender, dan karakteristik diri sendiri. Dalam buku Psikologi Pendidikan oleh John W. Santrok pada, berikut adalah penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi pemilihan karir pekerjaan pada remaja.5

Orang Tua

Orang tua ikut berperan dalam menentukan arah pemilihan karir pada anak remajanya. Walaupun pada akhirnya keberhasilan dalam menjalankan karir selanjutnya sangat tergantung pada kecakapan dan keprofesionalan pada anak yang menjalaninya.

Biasanya orang tua yang berkecukupan secara ekonomi menghendaki anaknya untuk memilih program studi yang cepat menghasilkan nilai materi, misalnya fakultas ekonomi (akuntasi, manajemen), teknik, farmasi, kedokteran (umum dan gigi) dan lain-lain. Anggapan orang tua, anak yang mampu memasuki program ini tentu akan terjamin masa depannya.

Teman (Peer Group)

Tidak dipungkiri, pada kenyataannya, lingkungan pergaulan dalam kelompok remaja cukup memberi pengaruh pada diri seseorang dalam memilih jurusan program studi di SMA maupun Perguruan Tinggi. Mereka mungkin merasa tidak enak kalau tidak sama dalam pemilihan jurusan atau program studi. Pengaruh teman kelompok sebaya ini bersifat eksternal.

Peran Jenis Gender

Stereotype masyarakat seringkali telah menilai terhadap jenis kelamin seseorang. Masyarakat menghendaki agar jenis tugas atau pekerjaan tertentu dilakukan oleh jenis kelamin tertentu pula. Memang baik diakui atau tidak, jenis kelamin kadang-kadang menentukan seseorang dalam memilih karir pekerjaan.

Karakteristik Kepribadian Individu

(6)

Hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik pribadi yang mempengaruhi pemilihan program studi maupun karir individu, diantaranya bakat minat, kepribadian, dan intelektual. Sudah banyak lembaga pendidikan SMA yang mengadakan tes psikologi dengan membantu siswa-siswinya dalam menentukan jurusan agar sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal ini untuk menghindari penyesalan dalam pengambilan studinya atau merasa tidak cocok dengan minat bakatnya.

2. Masa Dewasa a. Sekolah

Setelah menjadi orang dewasa, individu akan mengalami perubahan, dimana mereka akan memiliki tanggung jawab sendiri dan memiliki komitmen-komitmen sendiri.

Mengenai komitmen, Bardwick mengatakan: “Nampak tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan menjadi suatu tanggung jawab yang terlalu berat untuk dipikul. Namun banyak komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar doctor, karena ada prestasi baik di sekolah sewaktu anda masih muda, besar kemungkinan anda sampai akhir, hidup anda akan berkarier sebagai guru besar”6

Masa dewasa dini sering merupakan masa ketergantungan.

Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.

Masa dewasa dini sebagai masa perubahan nilai.

(7)

Orang dewasa yang tadinya menganggap sekolah itu suatu kewajiban yang tidak berguna, kini sadar akan nilai pendidikan sebagai batu loncatan untuk meraih suatu keberhasilan social, karier, dan kepuasan pribadi. Akibat dari nilai-nilai yang berubah seperti itu, banyak orang dewasa yang semula putus sekolah atau universitas memutuskan untuk sekolah kembali dan belajar kembali menyelesaikan pendidikan mereka. Banyak yang merasakan kegiatan belajar sebagai perangsang semangat mereka, sehingga mereka mengikuti berbagai kursus setelah mereka tamat sekolah lanjutan atas maupun perguruan tinggi. 7 Masa ini individu banyak mengalami

perubahan dimana gaya hidup baru paling menonjol di bidang perkawinan dan peran orangtua.

Masa dewasa dini sebagai masa kreatif.

Orang yang dewasa tidak terikat lagi oleh ketentuan dan aturan orangtua maupun guru-gurunya sehingga terbebas dari belenggu ini dan bebas untuk berbuat apa yang mereka inginkan. Bentuk kreatifitas ini tergantung dengan minat dan kemampuan individual. Ada yang menyalurkan kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang memungkinkan ekspresi kreativitas.8

b. Pekerjaan

Masalah utama dalam penyesuaian pekerjaan pada masa dewasa muda meliputi pemilihan pekerjaan, mencapai stabilitas dalam pilihan dan penyesuaian terhadap situasi kerja. Sejauhmana keberhasilan pria dan wanita melakukan penyesuaian diri dapat dinilai dari prestasi, perubahan pekerjaan secara sukarela dan kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan.

Selain itu penyesuaian keluarga dan pekerjaan khususnya pada masa dewasa awal sangatlah sulit karena kebanyakan orang dewasa awal membatasi dasar-dasar karena adanya pembaruan(newness)

(8)

peran-peran dalam penyesuaian diri. Keberhasilan penyesuaian diri dengan masa dewasa dapat dinilai dengan tiga kriteria yaitu prestasi dalam pola pekerjaan dan pola hidup yang dipilih seseorang, tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan dan pola hidup yang dipilih, dan keberhasilan dari penyesuaian personal.

C. Masalah Emosional 1. Remaja

Secara garis besar, masa remaja dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu periode praremaja, remaja awal, remaja tengah dan remaja akhir. Adapun karakteristik untuk setiap periode adalah sebagaimana dipaparkan berikut ini.

a. Periode Praremaja

Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita. Perubahan fisik belum tampak jelas, Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan respon mereka biasanya berlebihan sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau bahkan meledak-ledak.

b. Periode Remaja Awal

Selama periode ini perkembangan fisik yang semakin tampak adalah perubahan fungsi alat kelamin. Karena perubahan alat kelamin semakin nyata, remaja sering kali mengalami kesukaran dalam meyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan itu.

c. Periode Remaja Tengah

Tanggung jawab hidup yang harus semakin ditingkatkan oleh remaja, yaitu mampu memikul sendiri juga menjadi masalah tersendiri bagi mereka Akibatnya remaja seringkali ingin membentuk nilai-nilai mereka sendiri yang mereka anggap benar.

(9)

Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu menunjukkan pemikiran: sikap, prilaku yang semakin dewasa.

2. Dewasa

Ketika seseorang berumur 20an (sebelum 30an), kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cendrung labil, resah dan mudah memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergalora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun ketika telah berumur 30an, seseorang akan cendrung stabil. Kedewasaan seseorang itu dapat dilihat dari cara seseorang dalam mengendalikan emosinya. Jika seseorang pandai mengendalikan emosinya, berarti semua tindakan yang dilakukan bukan hanya mengandalkan dorongan nafsu melainkan dia telah menggunakan akalnya juga.

D. Remaja dalam Pandangan Islam

Agama Islam sangat memberikan perhatian besar dalam masalah ini, terbukti dengan banyaknya hadits Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam yang berisi pujian bagi pemuda yang taat kepada Allah dan hadits lainnya yang berisi himbauan kebaikan khusus bagi para pemuda.

Dia antara hadits-hadits tersebut adalah:9

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan (sama sekali) kecuali naungan-Nya…Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah…” 2. Hadits yang diriwayatkan oleh ‘Uqbah bin ‘Amir radhiallahu ‘anhu

bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanu wa Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” Artinya: pemuda yang tidak

(10)

memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan.

3. Hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin ‘Affan radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung beban pernikahan (memberi nafkah lahir dan batin), maka hendaknya dia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan pengekang syahwat baginya.”

Syeikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin berkata, “Kalau kita meninjau dengan seksama (keadaan) para remaja, maka secara umum kita dapat mengklasifikasi para remaja ke dalam tiga (golongan): remaja yang istiqamah (baik akhlaknya), remaja yang menyimpang (akhlaknya), dan remaja yang kebingungan/terombang-ambing (di persimpangan jalan) di antara dua golongan tersebut di atas. Adapun pengertiannya Sebagai berikut :10

1. Adapun remaja yang istiqamah (baik akhlaknya) adalah remaja yang

beriman (kepada Allah Ta’ala) dalam arti yang sebenarnya, dia meyakini agama Islam, mencintai, merasa cukup dan bangga dengannya. Mengamalkan Islam merupakan target utamanya, dan lalai dari agama merupakan kerugian yang nyata baginya. Dia adalah remaja yang selalu beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agamanya bagi-Nya semata-mata dan tidak ada sekutu baginya. Remaja yang selalu meneladani Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dalam (semua) ucapan dan perbuatannya, karena dia meyakini beliau sebagai utusan Allah dan panutan yang (harus) diteladani. Remaja yang mendirikan shalat secara sempurna sesuai dengan kemampuannya, karena dia yakin bahwa shalat memiliki banyak manfaat dan kebaikan dalam agama maupun dunia, bagi diri pribadi dan masyarakat.

2. Adapun golongan yang kedua adalah remaja yang menyimpang

akidahnya, buruk tingkah lakunya, tertipu dengan dirinya sendiri dan

(11)

tenggelam dalam keburukan hawa nafsunya. Dia tidak mau menerima (nasehat) kebenaran dari orang lain dan tidak mau menjauhkan dirinya dari kebatilan, egois dalam tindak-tanduknya, seolah-olah dia diciptakan untuk kekal di dunia dan dunia diciptakan untuk dirinya saja. Dia adalah remaja yang membangkang dan tidak mau tunduk kepada kebenaran, serta tidak mau meninggalkan kebatilan.

3. Dan golongan yang ketiga adalah remaja yang kebingungan dan

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Pada masa perkembangan ini, remaja mulai menuntut untuk diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya sendiri, suka mencetuskan perasaannya, jika dianggap perlu remaja tersebut memberontak karena dia merasa bahwa dirinya bukan anak-anak lagi, dan mengapa belum diakui kedewasaannya hingga mengakibatkan kegelisahan di dalam dirinya, kurang tenang dengan keadaan lingkungan. Biasanya remaja memiliki yang dikaguminya, namun sikapnya tidak selalu negatif. Remaja juga sangat tertarik kepada kelompok sebaya, mencari perhatian di dalam lingkungannya, emosi yang meluap-luap, serta pertumbuhan fisik mengalami perubahan yang pesat. Di sisi lain, kehidupan remaja sangat kompleks dengan berbagai kreatifitas dan keinginan untuk mencoba segala yang ada di sekitarnya, baik dalam bidang pergaulan maupun intelektual. Olehnya itu dibutuhkan suatu wadah agar bakat, minat serta keinginan berprestasi dapat diwujudkan.

Pendidikan yang merupakan usaha sadar dan dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) dengan berencana, terprogram dan terkendali untuk menyiapkan individu melalui kegiatan bimbingan pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dengan pendidikan itulah, individu remaja mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimilikinya melalui alat atau media pendidikan hingga peserta didik (remaja) mampu menemukan aktivitasnya sendiri serta dapat mengalami perubahan positif dalam aspek kepribadiannya yang menyangkut tri domain yaitu, perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.

B. Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Burns, David D. Terapi Kognitif: Pendekatan Baru Bagi Penanganan Depresi. Alih Bahasa : Santosa Jakarta : Erlangga. 1998

Daradjat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 2010 cet. 17.

Dirgagunarsa, Singgih. Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1988

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta: Erlangga.1994

Maramis, W.F., Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University.198097

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 2000

Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta : Kalam Mulia, cet. Kesepuluh, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

drop atau tidak digunakan. Soal yang valid adalah sebanyak 22 soal dan drop 8 soal dari. total 30 butir soal dengan tingkat

Skripsi dengan judul “ Studi Korelasi antara Prestasi Belajar Bahasa Indonesia dengan Prestasi Belajar Matematika pada Soal Cerita di Smp Sore Pule Trenggalek 2009

Suatu susunan yang terdiri atas sikap,kepercayaan,emosi,dan nilai-nilai masyarakat yang berhubungan dengan sistem politik dan isu-isu

Sahabat MQ/ saat ini persediaan katong darah yang ada di PMI Sleman Yogyakarta hanya sebanyak 120 Labu/ untuk golongan darah A sebanyak 16 labu/ B 72

Tinggi batang sorgum manis yang dikembangkan di China dapat mencapai 5 m.. sehingga sangat ideal dikembangkan untuk pakan ternak dan

 mencari dan mengumpulkan data tentang bentuk-bentuk gejala alam di indonesia dari bahan bacaan yang sesuai dengan tema gejala alam di indonesia.  membuat daftar

perencanaan pembelajaran aplikasi komputer yang telah dilaksanakan peneliti dapat mengartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran,

Perencanaan strategis tata kelola SI berfokus kepada strategi SI dan manajemen SI menggunakan kerangka kerja Ward and Peppard yang merupakan kerangka kerja untuk