• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus Officionalis) di Kelompok Tani Al'istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus Officionalis) di Kelompok Tani Al'istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPARAGUS (

Asparagus

officionalis)

DI KELOMPOK TANI AL’ISTIQOMAH

KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG

EDWARD

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015 Edward NIM H43124041

(4)
(5)

ABSTRAK

EDWARD. Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh RITA NURMALINA.

Asparagus merupakan tanaman sub tropis yang dapat diusahakan di dataran tinggi wilayah Indonesia, seperti Ciwidey Bandung yang memiliki syarat tumbuh yang dibutuhkan asparagus. Kelompok tani pertama yang mengusahakan asparagus di Kecamatan Ciwidey adalah kelompok tani Al’istiqomah. Kelompok ini merupakan kelompok tani yang menjadi pelopor untuk mengusahakan asparagus dalam bentuk kelompok tani. Harga bibit yang mahal menjadikan tanaman tersebut menjadi salah satu kendala kelompok dalam mengusahakan tanaman yang umur teknis tanaman yang mencapai lima tahun. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis kelayakan usaha di Kelompok Tani Al’istiqomah berdasarkan aspek non finansial dan finansial. Selain itu, penelitian ini juga menganalisis sensitivitas terhadap perubahan kondisi usaha menggunakan switching value. Hasil penelitian akan menunjukan tidak semua kriteria pada aspek non finansial dan finansial dapat layak. Analisis dilakukan dengan dua skenario, skenario I merupakan kondisi aktual usaha dan skenario II merupakan kondisi usaha yang dilakukan pengembangan dengan penambahan greenhouse dilahan. Pada skenario I diperoleh nilai NPV 7 182 684.85, nilai Net B/C sebesar 1.17, nilai IRR 12% dengan diskonto 7% dan payback period skenario I selama 4.48 tahun danpada skenario II diperoleh nilai NPV 26 012 781.22, nilai Net B/C sebesar 1.51, nilai IRR sebesar 24% dengan diskonto 7% dan dengan payback period usaha selama 4.0 tahun. Kedua skenario tersebut layak untuk dijalankan oleh kelompok tani. Pada dua skenario tersebut juga dilakukan analisis risiko usaha pada beberapa komponen inflow dan outflow. Komponen yang di analisis memiliki tingkat kepekaan tinggi terhadap perubahan adalah penurunan produksi pada skenario I sebesar 10.22% dan pada skenario II juga sebesar 26.41%.

Kata kunci : Asparagus, aspek non finansial, aspek finansial, kelompok tani

Al’istiqomah

ABSTRACT

EDWARD. Feasibility Analysis of Asparagus (Asparagus officinalis) at Farmers Group Al’istiqomah Ciwidey District of Bandung regency. Supervise by RITA NURMALINA

Asparagus is a subtropical plant that can be cultivated in the highlands of Indonesia, such as Bandung Ciwidey that have the necessary conditions to grow asparagus. The first farmer groups that cultivates asparagus in District Ciwidey is

(6)

addition, this study also analyzes the sensitivity to changes in operating conditions using a switching value. The results of the research will show that not all the criteria on financial and non-financial aspects can be feasible. Analyses were performed with two scenarios, the first scenario is the actual condition of the business and the second scenario is the condition of the development work done by adding greenhouse s in the field. In scenario I, the NPV obtained was 7 182 684.85, the value of the Net B / C is 1.17, the IRR value was 12% to a 7% discount rate and the payback period for scenario I is 4.48 years. In scenario II, the NPV obtained 26 012 781.22, the value of the Net B / C is 1.51, the IRR value was 24% at a discount of 7% and the payback period is 4.0 years. These two scenarios are feasible by the farmer groups. A risk analysis on several inflow and outflow components was conducted in these two scenarios. The components that have a high degree of sensitivity to change is the decline of production in the first scenario with the value of 10.22% and also in the second scenario with the value of 26.41%.

(7)

EDWARD

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHA ASPARAGUS (

Asparagus

officionalis)

DI KELOMPOK TANI AL’ISTIQOMAH

KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

Nama : Edward NIM : H34124041

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS Pembimbing Skripsi

Diketahui Oleh

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ini adalah studi kelayakan bisnis, dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Asparagus (Asparagus officionalis) di Kelompok Tani Al’istiqomah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Rita Nurmalina, MS selaku pembimbing atas bimbingan, arahan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Muctar selaku penyuluh pertanian di Kecamatan Ciwidey Bandung, Bapak Koswara selaku ketua kelompok tani Al’istiqomah, anggota kelompok tani Al’istiqomah yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada almarhum Ayahanda Tuah Sembiring, SH, Ibunda Fraulina Sinulingga, kakanda Lia Johana Natalina Sembiring S,Th, adik Elyana Sembiring Kembaren, sepupu Erick Raynalta Sinulingga, sahabat kontraker serta teman-teman Alih Jenis Agribisnis angkatan 3 atas motivasi, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)
(12)

Aspek Pasar 23

Aspek Teknis 26

Aspek Manajemen dan Hukum 32

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan 34

Analisis Aspek Finansial 35

Analisis finansial skenario I (kondisi aktual) 36 Analisis finansial skenario II (pengembangan dengan greenhouse ) 41

KESIMPULAN DAN SARAN 46

Kesimpulan 46

Saran 46

DAFTAR PUSTAKA 47

DAFTAR TABEL

1 Sepuluh negara terbesar produsen asparagus dunia tahun 2010-2012 2 2 Ekspor dan impor asparagus Indonesia tahun 2003-2006 3 3 Ekspor dan impor sayuran asparagus tahun 2012-2014 3 4 Permintaan dan penawaran asparagus bulan November Al’istiqomah 23

5 Klasifikasi asparagus berdasarkan grade 24

6 Input yang dibutuhkan untuk budidaya asparagus 27 7 Pasar tujuan kelompok tani asparagus Al’istiqomah 27 8 Kebutuhan Input dalam usaha asparagus hingga umur usaha 5 tahun 28 9 Karakteristik petani asparagus Al’istiqomah 32

10 Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada skenario I 36

11 Nilai sisa pada skenario I (kondisi aktual) 37

12 Investasi dan penyusutan pada skenario I (kondisi aktual) 38

13 Biaya tetap usaha asparagus kelompok tani Al’istiqomah 39 14 Biaya variabel pada skenario I (Sebelum pengembangan) 39

15 Laba rugi skenario I dan skenario II 40

16 Kriteria investasi skenario I kelompok tani Al’istiqomah 40

17 Pendapatan kelompok tani Al’istiqomah pada Skenario II (pengembangan

dengan greenhouse) 42

18 Investasi dan penyusutan Skenario II( dengan greenhouse) 43 19 Biaya variabel pada skenario II (pengembangan dengan greenhouse) 44

20 Kriteria investasi skenario II kelompok tani Al’istiqomah 44 22 Batas toleransi perubahan harga setiap komponen 46

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara penurunan persentase produksi rebung besar dan rebung

total selama suatu periode 7

2 Produksi asparagus pada tiap perlakuan tanam 8

3 Kerangka pemikiran operasional penelitian 16

4 Saluran Pemasaran Kelompok Tani Asparagus Al’istiqomah 25

(13)

6 Benih dan bibit kelompok tani asparagus Al’istiqomah 30

7 Layout lahan 31

8 Struktur organisasi kelompok tani Al’istiqomah 33

9 Piagam kelas pemula Al’istiqomah 34

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jadwal kegiatan budidaya asparagus kelompok tani Al’istiqomah 49

2 Cashflow pada skenario I (kondisi aktual) 50

3 Skenario I penurunan produksi 10.21890055% 51

4 Skenario I kenaikan harga bibit asparagus 216.1877016% 52 5 Skenario I kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 128.0806612% 53 6 Skenario I kenaikan harga pupuk kandang ayam 153.69679344% 54 7 Skenario I kenaikan upah tenaga kerja 41.71027873% 55 8 Cashflow skenario II (perencanaan pembuatan greenhouse) 56 9 Skenario II kenaikan harga bibit asparagus 782.9444698% 57 10 Skenario II kenaikan harga pupuk cair urine kelinci 463.8563832% 58 11 Skenario II kenaikan harga pupuk kandang ayam 556.6276598% 59 12 Skenario II kenaikan upah tenaga kerja 151.05776983% 60 13 Cashflow skenario I (sebelum pengembangan) dengan pajak 1% 61 14 Cashflow skenario II (sesudah pengembangan) dengan pajak 1% 62

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor agribisnis yang terpinggirkan oleh sektor industri, karena dianggap tidak komersial dan belum produktif. Jika dilihat dari potensi sumberdaya alam serta sumberdaya manusia, sangat memungkinkan untuk mengembangkan serta meningkatkan kualitas sektor agribisnis. Kegiatan agribisnis diyakini dapat memberikan keuntungan dan pendapatan bagi pelakunya maupun pihak lain serta dapat memberikan kontribusi dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto Indonesia dan memiliki peran dalam perekonomian nasional dengan kecenderungan pertumbuhan yang meningkat. Salah satunya terlihat pada nilai PDB dari sektor pertanian dari tahun 2011 sebesar Rp 315.0 triliun, tahun 2012 sebesar Rp 328.3 triliun, dan tahun 2013 sebesar Rp 339.9 triliun. Nilai PDB pada tahun 2011 hingga tahun 2013 menunjukan kecenderungan peningkatan yang positif setiap tahunnya. Laju pertumbuhan PDB pada sektor pertanian sebesar 3.54%, ini memperlihatkan bahwa usaha pada sektor agribisnis memiliki prospek dan peluang yang baik untuk dijadikan suatu bisnis (BPS 2014).

Salah satu sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan yaitu usaha yang bergerak pada budidaya tanaman hortikultura. Komoditas tanaman hortikultura di Indonesia dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu sayuran, buah-buahan, tanaman hias, serta tanaman biofarmaka. Sayuran menjadi salah satu komoditas yang sering dijadikan bahan pangan karena manfaat dari kandungan gizinya, karena itu peningkatan gizi selalu dianjurkan oleh pemerintah kepada masyarakat, agar sehat jasmani dan rohani. Produk sayuran yang dapat dikembangkan dan diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperbaiki keadaan gizi yaitu asparagus.

Asparagus (Asparagus offcionalis) merupakan sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi, sebagai sayuran yang memiliki harga jual tinggi dibandingkan sayuran lain dengan harga berkisar Rp 35 000/kg di tingkat petani (Lampiran 18). Selama ini ketersediaan asparagus di Indonesia tidak terlepas dari impor, walaupun asparagus di Indonesia sudah dibudidayakan oleh petani lokal. Negara China sebagai produsen asparagus terbesar di dunia yang tren produksi tiap tahun mengalami kenaikan, dapat dijadikan indikasi bahwa kebutuhan konsumen akan asparagus terus meningkat (Tabel 1).

(16)

rebung hijau yang dipanen saat rebung sudah keluar dari tanah yang mencapai ukuran 30 cm dari permukaan tanah.

Tabel 1 Sepuluh negara terbesar produsen asparagus dunia tahun 2010-2012

Negara Tahun (Ton)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Herliana Ridhawati tahun 2008 mengatakan dalam penelitian kelayakan finansial investasi usahatani asparagus ramah lingkungan di PT Agro Lestari Bogor hanya dapat memenuhi permintaan pasar sebanyak 30%, tahun 2005 permintaan mencapai 13.37 ton dan tahun 2007 permintaan mencapai 14.70 ton. Pada penelitian Herliana Ridhawati juga terdapat data ekspor dan impor asparagus di Indonesia yang menjelaskan bahwa pada tahun 2003 hingga 2004 ekspor asparagus mengalami peningkatan, akan tetapi pada tahun 2005 ekspor asparagus mengalami penurunan, serta pada tahun 2006 tidak ada asparagus yang diekspor atau jumlah ekspor nol. Sedangkan data mengenai volume impor asparagus ke Indonesia dari tahun 2003 sampai tahun 2006 mengalami peningkatan secara drastis lebih dari 100% (Tabel 2). Berdasarkan data tersebut (Tabel 2) diduga permintaan aspraragus di Indonesia akan asparagus mengalami peningkatan, sehingga peluang ini dapat dijadikan usaha bagi petani Indonesia untuk membudidayakan asparagus di Indonesia. Komoditas asparagus dapat menjadi komoditas sayuran alternatif yang diusahakan petani untuk memperoleh keuntungan, dengan dibudidayakan asparagus di Indonesia akan menutup pintu masuk impor asparagus dari negara lain.

Sumber informasi lain yang diperoleh pada tahun 1980 di Indonesia terdapat beberapa perusahaan yang melakukan investasi untuk membudidayakan asparagus, perusahaan tersebut melihat adanya peluang ekspor yang menjanjikan serta untuk memenuhi permintaan domestik yang dikatakan lebih besar dari pada penawaran1. budidaya asparagus secara besar-besaran pada tahun 1980 an ini telah mengalami kegagalan. Penyebab kegagalan tersebut di sebabkan beberapa hal, seperti terjadi sengketa status kepemilikan lahan dengan masyarakat dan kurang profesional manajemen kelembagaan perusahaan yang mengelola kebun asparagus tersebut. Rebung hasil panen belum memenuhi standard Internasional. Padahal pasar yang ditargetkan adalah pasar International. Biaya budidaya

1

(17)

produksi rebung asparagus dalam skala perkebunan besar, ternyata tidak mampu bersaing di pasar internasional. Padahal, pada waktu itu semangat para investor rebung asparagus adalah untuk menjangkau pasar ekspor. Akibat dari kendala-kendala tersebut, tahun 1990an kebun-kebun asparagus tadi telah tutup dan tidak lagi beroperasi.

Tabel 2 Ekspor dan impor asparagus Indonesia tahun 2003-2006

Indikator

Indonesia yang beriklim tropis mendukung untuk dilakukannya pemanenan aparagus sepanjang tahun. Hal tersebut berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan di negara dengan iklim subtropis. Berdasarkan data ekspor dan impor tahun 2012 hingga juni 2014 (Tabel 3) yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian, volume rata-rata ekspor Indonesia tahun 2012-2014 mencapai 1741 lebih tinggi dibanding data ekspor pada tahun 2003-2006 yang rata-rata 1366, hal ini dapat menjadi salah satu indikator asparagus dapat dibudidayakan di negara subtropis dan memiliki klasifikasi sesuai standar ekspor. Volume rata-rata impor tahun 2012 hingga juni 2014 juga lebih tinggi dibandingkan data impor tahun 2003-2006, hal ini juga dapat menjadi dasar bahwa pasar di Indonesia potensial untuk usaha asparagus dan menutup pintu impor asparagus Indonesia.

Tabel 3 Ekspor dan impor sayuran asparagus tahun 2012-2014

Kegiatan Impor 830 525 723 739 277 385 252 077 462 044 425 569 Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian 2014

Asparagus di negara subtropis biasanya hanya bisa dipanen pada bulan– bulan tertentu yakni bulan April, Mei, dan Juni (Kustara dalam Afifah 1995). Asparagus yang berasal dari daerah subtropis dapat diusahakan di Indonesia dengan syarat tumbuh tertentu, seperti lokasi budidaya yang harus dataran tinggi, curah hujan sedang dan suhu lokasi yang tidak panas. Pada beberapa wilayah di Indonesia memiliki syarat tumbuh yang dibutuhkan untuk usaha asparagus tersebut, diantaranya Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kecamatan Ciwidey Bandung merupakan wilayah yang cocok untuk melakukan budidaya asparagus, wilayah ini memiliki ketinggian berkisar 900-1100 meter dpl (dari permukaan laut) dan suhu rata-rata dari tahun 2000 hingga tahun 2012 berkisar 25.20C, sehingga wilayah ini cocok untuk dilakukan budidaya asparagus.

(18)

memulai budidaya asparagus pada tahun 2010 yang dipelopori oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang. Harga jual asparagus yang tinggi dan jumlah petani yang membudidayakan asparagus belum banyak, serta situasi budidaya stroberi yang merupakan komoditas andalan Ciwidey yang sulit bersaing karena semakin meningkatnya jumlah petani yang membudidayakan, sehingga mendorong ketiga orang ini untuk memulai usaha budidaya asparagus.

Perumusan Masalah

Asparagus (Asparagus officionalis) merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi, di pasar modern seperti supermaket/ swalayan, harga asparagus impor berkisar sebesar Rp120 000/kg dan lokal berkisar Rp 80 000 kg. Asparagus impor yang terdapat di Indonesia pada umumnya berasal dari China dan Amerika Serikat, sedangkan pelaku usaha asparagus di Indonesia masih sedikit jumlahnya. Keadaan ini salah satunya yang menyebabkan harga asparagus mahal dan ketersediaanya hanya dapat ditemukan di pasar modern seperti swalayan/ supermaket, sedangkan di kalangan konsumen pasar tradisional asparagus tidak terlalu dikenal walaupun ada beberapa pasar tradisional yang menjual produk asparagus hasil petani lokal Indonesia.

Berdasarkan data ekspor dan impor tahun 2012 hingga juni 2014 (Tabel 3), volume rata-rata ekspor Indonesia tahun 2012-2014 mencapai 1 741 lebih tinggi dibanding data ekspor pada tahun 2003-2006 yang rata-rata 1 366, hal ini dapat menjadi salah satu indikator asparagus dapat dibudidayakan di negara subtropis dan memiliki klasifikasi sesuai standar ekspor. Volume rata-rata impor tahun 2012 hingga Juni 2014 juga lebih tinggi dibandingkan data impor tahun 2003-2006, hal ini juga dapat menjadi dasar bahwa pasar di Indonesia potensial untuk usaha asparagus dan menutup pintu impor asparagus Indonesia.

Budidaya asparagus secara teknis memerlukan lokasi lahan pada ketinggian 600-900 dari permukaan laut dan suhu rata-rata 15-250C (ICDF, 2014). Asparagus yang dibudidayakan di Indonesia dapat dipanen sepanjang tahun, berbeda dengan tanaman asparagus yang dikembangkan dengan iklim subtropis. Asparagus di Negara subtropis biasanya hanya bisa dipanen pada bulan–bulan tertentu yakni bulan April, Mei dan Juni (Kustara dalam Afifah, 1995). Potensi pasar dan potensi alam yang ada mendukung asparagus terus dikembangkan didalam negeri dan juga untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Lokasi dengan klasifikasi yang dibutuhkan untuk usaha asparagus dapat dilakukan di beberapa wilayah dataran tinggi di Indonesia, salah satunya Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung.

(19)

Al’istiqomah. Investasi pada bisnis budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani ini perlu dilakukan analisis kelayakan usaha, sehingga dapat dilihat nilai manfaat yang diperoleh setiap rupiah yang dikeluarkan petani. Analisis kelayakan yang dilakukan nantinya akan memberikan evaluasi kepada kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang mana yang akan menghasilkan manfaat yang lebih baik dan di buat Skenario I yang merupakan kondisi aktual usaha asparagus dan Skenario ke II merupakan kondisi perencanaan lahan menggunakan greenhouse yang diharapkan dapat meningkatkan volume hasil panen rebung segar. Kondisi di lapangan yang dapat mengalami perubahan setiap waktu, maka dalam menilai kelayakan dari usaha ini akan dilakukan analisis switching value. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah harus memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi yang berdampak pada keuntungan yang akan diperoleh dan kelayakan usahanya. Berdasarkan pengalaman pelaku usaha perubahan-perubahan yang perlu diperhatikan yaitu penurunan harga produk, kenaikan harga benih dan penurunan produksi. Dari analisis tersebut akan diketahui perubahan pada variabel yang bisa diterima agar budidaya asparagus tetap layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan uraian yang telah di jelaskan di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana kelayakan bisnis budidaya sayuran asparagus dari aspek non finansial, seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan aspek lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan bisnis budidaya sayuran asparagus dari aspek finansial?

3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan bisnis budidaya dilihat secara finansial?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis kelayakan bisnis budidaya asparagus dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi, serta aspek lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan bisnis budidaya asparagus secara finansial.

3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha tersebut.

Manfaat Penelitian

(20)

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung pada kelompok tani Al’istiqomah dengan jumlah responden 6 petani dalam masa tanaman produktif. penelitian mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, aspek ekonomi, dan aspek lingkungan.

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Asparagus

Asparagus yang memiliki istilah botani disebut Asparagus officinalis merupakan jenis sayuran yang dimanfaatkan rebungnnya, asparagus dibedakan menjadi 2 jenis rebung yaitu berwarna putih dan hijau. Jenis ini dibedakan bedasarkan cara panen, rebung putih yang umumnya dipanen sebelum mahkota rebung keluar dari permukaan tanah atau belum terkena sinar matahari dan rebung berwarna hijau yang dipanen ketika rebung sudah keluar dari permukaan tanah sehingga sudah terkena matahari (Rubatzky, 1999; Setiawan, 1995; Suhardiman 1982). Sayuran asparagus ini merupakan salah satu sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Lembang Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah penanaman sayuran asparagus yang pada 5 tahun terakhir meningkatnya perluasan lahan yang disebabkan permintaan asparagus segar meningkat di kota-kota besar di Indonesia (Onggo, 2008).

Syarat Tumbuh Asparagus

Asparagus merupakan tanaman dari daerah subtropis, oleh sebab itu asparagus pada daerah tropis sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 600-900 m dpl dengan suhu sekitar 15-25oC dan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2 500-3 000 mm/tahun. Asparagus sebaiknya ditanam ditanah dengan lapisan yang dalam dan banyak mengandung bahan organik dengan jenis tanah berpasir yang gembur, tanah latosol, andosol maupun podsolik merah kuning dan pH yang berkisar 6.0-6.8 per hektar lahan dapat menampung populasi hingga 15 000 hingga 25 000 tanaman (ICDF, 2014; Setiawan, 1995; Suhardiman, 1982; Rubatzky, 1999).

(21)

Gambar 1 Hubungan antara penurunan persentase produksi rebung besar dan rebung total selama suatu periode

Masa hidup tanaman Asparagus bervariasi antara tiga, empat atau sampai lebih dari 15 tahun. Saat persentase rebung besar yang terus berkurang secara nyata, maka produksi perlu dihentikan. Alasan untuk menghentikan produksi adalah penurunan tingkat keuntungan bersamaan dengan penurunan ukuran rebung besar. Laju penurunan produksi rebung besar biasanya disebabkan oleh periode pemanenan yang terlalu panjang, penyakit, hama dan penyebab lain kerusakan mahkota (Rubatzky, 1999).

Metode Tanam

(22)

Sumber : Takori et al. 1975

Gambar 2 Produksi asparagus pada tiap perlakuan tanam

Kelayakan Aspek Non Finansial

Kelayakan aspek non finansial mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, serta aspek lingkungan. Aspek pasar merupakan bagian dari aspek non finansial yang pertama dikaji karena ada tidaknya pasar adalah faktor utama dalam menentukan usaha. Peluang pasar merupakan salah satu kriteria kelayaknya usaha. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ridhawati (2008) tentang Kelayakan finansial investasi usahatani asparagus ramah lingkungan di PT. Agro Lestari Bogor yaitu bahwa peluang pasar masih terbuka dari adanya kelebihan permintaan dibandingkan dengan penawaran oleh usaha tersebut Permintaan Asparagus yang masuk ke perusahaan adalah 50 kg/hari. Namun perusahaan hanya mampu memenuhi sekitar 30% dari keseluruhan permintaan, sehingga baru sebagian permintaan yang dapat dipenuhi oleh perusahaan. Selain itu, usahatani Asparagus juga dinilai layak karena adanya bauran pemasaran yang direncanakan perusahaan.

Pada aspek teknis untuk usaha pada bidang budidaya tanaman kesesuaian kondisi iklim dan tanah, ketersediaan sarana produksi, ketersediaan tenaga kerja dan layout lahan. Hal tersebut ditunjukan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ridhawati (2008) bahwa adanya kesesuaian antara kondisi iklim lahan Desa Cibedug dengan kebutuhan iklim Asparagus yaitu sekitar 22oC, tanaman asparagus akan tumbuh optimal dengan rentang suhu antara 15oC-25oC. maka kondisi iklim di Desa Cibedug dikatakan mendukung untuk budidaya Asparagus. Pada penelitian Ridhawati juga dikatakan terjadi risiko hilangnya hasil produksi sebanyak 40% yang disebabkan oleh cuaca dan hama, metode tanam pada perusahaan tersebut tidak menggunakan greenhouse /naungan. Selain menjalankan usaha budidaya tanaman sayuran, Agro Lestari juga memiliki toko saprotan yang dikelola sendiri oleh pemilik perusahaan, sehingga ketersedian

(23)

sarana produksi sangat memadai. Desa Cibedug adalah Desa dengan mata pencaharian penduduk terbesar sebagai buruh tani, sehingga memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dalam usahatani budidaya asparagus, begitu juga pada layout usaha sudah mendukung.

Ditunjukan juga oleh penelitian yang dilakukan Mulyawati (2012) yang berjudul analisis kelayakan usaha jamur tiram putih, bahwa pada usaha yang bergerak pada onfarm harus didukung dengan kondisi iklim yang sesuai untuk budidaya jamur tiram, suhu yang diperlukan pada budidaya jamur tiram berkisar antara 26-28oC dengan kelembapan udara diatur sekitar 90%, jika kelembaban kurang dari 90% maka media akan mengering, sedangkan suhu rata-rata di tempat penelitian berkisar antara 24.9-25.8oC, akan tetapi usaha jamur tiram tersebut secara teknis layak dilakukan karena suhu dan kelembaban dapat diatur pada saat pemeliharaan dengan teknik budidaya yang pemilik usaha telah pelajari.

Berdasarkan aspek sosial dan lingkungan, usaha yang dilakukan harus memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat lingkungan sekitar tempat usaha dan ikut serta dalam melestarikan lingkungan seperti usaha tidak menimbulkan limbah yang dapat mencemari lingkungan sekitar usaha dan mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat di sekitar lokasi usaha. Ditunjukan pada penelitian Zuraida (2008) pada aspek sosial, usaha ini layak untuk diusahakan karena memiliki peran sosial dalam penyediaan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta menyumbang pajak untuk pemerintah daerah. Dari aspek hukum, usaha yang dijalankan tidak menyalahi aturan-aturan hukum di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Selain itu Koperasi Bunut Abadi memiliki izin pendirian usaha dari Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah dan surat izin usaha perdagangan dari Departemen Perindustrian.

Kelayakan Aspek Finansial

(24)

menunjukan hasil usaha padi organik menguntungkan, nilai R/C > 1, nilai produktivitas tenaga kerja > dari rata-rata upah perhari, serta nilai rentabilitas > dari nilai suku bunga pinjaman yang digunakan pada penelitian tersebut.

Adapun penelitian yang berjudul keragaman dan titik impas usahatani aneka sayuran pada lahan sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Darwis 2013). Untuk melihat tingkat kelayakan usaha tersebut menggunakan alat analisis R/C, titik impas produksi, dan titik impas harga untuk melihat tingkat kelayakan usaha. Hasil dari analisis kelayakan tersebut menunjukan bahwa usahatani aneka sayuran pada lahan sawah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat menunjukan usaha tersebut layak untuk dilakukan dilihat dari Titik impas harga penjualan tertinggi terdapat pada usaha tani bawang merah yakni Rp 2 595/kg dan titik impas volume produksi sebesar 7 334 kg. Sedangkan titik impas harga penjualan terendah ada pada komoditas mentimun sebesar Rp 1 623/kg. Usahatani sayuran dilokasi penelitian mengalami keuntungan, hal ini direpresentasikan dari hasil R/C yang lebih dari 1. Berdasarkan hitungan titik impas yang paling tinggi adalah bawang merah yaitu Rp 2 595/kg.

Analisis switching value, mengukur seberapa kuat usaha dapat bertahan hingga keuntungan sama dengan 0. Berdasarkan Ridhawati (2008), dengan menggunakan analisis switching value kenaikan kenaikan harga-harga variabel menunjukkan bahwa usahatani akan tetap layak sampai terjadi kenaikan harga pupuk kandang sebesar 45.51% dari Rp 450 per kg atau Rp 9 000 per karung, pupuk organik cair sebesar 170.66% dari Rp 15 000 per liter, pestisida organik sebesar 151.70% dari Rp 30 000 per liter, jerami sebesar 301.04% dari Rp 200 000 per truk, dan harga kemasan sebesar 27% dari Rp 500 per paket kemasan. Uji switcing value menunjukkan bahwa usahatani Asparagus ramah lingkungan akan tetap layak sampai terjadi penurunan volume penjualan sebesar 42.7% per tahun dan penurunan harga jual sebesar 3.87% dari Rp 35 000. Pada penelitian Mulyawati (2012) menggunakan analisis sensitivitas karena besarnya perubahan sudah diketahui secara aktual pada saat penelitian berlangsung, seperti pada penelitian ini penurunan produksi sudah diketahui sebesar 20% dan kenaikan harga serbuk kayu sebesar 10%, besaran persen kedua variabel tersebut sudah pernah terjadi pada tempat penelitian tersebut.

(25)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar 2007). Menurut Suliyanto (2010) bisnis didefinisikan sebagai keseluruhan kegiatan yang direncanakan dan dijalankan oleh perorangan atau kelompok secara teratur dengan cara menciptakan, memasarkan barang maupun jasa, baik dengan tujuan mencari keuntungan maupun tidak bertujuan mencari keuntungan.

Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Suliyanto (2010) kondisi lingkungan usaha yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya. Sehingga dibutuhkan suatu studi yang bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah bisnis layak untuk dilaksanakan atau tidak, dan memberikan manfaat lebih atau tidak.

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar 2007).

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam menentukan kriteria kelayakan suatu bisnis ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial dan diantara aspek-aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu bisnis. Studi kelayakan bisnis dibagi kedalam aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, aspek lingkungan dan aspek finansial (Nurmalina et al. 2010).

Aspek Pasar

Aspek pasar adalah aspek yang menganalisis potensi pasar, intensitas persaingan, market share yang dapat dicapai. Aspek pasar dan pemasaran mempelajari tentang permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan (Nurmalina et al. 2010). Aspek pasar dikatakan layak jika pelaku usaha mampu meraih potensi pasar dan peluang pasar dalam menjalankan usahanya.

(26)

a. Permintaan

Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut.

b. Penawaran

Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor. Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.

c. Harga

Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor dan produksi dalam negeri. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

d. Program pemasaran

Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan bauran pemasaran (marketing mix).

e. Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan

Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan satuan unit jumlah penjualan perusahaan dibagi jumlah penjualan industri.

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Menurut Nurmalina et al. (2010) dalam bukunya studi kelayakan bisnis menjelaskan beberapa faktor-faktor yang perlu dianalisis dalam aspek teknis seperti lokasi bisnis, luas produksi, kriteria pemilihan mesin dan equipment, layout yang dipilih, dan jenis teknologi yang tepat.

Aspek teknis dikatakan layak jika telah diperoleh lokasi yang layak, dapat mencapai luas produksi yang optimal, tersedia teknologi, dan menyusun layout bisnis secara optimal.

Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa operasi, dalam masa pembangunan bisnis hal yang dipelajari yaitu siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal penyelesaian bisnis, sedangkan manajemen dalam operasi mempelajari bagaimana bentuk badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et a.l. 2010).

(27)

Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Menurut Nurmalina et al. (2010) pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telepon dan sarana lain. Pada aspek ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan pendapatan menambahkan aktivitas ekonomi sehingga dapat memberikan kesejahteraan. Analisis aspek ekonomi digunakan untuk menilai apakah suatu bisnis mampu memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Pada aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Aspek sosial dan lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan usaha memberikan manfaat pada masyarakat dan tidak mencemari lingkungan sekitar usaha.

Aspek Finansial

Tujuan menganalisis aspek finansial dari suatu studi kelayakan proyek bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus, sesuai pernyataan Umar (2007).

Pada analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga analisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial. Menurut Nurmalina et al. (2010), cashflow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama 1 periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.

Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang terdiri dari 4 bagian yaitu:

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih

Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari 1 dan tidak layak jika Net B/C kurang dari 1.

c. Internal Rate of Return (IRR)

(28)

yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari discount rate (DR).

d. Payback Period

Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang dari umur bisnis (PP < umur bisnis).

Analisis Switching Value

Gittinger (1986) dalam Nurmalina et al. (2010) menjelaskan bahwa analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga output, penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Oleh karena itu, perubahan jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai NPV sama dengan nol (NPV = 0).

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan di dalam komponen inflow atau outflow misal kenaikan biaya produksi, penurunan volume produksi, dan penurunan harga output.

Kerangka Pemikiran Operasional

Asparagus merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai jual yang tinggi, hanya saja di Indonesia saat ini masih sedikit petani yang melakukan budidaya asparagus tersebut, kebanyakan asparagus di Indonesia dijual dipasar modern seperti supermaket/swalayan dengan mayoritas asparagus impor dengan harga asparagus tersebut berkisar Rp 120 000 per kg dan untuk lokal berkisar harga Rp 80 000 per kg sedangkan dikalangan konsumen pasar tradisional asparagus tidak terlalu dikenal walaupun ada beberapa pasar tradisional yang menjual produk asparagus hasil petani lokal Indonesia. Asparagus impor yang terdapat di Indonesia pada umumnya berasal dari China dan Amerika Serikat.

(29)

kwalitas F2 UC 157 atau harga bibit yang sudah disemai ukuran + 30 cm dengan harga Rp 5 000,-/tanaman. Masalah lain yang dihadapi kelompok tani ini yaitu proses memindahkan benih persemaian ke lahan produksi hingga dapat dipanen memerlukan waktu yang lama yang mencapai 8 bulan, persiapan lahan untuk siap ditanami, seperti pupuk dasar memerlukan modal yang tidak kecil bagi kelompok tani asparagus Al’istiqomah.

Keadaan alam disuatu wilayah juga mempengaruhi pengembangan produksi budidaya asparagus tersebut. Produksi asparagus yang tidak maksimal menyebabkan keuntungan yang diperoleh oleh petani juga tidak maksimal, produksi yang kurang maksimal diduga dapat dipengaruhi salah satunya oleh cara petani membudidayakan asparagus tersebut. Salah satunya adalah penggunaan greenhouse pada budidaya asparagus tersebut yang bertujuan untuk menghindari risiko terhadap hasil panen asparagus, karena tanaman asparagus ini rentan terhadap keadaan alam yang curah hujannya tinggi, tanaman ini akan mudah rusak seperti rebung yang busuk, bengkok dan tidak muncul rebung bila terlalu banyak terkena air hujan, khususnya pada saat musim hujan.

Cara yang digunakan dalam penggunaan greenhouse untuk menjaga hasil panen tetap stabil pada tanaman asparagus tersebut dapat menentukan hasil panen dan besarnya keuntungan yang akan diperoleh oleh kelompok tani Al’istiqomah. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kelayakan usaha baik secara non finansial seperti menganalisis aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan maupun finansial terhadap kedua jenis pola budidaya asparagus tersebut.

Analisis finansial yang akan dilakukan yaitu dengan membandingkan cara budidaya yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah yaitu tanpa menggunakan greenhouse (skenario I), dan menggunakan greenhouse (skenario II). Dari segi aspek finansial kelayakan bisnis budidaya asparagus dianalisis berdasarkan nilai Net present value (NPV), Internal rate return (IRR), Net benefit cost rasio (Net B/C), Payback periode (PP), serta analisis kelayakan dari segi aspek non finansial. Analisis kelayakan yang dilakukan nantinya akan memberikan evaluasi kepada kelompok tani Al’istiqomah cara budidaya asparagus yang mana yang akan menghasilkan manfaat yang lebih baik.

(30)

Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional penelitian Analisis kelayakan usaha asparagus

Rumusan masalah :

Harga benih/bibit asparagus yang mahal, sehingga investasi awal yang

besar bagi kelompok tani Al’istiqomah. Asparagus mulai menghasilkan ketika usia tanaman 8 bulan dan memiliki umur teknis usaha sampai 5 tahun, sehingga perlu dilakukan analisis baik non finansial dan finansial usaha asparagus apakah mendatangkan nilai manfaat atau kerugian

kelompok tani Al’istiqomah

Layak Tidak Layak

Aspek non Finansial: Aspek pasar Aspek teknis Aspek manajemen Aspek sosial, ekonomi

dan Lingkungan

Aspek Finansial :

 Kriteria Investasi meliputi NPV, IRR, Net B/C, PP

Analisis Switching Value:

 Penurunan harga jual dan produksi  Kenaikan harga pupuk kandang

ayam dan urine kelinci  Kenaikan upah tenaga kerja  Kenaikan harga bibit asparagus Skenario I (kondisi aktual) dan Skenario II (pengembangan dengan

greenhouse)

(31)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang merupakan kelompok tani yang pertama membudidayakan asparagus di Ciwidey Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan atas pertimbangan bahwa Kabupaten Bandung merupakan salah satu lokasi dataran tinggi yang cocok untuk budidaya asparagus. Pengambilan data pada lokasi penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Desember 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan 6 orang responden serta dengan pengamatan langsung di lapangan dan kuisioner. Data primer tersebut meliputi data-data mengenai kondisi geografis setempat, data aspek non finansial dan finansial dari usaha yang diteliti. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi pustaka hasil riset terdahulu dan berbagai literatur seperti buku, internet yang berkaitan, dan instansi-instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Perpustakaan LSI IPB, Perpustakan FEM IPB, Pusat Kajian Hortikultur IPB, artikel, hasil riset, dan bahan pustaka yang lain.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data primer dan sekunder yang telah didapatkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data dan informasi secara kualitatif digunakan untuk keperluan analisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, teknis, manajemen, sosial dan lingkungan, sedangkan pengolahan data secara kuantitatif dilakukan untuk menganalisis kelayakan aspek finansial dari usaha. Data kuantitatif yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer, yakni menggunakan software Microsoft Excel dimana data disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mempermudah dalam melakukan analisis.

Analisis Aspek Pasar

(32)

Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai lokasi bisnis budidaya asparagus di Kabupaten Bandung, pemilihan jenis teknologi dan peralatan, proses produksi yang dilakukan dalam budidaya asparagus. Aspek teknis dinyatakan layak jika lokasi usaha, teknologi, proses produksi, dan tata letak usaha dapat menghasilkan produk secara optimal serta mendukung kegiatan pengembangan usaha dalam memperoleh laba.

Analisis Aspek Manajemen dan Hukum

Aspek manajemen dianalisis mengenai hal-hal yang menentukan deskripsi serta pemegang jabatan pada bisnis budidaya asparagus. Aspek manajemen meliputi bagaimana merencanakan pengolahan usaha. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah bentuk usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan usaha, struktur organisasi yang digunakan dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan.

Aspek hukum mempelajari bentuk badan usaha yang akan digunakan, jaminan dalam mengajukan pinjaman. Selain itu aspek hukum dalam kegiatan bisnis diperlukan untuk mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis ada saat bekerjasama dengan pihak lain.

Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan lingkungan

Aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan dinyatakan layak jika kegiatan bisnis memberikan manfaat pada masyarakat sekitar usaha seperti dalam membuka lapangan pekerjaan baru, dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta pada aspek lingkungan dapat dilakukan dengan menganalisis perkiraan dampak yang ditimbulkan terhadap berjalannya kegiatan bisnis budidaya asparagus terhadap kondisi lingkungan masyarakat sekitar bisnis.

Analisis Aspek Finansial

Analisis finansial diperlukan kriteria investasi yang digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefi Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP). Data kuantitatif diolah dengan menggunakan Software Microsoft Excel.

Net Present Value

(33)

selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

���= � − �

t = Tahun kegiatan bisnis (t= 1,2,3,4,5), tahun awal bisnis tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya.

Pada metode NPV terdapat 3 kriteria penilaian investasi yaitu apabila NPV > 0 berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila nilai NPV < 0 maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. NPV = 0 berarti usaha tersebut sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Net Benefit Cost Ratio

Net Benefit Cost Ratio (B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Net B/C menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar 1 rupiah. Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C > 1. Secara menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:

i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV1 = NPV yang bernilai positif

(34)

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan IRR, Yaitu: IRR > i, artinya usaha layak untuk dilakukan

IRR < i, artinya usaha tidak layak untuk dilakukan

Pada penelitian ini IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia di Software Microsoft Excel.

Payback Period

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback period lebih kecil dari umur proyek. Secara matematis payback period dapat dirumuskan sebagai berikut:

�� = �

Keterangan:

PP = jumlah waktu (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi yang ditanamkan.

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan.

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya.

Kriteria kelayakan investasi berdasarkan PP, yaitu PP < 5 tahun, artinya usaha layak untuk dilaksanakan.

Compounding Factor

Compounding Factor (F/P)in digunakan untuk meghitung nilai di waktu akan datang (F), jika telah diketahui sejumlah uang disaat sekarang (P) untuk suatu periode waktu tertentu (n)

Nilai di masa yang akan datang (Future Value) = F=P(1+i)n Keterangan :

P = Present Amount i = Discount rate n = Time period

Analisis Switching Value

(35)

umumnya dikarenakan oleh kenaikan dalam biaya, penurunan harga produk, dan lain-lain.

Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis asparagus yang ditanam adalah benih UC157 F2 yang diperoleh dari Dinas Pertanian Bandung dengan Harga Rp5 000 000/ons dan bibit asparagus Rp5 000/tanaman umur tiga bulan

2. Seluruh modal yang digunakan petani dalam usaha budidaya asparagus ini merupakan modal sendiri milik petani, dengan tingkat discount rate yang digunakan sebesar 7% berdasarkan tingkat suku bunga deposito BCA 15 Oktober 2014, alasan pemilihan tingkat suku bunga deposito tersebut dikarenakan bank yang digunakan oleh mayoritas petani di kelompok tani asparagus Al’istiqomah.

3. Harga-harga yang berlaku merupakan harga yang terjadi pada saat dilakukan penelitian bulan November 2014.

4. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam penelitian ini konstan hingga akhir umur usaha.

5. Asparagus yang di produksi merupakan asparagus hijau dan hasil produksi asparagus semua habis terjual.

6. Produksi asparagus bulan 0 hingga 8, memasuki masa tanaman belum menghasilkan dan pada bulan ke 9 hingga 12 memasuki masa tanaman menghasilkan yang dapat dipanen 2 kali dalam seminggu. Saat memasuki bulan ke 12 hingga 60 asparagus dapat dipanen 3 kali dalam seminggu. Produksi asparagus dari tahun pertama hingga tahun ke 4 akan naik produksinya, hingga pada tahun ke 4 sampai tahun selanjutnya asparagus akan mengalami penurunan produksi rebungnya, maka umur ekonomis tanaman asparagus ditentukan hingga umur 5 tahun (lampiran 3)

7. Penyusutan dihitung berdasarkan metode garis lurus dimana harga beli dikurangi dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan umur ekonomis.

GAMBARAN UMUM

Profil Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung

(36)

angkutan dalam kota (angkot) menuju arah terminal Leuwi Panjang, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bus atau colt trayek Bandung-Ciwidey.

Sejarah dan Perkembangan Usaha

Kelompok tani Al’istiqomah merupakan kelompok tani di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung yang budidaya asparagus dan terbentuk tahun 2012 dan mendapat pengakuan resmi dari kepala desa lebak muncang sebagai kelas pemula pada tanggal 22 maret 2012, kelompok ini awalnya terbentuk karena adanya program BLM PPMBK (Bantuan Langsung Masyarakat Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi) dari kehutanan yang merupakan program 8000 pohon untuk ditanam masyarakat sekitar wilayah Kecamatan Ciwidey.

Tanaman asparagus yang diusahakan secara kelompok tersebut, pada awalnya sudah dipelopori untuk dibudidayakan oleh Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang pada Tahun 2010. Komoditas asparagus tersebut dipilih karena didorong oleh situasi pembudidaya stroberi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung semakin banyak dan harga antara pembudidaya bersaing ketat, sehingga dari situasi demikian muncul pemikiran yang mendorong untuk mencari komoditas alternatif yang bisa menjadi komoditas unggulan.

Pada tahun 2010 harga benih yang Pak Koswara beli dengan harga Rp 3 000 000/ons, karena mahalnya benih asparagus Pak Koswara, Pak Ade dan Pak Dadang hanya membeli 0.5 ons untuk benih asparagus UC 157 F2. Kelompok tani

Al’istiqomah terdiri dari 19 anggota hingga akhir bulan Desember 2014 yang terdiri dari beberapa petani yang menekuni komoditas berbeda-beda baik pertanian maupun peternakan, sedangkan petani yang membudidayakan asparagus kini sebanyak 12 petani dan petani yang tanaman asparagus sedang dalam masa produktif hingga Desember 2014 hanya 6 petani. Saat ini rata-rata petani kelompok asparagus memiliki lahan sebesar 320 meter persegi, yang tersebar di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. Kelompok Al’istiqomah merupakan kelompok tani pertama di Bandung yang membudidaya asparagus.

Kelompok tani Al’istiqomah yang baru diresmikan tahun 2012 sampai tahun 2014 belum memiliki pembukuan yang lengkap, seperti catatan hasil panen harian petani yang belum dilaksanakan dengan disiplin, sehingga masih banyak ditemukan tanggal-tanggal tertentu yang data tidak tersedia/kosong, catatan asparagus yang disalurkan ke konsumen dengan volume yang disalurkan dan catatan-catatan lainya yang membantu kelompok mendokumentasikan kegiatan kelompok tani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Aspek Non Finansial

(37)

non finansial usaha budidaya asparagus terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajeman dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.

Aspek Pasar

Aspek non finansial yang pertama kali perlu dilakukan adalah menganalisis aspek pasar, saat memutuskan untuk melakukan usaha budidaya asparagus, maka pengusaha harus mampu mengetahui keadaan pasar yang potensial untuk memasarkan produk. Keadaan pasar yang potensial bagi pengusaha budidaya asparagus adalah keadaan pasar yang belum banyak pelaku usaha sejenis, sehingga produk yang dihasilkan habis terserap oleh pasar dan jumlah pesaing asparagus yang belum banyak. Pada penelitian ini menganalisi permintaan dan penawaran asparagus hijau segar yang di produksi kelompok tani.

1. Permintaan dan penawaran

Permintaan asparagus pada kelompok tani dilihat dari banyaknya produk yang diminta konsumen. Hasil panen budidaya asparagus yang dilakukan kelompok tani asparagus Al’istiqomah berkisar 23 Kg per dua hari dari 6 petani asparagus. Penawaran asparagus perbulan selama 1 tahun pada kelompok tani Al’istiqomah jumlahnya berfluktuasi sedangkan permintaan perbulan sebesar 900 kg. Sehingga rata-rata persentase permintaan yang terpenuhi sekitar 38%. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4 Permintaan dan penawaran asparagus bulan November Al’istiqomah

Hari

Permintaan yang tidak terpenuhi oleh kelompok tani tersebut membuat adanya kekurangan ketersediaan asparagus di pasar, sehingga pembagian hasil panen akan diatur oleh Pak Koswara selaku ketua kelompok tani asparagus

(38)

peluang bagi kelompok tani untuk dapat memenuhi dan mengembangkan usahanya.

2. Strategi Pemasaran a. Produk

Asparagus yang dibudidayakan dibagi 2 jenis, yaitu asparagus putih dan hijau. Perbedaan asparagus ini dibedakan dari proses panen, asparagus putih di panen pada saat rebung masih didalam tanah, sedangkan asparagus hijau dipanen saat rebung sudah muncul dipermukaan tanah dan terkena langsung sinar matahari. Kelompok tani asparagus Al’istiqomah hanya memproduksi asparagus hijau segar yang ukurannya sudah mencapai 30 cm diatas permukaan tanah, jenis asparagus hijau ini lebih mudah dipanen dibanding asparagus putih yang harus menggali tanah untuk panen rebung asparagus. Jenis bibit yang digunakan kelompok adalah bibit UC 157 F2, jenis yang sudah disosialisasikan oleh ICDF (International Cooperation Development Fund) yang cocok dibudidayakan di daerah Bandung. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada budidaya kelompok tani asparagus Al’istiqomah, kelompok tani tersebut menghasilkan rebung asparagus grade A, B dan baby asparagus yang memiliki klasifikasi masing-masing (tabel 5). Rebung asparagus yang dihasilkan dengan Grade A, B dan baby asparagus oleh kelompok tani Al’istiqomah tidak dibedakan berdasarkan waktu panen, karena hasil panen asparagus dengan waktu yang sama selalu memiliki ukuran rebung yang bervariasi. Asparagus hijau segar semua grade memiliki serat dan rasa yang sama saat konsumis, hanya ukuran rebung yang membedakan.

Tabel 5 Klasifikasi asparagus berdasarkan grade Foto Asparagus Klasifikasi

Grade A (Besar) memiliki diameter rebung berkisar 15-20 mm, memiliki bentuk fisik rebung yang lurus dan ujung mahkota belum mekar serta panjang rebung 30 cm

Grade B memiliki diameter rebung berkisar 10-15 mm, memiliki bentuk fisik yang agak lurus dan ujung mahkota belum mekar serta panjang rebung 30 cm

(39)

b. Harga

Kelompok tani asparagus Al’istiqomah menjual hasil panen kelompok tani ke ditributor sayuran organik Soreang Kabupaten Bandung yang nantinya akan disalurkan kepada swalayan di Jakarta. Harga yang diberikan kelompok tani sebesar Rp 30 000/Kg untuk semua grade, grading asparagus dilakukan hanya untuk menyeragamkan tiap ikatan asparagus. Harga tersebut ditentukan oleh kelompok karena dianggap sudah mendapatkan keuntungan dari biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk proses budidaya asparagus. Ukuran asparagus tidak mempengaruhi rasa asparagus yang dihasilkan, perbedaan rasa rebung asparagus hanya dapar dibedakan antara rebung asparagus berwarna hijau dan rebung asparagus berwarna putih. Rebung asparagus berwarna hijau (dipanen saat sudah keluar dari permukaan tanah) memiiki fisik lebih keras dibanding rebung asparagus berwarna putih (dipanen sebelum keluar dari dalam tanah) yang cendrung lebih lembut dibanding asparagus hijau.

c. Tempat (Saluran Distribusi)

Gambar 4 Saluran Pemasaran Kelompok Tani Asparagus Al’istiqomah Petani asparagus Al’istiqomah tersebar di Kecamatan Ciwidey yang merupakan salah satu kecamatan tujuan wisata diwilayah Bandung, sehingga jalur utama distribusi hingga ke distributor yang terletak di Soreang Kabupaten Bandung dapat tersalurkan dengan baik. Proses distribusi dilakukan setiap dua hari sekali ke distributor sayuran. Proses panen petani dilakukan pada pagi dan sore hari, yang nantinya setiap dua hari hasil panen di ambil oleh ketua kelompok untuk dikumpulkan dan disalurkan tiap dua hari sekali pada jam 17.00 WIB ke Biomedia distributor sayuran di Soreang Kabupaten Bandung. Kemudian Biomedia mendistribusikan asparagus ke supermarket yang berada di Jakarta pada pukul 03.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara kepada ketua kelompok dan pihak Biomedia, hasil panen asparagus yang disalurkan kepada Biomedia selalu dibayar seluruhnya oleh Biomedia kepada kelompok tani, meskipun apabila asparagus mengalami kerusakan pada saat proses pengangkutan atau asparagus tidak habis terjual di supermarket menjadi tanggung jawab Biomedia.

4. Promosi

Promosi merupakan kegiatan terpenting untuk mengenalkan produk yang dihasilkan, kegiatan promosi yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah dilakukan dengan cara memberikan contoh rebung hasil panen dari anggota kelompok tersebut kepada distributor, kemudian oleh distributor ditawarkan ke supermarket yang berada di Jakarta, selain memberikan contoh rebung asparagus yang dihasilkan oleh anggota, kelompok tani Al’istiqomah juga menambahkan label dengan nama Al’istiqomah pada kemasan asparagus dengan tujuan konsumen mengetahui asparagus tersebut diproduksi oleh kelompok tani

(40)

Gambar 5 Label asparagus kelompok tani Al’istiqomah 3. Hasil analisis aspek pasar

Hasil dari analisis aspek pasar yang terdiri dari permintaan dan penawaran asparagus hijau segar serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh petani asparagus Al’istiqomah budidaya asparagus hijau segar bahwa usaha yang dijalankan di Kecamatan Ciwidey layak untuk dilakukan. Persentase terpenuhinya permintaan rata-rata 38% sehingga masih ada peluang untuk memenuhi permintaan dan mengembangkan usaha budidaya asparagus tersebut. Serta strategi pemasaran yang dilakukan oleh kelompok tani Al’istiqomah dengan memberikan contoh hasil panen dan label menjadikan komoditas mudah diterima.

Aspek Teknis

Menurut Nurmalina, 2008 aspek teknis adalah aspek mengenai proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoprasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun, oleh karena itu analisis secara teknis menjadi hal yang penting dalam menjalankan budidaya asparagus. Aspek teknis yang dimaksud meliputi lokasi usaha budidaya asparagus, skala usaha, proses produksi dan layout. Aspek teknis tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Lokasi usaha

(41)

Tabel 6 Input yang dibutuhkan untuk budidaya asparagus Input Ketersediaan

Pupuk kandang kotoran ayam

Banyak perternakan ayam di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh

dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang ayam Pupuk kandang

kotoran kambing

Banyak perternakan kambing di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang kambing

Pupuk kandang kotoran sapi

Banyak perternakan sapi di wilayah Ciwidey, sehingga mudah diperoleh dan banyak pedagang yang menjual pupuk kandang sapi

Kapur dolomite Toko Pertanian

Jerami Banyak sawah dan jerami dapat diperoleh dengan gratis, hanya perlu mengeluarkan biaya penggangkutan

Tenaga kerja Wilayah budidaya asparagus merupakan wilayah pertanian, sehingga tenaga kerja untuk pertanian mudah diperoleh

a. Letak pasar yang dituju

Hasil panen asparagus hijau segar yang dibudidayakan petani asparagus

Al’istiqomah diambil oleh distributor Biomedika yang kemudian disalurkan kepada Papaya supermarket yang berada di Jakarta, adapun pasar tujuan tersebut seperti pada Tabel 7

Tabel 7 Pasar tujuan kelompok tani asparagus Al’istiqomah

Pasar Tujuan Letak

Gd. City Walk Sudirman Tanah Abang Jakarta

(42)

Papaya Fresh Gallery PT. Victorry Retailindo cabang Jl. Melawai

b. Ketersediaan bahan baku

Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung yang merupakan wilayah sektor pertanian dan peternakan yang umumnya dijadikan sumber penghasilan utama, menjadikan lokasi ini mudah memperoleh bahan baku dan ketersediaanya melimpah, seperti pupuk kandang, jerami, pupuk cair kencing kelinci, bambu dan air untuk menyiram tanaman. Bahan baku input tersebut yang dibutuhkan dalam budidaya tidak selalu diperoleh dari sumber yang sama dan tidak ada sistem mengikat antar pihak. Sistem kerja sama belum dilakukan oleh kelompok, karena kebutuhan akan input seperti pupuk kandang, jerami, pupuk cair urine kelinci belum membutuhkan dalam jumlah besar dan berkelanjutan. Adapun kebutuhan untuk luasan 320 meter persegi dibutuhkan input seperti Tabel 8 .

Tabel 8 Kebutuhan Input dalam usaha asparagus hingga umur usaha 5 tahun

No Uraian Jumlah Satuan

1 Pupuk Kandang Ayam 16 256 Kg

2 Pupuk Kandang Kambing 4 608 Kg

3 Pupuk Kandang Sapi 2 304 Kg

4 Pupuk Cair Urine Kelinci 4 659 Liter

5 Kapur Dolomite 23 Kg

c. Air

Lokasi lahan budidaya asparagus memiliki ketersediaan air yang melimpah, lokasi lahan yang dekat dengan irigasi dan saluran air menjadikan lahan tersebut mudah dialiri air untuk memenuhi kebutuhan asparagus terhadap air.

d. Suplai tenaga kerja

(43)

e. Iklim

Syarat tumbuh asparagus yang merupakan tanaman dari daerah subtropis, oleh sebab itu asparagus pada daerah tropis sebaiknya ditanam di daerah yang memiliki ketinggian sekitar 900 sampai 1200 meter dari permukaan laut dengan suhu sekitar 15 sampai 25oC dan curah hujan yang merata sepanjang tahun yaitu berkisar 2 500 sampai 3 000 mm/tahun berdasarkan ICDF, 2014. Lokasi usaha budidaya anggota asosisasi asparagus Indonesia terletah tersebar di wilayah Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, lokasi ini memilki kriteria yang cocok untuk dilakukan budidaya, Kecamatan Ciwidey yang memiliki ketinggian kisaran 900 sampai 1100 meter dpl, suhu rata-rata dari tahun 2000 sampai tahun 2012 berkisar 25.2 oC dan curah hujan rata-rata dari tahun 2000 sampai tahun 2012 berkisar 1246 mm/tahun (BPS, 2014).

f. Fasilitas transportasi

Anggota kelompok yang dominan dalam kegiatan budidaya mengunakan sepeda motor menjadikan kegiatan tersebut semakin mudah dilakukan, hingga ditribusi hasil panen yang dikumpulkan oleh ketua kelompok akan disalurkan ke ditributor menggunakan sepeda motor. Kondisi jalan utama yang merupakan jalur wisata menyebabkan kondisi fisik jalan tersebut beraspal bagus dan lebar, serta jalur masuk ke lahan-lahan budidaya yang tidak terlalu sulit untuk kendaraan sepeda motor walaupun tidak sebagus jalur utama.

g. Rencana pengembangan usaha

Rencana pengembangan usaha kelompok tani asparagus Al’istiqomah yang perlu dilakukan adalah pengembangan lahan budidaya dengan menggunakan rumah naungan/greenhouse yang bertujuan untuk meningkatkan volume produksi rebung dengan mengurangi frekusensi air hujan yang berlebihan yang dapat menyebabkan rebung kurang maksimal hasilnya. Dampak dari air hujan yang terus-menerus menyebabkan rebung asparagus yang dihasilkan jadi bengkok bahkan hingga tidak mengeluarkan rebung.

2. Skala usaha

Luas lahan petani yang menjadi responden sekitar 1920 m2 yang terdiri dari enam orang petani yang sedang dalam masa produktif, dari enam responden kelompok tani Al’istiqomah memiliki luas lahan di bawah satu hektar. Skala usaha budidaya asparagus digolongkan usaha kecil dengan rata-rata lahan dari enam responden sebesar 320 m2.

3. Proses produksi

Kegiatan proses produksi yang dilakukan Kelompok tani asparagus

Al’istiqomah dalam budidaya asparagus sebagai berikut : a. Bibit

Bibit yang digunakan kelompok tani Al’istiqomah merupakan bibit turunan

F2 UC 157 (gambar 6), umur bibit yang di beli anggota tani merupakan bibit dengan umur 3 bulan. Umur bibit yang sudah mencapai 3 bulan membuat anggota tani tinggal menanam bibit pada lahan yang sudah di persiapkan untuk budidaya. Media tanama yang digunakan untuk bibit adalah polybag dengan isi tanah yang sudah dicampur dengan kompos. Bibit dibeli dari Pak Koswara ketua kelompok yang juga menyemaikan benih asparagus untuk kebutuhan bibit asparagus bagi

Gambar

Tabel 1  Sepuluh negara terbesar produsen asparagus dunia tahun 2010-2012
Gambar 1  Hubungan antara penurunan persentase produksi rebung besar dan
Gambar 2  Produksi asparagus pada tiap perlakuan tanam
Gambar 3  Kerangka pemikiran operasional penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani asparagus (Y) menggunakan analisa regresi linier berganda, dimana variabel independen terdiri dari luas

Kelompok Tani Hurip yang sebagian besar anggotanya para petani, juga memiliki potensi dalam mengembangkan usaha tungku sekam. Keberadaan sekam di Desa Cikarawang masih cukup

Berdasarkan indikator kelayakan, yaitu; (a) Tingkat keuntungan; (b) Tingkat Efisiensi; (c) Tingkat kemampuan modal yang diivestasikan untuk menghasilkan atau tingkat

Pergantian pemimpin yang terjadi dalam kelompok tani tidak terjadi secara regular karena menurut mereka ketua kelompok tani baru akan diganti jika ketua tersebut

Analisis kelayakan usaha tani merupakan perkiraan biaya (pengeluaran) dan manfaat (penerimaan) dari suatu usaha pertanian yang dilakukan untuk membandingkan biaya-biaya

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan pendirian usaha budidaya jamur tiram melalui aspek pasar, aspek teknis, aspek legal dan lingkungan,

Hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani dengan keefektifan kelompok tani di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen menunjukkan adanya hubungan yang bersifat positif dalam

Dari hasil pelatihan dan pendampingan ini nantinya akan tercapai target capaian luaran dengan meningkatnya pendapatan anggota kelompok mitra yaitu Kelompok Wanita Tani Mekar dimana