• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengekangan terhadap dosa doc 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengekangan terhadap dosa doc 1"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

I. Pendahuluan

Pada awal penciptaan Allah menciptakan manusia segambar dan serupa dengan Allah, manusia hidup penuh dengan keharmonisan (kej 2:25). Ketika Allah menciptakan manusia Ia memberi kepada mereka perintah untuk menguasai, menaklukkan bumi bahkan kebebasan. Hanya saja, gambar dan rupa Allah tersebut tidak taat kepada Allah hingga akhirnya mereka jatuh dalam dosa. Akibat kejatuhan manusia dalam dosa bukan hanya berhenti pada hukum dan kutuk yang telah diberikan Allah. Paulus mencatat dalam surat roma bahwa oleh satu orang maka semua orang telah berbuat dosa dan menjadi berdosa. Sejak kejatuhan dalam dosa manusia cenderung memiliki pandangan yang terlalu tinggi tentang dirinya serta kerusakan tersebut menempatkan manusia dalam kerusakan pervasif atas citra dan gambar Allah yang ada dalam dirinya (Hoekema,2008).

Kejatuhan mengakibatkan setiap manusia pada dasarnya bersifat egosentris dan tidak tahu mengasihi, membenci Allah, sesama dan mengekploitasi alam, Manusia menolak tunduk kepada Allah dan perintahNya, hidup sesuka hati, tidak ada rasa kebergantungan pada Allah dan yang ada hanyalah kesombongan atas prestasi-prestasi serta merasa begitu penting. () Dengan melihat keberadaan manusia setelah jatuh dalam dosa, sebenarnya dunia ini bukanlah tempat yang baik dan nyaman atau dapat disebut bahwa di dalam dunia tidak ada damai.

Roma 3:8-10 mencatat bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa bahkan tidak ada seorangpun yang berbuat kebaikan. Hal tersebut seringkali menjadi perdebatan dan banyak orang yang menentang pesan Paulus tersebut dengan membandingkan fakta bahwa masih banyak manusia yang dapat kita temui di dunia merupakan seorang yang baik, dermawan, dapat dipercaya, ramah dan suka menolong. Orang-orang tersebut justru seringkali bukanlah orang Krsiten atau bukanlah orang yang telah lahir baru.

(2)

II. PEMBAHASAN

A. Konsep anugerah umum

Istilah Anugerah Umum diterjemahkan dari ungkapan dalam bahasa Inggris:

Common Grace, atau dari bahasa Belanda: De Algemeene Genade atau De Gemene Gratie. Adapun definisi sederhana Anugerah Umum adalah sebagai berikut: “anugerah yang mengekang dosa di dalam manusia yang telah jatuh, meskipun anugerah ini tidak meniadakan keberdosaan manusia” (Hoekema,2008).

Anugerah merupakan suatu pemberian yang sebenarnya tidak layak untuk diperoleh suatu pihak. Para teolog membagi anugerah menjadi dua kategori yaitu anugerah umum dan anugerah khusus. Anugerah khusus adalah (special grace) yang diberikan hanya untuk kaum pilihan Allah yang percaya hanya kepada Allah. Anugerah ini berbicara mengenai perbuatan Allah yang menebus, menguduskan, dan memuliakan umat-Nya. Beberapa aspek yang termasuk dalam anugerah khusus ialah menerangi pikiran mereka untuk memahami Injil, menginsyafkan hati mereka mengenai perlunya percaya, dan meyakinkan kehendak mereka untuk menerimanya. Sedangkan anugerah umum adalah anugerah yang yang Allah berikan untuk semua umat manusia tanpa terkecuali sekalipun itu bukan orang yang percaya kepada-Nya. Anugerah umum (common grace) mengacu pada pemberian Allah secara universal, meliputi menyediakan kebutuhan dasar, mencegah kejahatan, menunda penghakiman, dan menopang keteraturan. Anugerah ini adalah bentuk kasih Allah untuk kita manusia dan juga merupakan cara Allah untuk menyatakan diri-Nya kepada manusia ().

Anugerah umum merupakan suatu pemberian Allah kepada semua orang tanpa bersyarat. Allah dapat menunjukkan kasih dan kebesaran-Nya melalui banyak cara dan semua manusia memilki kemampuan menikmati anugerah tersebut. Melalui anugerah umum sebenarnya manusia dapat mengenal Allah, meskipun pengenalan tersebut tidak lengkap. Salah satu pengenalan akan Allah melalui anugerah umum adalah dalam Mazmur 19:2 mengatakan, langit menceritakan kemuliaan Allah dan cakrawala menceritakan pekerjaan tangan-Nya.

(3)

Beberapa ayat Alkitab yang medasari konsep anugerah yang berkaitan erat dengan pengekangan dosa antara lain, pertama dalam Kejadian 20:6 menyatakan bahwa Allah mencegah Abimelekh berbuat dosa “… maka Aku pun telah mencegah engkau untuk berbuat dosa terhadap Aku; sebab itu Aku tidak membiarkan engkau menjamah dia.” Padahal kita mengetahui bahwa Abimelekh adalah seorang yang tidak percaya kepada Allah. Kedua, dalam Roma 13:3-4 menyatakan bahwa “Jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat.” Salah satu cara pengekangan di dalam manusia adalah melalui hukuman yang dijalankan oleh negara terhadap para pelaku kejahatan. Ketiga, “Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, daam 1 Petrus 2:13-14 menyatakan bahwa “maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik”. Petrus menganjurkan umat percaya untuk tunduk kepada pemerintahan di dunia karena Allah. Jadi ia mengimplikasikan bahwa para penguasa ini ditunjuk dari antara manusia oleh providensia Allah.

B. Konsep pengekangan terhadap dosa

Secara entimologis kata pengekangan berasal dari kata dasar kekang, pada awalnya istilah kekang dipakai untuk menahan atau mengendalikan kuda yang berlari dengan cara meletakkan besi berbentuk gerigi yang dipasang pada mulut kuda. Menurut KBBI pengekangan adalah pengendalian, penahanan terhadap hawa nafsu dan sebagainya dan pembatasan kebebasan. Berdasarkan pengertian entimologis diatas, maka pengekangan terhadap dosa dapat dilihat sebagai suatu tindakan yang bertujuan untuk menahan diri atau keingin untuk melakukan dosa.

Pernyataan bahwa manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah berarti bahwa manusia juga diciptakan memiliki potensi-potensi yang bertujuan agar manusia dapat bersekutu dengan Allah, memiliki relasi dengan sesama maupun alam, menguasai, megusahakan serta memelihara alam semesta dan berperan sebagai wakil Allah di dunia. Faktanya manusia tidak bertanggung jawab atas potensi tersebut. Keberdosaan atau natur dosa yang ada dalam diri manusia menyebabkan manusia lebih cenderung untuk berbuat dosa yang mengakibatkan rusaknya potensi-potensi yang telah Allah berikan (Pink, 2005).

(4)

menuju yang jahat. Hal tersebut berbeda dengan kehendak yang dimiliki oleh manusia yang telah jatuh dalam dosa. Orang berdosa dilahirkan dengan kondisi hati yang tidak lagi netral, sebab di dalam dirinya terdapat hati yang jahat dan licik sehingga menbuat manusia memiliki kecenderungan untuk berubuat dosa (Pink, 2005).

Firman Tuhan dalam Roma 6:20 mengatakan “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran”. Orang berdosa bebas melakukan apa yang disukainya, segala yang dikehendakinya kecuali ia dikekang oleh Allah. Suatu pengekangan yang ada dalam manusia merupakan tindakan dan anugrah Allah yang sering dikenal dengan anugrah umum (common grace). Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa masih ada manusia yang mampu berbuat baik sekalipun di dalam dunia yang telah rusak.

Kedaulatan Allah untuk mengekang kehendak manusia atas dosa ada di dalam diri seluruh manusia namun meskipun demikian, bukan berarti melalui pengekangan manusia mampu diselamatkan dari hukum dosa. Providensi Allah untuk mengekang tindakan dosa seluruh umat manusia menyebakan manusia masih memiliki kemungkinan untuk melakukan hal-hal benar meskipun mereka tidak mengenal kebenaran sejati dan menghasilkan banyak karya budaya yang baik. Calvin menulis bahwa meskipun manusia dapat melakukan perbuatan baik tersebut, tetapi hal tersebut merupakan kebaikan yang tercemar.

Sekalipun Allah dalam kedaulatan-Nya melalui anugerah umum mengekang natur keberdosaan manusia, akan tetapi bukan berarti anugerah tersebut dapat menghapuskan atau meniadakan kerusakan diri manusia. Dengan kata lain, “manusia dicegah dari perbuatan jahat yang didorong oleh kecenderungan natur mereka yang berdosa, karena takut akan hukuman dan karena terdorong oleh keinginan untuk memperoleh pahala dengan melakukan hal-hal yang secara lahiriah sesuai dengan hukum, meskipun itu berlawanan dengan naturnya dan pilihannya sendiri yang berdosa.” (Meeter, 2005: 58). Maka, orang-orang yang belum percaya Kristus pun dapat dicegah dalam berbuat kejahatan dalam masyarakat.

(5)

dapat menahan seorang wanita untu melakukan tindakan aborsi. Ketiga, melalui hubungan sosial. Manusia dapat menghargai dan menghormati orang-orang di sekitarnya (keluarga, rekan, tetangga) atau menjaga reputasi yang harus kita pertahankan.

Maka melaui konsep pengekangan terhadap dosa kata manusia masih mempunyai hati nurani dan pemerintah-pemerintah ditegakkan untuk mengekang kebobrokan manusia dan mengembangkan ketertiban dan kesusilaan dalam masyarakat” (Meeter, 2005: 58).

C. Pandangan-pandangan yang tidak Alkitabiah

Di tengah-tengah goncangan masalah terhadap konsep pengekangan dosa dan anugerah umum, kaum pelagian dan arminian menyatakan ketidaksetujuannya terhadap konsep pengekangan terhadap dosa. Kaum pelagian berpendapat bahwa manusia masih dapat berbuat baik seperti Adam sebelum kejatuhannya dalam dosa seandainya ia mau dan Alkitab secara jelas menentang hal tersebut. Alkitab menulis bahwa semua manusia telah jatuh dalam dosa dan tidak ada satu orang punyang bebuat benar. Kaum arminian menyatakan bahwa Allah memberikan kepada manusia yang bobrok anugerah pendahuluan yang cukup, sehingga manusia dengan natur dan pilihannya sendiri dapat mencari keselamatan dan melakukan kebaikan. Alkitab juga secara langsung mennetang hal tersebut karena di dalam Alkitab dituliskan hanya melalui anugerah dan iman di dalam Yesus Kristus manusia dapat diselamatkan bukan melalui tindakan kebaikan (Macarthur, 2000).

Pandangan-pandangan yang tidak Alkitabiah bukan hanya menentang konsep pengekangan terhadap dosa. Secara garis besar ada beberapa teolog yang menentang konsep anugrah umum, yaitu Herman Hoeksema, Hendry Danhof dan Schilder. Pendapat ketiga teolog tersebut dapat ditulis secara ringkas pertama, Anugerah Allah selalu bersifat tertentu dan tidak pernah bersifat umum artinya teolog tersebut meyakini bahwa anugerah Allah hanya ada untuk kaum pilihan Allah. Pandangan ini secara langsung ditolak oleh Alkitab, pemazmur dalam Mazmur 19:2 menyatakan bahwa langit menceritakan kemuliaan Allah menggambarkan bahwa semua manusia yang ada di bumi mampu untuk menikmati keagungan Allah.

(6)

mencatat bahwa setiap manusia memiliki hati nurani sebagai penuntun melakukan kebaikan sekalipun kebaikan tersebut telah tercemar.

III. Relevansi dan Kesimpulan

Sebagai manusia yang telah menyadari dan memahami konsep anugerah umum dengan benar maka sebaiknya dapat memberikan respon yang benar. Sebagaimana Allah telah menunjukkan kasih-Nya melalui anugerah umum untuk semua orang maka sebaiknya manusia mampu menahan godaan terhadap hawa nafsu dan keinginan daging. Misalnya ketika menghadapi kehidupan sehari-hari, meskipun secara hukum atau tertulis tidak mencatat larangan-larangan tertentu akan tetapi sebagai orang yang telah mengenal konsep anugerah umum harus mampu member sikap yang benar sebagai wujud ucapan syukur kepada Allah yang menganugrahkan hati nurani.

(7)

Daftar Pustaka

Macarthur, J. F. (2000). Hamartologi. Malang: Gandum Mas Pink, A. W. (2005). Kedaulatan Allah. Surabaya: Momentum

H. Henry Meeter, Pandangan-pandangan dasar Calvinisme. (Terj. Lana Asali) Surabaya: Penerbit Momentum, 2005, hal. 55-66

Referensi

Dokumen terkait

―Komitmen hati yang benar dalam ibadah sebagai perwujudan kasih kepada Allah dan sesama ‖.. Sebagai umat manusia yang telah diciptakan Allah berkomitmen bukanlah

Pembelajaran yang telah diterapkan kurang dapat membantu siswa dalam memahami suatu konsep, oleh karena itu, siswa harus menguasai dan memahami konsep- konsep matematika

Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran

Berdasarkan hasil eksegesa, peneliti menemukan bahwa Tuhan Allah memerintah manusia itu untuk mengusahakan dan memelihara taman Eden dengan menyadari akan

Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga, Allah Putera dan Allah Roh Kudus yang telah memberikan limpahan anugerah, kekuatan, kesabaran, kesehatan dan penghiburan sehingga

siswa akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang.. dihadapinya, karena siswa benar-benar memahami konsep

Bagaimana tercipta proses belajar dan pendidikan yang menciptakan manusia yang dapat menghargai hidupnya sebagai anugerah Allah, menggunakan setiap kesempatan atau

Pengajaran Pendidikan Agama Kristen dapat memampukan orang untuk menyadari kasih Allah, sebagaimana dinyatakan dalam Yesus Kristusdan menanggapi kasih tersebuut melalui iman dan sarana