I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, setelah mengalami pertambahan penduduk dan perkembangan teknologi secara terus menerus. Situasi kehidupan masyarakat menjadi berubah. Di lain pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin tidak terbatas. Barang-barang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak dapat lagi diambil langsung dari alam, tetapi harus diproduksi lebih dahulu. Memproduksi jagung yang efisien secara teknis dapat dicapai dengan menggunakan peralatan pertanian modern. Tetapi biaya per unit baru akan menjadi murah jika skala produksinya minimal 200 hektar. Padahal kemampuan keuangan petani hanya untuk 2,5 hektar. Untuk skala produksi sekecil itu, menggunakan peralatan pertanian modern walaupun efisien secara teknis, menimbulkan biaya produksi per kilogram jagung yang sangat tinggi. Petani lebih memilih teknik produksi dengan peralatan sederhana.
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas. Lantas berapa biaya penggunaan aset tersebut selama periode tertentu?
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep biaya ?
2. Apa definisi dari biaya peluang (opportunity cost) ? 3. Apa perbedaan biaya eksplisit dan biaya implisit ? 4. Apakah perbedaan biaya incremental dan sunk cost ? 5. Apa hubungan antara produksi, produktivitas dan biaya ?
6. Bagamana konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan bagaimana konsep biaya 2. Menjelaskan definisi dari biaya peluang
3. Dapat membedakan biaya eksplisit dan biaya implicit 4. Dapat membedakan biaya incremental dan sunk cost
5. Mengetahui hubungan antara produksi, produktivitas dan biaya
6. Untuk menegtahui konsep biaya jangka pendek dan jangka panjang
\
II. PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya
Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini dipakai analisis teori biaya produksi. Dalam konsep ini ada biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan. Contoh biaya eksplisit adalah biaya listrik, telepon dan air, pembayaran gaji buruh dan gaji karyawan. Biaya implisit adalah biaya kesempatan, antara lain biaya tenaga kerja, biaya barang modal dan biaya kewirausahaan. Biaya barang modal, dalam biaya ekonomi penggunaan barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan untuk menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin disewakan kepada perusahaan lain. Wirausahawan adalah orang yang mengkombinasikan berbagai faktor produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Atas keberanian menanggung resiko, pengusaha mendapat balas jasa berupa laba. Laba adalah kelebihan pendapatan yang diperoleh dibanding dengan pengeluaran yang dilakukan.
B. Biaya Peluang (opportunity cost)
Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi. Ketika sebuah perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi sebuah produk tertentu perusahaan tersebut juga menawarkan sumber daya tersebut kepada para pemakai alternatif. Oleh karena itu konsep biaya peluang menunjukkan kenyataan bahwa semua keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya peluang sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik dari sumber daya tersebut.
C. Biaya Eksplisit dan Implisit
Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya implisit berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika la tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-kegiatan pertaniannya.
D. Biaya Incremental dan Sunk Cost
Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar 2 juta tadi.
E. Produksi, Produktivitas dan Biaya
F. Biaya Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antaa biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi preusahaan dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan tersebut.
1. Kurva Biaya Jangka Pendek
Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek ditunjukkan oleh gambar 6.1.(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap total atau fixed cost (TFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC).
Gambar 6.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek
2. Kurva Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh karena itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana kurva-kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang optimal (least cost combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk memproduksi tingkat output tertentu.
seperti telah dilukiskan pada gambar 5.10. input harus lebih dari dua kali lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat.
Gambar 6.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant Returns to Scale
Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan), fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan dalam gambar 6.3.
lebih besar dari proporsi kenaikan output. Di lain pihak, potongan kuantitas (pembelian) akan rnenghasilkan sebuah fungsi produksi yang meningkat pada decreasing return, seperti halnya halnya pada increasing returns dalam gambar 6.4.
Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari harga-harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.
Gambar 6.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Increasing Returns to Scale
Return To Scale
tinggi dalam suatu perusahaan yang besar, dimana individu bisa dipekerjakan untuk suatu pekerjaan tertentu. Hal tersebut akan menurunkan unit biaya produksi untuk skala produksi yang lebih besar.
Gambar 6.4. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Mula-mula
Increasing Returns To Scale Kemudian Decreasing Returns To Scale.
Faktor teknologi juga bisa menimbulkan economies of scale. Skala produksi yang besar biasanya memungkinkan penggunaan peralatan modern yang canggih. Produktivitas peralatan tersebut seringkali juga meningkatkan jumlah produksi lebih cepat daripada biaya. Misalnya, pemangkit listrik yang berkekuatan 500.000 kilowatt biasanya membutuhkan biaya tidak sampai dua-kali dari biaya pembangkit listrik yang berkekuatan 250.000 kilowatt.
dana dengan tingkat bunga yang lebih rendah. Faktor-faktor tersebut dan yang lain-lainnya bisa menghasilkan increasing returns to scale dan oleh karena itu akan menurunkan biaya-biaya. Ada beberapa tingkat output, economies to scale biasanya tidak berlangsung lama, karena kemudian biaya rata-rata atau average cost (AC) mulai meningkat. Kenaikan AC pada tingkat output yang tinggi seringkali disebabkan oleh keterbatasan menajemen dalam mengkoordinasi sebuah organisasi pada saat manajemen tersebut mencapai ukuran yang sangat besar daripada output (yang menyebabkan kenaikan unit biaya) dan manajemen menjadi kurang efisien yang akhirnya meningkatkan biaya produksi suatu produk. Walaupun keberadaan diseconomies of scale seperti itu masih diperdebatkan oleh para peneliti, namun kenyataan menunjukkan bahwa diseconomies memang terjadi dalam industri-industri tertentu.
Elastisitas Biaya
Walaupun Gambar 6.1., 6.3. dan 6.4. sangat membantu untuk menjelaskan hubungan antara biaya total (TC) dan output dengan returns to scale, tetapi akan lebih mudah bagi kita untuk menghitung returns to scale suatu sistem produksi melalui elastisitas biaya.
Elastisitas biaya, c mengukur persentase perubahan biaya total (TC) yang disebabkan oleh satu persen perubahan output.
Secara aljabar elastisitas biaya tersebut adalah :
c=
Persentase perubahan biayatotal
(TC)
Persentase perubahan output
(Q)
=
Hubungan antara elastisitas biaya dengan returns to scale adalah sebagai berikut:
Pada elastisitas biaya lebih kecil satu (
c < 1), biaya akan meningkat lebih lambat daripadaoutput. Jika harga-harga Input tidak berubah (konstan), maka
c < I tersebut secara tidak langsungmenunjukkan rasio output-input yang lebih tinggi dan keadaan increasing returns to scale
c = 1,maka proporsi kenaikan output dan biaya besarnya sama dan ini menunjukkan constant returns to scale. Jika
c > 1, maka setiap kenaikan output akan menyebabkan kenaikan biaya yang lebih besar,ini menunjukkan keadaan decreasing returns to scale.
Pengetahuan tambahan mengenai skala produksi yang ekonomis dan hubungan antara biaya jangka panjang dan jangka pendek bisa diperoleh melalui penelaahan kurva biaya rata-rata jangka panjang atau long-run average cost (LRAC). Karena kurva-kurva biaya jangka panjang menunjukkan skala-skala pabrik yang optimal untuk setiap tingkat produksi, maka kurva LRAC bisa dianggap sebagai amplop dari kurva-kurva biaya rata-rata jangka pendek atau short-run average cost (SRAC). Konsep ini dilukiskan pada gambar 6.5. dimana 4 kurva SRAC menyajikan 4 skala pabrik yang berbeda. Keempat pabrik tersebut masing-masing mempunyai kisaran output paling efisien. Misalnya pabrik A, mempunyai sistem produksi dengan biaya terkecil (least cost) pada kisaran antara 0 dan Q, unit. Pabrik B pada kisaran antara Q1 dan Q2, sedangkan pabrik C pada
kisaran antara Q2 dan Q3, dan pabrik D pada kisaran di atas Q3.
increasing returns to scale kemudian decreasing returns to scale. Pada kisaran output yang dihasilkan oleh pabrik A, B dan C dalam gambar 7.5 biaya rata-rata (AC) menurun. Menurunnya biaya tersebut menunjukkan bahwa kenaikan biaya total lebih kecil daripada output. Karena biaya minimum pabrik D lebih besar daripada pabrik C, maka sistem tersebut menunjukkan decreasing returns to scale pada tingkat output yang lebih tinggi.
Gambar 6.5. Kurva SRAC untuk empat skala pabrik yang berbeda
Sistem produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns to scale, kemudian constant returns to scale, dan kemudian dimishing returns to scale akan menghasilkan kurva LRAC yang berbentuk U seperti ditunjukkan pada gambar 6.6. perhatikan bahwa dengan kurva LRAC yang berbentuk U, pabrik yang paling effisien untuk setiap tingkat output biasanya tidak akan beroperasi pada SRAC minimum, seperti yang bisa dilihat pada gambar 6.5. kurva SRAC pabrik B lebih rendah. Secara umum, pada saat increasing returns to scale terjadi, pabrik yang mempunyai biaya terkecil untuk menghasilkan suatu output akan beroperasi lebih rendah dari kapasitas, penuhnya. Hanya untuk satu tingkat output dimana LRAC minimum (output Q* dalam gambar 6.5. dan 6.6.),
tingkat output dalam kisaran dimana decreasing returns to scale terjadi, yakni pada setiap output yang lebih besar dari Q*, pabrik yang paling efisien akan beropersi pada suatu tingkat output
yang sedikit lebih besar dari pada kapasitasnya.
Gambar 6.6. Kurva LRAC Sebagai "Amplop" Dari Kurva-kurva SRAC
Biaya Minimum Yang Efesien
mengenai hal ini bisa diperoleh melalui penelaahan konsep biaya minimum efficient scale (MES) dari sebuah pabrik. MES ini didefinisikan sebagai tingkat output dimana LRAC adalah minimum. MES akan terdapat pada titik minimum kurva LRAC yang berbentuk U (output Q* dalam
Gambar 7.5 dan 7.6) dan pada sudut kurva LRAC yang berbentuk L.
III. KESIMPULAN
Hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan manajerial. Konsep-konsep biaya menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan fungsi produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Walaupun konsep biaya relevan berbeda-beda untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi ada beberapa hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya relevan biasanya didasarkan pada konsep penggunaan alternatif. Biaya relevan suatu sumberdaya ditentukan oleh nilainya dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Kedua, biaya relevan dari sebuah keputusan hanya mencakup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh tindakan yang sedang dilakukan. Inilah yang disebut dengan biaya inkremental. Jika satu biaya tertentu tidak berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkremental yang relevan adalah sama dengan nol.
waktu yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau penggantian asset-asetnya.
DAFTAR REFERENSI
Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economics = Ekonomi Manajerial Dalam Perekonomian Global, buku 1. Terjemahan. “ Dominick Salvatore “2005. Salemba Empat. Jakarta.
Carter, William 2009. Akuntansi Biaya. Edisi 14. Dialihbahasakan oleh Krista. Jakarta: Salemba Empat
http://elearning.upnjatim.ac.id/courses/EKONOMIMANAJERIAL/document/ Ekonomi_Manajerial_(.pdf)/BAB_6.pdf?cidReq=EKONOMIMANAJERIAL