PROPOSAL SKRIPSI
PENERAPAN SISTEM BIAYA STANDAR DALAM
PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI LATEKS PEKAT PADA
PT. GOTONG ROYONG JAYA MEDAN
Oleh :
NAMA : TRI WARSA UMBARA
NIM : 040522135 DEPARTEMEN : AKUNTANSI
“Penerapan Sistem Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat Pada PT. Gotong Royong Jaya Medan”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, atau dipublikasiksn atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penilaian skripsi level program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 10 Juli 2008
Yang membuat pernyataan .
Tri Warsa Umbara
karunia yang telah diberikan, serta doa restu dari kedua orang tua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Penulis ingin menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, yang penulis tujukan
untuk :
1. Bapak Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku ketua Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberi saran dan masukan serta arahan demi penyelesaian penulisan skripsi
ini.
5. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak selaku Dosen Penguji I dan Ibu Dra. Salbiah,
MSi selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritikan dan saran untuk
perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Pengajar dan Staf pegawai yang telah membantu penulis selama
8. Terkhusus buat kedua orang tuaku atas doa restunya, kasih sayang,
pengorbanan, semangat dan dukungan moril dan materil yang telah diberikan
sehingga ananda dapat menyelesaika skripsi ini.
9. kakak dan Abangku dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan
pada penulis.
10. Teman-teman yang selalu setia dikala suka dan duka : Novi, Andi, Ika, Taufik,
Ucok. Dan teman-teman seperjuangan : Sutan, Edi, Bangun, Pinol, Eriek,
Endo dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang
telah membantu dan menyemangati penulis selama kegiatan perkuliahan
hingga pengerjaan skripsi ini.
Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini
jauh dari sempurna. Atas kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, 10 Juli 2008
Penulis
Tri Warsa Umbara
Jaya Medan. Apakah dengan diterapkannya sistem biaya standar dapat dijadikan alat pengendalian untuk menanggapi selisih (varian) antara biaya yang dianggarkan (standar) dengan biaya yang sesungguhnya terjadi (aktual) sehingga pihak manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang telah ditentukan serta mengambil tindakan untuk menanggapi selisih tersebut. PT Gotong Royong Jaya Medan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri dimana produk yang dihasilkan dan yang nantinya akan dijual adalah lateks pekat.
Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang dilakukan untuk menganalisis adalah metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penerapan sistem biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi lateks pekat pada PT. Gotong Royong Jaya Medan belum dapat berfungsi secara maksimal hal ini disebabkan pihak perusahaan belum melakukan analisis varian secara maksimal sesuai dengan yang dipelajari dalam teori. Hasil analisa menunjukan bahwa terdapat selisih yang cukup material antara biaya standar dengan biaya aktual.
standard cost system can be made by operation appliance to answer to difference (variant) between expense of which is budgeted (standard) with expense truthfully happened (actual) so that management side can detect activities in company which is its expense digress from standard cost which have been determined and also bring an action against to answer to the difference. PT. Gotong Royong Jaya Medan is peripatetic company in the field of industry and plantation where yielded product and which later will be sold by is condensed latex.
To obtain data the writer using technique collecting data in the form of documentation technique and interview. In this research, used data type in the form of data draught primary data of secondary. Method analyze data conducted to analyze is descriptive method.
From result of research known that applying of standard cost system as a means of financial control produce condensed latex at PT. Gotong Royong Jaya Medan not yet earned to function maximally this matter can be caused by company side not yet analyze variant maximally is matching with the one which studied in theory. Result of analysis shows that there are difference which enough material between standard cost with expense of actual.
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 3
D. Kerangka Konseptual ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar ... 5
B. Jenis-Jenis Standar ... 10
C. Pengertian dan Tujuan Pengendalian ... 14
D. Pengertian dan Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 15
E. Penentuan Standar Biaya Produksi ... 17
F. Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Waktu Penelitian ... 34
B. Jenis Data ... 34
C. Teknik Pengumpulan Data ... 34
2. Penentuan Standar Biaya Produksi Lateks Pekat ... 46 3. Penyimpangan Biaya Standar Sebagai Alat
Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat ... 54 B. Analisis Hasil Penelitian
1. Analisis Penentuan Standar Biaya Produksi Lateks Pekat ... 59 2. Analisis Penyimpangan Biaya Standar Sebagai
Alat Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat ... 61 3. Fungsi Biaya Standar dan Hubungannya dengan
Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat Bagi
Perusahaan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ... 66 B. SARAN ... 68
Tabel 4.1. Standar Biaya Bahan Baku ... 47
Tabel 4.2. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 49
Tabel 4.3. Anggaran Overhead Pabrik ... 50
Tabel 4.4. Standar Biaya Produksi ... 51
Tabel 4.5. Realisasi Biaya Bahan Baku ... 51
Tabel 4.6. Realisasi Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 52
Tabel 4.7. Realisasi Overhead Pabrik ... 52
Tabel 4.8. Realisasi Biaya Produksi ... 53
Tabel 4.9. Laporan Biaya Produksi ... 53
Tabel 4.10 Anggaran Fleksibel PT. Gotong Royong Jaya Medan ... 60
Jaya Medan. Apakah dengan diterapkannya sistem biaya standar dapat dijadikan alat pengendalian untuk menanggapi selisih (varian) antara biaya yang dianggarkan (standar) dengan biaya yang sesungguhnya terjadi (aktual) sehingga pihak manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang telah ditentukan serta mengambil tindakan untuk menanggapi selisih tersebut. PT Gotong Royong Jaya Medan adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan industri dimana produk yang dihasilkan dan yang nantinya akan dijual adalah lateks pekat.
Untuk memperoleh data yang diperlukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data berupa teknik dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang dilakukan untuk menganalisis adalah metode deskriptif.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penerapan sistem biaya standar sebagai alat pengendalian biaya produksi lateks pekat pada PT. Gotong Royong Jaya Medan belum dapat berfungsi secara maksimal hal ini disebabkan pihak perusahaan belum melakukan analisis varian secara maksimal sesuai dengan yang dipelajari dalam teori. Hasil analisa menunjukan bahwa terdapat selisih yang cukup material antara biaya standar dengan biaya aktual.
standard cost system can be made by operation appliance to answer to difference (variant) between expense of which is budgeted (standard) with expense truthfully happened (actual) so that management side can detect activities in company which is its expense digress from standard cost which have been determined and also bring an action against to answer to the difference. PT. Gotong Royong Jaya Medan is peripatetic company in the field of industry and plantation where yielded product and which later will be sold by is condensed latex.
To obtain data the writer using technique collecting data in the form of documentation technique and interview. In this research, used data type in the form of data draught primary data of secondary. Method analyze data conducted to analyze is descriptive method.
From result of research known that applying of standard cost system as a means of financial control produce condensed latex at PT. Gotong Royong Jaya Medan not yet earned to function maximally this matter can be caused by company side not yet analyze variant maximally is matching with the one which studied in theory. Result of analysis shows that there are difference which enough material between standard cost with expense of actual.
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, agar dapat berjalan
dengan lancar, efektif dan efisien maka sebelum melaksanakan proses produksi
perlu menetapkan suatu standar biaya terlebih dahulu.
Dengan adanya suatu penetapan biaya standar yang baik maka diharapkan
bahwa biaya yang telah dikeluarkan secara aktual tidak jauh berbeda dengan
jumlah yang telah distandarkan. Namun tidak jarang terjadi dalam suatu
perusahaan jumlah biaya yang telah dikeluarkan secara aktual, bisa lebih tinggi
atau lebih rendah. Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar disebut
dengan penyimpangan biaya (cost variance). Setiap varians yang besar, baik
varians yang mengguntungkan atau tidak, harus diselidiki atau dianalisis secara
kritis, apakah karena pelaksanaan kerja yang telah menyimpang dari standar atau
apakah standar itu sendiri yang salah.
Dengan adanya penyimpangan biaya tersebut, maka perlu diadakan suatu
analisa yang lebih jauh untuk mengetahui sebab terjadinya penyimpangan, apakah
penyimpangan tersebut masih dapat ditolerir atau tidak. Hal ini perlu untuk
menguatkan pengendalian terhadap pegeluaran biaya proses produksi.
Jika biaya aktual lebih tinggi dari biaya standar maka akan memperkecil
laba kotor atau memperkecil biaya pokok produksi dari yang seharusnya menurut
standar. Dalam hal tersebut haruslah dianalisa terlebih dahulu apakah penyebab
dari perbedaan tersebut, apakah karena biaya produksi yang distandarkan terlalu
tinggi atau terlalu rendah atau ada penyebab lain.
PT. Gotong Royong Jaya Medan adalah perusahaan yang bergerak dibidang
perkebunan dan industri yang mengolah getah karet menjadi bahan setengah jadi,
produk yang dihasilkan dan yang nantinya akan dijual adalah lateks pekat. selain
itu perusahaan juga menghasilkan panen buah kelapa sawit (TBS) dan juga biji
kakao yang dikeringkan. Khusus untuk pengolahan Lateks Pekat dalam setiap
proses produksinya perusahaan tentu memerlukan pengendalian biaya, dan biaya
standar dirancang untuk mengendalikan biaya dan sebagai alat untuk menilai
pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan penelitian pendahuluan sementara terdapat selisih biaya yang
cukup signifikan antara anggaran/standar dengan biaya yang sesungguhnya
terjadi. Atas dasar dari uraian latar belakang masalah diatas penulis terdorong
melakukan penelitian dalam penyusunan skripsi yang berjudul “ Penerapan
Sistem Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Lateks Pekat Pada PT. Gotong Royong Jaya Medan.
B. Perumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian perlu dilakukan suatu rumusan masalah yang akan
diteliti agar penelitian tidak meluas pada hal-hal yang tidak berkaitan dengan
Adapun yang menjadi perumusan masalah sehubungan dengan kegiatan
penelitian ini yaitu : “Apakah sistem biaya standar yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perusahaan sudah berfungsi sebagai alat pengendalian biaya
produksi Lateks Pekat .”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui bagaimana cara penetapan biaya standar yang
dilakukan oleh perusahaan, dan
2. Untuk mengetahui sejauhmana fungsi biaya standar sebagai alat
pengendalian biaya produksi lateks pekat
Manfaat penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah
1. Untuk peneliti, penelitian ini dapat memberikan kontribusi ilmiah dan
tambahan ilmu dalam bidang akuntansi biaya khususnya atas biaya
produksi.
2. Untuk perusahaan, penelitian ini dapat memberikan gagasan serta saran
yang berkaitan dengan sistem biaya standar sebagai bahan masukan bagi
manajemen perusahaan.
3. Untuk pihak- pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam
D. Kerangka Konseptual
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber: penulis, 2008
Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan
Produksi Lateks Pekat
Biaya Produksi Lateks Pekat
Biaya Standar Biaya Aktual
A. Pengertian dan Manfaat Sistem Biaya Standar
Setiap badan usaha yang bergerak dalam bidang produksi akan
mengeluarkan biaya produksi yang menunjang jalannya proses produksi.
Perencanaan biaya produksi yang akan dikeluarkan sehubungan dengan proses
produksi yang akan dilaksanakan, dapat ditetapkan terlebih dahulu, biaya ini
dinamakan dengan biaya standar.
1. Pengertian Sistem
Menurut Mulyadi (2001 : 5) “Sistem adalah suatu jaringan prosedur yang
dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok
perusahaan”. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005 : 7)” bahwa sistem
merupakan suatu cara tertentu dan bersifat refetitif untuk melaksanakan suatu atau
sekelopok aktivitas”. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem adalah
perpaduan dari berbagai elemen yang saling bergantung atau menunjang satu
sama lain untuk menangani suatu kegiatan yang berulang kali atau yang saling
terjadi untuk mencapai suatu tujuan.
2. Pengertian biaya
Menurut Hansen Mowen (2006 : 40) “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen
yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
kas karena sumber non kas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Sedangkan menurut Carter, Usry (2006 : 29) “Biaya adalah nilai tukar,
pengeluaran, pengorbanan, untuk memperoleh manfaaat”. Dalam akuntansi
keuangan, pengeluaran atau pengorbanan saat ini atau dimasa yang akan datang
dalam bentuk kas atau aktiva lain.
Di dalam kegiatan normalnya seperti membuat dan menjual produk,
perusahaan tidak terlepas dari pengorbanan atau pengeluaran sumber sumber
ekonomi yang dimilikinya. Pengorbanan atau pengeluaran ini lazimn ya disebut
sebagai biaya. Tidak jarang pula biaya pengertian biaya ini menjadi kabur apabila
dibandingkan dengan beban (exspense) karena kedua istilah ini saling
dipergunakan untuk maksud yang sama. Biaya merupakan suatu nilai tukar,
prasarat, atau pengorbanan yang dilakukan guna memperoleh manfaat. Sedangkan
beban merupakan pengurangan aktiva netto akibat digunakannya jasa-jasa
ekonomis untuk menciptakan pendapatan.
Dari uraian diatas dapat dikatakan biaya merupakan sejumlah pengrbanan
nilai-nilai ekonomi dan faktor-faktor produksi yang ditujukan untuk satu tujuan,
yakni menghasilkan produkadi tertentu dari suatu bahan baku tertentu pula.
3. Pengertian Standar
Dalam bukunya Akuntansi dan analisis biaya, Kartadinata (2000 : 212)
menyatakan bahwa “standar adalah suatu norma, suatu kaidah, dan apa saja yang
umumnya dianggap normal dapat diterima dan dapat dipergunakan sebagai suatu
standar”. Contoh, untuk membuat sebuah lemari dengan bentuk-bentuk desain
dapat digunakan sebagai suatu standar untuk pembuatan sebuah lemari dengan
bentuk dan desain tersebut.
Suatu standar harus dilihat sebagai suatu norma yang harus dinyatakan
ukuran-ukuran tertentu, seperti sekian kilogram bahan, sekian jam kerja langsung,
sekian jam mesin dan seterusnya. Tetapi ukuran-ukuran tersebut mungkin juga
menjelaskan mutu atau kualitas yang akan dicapai.
4. Pengertian Sistem Biaya Standar
Setelah menguraikan pengertian dari sistem, biaya dan standar maka dibawah ini akan diberikan pengertian dari sistem biaya standar menurut Carter
dan Usry (2005 : 730) “Biaya standar adalah biaya yang telah ditentukan
sebelumnya untuk memproduksi satu unit atau sejumlah unit tertentu”. Jadi biaya
standar merupakan biaya yang direncanakan untuk suatu produk dalam kondisi
operasi sekarang atau yang diantisipasi.
Sedangkan menurut Blocher, Chen dan W. Lin (2001 : 730) “Sistem biaya
standar merupakan pengeluaran perusahaan yang ditentukan sebelumnya yang
dibutuhkan dalam operasi atau untuk tujuan tertentu”.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa biaya standar itu adalah biaya
yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi didalam memproduksi suatu
barang atau untuk membiayai kegiatan tertentu dengan asumsi kondisi ekonomi,
efisiensi dan faktor-faktor tertentu berjalan normal dan tidak mengalami
5. Manfaat Biaya Standar
Suatu sistem biaya standar dapat digunakan dalm hubungannya dengan
perhitungan berdasarkan proses maupun pesanan. Biaya standar biasanya lebih
dapat beradaptasi dalam lingkungan dengan teknologi yang stabil dam
menghasilkan produk yang homogen.
Biaya standar membantu perencanaan dan pengendalian operasi. Biaya
standar menberikan wawasan mengenai dampak-dampak yang mungkin dari
keputusan atas biaya dan laba. Menurut Carter, Usry (2005.154 Biaya standar
digunakan untuk :
a. Menetapkan anggaran
b. Mengendalikan biaya, dengan cara memotivasi karyawan serta mengukur efisiensi operasi
c. Menyederhanakan perhitngan biaya dan mempercepat laporan penyajian biaya
d. Membebankan biaya kepersedian bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi
e. Menetapkan tawaran kontrak dan harga jual.
Standar berguna dalam membuat anggaran. Dengan biaya standar, anggaran
untuk volume dan bauran produk apapun dapat dibuat dengan andal dan cepat.
Keandalan ditingkatkan karena standar didasarkan pada analisis dari proses
produksi. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat anggaran berkurang kaera
kebutuhan produksi didokumentasikan dalam standar untuk masing-masing
produk.
Pengendalian biaya yang efektif bergantung pada pemahaman manajemen
atas proses yang memicu biaya dan memotivasi karyawan yang mengendalikan
sebagai dasar untuk mengevaluasi hasil aktual. Ketika hasil tersedia dalam bentuk
laporan varian biaya standar, maka manajer eksekutif dan opersi menjadi lebih
sadar akan biaya.
Biaya standar menyederhanakan perhitungan biaya dengan cara mengurangi
pekerjaan. Pesanan produksi membutuhkan sejumlah kuantitas produksi standar
dan operasi tenaga kerja tertentu, beserta permintaan bahan baku, kartu absen
tenaga kerja dan jadwal operasi, dapat dibuat sebelum produksi dan biaya standar
dapat dikumpulkan. Ketika proses produksi menjadi lebih terstandarisasi, maka
pekerjaan klirikal menurun .
Beberapa perusahaan mengunakan biaya standar untuk perencanaan dan
pengendalian. Masukan biaya standar dalam catatan akuntansi meningkatkan
efisiensi dan ketepatan dalam pekerjaan klerikal. Penggunaan biaya standar dapat
juga menstabilkan biaya produk yang dilaporkan.
Menentukan kontrak dan menetapkan harga jual diperluas oleh suatu sistem
biaya standar. Menghitung biaya yang akan terjadi untuk suatu kontrak akan lebih
mudah dan lebih andal menggunakan biaya standar, atau jika suatu produk yang
unik akan diproduksi. Standar berguna dalam menetapkan harga jual bila standar
tersebut adalah standar terkini. Ketika harga pasar dari suatu produk tidak dapat
dengan segera diobservasi untuk produk baru atau produk yang berbeda dengan
produk pesaing, maka biayaproduk biasanya digukan sebagai titik awal dalam
B. Jenis-jenis Standar
Berbagai jenis standar yang dapat dipertimbangkan penggunaannya oleh
perusahaan harus didasarkan kepada faktor-faktor anggapan sebagai berikut:
1. Faktor tingkat harga
Beberapa konsep tingkat harga yang dapat dipakai untuk menentukan biaya
standar adalah:
a. Standar Ideal (Ideal Standard)
Standar Ideal untuk harga mendasarkan anggapan kepada tingkat harga
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik yang paling rendah.
Apabila tidak ada perubahan yang lebih besar terhadap keadaan perekonomian,
standar ideal ini jarang diubah.
b. Standar Normal (Normal Standard)
Standar Normal untuk tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat
harga rata-rata yang diharapkan terjadi dalam siklus perusahaan. Standar harga ini
umumnya tidak direvisi sebelum skedul perusahaan berakhir.
c. Standar Karen (Current Standard)
Standar Karen untuk tingkat harga mendasarkan anggapan kepada tingkat
harga yang diharapkan akan terjadi didalam periode akuntansi pemakaian standar.
Standar harga ini akan direvisi dalam periode akuntansi yang bersangkutan
apabila terjadi perubahan harga yang besar.
d. Standar Dasar (Basic Standard)
Standar dasar untuk tingkat harga menggunakan anggapan kepada tingkat
standar. Standar tersebut tidak direvisi dengan adanya perubahan tingkat harga
pada periode sesudahnya, akan tetapi hanya dihubungkan sejalan dengan indeks
harga yang berlaku.
2. Faktor Tingkat Prestasi
Didalam menyusun standar harus didasarkan kepada konsep tingkat prestasi
yang akseptabel atau pantas dapat dicapai. Penentuan tingkat prestasi standar
dapat dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Standar prestasi teoritis (theoritical performance standar)
Standar prestasi teoritis disebut pula standar ideal atau standar sempurna.
Standar ini didasarkan kepada anggapan bahwa semua pelaksana akan dapat
bekerja dengan tingkat yang paling efisien. Sehingga tidak terjadi pemborosan
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, maupun overhead pabrik sama sekali.
Standar ini tidak memperhitungkan hambatan-hambatan prestasi yang tidak
dapat dihindari terjadinya dan akibatnya sangat sulit dicapai oleh para pelaksana.
Apabila standar ini dipakai, pada umumnya tidak diharapkan untuk dicapai oleh
kegiatan sesungguhnya tetapi bertujuan untuk dapat memperbaiki tingkat
efisiensi.
b. Standar prestasi terbaik yang dicapai
Standar prestasi ini didasarkan kepada standar prestisi teoritis dengan
memperhitungkan hambatan-hambatan prestasi yang tidak dapat dihindari
terjadinya. Standar prestisi ini dapat dicapai oleh para pelaksana yang bekerja
dengan efisiensi tinggi, sehingga merupakan tingkat prestasi yang banyak dipakai
c. Standar prestasi rata-rata masa lalu
Standar prestasi ini mendasarkan kepada rata-rata prestasi masa lalu untuk
menentukan standar prestasi yang akan datang. Standar prestasi ini umumnya
relatif mudah dicapai, akan tetapi bukan merupakan alat pengukur prestasi yang
baik. Rata-rata prestasi masa lalu umumnya terdapat unsur prestasi yang tidak
efisien yang seharusnya tidak dimasukkan di dalam penentuan standar.
d. Standar prestasi normal
Standar prestasi normal didasarkan atas taksiran tingkat prestasi dan
efisiensi yang normal dapat dicapai oleh para pelaksana diwaktu yang akan
datang, standar prestasi normal ini ditentukan untuk jangka waktu yang relatif
panjang dengan mengeliminasi keadaan yang bersifat musiman dan fluktuasi yang
bersifat siklikal (cyclical)
3. Faktor Tingkat Produksi
Tingkat produksi yang dapat dipertimbangkan didalam penentuan standar
adalah sebagai berikut:
a. Standar kapasitas teoritis
Standar kapasitas teoritis mendasarkan kepada kemampuan produksi suatu
departemen atau pabrik pada kecepatan penuh tanpa henti. Pada standar kapasitas
teoritis tidak memperhitungkan hambatan-hambatan atau pemberhentian kegiatan
produksi yang tidak dihindari, baik yang disebabkan faktor internal atau eksternal
perusahaan. Seringkali standar ini disebut standar pada kapasitas penuh (full
capacity) atau kapasitas 100%. Standar kapasitas toritis umumnya tidak dipakai
tersebut terlalu tinggi dan tidak mungkin untuk dicapai. Manfaat standar ini untuk
menentukan standar tingkat produksi praktis dan normal.
b. Standar kapasitas praktis
Standar kapasitas praktis merupakan salah satu konsep pendekatan jangka
panjang. Standar kapasitas praktis didasarkan kepada tingkatan produksi teoritis
dikurangi dengan hambatan-hambatan kegiatan produksi yang tidak dapat dihindari
karena faktor internal perusahaan, jadi didasarkan pada kegiatan pabrik dengan
tingkat efisiensi yang diharpakna dapat dicapai pada kondisi pemakaian standar. Pada
standar kapasitas praktis belum mempertimbangkan pengurangan kapasitas karena
hambatan yang tidak dapat dihindari dari faktor eksternal perusahaan.
c. Standar kapasitas normal
Standar kapasitas normal juga merupakan konsep pendekatan jangka
panjang. Standar kapasitas normal adalah standar kegiatan produksi yang dihitung
dari standar kegiatan teoritis dikurangi hambatan-hambatan yang tidak dapat
dihindari baik yang datangnya dari faktor internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan. Faktor eksternal tersebut misalnya faktor musiman, siklus atau
fluktuasi perekonomian yang dapat berpengaruh terhadap penjualan produk
perusahaan.
d. Standar kapasitas yang diharapkan
Standar kapasitas yang diharapkan mendasarkan kepada kegiatan produksi
yang diharapkan dapat dicapai pada periode akuntansi pemakaian standar,
diharapkan dipengaruhi oleh ramalan penjualan pada periode akuntansi yang akan
datang dan perubahan persediaan produk yang dikehendaki.
C. Pengertian dan Tujuan Pengendalian
Informasi yang akurat dan tepat sangat diperlukan agar pimpinan dapat terus
mengikuti perkembangan operasi maupun kondisi keuangan perusahaan. Untuk
itu diperlukan suatu pengendalian sehingga informasi yang diharapkan dapat
dipenuhi dan berguna.
Pengendalian menurut Supriono (2000 : 24) adalah “ Proses manajemen
yang bertujuan untuk menjamin bahwa setiap bagian organisasi yang berfungsi
dengan efisien (berdaya guna) dan efektif (berhasil guna) secara maksimal”.
Sedangkan menurut Usry dan William (2006 : 5) “Pengendalian (control)
merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara
membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan membuat tindakan yang tepat
untuk mengkoleksi perbedaan yang penting”.
Dari defenisi di atas dapat dikemukakan bahwa pengendalian merupakan
proses umpan balik yang bertujuan agar setiap bagian organisasi berfungsi dengan
efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dapat dilakukan
penyempurnaan tujuan, rencana dan pelaksana.
Sedangkan tujuan dari pengendalian itu sendiri menurut Mulyadi (2001 :
163) adalah sebagai berikut:
“ a. Menjaga kekayaan organisasi
c. Mendorong efisiensi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”
Dari keterangan diatas, dimana telah dijelaskan pengertian dan tujuan
pengendalian dengan jelas, maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian
merupakan hal yang sangat penting dalam setiap kegiatan baik itu kegiatan
menyeluruh dari perusahaan maupun setiap bagian dalam perusahaan terutama
dalam kegiatan produksi dalam suatu perusahaan, karena kegiatan produksi bagi
sebuah perusahaan industri merupakan kegiatan utama dalam perusahaannya
dimana biaya yang digunakan akan lebih besar dari kegiatan lain dalam
perusahaan. Untuk itu sangat perlu diadakannya pengendalian yang baik agar
tercapainya target atau tujuan perusahaan.
D. Pengertian dan Unsur-Unsur Biaya Produksi 1. Pengertian Biaya produksi
Menurut Henry Simamora (200: 456) ”Biaya produksi adalah biaya-biaya
yang terjadi dengan mengkonversikan bahan baku menjadi produk jadi”.
Sedangkan menurut Garrison/Noreen (2000 : 49) ”Biaya produksi adalah semua
biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk yang terdiri
dari biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa biaya produksi merupakan
keseluruhan jumlah yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang jadi, yang
secara langsung terdiri dari biaya produksi bahn langsung dan biaya tenaga kerja
Biaya produksi sering juga disebut biaya pabrikasi atau biaya pabrik (factory
cost). Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipmen, biaya bahan baku,
biaya bahan penolong, biaya gali karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian,
baik secara langsung maupun tidak langsung yang berhubungan dengan proses
produksi menurut objek pengeluarannya.
2. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Unsur-unsur biaya produksi pada industri manufaktur menurut Rudianto
(2006 : 16) terdiri dari :
a. Biaya bahan baku langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku yang telah digunakan untuk menghasilkan suatu produk jadi tertentu dalam volume tertentu. Misalnya harga beli kain per potong, harga beli kayu per unit meja dan sebagainya. b. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membayar pekeka yang terlibat secara langsung dalam proses produksi. Misalnya tukang jahit dalam usaha garmen, tukang kayu dalam aerusahaan mebel, dan lain-lain. Tidak semua pekerja yang terlibat dalam proses produksi selalu dikategorikan sebagai biaya tenaga kerja langsung. Hanya pekerja yang terlibat secara langsung didalam proses menghasilkan produk perusahaan yang dapat dikelompokan sebagai tenaga kerja langsung.
c. Overhead pabrik adalah berbagai macam biaya selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung tetapi juga dibutuhkan dalam proses produksi. Termasuk dalam kelompok biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tenaga kerja lainnya.
1). Biaya bahan penolong (bahan tidak langsung) adalah bahan tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tertentu. Misalnya, kain dan kancing dibutuhkan untuk menghasilkan pakaian, paku dan cat untuk menghasilkan meja tulis da sebagainya. Bahan penolong merupakan elemen bahan baku yang dibutuhkan oleh suatu produk jadi, tetapi bukan merupakan elemen utama. Tanpa bahan penolong suatu produk tidak akan pernah menjadi produk siap pakai dan siap jual. 2). Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah pekerja yang
tenaga kerja yang tetap dibutuhkan, tetapi bukan merupakan elemen tenaga kerja yang utama dalam suatu produk. Tanpa tenaga kerja penolong, proses produksi terganggu.
3). Biaya pabrikasi lain adalah biaya-biaya tambahan yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk selain biaya bahan penolong dan biaya tenaga kerja penolong. Seperti, biaya listrik dan air pabrik. Biaya telepon pabrik
E. Penentuan Standar Biaya Produksi
Penentuan standar biaya produksi terbagi kedalam 3 bagian :
1. Penentuan standar biaya bahan baku langsung
Standar biaya bahan baku ini terdiri atas 2 unsur yaitu :
a.Standar harga bahan baku
Pada umumnya harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun dan
pada umumnya digunakan selama tahun berikutnya. Tetapi harga standar ini
dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga yang bersifat luar
biasa.
b.Standar kuantitas bahan baku
Penentuan standar kuantitas bahan baku dimulai dari penetapan spesifikasi
produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, kareteristik pengolahan
produk,maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian dibuat kartu bahan
baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan
diolah menjadi produk selesai.
Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan :
1) Penyelidikan teknis
a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau
pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu.
b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksaan
pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk dimasa lalu.
c. Menghitung rata-rata pemakain bahan baku dalam pelaksanaan
kerja yang paling baik.
2. Penentuan Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja standar terdiri dari 2 unsur yaitu jam kerja standar dan
tarif upah standar.
Jam kerja standar dapat ditentukan dengan cara :
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan
dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
b. Membuat tes-run operasi produksi dibawah keadaan normal yang
diharapkan.
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan
dibawah keadaan nyata yang diharapkan.
d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan operasi produksi dan produk.
Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar :
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.
b. Data upah masa lalu. Yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar
adalah : rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah
c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
3. Penentuan Standar Biaya Overhead Pabrik
Penetapan standar overhead pabrik berbeda dengan penentuan standar biaya
bahan baku dan standar biaya tenaga kerja langsung karena overhead pabrik tidak
memiliki hubungan fungsional dalam artian bahwa volume barang produksi tidak
memiliki hubungan secara proporsional dengan biaya pabrik lainnya.
Selain itu penyebab perbedaan ini adalah karena adanya
komponen-komponen overhead pabrik yang bermacam-macam. Overhead pabrik meliputi
biaya bahan pembantu, tenaga kerja tidak langsung, penyusutan dan lain-lain.
Masing-masing jenis overhead pabrik yang membentuk overhead pabrik tersebut
berbeda-beda pengaruhnya jika dihubungkan dengan naik-turunnya aktivitas
produksi.
Ada yang berhubungan secara proporsional (variabel), ada yang
berhubungan secara tidak proporsional (semi variabel) dan ada pula yang tidak
berhubungan (tetap). Keadaan yang demikian, bila diinginkan pembandingan
antara standar dengan sesungguhnya memerlukan penyesuaian untuk perubahan
tingkat kegiatan. Hal ini memerlukan budget fleksibel yang menunjukkan jumlah
Contoh anggaran fleksibel dan penentuan tarif biaya overhead pabrik standar.
Standar Produksi 3.840 Unit 4.320 Unit 4.800 Unit Jam tenaga kerja langsung 1.280 Jam 1.440 Jam 1.600 Jam
Overhead Pabrik
- Variabel Rp. 3.840 Rp. 4.320 Rp. 4.800
- Tetap Rp. 19.200 Rp. 19.200 Rp. 19.200
Total Overhead Pabrik Rp. 23.040 Rp. 23.520 Rp. 24.000 Sumber : Carter dan Usry, Buku Akuntansi Biaya, Edisi ke 3 buku 2
Dengan asumsi bahwa kolom 100% adalah kapasitas normal, maka tarif
Overhead Pabrik standar untuk Departemen Perakitan terdiri dari bagian variabel
dan tetap berikut ini:
15,00
perjam tenaga kerja
langsung standar
Pada tingkat 100%, Tarif Overhead Pabrik standar dari Departemen
Perakitan terdiri dari bagian variabel dan tetap berikut ini:
jam
F. Biaya Standar Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi
Menurut Usry dan Wiliam (2006 : 5) mengemukakan, “Pengendalian
(control) merupakan usaha sistematis peerusahaan untuk mencapai tujuan dengan
cara membandingkan prestasi kerja dengan rencana dan menbuat tindakan yang
tepat untuk mengkoreksi perbedaan yang penting”.
Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya. Sistem biaya
standar merupakan suatu sistem akuntansi yang mengolah informasi biaya
sedemikian rupa sehingga manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam
perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan.
Sistem akuntansi biaya ini berfungsi untuk mengetahui fungsi biaya standar
sebagai alat pengendalian biaya produksi dengan menganalisis perbandingan
antara biaya standar dengan biaya aktual.
Biaya standar sangat diperlukan oleh perusahaan sebagai pengendalian biaya
khususnya biaya produksi. Standar harus ditetepkan untuk priode tertentu agar
efektif dalam mengendalikan dan menganalisis biaya, lazimnya standar dihitung
untuk jangka enam bulan atau dua belas bulan, kendati ada kalanya digunakan
pula jangka waktu yang lebih panjang.
Keberhasilan sistem biaya standar tergantung kepada keandalan (reability),
ketepatan (accurancy) dan sikap menerima (acceptance) kita terhadap standar
tersebut. Kecermatan diperlukan sekali untuk meyakinkan bahwa semua faktor
telah dipertimbangkan dalam menetapkan standar. Dalam hal tertentu, sample
rata-rata dari catatan beberapa periode yang lalu digunakan sebagai standar.
oleh departemen perekayasaan industri berdasarkan hasil telaah yang cermat atas
produk dan operasi. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampling yang
tepat dan termasuk juga peran serta dari mereka yang akan dinilai berdasarkan
standar tersebut.
Pada umumnya apabila pelaksanaan sesungguhnya menyimpang dari standar
secara terus menerus dengan jenis penyimpangan yang sama, misalkan tidak
menguntungkan, maka biasanya yang kurang tepat adalah standar, dengan
petunjuk adanya ketidaktapataan pada pelaksanaannya (pengeluaran biaya
sesungguhnya).
Penyimpangan yang mengguntungakan itu terjadi apabila biaya produksi
yang digunakan sesungguhnya lebih rendah dari biaya produksi standar, dan
sebaliknya penyimpangan yang merugikan terjadi karena disebabkan oleh jumlah
yang dikeluarkan lebih besar dari jumlah yang distandarkan
Penyimpangan yang menguntungkan ini disebut favorable Variance, dan
biasanya diberi kode ”m”, penyimpangan yang menguntungakan ini perlu
dianalisa karena penyimpangan itu mungkin disebabkan karena biaya produksi
yang distandarkan terlalu tinggi, bukan karena perusahaan yang berhasil menekan
biaya produksi, akan tetapi masih terjadi penyimpangan hal tersebut, karena
kurangnya keefektifan dan keefisienan dalam usaha
Penyimpangan yang merugikan dinamakan Unfavorable Variance, dan
biasanya diberi kode ‘tm”, penyimpangan ini tidak selamanya karena pemborosan
rendah dan tidak relevan dengan keadaan dan kondisi perusahaan dan alat-alat
produksi yang ada.
Pada bagian berikut ini akan dibahas penyimpangan yang mungkin terjadi pada
masing-masing elemen biaya produksi, adapun penyimpangan tersebut adalah:
1. Penyimpangan Biaya Bahan Baku
a. Penyimpangan Harga Bahan Baku (Material price variance)
Penyimpangan harga bahan baku merupakan selisih yang terjadi antara
harga bahan baku yang sebenarnya dengan harha bahan baku yang
distandarkan yang dapat lebih besar dan dapat lebih kecil. Selisih harga
bahan baku dapat dihitung dengan rumus:
SHB = (HS x KS)- (HSt x KS)
= (HS – HSt) KS
Dalam hal ini:
SHB = Selisih harga bahan baku
HS = Harga beli sesungguhnya setiap unit bahan baku
KS = Kuantitas sesungguhnya yang dibeli
HSt = Harga beli standar setiap unit bahan baku
Jika:
HS > HSt maka SHB tidak menguntungkan (Unfavorable)
HS < HSt maka SHB menguntungkan (Favorable)
b. Penyimpangan Kuantitas Bahan Baku (Material quantity variance)
Merupakan penyimpangan kuantitas bahan baku yang terjadi karena
pemakaian bahan baku. Selisih kuantitas pemakaian bahan baku dapat
dihitung dengan rumus:
SKB = (KS x HSt) – (KSt x HSt)
= (KS – KSt) HSt
Dalam hal ini:
SKB = selisih kuantitas bahan baku
KS = kuantitas sesungguhnya yang digunakan
HSt = harga beli standar untuk setiap bahan baku
KSt = kuantitas standar bahan baku
Jika:
KS > KSt maka SKB tidak menguntungkan (Unfavorable)
KS < KSt maka SKB menguntungkan (Favorable)
2. Penyimpangan Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selanjutnya penyimpangan ini dapat dianalisa ke dalam dua bentuk
penyimpangan yaitu:
a. Penyimpangan tarif tenaga kerja (Labour rate variance)
Penyimpangan tarif upah tenaga kerja merupakan selisih yang terjadi
antara biaya-biaya tenaga kerja yang sesungguhnya yang dapat dibebankan
pada suatu tarif upah tenaga kerja rata-rata yang lebih tinggi atau lebih
rendah dari standar upah tenaga kerja.
Selisih tarif upah langsung dapat dihitung dengan rumus:
STU = (TS x JS) – (TSt x JS)
Dalam hal ini:
STU = selisih tarif upah langsung
TS = tarif upah langsung sesungguhnya setiap jam
JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk
TSt = tarif standar setiap jam upah langsung
Jika:
TS > TSt maka STU tidak menguntungkan (Unfavorable)
TS < TSt maka STU menguntungkan (Favorable)
b. Penyimpangan efisiensi tenaga kerja (labour efficiency variance)
Penyimpangan efisiensi tenaga kerja dihitung dengan membandingkan jam
kerja yang sesungguhnya terpakai dengan jam kerja standar yang
ditetapkan.
Selisih efisiensi upah langsung dapat dihitung dengan rumus:
SEUL = (JS x TSt) – (JS x TSt)
= (JS – JSt) TSt
Dalam hal ini:
SEUL = selisih efisiensi upah langsung
JS = jam sesungguhnya untuk mengolah produk
JSt = jam standar untuk mengolah produk
TSt = tarif standar setiap jam upah langsung
Jika:
JS > JSt maka SEUL tidak menguntungkan (Unfavorable)
3. Penyimpangan Overhead Pabrik (Factory overhead variance)
Selisih overhead pabrik ini dapat dianalisa menjadi tiga metode selisih yaitu:
a. Metode dua selisih (Two variance method)
Dalam metode analisis dua selisih, selisih biaya overhead pabrik
digolongkan menjadi dua macam selisih, yaitu :
1) Selisih terkendali (Controllable variance)
Selisih terkendali adalah selisih yang timbulnya disebabkan oleh perbedaan
antara biaya overhead pabrik sesungguhnya dengan anggaran fleksibel biaya
overhead pabrik pada kapasitas standar.
Selisih tekendali dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ST = BOPS – AFKSt
Dalam hal ini :
ST = Selisih tekendali
BOPS = Biaya ovhead pabrik sesunggunhnya
AFKSt = Anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar
Jika :
BOPS > AFKst maka ST tidak menguntungkan
BOPS < AFKst maka ST menguntungkan
2) Selisih volume (Volume variance)
selisih volume merupakan perbedaan yang terjadi antara anggaran fleksibel
biaya overhead pabrik pada kapasitas standar dengan total biaya overhead
standar atau biaya overhead pabrik yang dibedakan kepada produk melalui
Selisih volume dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
SV = AFKSt – ( KS x T)
Dalam hal ini :
SV = selisih volume
AFKSt = anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas standar
KSt = Kapasitas standar
T = Tarif total biaya overhead pabrik
KN = Kapasitas normal
Jika :
KN > KSt maka SV tidak menguntungkan
KN < KSt maka SV menguntungkan
b. Metode Tiga Selisih (Three variance method)
Dalam metode analisis tiga selisih, selisih biaya overhead pabrik
digolongkan menjadi tiga macam selisih yaitu :
1) Selisih Anggaran
Selisih anggaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
SA = BOPS – (KN x TT) – (KS x TV)
Dalam hal ini :
SA = Selisih anggaran
BOPS = Biaya overhead pabrik sesungguhnya
KN = Kapasitas Normal
TT = Tarif tetap per unit kapasitas
Jika :
BOPS > AFKS maka SA tidak menguntungkan
BOPS < AKKS maka SA menguntungkan
2) Selisih kapasitas
Selisih ini umumnya disebabkan oleh faktor eksternal yang tidak dapat
dikendalikan oleh manajer pabrik, dapartemen atau seksi sehingga
tanggungjawab selisih ini umunya berada pada manajemen puncak.
Namun jika selisih ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan yang
dilakukan oleh manajer pabrik, departemen atau seksi sehingga
mesin-mesin rusak dan jam sesungguhnya rendah maka tanggungjawab seisih ini
berada pada manajer pabrik, dapartemen atau seksi yang bersangkutan.
Rumus perhitungan selisih kapasitas adalah sebagai berikut :
SK = AFKS – (KS x T)
Dalam hal ini :
SK = Selisih kapasitas
AFKS = Anggaran fleksibel biaya overhead pabrik pada kapasitas
sesunngunya
KS = Kapasitas normal
T = Tarif total biaya overhead pabrik
3) Selisih Efisiensi Biaya Ovehead Pabrik
Secara matematis, selisih efisiensi biaya ovehead pabrik dapat dihitung
dengan rumus :
Dalam hal ini:
SEBOP = Selisih efisiensi biaya overhead pabrik
KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk
KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk
T = Tarif total atau tarif standar BOP setiap unit kapasitas
Jika :
KS > KSt maka SEBOP tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOP menguntungkan
c. Metode empat selisih (Four variance method)
Dalam mtode empat selisih, selisih biaya overhead pabrik digolongkan
menjadi empat macam selisih, yaitu :
1. Selisih anggaran
2. Selisih kapasitas
3. Selisih Efisiensi BOP variabel
4. Selisih efisiensi BOP tetap
Metode empat selisih tidak jauh dengan metode tiga selisih, metode empat
merupakan pengembangan dari metode tiga selisih, pada metode empat selisih,
perhitungan selisih anggaran dan selisih kapasitas sama saja dengan yang ada
pada metode tiga selisih, baik itu rumus perhitungan dan sebab terjadinya
penyimpangan. Sedangkan analisis selisih efisiensi BOP variabel dan selisih
afisiensi BOP tetap digunakan rumus sebagai berikut :
Selisih Efisiensi BOP variabel
= (KS – KSt) TV
Dalam hal ini :
SEBOPV = Selisih efisiensi biaya overhead variabel
KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk
KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk
TV = Tarif variabel BOP setiap unit kapasitas
Jika :
KS > KSt maka SEBOPV tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOPV menguntungkan
Selisih Efisiensi BOP Tetap
SEBOPT = (KS x TT) – (KSt x TT)
= (KS – KSt) TT
Dalam hal ini :
SEBOPT = Selisih efisiensi biaya overhead pabrik tetap
KS = Kapasitas sesungguhnya untuk mengolah produk
KSt = Kapasitas standar untuk mengolah produk
TT = Tarif tetap BOP setiap unit kapasitas
Jika :
KS > KSt maka SEBOPT tidak menguntungkan
KS < KSt maka SEBOPT menguntungkan
Contoh:
PT. ABC menggunakan sistem biaya standar. Perusahaan mengolah satu
sebanyak 10.000 jam kerja langsung atau sebesar 2.500 unit produk. Besarnya
biaya standar untuk mengolah satu unit produk dalam tahun 2000 adalah sebagai
berikut:
Biaya Bahan Baku : 2 kg @ Rp. 20 = Rp. 40
Biaya Tenaga Kerja Langsung : 4 jam @ Rp. 12,5 = Rp. 50
Biaya overhead pabrik:
Varibel = 4 jam @ Rp. 10 = Rp. 40
Tetap = 4 jam @ Rp. 5 = Rp. 20 Rp 60
Jumlah Rp. 150
Data biaya produksi dan penjualan dalam bulan Januari tahun 2000 adalah
sebagai berikut:
a. Perusahaan tidak memiliki persediaan produk dalam proses dan persediaan
produk selesai pada awal bulan Januari. Selama bulan Januari produk yang
dapat diselesaikan sebanyak 2.400 unit. Pada akhir bulan Januari perusahaan
tidak memiliki produk dalam proses.
b. Bahan baku yang dibeli dengan kredit dan dipakai selama bulan Januari
sebanyak 4.900 kg@ Rp. 19 = Rp. 93.100
c. Biaya tenaga kerja langsung yang terjadi dalam bulan Januari 9.550 jam
@ Rp. 12 = Rp. 114.600.
d. Total Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya Rp. 145.000.
e. Penjualan produk selesai sebesar 2000 unit @ Rp. 250 = Rp. 500.000
f. Biaya pemasaran yang terjadi Rp. 50.000 dan biaya administrasi Rp. 30.000.
a. Selisih Biaya Bahan Baku 1. Selisih Harga Bahan Baku
SHB = (HS – HSt) KS
= (Rp. 19 – Rp. 20) 4900 = Rp. 4.900 menguntungkan
2. Selisih Kuantitas Bahan Baku SKB = (KS – Kst) Hst
= {4900 – (2400 x 2) x Rp. 20}
= {4900 – 4800} Rp. 20 = Rp. 2.000 merugikan
b. Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
BTKL sesungguhnya = 9550 x Rp. 12 = Rp. 114.600
BTKL standar = 2400 x 4 x Rp. 12,50 = Rp. 120.000
Selisih biaya tenaga kerja langsung (menguntungkan) = Rp. 5.400
1. Selisih Tarif Upah Langsung STU = (TS – Tst) JS
= (Rp. 12 – Rp. 12,5) 9550 = Rp. 4775 menguntungkan
2. Selisih Efisiensi Upah Langsung SEUL = (JS – JSt) TSt
= {9550 – (2400 x 4) } Rp. 12,5
= {9550 – 9600) Rp. 12,5 = Rp. 625 menguntungkan
c. Selisih Biaya Overhead Pabrik
BOP sesungguhnya = Rp. 145.000
BOP standar = (2400 x 4) x Rp. 15 = Rp. 144.000
Metode Analisa Dua Selisih
Dalam hal ini hanya diberikan contoh untuk perhitungan biaya overhead
pabrik dengan menggunakan metode dua selisih saja.
Selisih terkendali
BOP sesungguhnya = Rp. 145.000
Anggaran Fleksibel pada kapasitas
Standar:
Tetap = KN x TT
= 10000 x Rp. 5 = Rp. 50.000
Variabel = KSt x TV
= (2400 x 4) Rp. 10 = Rp. 96.000
= Rp. 146.000
Selisih terkendalikan (menguntungkan) Rp. 1.000
Selisih Volume
Anggaran fleksibel pada kapasitas
Standar = Rp. 146.000
Biaya overhead pabrik standar = (2400 x 4) x Rp. 15 = Rp. 144.000
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Gotong Royong Jaya Medan yang berlokasi di
Jl. Hindu No. 33 Medan dan penelitian ini akan dimulai bulan November 2007.
B. Jenis Data
1. Data Primer, yaitu data yang yang dikumpulkan oleh perorangan atau
organisasi yang merupakan objek penelitian dimana data tersebut
merupakan data yang belum diolah dan diambil langsung seperti hasil
wawancara dan tanya jawab dengan manajemen PT. Gotong Royong Jaya
Medan.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi
baik berupa publikasi, maupun data olahan perusahaan sendiri, seperti
sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan realisasi biaya standar.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
1. Teknik Dokumantasi
Teknik pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap
2. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan bagian
yang terkait dengan objek penelitian.
D. Metode Analisa Data
Metode analisis data yang dilakukan untuk menganalisis dalam penulisan
ini adalah Deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dimana data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian dilapangan kemudian dikumpulkan,
diklasifikasikan serta diolah dan dianalisis sehingga menghasilkan kesimpulan
mengenai gambaran yang sebenarnya, serta membandingkanya dengan teori
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat dan Struktur Organisasi Perusahaan a. Sejarah Singkat perusahaan
Perusahaan ini adalah berbentuk badan hukum yaitu perseroan terbatas (PT).
Perusahaan ini berdiri pada tangga 15 Maret 1961 secaea bersama-sama ngan
nama CV. Gotong Royong. Pada mulanya perusahaan ini berkedudukan di
Jakarta.
Pada bulan Agustus 1961 perusahaan ini memulai usahanya di Medan.
Perpindahan ini didasarkan pada pertimbangan ekonomis, yang mana usaha dari
perusahaan ini berada di daerah Sumatera Utara sehingga komunikasi perusahaan
dengan kantor dapat berjalan dengan lancar.
Dalam perkembangannya perusahaan ini pada bulan Agustus 1962 dengan
akte notaris Ong Kiem Lian, CV. Gotong Royong diubah bentuk badan hukumnya
menjadi PT. Gotong Royong Jaya berdomisili di Medan.
Perusahaan ini pada hakikatnya adalah perusahaan dimana saham dari PT ini
dimiliki oleh keluarga, yang terdiri dari istri dan anak-anak dari pemilik
perusahaan ini. Dimana kepala keluarga bertindak sebagai direktur perusahaan,
sedangkan istri dan anak-anak sebagai dewan komisaris dari perusahaan.
Perseroan terbatas ini secara garis besar bergerak dibidang usaha
daerah Sinapur yang terletak di daerah Langkat. Hasil perkebunan ini pada
mulanya hanya dijual lokal saja, tetapi sejak bulan Oktober 1963, perusahaan
meningkatkan usahanya yang bergerak di bidang ekspor dari hasil perkebunannya.
Negara tujuan utamanya adalah Jepang.
Perusahaan ini pada mula berdirinya banyak mengalami kesulitan baik di
bidang manajeman, keuangan, pemasaran, maupun skill dalam mengolah karet
mencapai standar. Kesulitan-kesulitan perusahaan ini yang baru berdiri dapat
diterima apalagi dalam bidang keuangan sulit untuk memperoleh kredit untuk
perusahaan pribumi seperti ini.
Dalam perkembangan selanjutnya perusahaan ini mulai menunjukkan
aktifitasnya dengan melakukan transaksi ekspor ke Jepang sebesar 20 ton untuk
pertama kali, tetapi untuk saat ini kegiatan ekspor tidak lagi dilakukan.
Pada tahun 1967 perkebunan Blangkahan dan Sinapur yang mempunyai
areal seluas 958,9 Ha dipertukarkan dengan perkebunan Mendaris A yang
mempunyai areal yang lebih luas yaitu 1.869 Ha yang terletak di daerah Deli
Serdang – Tebing Tinggi Deli. Perkebunan Mendaris A pada mulanya diusahakan
oleh PT. Kartini. Dengan luas kebun yang dikelola perusahaan ini maka kegiatan
semakin bertambah dan dapat meningkatkan realisasi ekspornya serta juga dapat
meningkatkan mutu serta sistem pengolahan yang baru. Dalam menghadapi
saingan karet sintetis, maka pimpinan perusahaan dari perkebunannya dari sistem
pengolahannya, mutu slab dan lumps menjadi sistem pengelohan dengan mutu
joint atau kerja sama KOPAN (Komando Operasi Harapan) pada bulan February
1969.
Pengolahan jenis sheet atau crumb dimana mesin-mesin yang igunakan
sebagai alat pengolahan dan sistem pengeringan juga berbeda, serta waktu yang
diperlukan relatif singkat. Dengan sistem ini dalam tempo 7 sampai 8 jam saja
sudah selesai dan dalam keadaan ready of export. Sistem pengolahan ini jauh
lebih cepat dan manfaat yang didapat darinya adalah penghematan waktu dan
dapat langsung memenuhi kemampuan ekspor untuk diolah.
Pada tahun 1988 diadakan perluasan usaha dengan mendirikan pabrik sarung
tangan dengan kapasitas terpasang 36 juta pos/tahun yang diekspor ke Amerika
Serikat dan Eropa, akan tetapi untuk saat ini kegiatan pada pabrik sarung tangan
tidak lagi beroperasi.
b. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi,
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan
tanggungjawab yang berbeda-beda dalam organisasi.
Dengan adanya suatu struktur organisasi yang baik maka diharapkan akan
tercapai suatu koordinasi ataupun kerjasama yang baik antar unit-unit maupun
untuk menjalankan suatu organisasi dibutuhkan karyawan yang memegang
jabatan tertentu dalam organisasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang
jawab setiap Bidang pada PT. Gotong Royong Jaya Medan adalah sebagai
berikut:
1) Direktur Utama
Sebagai top manajer bertanggungjawab atas segala kegiatan perusahaan
dalam usaha mencapai tujuan perusahaan Direktur Utama membuat
kebijaksanaa dan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh perusahaan
sehingga mencapai hasil secara maksimal. Setiap tahunnya Direktur
Utama melaporkan kegiatan perusahaan kepada rapar anggota pemegang
saham, untuk mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yangtelah
ditempuh atau yang telah dijalankan.
2) Direktur
Direktur bertugas sebagai pembantu Direktur Utama dalam melaksanakan
tugasnya sebagai top manajer, dan juga sebagai pengganti Direktur Utama
ketika Direktur Utama tidak berada di tempat.
3) Kepala-kepala Bagian
a) Kepala Bagian Administrasi/Personalia mempunyai tugas sebagai
berikut, yaitu:
(1) Mengatur surat-surat masuk dan keluar di dalam perusahaan baik
dalam bidang perkebunan maupun bidang pabrik Sekretariat
Direksi.
(2) Mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah
(3) Mengatur urusan administrasi lainnya yang erat hubungannya
dengan kelancaran administrasi perusahaan.
(4) Bertanggungjawab atas segala urusan administrasi keuangan
perusahaan kepada Direktur Utama.
b) Kepala Bagian Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu:
(1) Melaporkan pertanggungjawaban administrasi keuangan kepada
Direktur Utama pada saat tertentu.
(2) Menginventariskan transaksi-transaksi, baik itu di perkebunan
atau di kantor pusat.
c) Kepala Bagian Pembukuan mempunyai tugas sebagai berikut, yaitu:
(1) Mengatur pembukuan pemasukan dan pengeluaran uang yang
telah digariskan oleh perusahaan.
(2) Membuat laporan keuangan kepada Direktur Utama tentang
neraca serta laba rugi perusahaan.
d) Kepala Bagian Marketing, bertugas :
(1) Mengatur administrasi marketing atau hal-hal lain yang erat
hubungannya dengan penjualan karet antara lain masalah L/C
dengan bank penggudangan, pengangkutan dan lainnya.
(2) Mengatur pengiriman karet yang akan dipasarkan kepada
konsumen.
(3) Melaksanakan pertanggungjawaban tentang pelaksanaan
e) Kepala Bagian Perlengkapan, bertugas :
(1) Merencanakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh
perusahaan, baik keperluan pabrik serta kebutuhan perusahaan
lainnya.
(2) Mencari dan membeli barang-barang dn alat serta perlengkapan
lainnya sesuai dengan perencanaan tersebut.
(3) Mengatur administrasi distribusi barang-barang kepada
perkebunan.
4) Manajer-manajer Perkebunan
a) Manajer Perkebunan Mendaris A, bertugas :
(1) Memimpin dan mengelola kebun Mendaris A mulai dari masalah
penanaman dan peremajaan pokok karet, pemupukan, penderesan
karet, serta pengaturan karyawan dalam usaha meningkatkan
produksi karet di perkebunan Mendaris A tersebut.
(2) Melaporkan pertanggungjawaban segala kegiatan yang dilakukan
dalam perkebunan tersebut kepada Direktur Utama atau Direktur.
b) Manajer Perkebunan Malem Dagang, bertugas :
(1) Memimpin dan mengelola kebun Malem dagang mulai dari
masalah penanaman dan peremajaan pokok karet, pemupukan,
penderesan karet, serta pengaturan karyawan dalam usaha
meningkatkan produksi karet di perkebunan Malem Dagang
(2) Melaporkan pertanggungjawaban segala kegiatan yang dilakukan
dalam perkebunan tersebut kepada Direktur Utama atau Direktur.
(3) Disamping itu Direktur Utama juga meminta
pertanggungjawaban dari kegiatan yang dilakukan oleh
pemimpin pabrik.
Dari uraian di atas jelas bahwa Direktur Utama sebagai top manajer
perusahaan mengkoordinasikan semua Kepala Bagian yakni Manajer perkebunan
Mendaris A, Malem Dagang serta Pimpinan pabrik. Untuk kelancaran tugas
Direktur Utama dibantu oleh staff ahli yang dapat menunjang kebijaksaan
pimpinan dengan perencanaan. Dengan demikian sistem organisasi yang dianut
oleh perusahaan ini adalah sistem organisasi garis dan staff. Struktur organisasi
PT. Gotong Royong Jaya Medan dapat dilihat dilampiran.
c. Jenis-Jenis Kegiatan pada PT. Gotong Royong Jaya Medan
PT. Gotong Royong Jaya Medan adalah perusahaan yang bergerak di bidang
perkebunan, dimana perusahaan tersebut memiliki kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Pembibitan
Kegiatan pembibitan ini dilakukan sendiri oleh karyawan perusahaan.
Dimana, bibit didapat dengan membeli di balai pembibitan baik itu bibit
kelapa sawit, bibit karet maupun bibit kakao. Bibit yang sudah dibeli tersebut
ditanam di dalam polybag. Setelah itu dalam jangka waktu yang diperlukan
sampai dengan 1 ½ tahun. Sedangkan untuk bibit karet dan bibit kakao hanya
memerlukan jangka waktu 6 sampai dengan 8 bulan karena dilakukan dengan
cara okulasi.
2) Penanaman baru atau peremajaan tanaman
Kegiatan ini terbagi menjadi dua bagian, antara lain:
a) Konversi yaitu menanam kembali tanaman dengan jenis tanaman yang
lain.
b) Replanting yaitu menanam kembali tanaman dengan jenis tanaman yang
sama.
2) Pemeliharaan tanaman
Kegiatan ini terdiri atas :
a) Pembersihan areal dari gulma-gulma atau rumput pengganggu.
b) Pemeliharaan tanaman dari hama dan penyakit.
c) Pemeliharaan jalan di sekitar areal perkebunan.
3) Panen dan pengumpulan hasil
Kegiatan ini dilakukan apabila sudah tiba waktu untuk memanen hasil-hasil
dari perkebunan. Buruh yang melakukan panen kelapa sawit disebut dengan
“pendodos”, sedangkan buruh yang melakukan panen pada tanaman karet
disebut dengan “penderes”.
4) Pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi
Kegiatan ini dilakukan hanya pada tanaman karet. Dimana, getah karet diolah
menghasilkan buah sawit segar (TBS) yang tidak perlu diolah lagi dan
tanaman kakao menghasilkan biji kakao yang kemudian dikeringkan.
5) Penjualan
Kegiatan ini hanya dilakukan untuk lokal saja. Dimana hasil dari perkebunan
baik yang telah diolah maupun tidak dijual ke perusahaan lain dalam bentuk
kontrak per satuan dan per D.O. Perusahaan yang menerima hasil dari
perkebunan, antara lain: PT. PSL (Prima Sauhur Lestari) dan PT. Mitra Agung
Lateks Kebun Orvangan Tank
Bak Sedimentasi
Mesin Centrifuser Latex
Tangki
Campur Bak Pengipasan
Tangki Timbang
Tangki Penyimpanan
Ekspor
Bak Pengumpulan
Bak Serum Secunder
Bak Pengendalian Limbah KKK > 28% VFA < 0,05
NH3 : HA : 0,5 – 0,7% LA : 0,4 – 0,5% TZ 25% = 1,0 cc/ltr, Lateks Kebun
DAP 10% = 1 ml/ltr lateks kebun (MA) TZ 25% = cc/ltr lateks pekat
Sumber : Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Gambar 4.1
2. Penentuan Standar Biaya Produksi Lateks Pekat a. Standar Biaya Bahan baku
Pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan menetapkan biaya
standar berdasarkan pengalaman masa lalu dan meramalkan untuk masa yang
akan datang. Biaya standar ditetapkan setiap awal tahun dan pada setiap akhir
tahun biaya standar dibandingkan dengan biaya produksi yang sebenarnya
terjadi.
Untuk lebih memperjelasnya, pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong
Jaya Medan menetapkan standar bahan baku sebagai berikut:
1) Standar Harga Bahan Baku Per Kilogram
Bahan baku dari lateks pekat adalah lateks kebun, lateks kebun sering
juga disebut getah susu yang dihasilkan dari tanaman karet. Harga yang
diharapkan untuk 1 kg lateks kebun adalah Rp. 7.500. Untuk tahun 2006
perusahaan meramalkan akan terjadi kenaikan harga sebesar 6%. Jadi standar
harga bahan baku lateks kebun untuk 1 kg adalah.
Harga yang diharapkan Rp. 7.500
Ramalan kenaikan harga (6%) 450
Standar harga bahan baku per kg Rp. 7.950
2) Standar Kuantitas Bahan Baku (Pemakaian Dalam Produk)
Standar kuantitas bahan baku ditentukan berdasarkan kerjasama antar
bagian produksi dan bagian administrasi dengan memperhatikan laporan
biaya bahan baku pada tahun lalu. Penentuan standar kuantitas bahan baku
Standar bahan baku lateks kebun untuk 1000 kg akan menghasilkan 440
kg lateks pekat (efisiensi lateks pekat adalah 44%). Dengan demikian untuk
menghasilkan 1 ton (1000 kg) lateks pekat akan diperlukan sebanyak 2.273
kg lateks kebun atau 1 Kg output lateks pekat = 2,273 bahan baku lateks
kebun.
Untuk tahun 2006 pabrik lateks pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan
merencanakan memproduksi sebanyak 362.000 kg. Maka standar bahan baku
yang diperlukan akan tampak seperti dibawah ini:
Tabel 4.1
Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan Standar Biaya Bahan Baku
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2006 Rencana
Produksi (kg)
Bahan baku yang diperlukan Harga per kg
(Rp)
Total Biaya
(Rp)
Jenis Jumlah (kg)
362.000 Lateks kebun 822.727,3 7.950 6.540.682.035
Sumber: Pabrik Lateks Pekat PT. Gotong Royong Jaya Medan
b. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang secara langsung
terlibat dalam memproduksi lateks pekat. Tenaga kerja langsung akan
menerima upah yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Seperti halnya biaya bahan baku, maka biaya tenaga kerja langsung
terdiri dari unsur pemakaian jam kerja langsung dan unsur tarif upah tenaga