• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PERKE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PERKE"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERKEMBANGAN MORAL SPIRITUAL

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik Dibimbing oleh Ibu Ella Faridati Zen

Oleh:

Dwitha Fajri Ramadhani 160533611410

Ilham Gumelar A. 160533611447

Lala Falina Tumelisya 160533611429

M. Alfan Hidayatulloh 160533611518

Martha Devi Indraswari 160533611401

S1 PTI’16 OFF B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, petunjuk serta karuniaNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan dalam bentuk makalah yang berjudul Perkembangan Moral dan Spiritual Peserta Didik. Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat dijadikan perbaikan untuk tulisan-tulisan yang akan datang.

Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah, Ibu Ella Faridati Zen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini, juga pada rekan-rekan kelompok 4 atas kerjasama dan dukungan yang telah diberikan.

Kami berharap semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya serta untuk menambah pembendaharaan pengetahuan dalam memahami perkembangan pada peserta didik. Semoga bantuan, dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dalam penyusunan laporan ini mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Malang, 27 September 2016

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peserta didik merupakan aset utama dalam misi memajukan bangsa. Mereka perlu pendidikan yang benar supaya tidak menjadi generasi penerus yang salah kaprah. Pendidikan yang diberikan tidak hanya dalam lingkup akademik, namun mendidik disini dimaksudkan untuk membentuk kepribadian yang sesuai dengan norma hukum dan agama.

Dalam UU RI No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Bab II Pasal 4, dijelaskan bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”. Ini merupakan salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang seharusnya menjadi acuan bangsa Indonesia. Pasal tersebut juga membahas tentang tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Maka dari itu diperlukan pengembangan moral dan religius pada peserta didik. Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak remaja masa kini yang ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, pergaulan bebas, dan pornografi, sehingga pengembangan moral dan agama harus lebih ditekankan dalam lingkup pendidikan.

1.2 Rumusan i. Hakekat

ii. Karakteristik/ciri-ciri

iii. Upaya memahami aspek yang dikaji iv. Permasalahan yang mungkin muncul

v. Upaya membantu perkembangan optimal

1.3 Tujuan dan Manfaat Pembahasan

Tujuan pembahasan mengenai perkembangan moral dan religi pada peserta

didik yaitu :

i. Mengetahui hakikat perkembangan moral dan spiritual remaja masa kini ii. Mengetahui macam-macam karakteristik perkembangan moral dan religi

peserta didik.

iii. Mengetahui dan dapat mengaplikasikan upaya pengembangan moral dan religi peserta didik di ruang lingkup pendidikan.

(4)

1.4 Metode Pembahasan

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKEKAT

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan seperti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak yang seharusnya dilakukan dalam berinteraksi yang berlaku dalam kelompok sosial.

Perkembangan spiritual adalah perkembangan atau tahap seseorang membentuk kepercayaan baik berupa kepercayaan terhadap agama ataupun adat.

Karakteristik:

Berikut ini paparan mengenai karakteristik perkembangan moralitas dan religius anak dan remaja:

1. Karakteristik perkembangan moralitas pada anak

Menurut Lawrance Kohlberg, ada tiga tingkat dan tahapan karakteristik perkembangan moralitas pada anak, yaitu moralitas dengan paksaan (preconventional level), moralitas dari aturan-aturan (conventional level), dan moralitas setelah konvensional (postconventional).

2. Karakteristik perkembangan moralitas pada remaja

Dalam moralitas terdapat nilia-nilai moral, yaitu seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat keburukan. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pada masa remaja, individu tersebut harus mengendalikan perilakunya sendiri agar sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dimasnyarakat, yang mana sebelumnya menjadi tanggung jawab guru dan orang tua.

3. Karakteristik perkembangan religius pada anak

Penanaman nilai-nilai keagamaan; menyangkut konsep tentang ketuhanan, ritual ibadah dan nilai moral yang berlangsung semenjak usia dini, akan mampu mengakar secara kuat dan membawa dampak yang signifikan pada diri seseorang sepanjang hidupnya (Hurlock, 1978, hal.26). hal ini dikarenakan pada masa ini, anak belum mempunyai kemampuan menolak ataupun menyetujui setiap pengetahuan yang didapatkannya.

Tahapan-tahapan perkembangan keagamaan pada anak : 1. Masa anak-anak

a. Sikap keagamaan reseptif meskipun banyak bertanya

b. Pandangan ke-Tuhanan yang anthromorph (dipersonifikasikan) c. Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum dalam) 2. Masa anak sekolah

(6)

b. Pandangan ke-Tuhanan diterangkan secararasional c. Penghayatan secara rohaniah makin mendalam

4. Karakteristik perkembangan religius pada remaja

Perkembangan religius remaja tergantung bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama yang diberikan kuat maka perkembangan religius remaja akan menjadi positif dan boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila terdapat banyak kerancuan pemahaman terhadap keagamaan, maka perkembangan religius remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama pentingnya dengan moral.

Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.

 Masa remaja awal

1. Sikap negative disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama secara hipocrit.

2. Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya

3. Penghayatan rohaniahnya kembali tenang.

B. UPAYA MEMAHAMI ASPEK YANG DIKAJI

Aspek-aspek perkembangan peserta didik yang berimplikasi terhadap proses pendidikan melalui karakteristik perkembangan moral dan religi akan diuraikan seperti di bawah ini.

1. Implikasi Perkembangan Moral

(7)

yang berkaitan dengan aturan mengenai hal yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Desmita, 2008).

Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, salah satunya melalui pendidikan langsung. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua dan gurunya. Selanjutnya pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik. (Yusuf, 2011).

Selain itu berdasarkan teori Piaget (Hurlock, 1980) memaparkan bahwa pada usia lima sampai dengan dua belas tahun konsep anak mengenai moral sudah berubah. Pengertian yang kaku dan keras tentang benar dan salah yang dipelajari dari orang tua, menjadi berubah dan anak mulai memperhitungkan keadaan-keadaan khusus di sekitar pelanggaran moral. Misalnya bagi anak usia lima tahun, berbohong selalu buruk. Sedangkan anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong dibenarkan. Oleh karena itu, berbohong tidak selalu buruk. Selain lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan juga menjadi sarana yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan moral peserta didik. Untuk itu, sekolah diharapkan dapat berfungsi sebagai kawasan yang sejuk untuk melakukan sosialisasi bagi anak-anak dalam pengembangan moral dan segala aspek kepribadiannya. Pelaksanaan pendidikan moral di kelas hendaknya dihubungkan dengan kehidupan yang ada di luar kelas. Dengan demikian, pembinaan perkembangan moral peserta didik sangat penting karena percuma saja jika mendidik anak-anak hanya untuk menjadi orang yang berilmu pengetahuan, tetapi jiwa dan wataknya tidak dibangun dan dibina (Hartono, 2002).

2. Implikasi Perkembangan Spiritual

Anak-anak sebenarnya telah memiliki dasar-dasar kemampuan spiritual yang dibawanya sejak lahir. Untuk mengembangkan kemampuan ini, pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting. Oleh karena itu, untuk melahirkan manusia yang ber-SQ tinggi dibutuhkan pendidikan yang tidak hanya berorientasi pada perkembangan aspek IQ saja, melainkan EQ dan SQ juga.

Zohar dan Marshall (Desmita, 2008) pertama kali meneliti secara ilmiah tentang kecerdasan spiritual, yaitu kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yang menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya.

(8)

saja, yaitu yang berhubungan dengan perkembangan jasmani. Akan tetapi, pendidikan pada manusia harus diperhitungkan pula perkembangan rohaninya. Itulah kelebihan manusia yang diberikan oleh Allah SWT sebagai tuhan semesta alam, yaitu dianugerahi fitrah (perasaan dan kemampuan) untuk mengenal penciptanya, yang membedakan antara manusia dengan binatang. Fitrah ini berkaitan dengan aspek spiritual.

Perkembangan spiritual membawa banyak implikasi terhadap pendidikan dan diharapkan muncul manusia yang benar-benar utuh dari lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu, pendidikan agama nampaknya harus tetap dipertahankan sebagai bagian penting dari program-program pendidikan yang diberikan di sekolah dasar. Tanpa melalui pendidikan agama, mustahil SQ dapat berkembang baik dalam diri peserta didik (AKBIN, 2010).

C. PERMASALAHAN YANG MUNGKIN MUNCUL

Berbagai masalah telah terjadi akibat dari rusaknya moral dan spiritual di Indonesia maupun di dunia. Terdapat beberapa faktor pendukung, baik internal maupun eksternal. Permasalahan yang mungkin muncul sebagai akibat dari permasalahan yang telah terjadi di masa lalu. Permasalahan moral berkaitan erat dengan spiritual. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:

Permasalahan moral dan spiritual: 1. Pergaulan bebas

2. Seks bebas

3. Segala bentuk kejahatan

4. Menurunnya etika/sopan santun terhadap orang yang lebih tua 5. Tindakan anarkis

D. UPAYA MEMBANTU PERKEMBANGAN OPTIMAL

Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu :

1. Mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum. Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan. Tindakan tertentu yang dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu menunjang, atau dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan anggota kelompok. Kebiasaan yang paling penting dibakukan menjadi peraturan hukum dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. Yang lainnya, bertahan sebagai kebiasaan tanpa hukuman tertentu bagi yang melanggarnya.

(9)

kecemasan mengenai beberapa situasi dan tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan agresif dengan hukum.

3. Pengembangan perasaan bersalah dan rasa malu. Setelah mengembangkan hati nurani, hati nurani mereka dibawa dan digunakan sebagai pedoman perilaku. Rasa bersalah adalah sejenis evaluasi diri, khusus terjadi bila seorang individu mengakui perilakunya berbeda dengan nilai moral yang dirasakannya wajib untuk dipenuhi. Rasa malu adalah reaksi emosional yang tidak menyenangkan yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya. Penilaian ini belum tentu benar-benar ada, namun mengakibatkan rasa rendah diri terhadap kelompoknya.

4. Mencontohkan, memberikan contoh berarti menjadi model perilaku yang diinginkan muncul dari anak, karena cara ini bisa menjadi cara yang paling efektif untuk membentuk moral anak.

5. Latihan dan Pembiasaan, menurut Robert Coles (Wantah, 2005) latihan dan pembiasaan merupakan strategi penting dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini. Sikap orang tua dapat dijadikan latihan dan pembiasaan bagi anak. Sejak kecil orang tua selalu merawat, memelihara, menjaga kesehatan dan lain sebagainya untuk anak. Hal ini akan mengajarkan moral yang positif bagi anak

6. Kesempatan melakukan interaksi dengan anggota kelompok sosial. Interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan moral. Tanpa interaksi dengan orang lain, anak tidak akan mengetahui perilaku yang disetujui secara social, maupun memiliki sumber motivasi yang mendorongnya untuk tidak berbuat sesuka hati.

(10)

BAB III PENUTUP

Perkembangan religius remaja tergantung bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama yang diberikan kuat maka perkembangan religius remaja akan menjadi positif dan boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila terdapat banyak kerancuan pemahaman terhadap keagamaan, maka perkembangan religius remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama pentingnya dengan moral.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Baharuddin.2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media

2. Baharuddin.2009. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

3. Hartono, Agung.2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

4. ISSN 1411-5026.(2010). Jurnal Bimbingan dan Konseling. Pengurus Besar

Asosisi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN):Bandung

5. Syamsuddin, Abin.2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: Rosda Karya

6. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Rosda

7. Yusuf, Syamsu L.N. dan Nani M. Sugandhi. 2011. Perkembangan Peserta

Didik. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

Referensi

Dokumen terkait

Mata kuliah ini membahas perkembangan peserta didik yang meliputi : konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan individu: faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

Dalam pembuatan Sistem Informasi ini dapat diperoleh kesimpulan, bahwa pembuatan Sistem Informasi Monitoring Perkembangan Psikologi Peserta Didik yang menghasilkan

Deskripsi Mata Kuliah : Mata kuliah PPD ini mempelajari konsep perkembangan secara umum dan hubungannya dengan perkembangan peserta didik, teori perkembangan,

Hasil penelitian mengenai perkembangan moral berdasarkan perolehan dari hasil angket yang disebarkan kepada responden yakni peserta didik kelas V di MI Miftahul

Dari hasil penelitian perkembangan moral peserta didik yang telah dijabarkan diketahui bahwa secara garis Perkembangan moral siswa kelas XI MIPA 3 tergolong baik karena rata- rata

Manajemen peserta didik menurut Meilina, dkk (2005 : 7) adalah keseluruhan proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja serta pembinaan

Karakter yang Bersumber dari Olah Hati 1 Beriman dan Bertaqwa Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran dari perkembangan karakter peserta didik tunagrahita di SLB

Semua pihak dapat memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perkembangan peserta didik, memungkinkan untuk bekerja sama dalam mendukung pembelajaran yang holistik.. Penjaminan mutu