• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perkembangan Peserta Didik Perke

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perkembangan Peserta Didik Perke"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kreativitas dan bakat pada diri anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas dan bakat yang dimilikinya itu mereka dapat menjadi pribadi-pribadi yang kreatif. Sebagai pribadi yang kreatif, kelak mereka bukan saja dapat meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa dan negara.

Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan disegala bidang, yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat meningkatkan kreativitas, produktivitas, mutu, dan efisiensi kerja.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Karena itu sistem pendidikan hendaknya dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Namun dalam kenyataannya masih sedikit sekolah yang menyelenggarakan upaya pengembangan kreativitas dan bakat anak. Hal ini disebabkan antara lain oleh masih sangat langkanya literature yang membahas secara menyeluruh dan terinci mengenai kreativitas, bakat, dan upaya-upaya pengembangannya khususnya di sekolah dasar.

Untuk memupuk bakat anak dan mengembangkan kreativitas anak perlu pastisipasi orang tua murid.

1.2 Permasalahan

Permasalahan dalam karya tulis ini adalah bagaimana meningkatkan kreativitas anak.

1.3 Tujuan

(2)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kreativitas

Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat sesuatu yang baru dan berbeda entah sifatnya masih imajiner (gagasan) atau sudah diekspresikan dalam bentuk suatu karya. Karya di sini tidak hanya bentuk suatu benda tapi dapat juga berupa berpaduan warna, detail.

Di samping itu pemikiran berbeda namun masih dapat diterangkan dengan penalaran atau logika juga disebut Kreativitas. Ide-ide yang cemerlang atau kecerdasan yang tinggi disebut juga sebagai kreativitas. Kreativitas sifatnya bawaan namun berkembangnya butuh adanya kesempatan dari lingkungan atau butuh pengetahuan yang banyak tentang segala hal dari lingkungan. Kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur, komperehensif, dan imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil sehingga inovatif dari pada sekedar reproduktif. Kreativitas adalah lawan dari tingkah laku “conformitas”.

2.2 Pengembangan Kreativitas

Dibawah ini beberapa contoh pengembangan dari kreativitas :

1. Dengan berkreasi, orang dapat mewujudkan dirinya, perwujudan diri tersebut termasuk salah satu kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Menurut Maslow (Munandar, 1999) kreativitas juga merupakan manifestasi dari seseorang yang berfungsi sepenuhnya dalam perwujudan dirinya.

(3)

3. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat, tetapi juga memberikan kepuasan kepada individu.

4. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Mengingat pentingnya kreativitas siswa tersebut, maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang saat ini sedang berkembang ialah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran (Ratnaningsih, 2003). Masalah yang disajikan pada siswa merupakan masalah kehidupan sehari-hari (kontekstual).

2.3 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas

Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda – beda. Yang penting dalam pendidikan adalah bahwa bakat kreatif dapat dan perlu ditingkatkan dan dikembangkan.

Pengembangan kreatifitas dengan pendekatan 4P yakni : 1. Pribadi,

Kreatifitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide – ide baru dan produk – produk yang inovatif.

2. Pendorong,

(4)

tetapi dengan kurikulum yang ketat dan kelas dengan jumlah murid yang banyak maka tidak ada waktu bagi pengembangan kreativitas.

3. Proses,

Untuk mengembangkan kreativitas siswa, ia perlu diberi kesempatan untuk bersibuk secara aktif. Pendidik hendaknya dapat merangsang siswa untuk melibatkan dirinya dalam berbagai kegiatan kreatif. Untuk itu yang penting adalah memberi kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Pertama – tama yang perlu adalah proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkan produk kreatif yang bermakna.

4. Produk,

Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan lingkungan yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan , kegiatan) kreatif. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa pendidik menghargai produk kreatifitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi.

2.4 Tantangan dan Hambatan dalam Berpikir

Kreativitas merupakan kemampuan mental psikologis yang tidak tampak langsung secara kasat mata. Kreativitas seringkali terbelenggu oleh pola berpikir yang kaku dan terikat pada kaidah-kaidah baku atau alur sebab akibat secara konvensional. Disatu pihak, pola berpikir demikian dapat memudahkan penentuan keputusan akhir dan mengkomunikasikannya kepada pihak lain, namun di lain pihak malah akan mematikan timbulnya insiatif dan selanjutnya membatasi berkembangnya kreativitas, sehingga inovasi sulit diperoleh.

Ada banyak tantangan yang dihadapi dalam proses berpikir kreatif, di antaranya adalah:

(5)

2. Sangat terikat pada mekanisme berpikir yang sudah terpola secara baku, sehingga memandang tidak perlu direpotkan dengan mencari-cari sesuatu yang baru dan belum tentu akan menjadi lebih baik;

3. Kondisi lingkungan yang bersifat status quo sehingga cenderung akan menolak perubahan;

4. Proses berpikir yang lamban sehingga idenya keburu ditangkap pihak lain.

Lingkungan dan budaya tradisional seringkali menjadi penghambat utama bagi lahirnya kreativitas. Misalnya: kurangnya wawasan dan penguasaan pengetahuan yang terbatas, tradisi turun temurun yang mengajarkan bahwa seorang anak harus selalu patuh akan menghambat kreativitas berpikir anak, pimpinan yang bersifat otoriter tidak memberi kesempatan kepada anak buahnya untuk berbeda pendapat, penolakan lingkungan atas ide kreatif yang dimunculkan akan mematikan semangat orang untuk menemukan terobosan baru, suasana hati yang sedang gundah atau panas akan ikut menutup lahirnya ide baru, demikian pula ancaman atau tekanan (pressure) dari pihak lain dapat membuyarkan gagasan-gagasan baru.

Proses berpikir kreatif akan menghasilkan ide-ide kreatif, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi model baru dalam menyelesaikan berbagai pekerjaan atau memecahkan permasalahan. Namun demikian, ternyata tidaklah mudah untuk memunculkan ide sebagai penyaluran hasil berpikir kreatif tersebut. Hal ini membutuhkan keberanian untuk mengungkapkan gagasan baru, yang kemungkinan berbeda dari keyakinan dan kebiasaan masyarakat. Sehubungan dengan hal itu, guru mempunyai kewajiban untuk mengangkat kesadaran siswa akan pentingnya penguasaan kompetensi, dan menumbuhkan motivasi untuk berani menampilkan kompetensinya.

(6)

2.5 Tahapan Proses Berpikir Kreatif

Menurut Veitzal Rivai dkk (2008: 767-769) ada empat tahap dalam proses berpikir kreatif, yaitu: tahap persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap persiapan dilakukan kajian awal untuk mendalami fokus masalah yang dihadapi, kemudian dicari berbagai informasi dari berbagai sumber sebagai bahan melakukan evaluasi atas rancangan analisis yang telah disiapkan. Apabila masih dipandang perlu, kemudian dicari informasi tambahan untuk melengkapi bahan analisis.

Pada tahap inkubasi, dilakukan relaksasi dan cooling down sambil mencari informasi pelengkap. Seringkali ide cemerlang akan muncul pada tahap ini, yaitu ketika merenungkan kembali hasil kajian yang terkonsentrasi penuh pada masalah yang dihadapi.

Tahap iluminasi merupakan tahap klimaks dari tahap inkubasi, yaitu dengan munculnya gagasan cerdas untuk mengatasi persoalan. Selanjutnya pada tahap verifikasi, gagasan-gagasan yang diperoleh melalui proses berpikir kreatif kemudian dianalisis dan diuji manfaat serta kebermaknaannya.

Veitzal Rivai dkk (2008: 769-776) menjelaskan tentang lima teknik berpikir kreatif, yaitu: merangsang ide, mendaftar sifat, hubungan yang dipaksakan, sumbang saran, dan prinsip berselang seling.

Berdasarkan pandangan Veitzal Rivai di atas dapatlah disimpulkan sebagai berikut.

1. Merangsang ide (idea spurring) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan bantuan daftar pertanyaan yang dapat merangsang terciptanya ide baru. Serangkaian pertanyaan pemicu munculnya ide (gagasan) dari Alex F. Osborn dalam Veitzal Rivai terdiri dari: Substitute?, Combine?, Adapt?, Magnify?, Modify?, Put to Other Use?, Eliminate?, Reverse?

2. Mendaftar sifat (attribute listing) yaitu teknik berpikir kreatif yang menggunakan elemen-elemen sifat dari suatu hal yang bersifat tangible (nyata). 3. Hubungan yang dipaksakan (forced relationship) yaitu teknik berpikir

(7)

dengan memaksanakan untuk memadukan dua atau lebih gagasan lama yang independen.

4. Sumbang saran (brain storming) yaitu dengan mendapatkan banyak ide dari sekelompok orang yang diperoleh dalam waktu singkat.

5. Prinsip berselang seling sebagai teknik berpikir kreatif sesungguhnya merupakan paduan teknik yang dilakukan secara bergantian, yaitu: (1) Menghasilkan-Menilai Gagasan, (2) Usaha Individu-Kelompok, (3) Bekerja-Beristirahat, (4) Usaha Terpusat-Meluas, dan (5) Mengubah Sudut Pandang.

2.6 Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran

Peran guru sebagai brain power menjadi motor penggerak untuk melahirkan karya-karya kreatif anak bangsa. Kini sudah saatnya guru menjadi pelopor dan pengembang kreativitas siswa melalui penyelenggaraan proses pembelajaran yang menumbuhkembangkan kemampuan kreatif.

Kreativitas tidak akan muncul secara instan, melainkan berproses dalam sebuah alur berpikir. Berpikir kreatif awalnya dirangsang oleh munculnya berbagai kepenasaran dan keingintahuan (curioucity), atau didorong oleh kebutuhan untuk memecahkan masalah yang rumit.

Bagaimanapun luasnya pengetahuan dan tingginya skill yang dimiliki guru, apabila tidak disertai kemampuan transformasi secara baik, maka akan sulit bagi siswa untuk memahami penjelasan gurunya. Sehubungan dengan hal itu, kemampuan pedagogic menjadi sangat penting bagi seorang guru.

Pengembangan kreativitas dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

1. Menyadari adanya masalah yang menarik perhatian dan penting untuk segera dicari pemecahannya, atau menghadapi kebutuhan yang urgent, atau memiliki sebuah imajinasi yang ingin diwujudkan untuk kemaslahatan umat;

2. Mengidentifikasi akar masalah, fokus kebutuhan, serta target produk imajinasi; 3. Mencari berbagai rujukan yang dapat memberi inspirasi bagi lahirnya ide-ide

(8)

4. Merumuskan berbagai alternatif solusi atau produk yang belum pernah atau jarang dilakukan orang lain;

5. Menilai setiap alternatif solusi melalui diskusi secara transparan agar dapat menemukan alternatif terbaik;

6. Mengembangkan alternatif terpilih menjadi sebuah karya inovatif.

Dengan bergulirnya reformasi pendidikan telah memberi angin segar bagi perubahan paradigma pembelajaran. Kegiatan belajar tidak hanya dimaknai sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan, melainkan berkembang menuju proses pendewasaan dan kematangan intelektual, emosional, dan sosial. Pendidikan lebih diarahkan sebagai investasi sumberdaya manusia, melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam menyongsong masa depan yang lebih baik.

Dengan demikian, dalam proses pembelajaran mengandung dua aktivitas penting, yaitu belajar dan mengajar.

Hasil pembelajaran tidaklah bersifat instan, melainkan berproses secara sistematis untuk membentuk makna bagi kedua belah pihak, baik siswa sebagai

(9)

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan

Untuk mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antara guru dan anak dalam prose belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya peran orang tua anak tersebut. Kreativitas anak juga akan berkembang dengan hadirnya guru professional yang kreatif sebagai pemicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.

3.2 Saran

1. Para tenaga pendidik,khususnya guru hendaknya terus mempelajari dan menerapkan berbagai model dan strategi pembelajaran agar kreativitas anak meningkat.

2. Untuk mentransformasi dibutuhkan guru yang mempunyai kemampuan pedagogic yang baik.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

M.M Sutopo, Tjetjep. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak . Bandung: Depdiknas. Salim, Sambas. 2009. Pengembangan Kreativitas. http://www.sambasalim.com

S. pd, Trihardiyanti. 2005. Perekembangan Aktivitas Anak Melalui Pembelajaran Bermasalah. http://binatalenta.com //

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa kesehatan kekuatan, dan kesempatan pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yaitu “PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK” tentang dalam kegiatan belajar mengajar.

Guru pasti mengharapkan keberhasilan dari pembelajaran yang dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas. Namun dalam pelaksanaannya seorang guru banyak sekali mengalami hambatan. Di sinilah guru dituntut untuk mengembangkan kreativitas anak didiknya. Kreativitas anak akan berkembang dengan ada kerja sama guru, kepala sekolah serta orang tua.

Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun. Semoga apa yang dilakukan penulis dalam makalah ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi para pendidik. Atas segala perhatian, penulis mengucapkan terima kasih.

Banjarbaru, 25 oktober 2014

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 1

1.3 Tujuan ... 1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kreativitas ... 2

2.2 Pengembangan Kreativitas ... 2

2.3 Strategi 4P dalam Pengembangan Kreativitas... 3

2.4 Tantangan dan Hambatan Dalam Berpikir ... 4

2.5 Tahapan Proses Berpikir Kreatif ... 6

2.6 Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran ... 7

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan ... 9

3.2 Saran... 9

(13)

PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik Dosen : Drs. H. Riduan Saberan, M Pd

Disusun Oleh:

1. Gustina Dwijayanti NPM: 306.13.23.069 2. Muhammad Salimi

NPM: 306.13.23.070

Referensi

Dokumen terkait

perhitungan tersebut adalah nilai NPV peternakan di Desa Cibinong yaitu sebesar Rp161.767.950,- jika ditinjau dari kriteria penggunaan nilai NPV dalam studi kelayakan

Briket Batubara adalah bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka atau bahan bakar padat dengan bentuk dan

Sampai dengan hari Kamis, 15 Januari 2009 pukul 19.00 WITA, Tim SAR menemukan tambahan 4 korban meninggal sehingga total korban ditemukan meninggal sebanyak 6 orang, 35

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi macam dan dosis bahan organik pada Tabel 2 memberikan pengaruh yang nyata terhadap rata-rata indeks luas

Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan Jalaludin (2009) tentang pengaruh sanitasi lingkungan, personal higiene dan karakteristik anak terhadap

Disetiap lembaga pendidikan, seorang guru sangatlah penting karena tugas guru salah satunya adalah menjalankan proses belajar mengajar. Setiap hari guru dan siswa

pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi atau secara melawan hukum pengertian ini terdapa dal perda nomor 6 tahun 2014 pasal 1, Meskipun tidak dijelaskan secara

Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0.000. Nilai ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. 0.000 < 0.005