• Tidak ada hasil yang ditemukan

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEFTIF PENDIDIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PESERTA DIDIK DALAM PERSPEFTIF PENDIDIKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PESERTA DIDIK DALAM PERSPEFTIF

PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini Ditunjukkan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam

DISUSUN OLEH :

SUWANDI : 0304162138

FANI HAJAR LUBIS : 0304163210

Program Studi :

PBI-4/SEM: III

Dosen Pembimbing :

Mursal Aziz, M.Pd.I

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Konsep Dasar Pendidikan ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini dan juga terima kasih kepada bapak Mursal Aziz, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah Islamic Education Science.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca,

Medan, 21 Oktober 2017

(3)

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... i

Daftar isi ... ii

Bab I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 1

C. Tujuan Masalah ... 1

Bab II PEMBAHASAN ... 2

A. Pengertian Peserta Didik ... 2

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik ... 3

C. Paradigma Peserta Didik ... 4

D. Aspek-aspek Peserta Didik ... 6

E. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik ... 7

F. Etika Personal Peserta Didik ... 8

G. Unsur-unsur Peserta Didik ... 9

Bab III PENUTUP ... 11

A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 12

Daftar Pustaka ... 13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal sekolah saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Dengan kata lain proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal dijalankan. Namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini antara lain : 1. Apa itu peserta didik ?

2. Apa itu definisi peserta didik dalam pendidikan Islam ? 3. Apa saja kebutuhan-kebutuhan peserta didik ?

4. Apa sajakah karakter peserta didik ?

5. Apa sajakah sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam ?

C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari makalah ini adalah : 1. Mengetahui Pengertian Peserta Didik 2. Mengetahui Pengertian Peserta Didik Islam 3. Mengetahui Kebutuhan Peserta Didik 4. Mengetahui Karakter Peserta Didik

5. Mengetahui Sifat-sifat dan kode etik peserta didik dalam pendidikan Islam .

(5)

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Peserta Didik

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan. Barikut ini akan diuraikan pengertian peserta didik dari sudut pandang Pendidikan Islam, yaitu:

a. Muta'allim

Muta'allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar. Muta'allim erat kaitannya dengan mu'allim karena mu'allim adalah orang yang mengajar, sedangkan muta'allim adalah orang yang diajar Kewajiban menuntut ilmu atau belajar sesuai dengan dengan firman Allah swt. yang artinya: "Dan bertanyalah kepada orang-orang yg berilmu jika kalian tdk mengetahui." Dan Sabda Rasulullah Saw "Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan.

b. Mutarabbi

Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang dipelihara. Defenisi Mutarabbi adalah lawan dari defenisi murabbi yaitu pendidik, pengasuh. Sedangkan mutarabbi adalah yang dididik dan diasuh.

c. Muta'addib

Muta'addib adalah orang yang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang dididik untuk menjadi orang yang baik dan berbudi. Muta'addib juga berasal dari muaddib yang artinya mendidik dalam hal tingkah laku peserta didik. Jadi, mutaaddib adalah orang yang diberi pendidikan tentang tingkah laku.1

3

(6)

Anak didik adalah sasaran pendidikan. Pihak yang dididik, diarahkan, dipimpin dan diberi anjuran-anjuran norma norma dan bermacam-macam llmu pengetahuan dan keterampilan atau dikatakan juga pihak yang dihu- manisasikan. Anal adalah orang yang senantiasa menga- lami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal. Adapun perkembangan itu sendiri adalah perubahan yang terus menerus yang menyangkut diri anak atau pe- dengan Pendidik dalam hal ini hendaklah selalu memberikan bimbingan secara terartur memberikan perlindungan dan harus sabar serta tekun dan juga memberikan bimbingan sesuai dengan perkem- bangan yang sedang dialami oleh anak.2

B. Tugas Dan Tangung Jawab Peserta Didik

Athiyah al-Abrasyis mengemukakan bahwa kewajiban-kewajiban yang harus senantiasa dilakukan peserta didik adalah:

1. Sebelum memulai aktivitas pembelajaran, peserta didik harus terlebih dahulu membersihkan hatinya dari sifat yang buruk, karena belajar-mengajar itu merupakan ibadah dan ibadah harus dilakukan dengan hati yang bersih.

2. Peserta didik belajar harus dengan maksud mengisi jiwanya dengan berbagai keutamaan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

3. Bersedia mencari ilmu ke berbagai tempat yang jauh sekalipun, meskipun harus meninggalkan keluarga dan tanah air.

4. Tidak terlalu sering menukar guru, dan hendaklah berpikir panjang sebelum menukar guru

5. Hendaklah menghormati guru, memuliakan, dan mengagung- kannya karena Allah serta berupaya menyenangkan hatinya dengan cara yang baik

6. Jangan merepotkan guru, jangan berjalan di hadapannya jangan duduk di tempat duduknya, dan jangan mulai bicara sebelum diizinkan guru.

4

(7)

7. Jangan membukakan rahasia kepada guru atau meminta guru membukakan rahasia, dan jangan pula menipunya.

8. Bersungguh-sungguh dan tekun dalam belajar.

9. Saling bersaudara dan mencintai antara sesama peserta di

10. Peserta didik haus terlebih dahulu memberi salam kepada guru dan mengurangi percakapan di hadapan gurunya.

11. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulangi pelajaran, baik di waktu senja dan menjelang subuh atau di antara waktu Isya' dan makan sahur.

12. Bertekad untuk belajar seumur hidup. 3

C. Etika Peserta Didik Dalam Islam

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi perkembangan manusia. Etika memberikan orientasi pada manusia bagaimana seseorang menjalani hidup ini. Etika dapat diterapkan pada segala aspek atau sisi kehidupan kita, sehinga etika dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai etika manusianya.

Etika peserta didik adalah sesuatu yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan. Dalam etika peserta didik, peserta didik memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan oleh peserta didik. Dalam buku yang ditulis oleh Rama yulis , menurut Al-Ghozali ada sebelas kewajiban peserta didik yaitu :

1. Belajar dengan niat ibadah dengan rangka taqorrub kepada Allah Swt, sehinga dalam kehoidupan sehari-hari anak didik dituntut untuk mensucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercelah.

2. Mengurangi kecenderungan pada duniawi daripada masalah ukhrowi.

3. Bersikap tawadhu’ dengan cara meninggalkan kepetingan pribadi untuk kepentingan pendidikannya.

5

4. Menjaga pikiran dan pertantangan yang timbul dari berbagai aliran

3 Al Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami (Bandung: Cipta Pustaka Media Perintis, 2008), h.

(8)

5. Belajar dengan carabertahap dengan cara memulai pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang sukar.

6. Belajar ilmu sampai tuntas sam[ai pada kemudian hari beralih pada ilmu yang lainnya, sehinga anak didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.

7. Mengenal nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari. 8. Memperioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi

9. Mengenal nilai-nilai prakmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, yaitu ilmu yang dapat bermanfaat dalam kehidupan dunia akhirat.

10. Anak didik harus tunduk pada nasihat pendidik.

11. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik untuk ukhrowi maupun untuk duniawi.

D. Paradigma Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Beberapa hal yang perlu dipahami mengenai karakteristik peserta didik adalah :

Pertama, peserta didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri, sehingga metode belajar mengajar trdak boleh disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa tidak patut meng- eksploitasi dunia peserta didik, dengan mematuhi segala aturan dan keinginannya, sehingga peserta didik kehilangan dunianya Peserta didik yang kehilangan dunianya, maka menjadikan ke hampaan hidup di kemudian hari.

Kedua, peserta didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk pemenuhan kebutuhan itu semaksimal mungkin. Kebutuhan indi Abraham Maslow, terdapat lima hierarki yang dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:

(1) kebutuhan taraf dasar (basic needs) yang meliputi kebutuhan fisik rasa aman dan terjamin, cinta dan ikut memiliki (sosial), dan harga diri; dan (2)

(9)

metakebutuhan (meta needs), meliputi apa saja yang terkandung dalam aktualisasi diri, seperti keadilan, kebaikan, keindahan, keteraturan, kesatuan, dan lain sebagainy Pemenuhan kebutuhan manusia memiliki tingkat kesulitan yang hierarkis. Kebutuhan yang berada pada hierarki paling bawah akan mudah dicapai oleh semua manusia, namun kebutuhan yang berada pada hierarki paling atas tidak semua dicapai oleh manusia. Pe menuhan kebutuhan yang dapat mengakibatkan kepuasan hidup adalah pemenuhan metakebutuhan, sebab pemenuhan kebutuhan ini untuk pertumbuhan yang timbulnya dari luar diri (eksternal) Sedangkan, pemenuhan kebutuhan dasar hanya diakibatka kurangan yang berasal dari dalam diri (internal Sekalipun demikian, masih ada kebutuhan lain yang tidak terjangkau kelima hierarki kebutuhan itu, yaitu kebutuhan akan transendensi kepada Than. Individu yang melakukan ibadah sesungguhnya tidak dapat di jelaskan dengan kelima hierarki kebutuhan tersebut, sebab akhir dari aktivitasnya hanyalah keikhlasan dan ridha dari Allah Swt.

Ketiga, peserta didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen (ingkungan) yang meliputi segi jasmani, inteligensi, sosial, bakat, minat, dan lingkungan yang mengaruhinya. Dalam teori psikologi, terdapat tiga bagian tentang ividu: (1) seperti semua orang lain, yang karenanya perlu per lakuan pendidikan yang sama satu dengan sejumlah orang lain, yang karenanya perlu perlakuan pend yang berbeda antara anak yang umum (kecerdasannya rata-rata dengan yang khusus (sangat cerdas/bodoh) (2) seperti tidak seorang lain pun, yang karenanya perlu perlakuan pendidikan yang berbeda antara individu satu dengan yang lain.

Keempat, peserta didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia. Sesuai dengan hakikat manusia, peserta didik sebagai makhluk monopluralis, maka pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi, merupakan satu kesatuan jiwa raga (cipta, rasa dan karsa.

Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga dalam

(10)

pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang bisanya hanya menerima, mendengarkan saja.

Keenam, peserta didik mengikuti perioge periode perkembangan tertentu dan mempunyai pola perkembangan serta tempo dan irama nya. Implikasi dalam pendidikan adalah bagaimana proses pen didikan itu dapat disesuaikan dengan pola dan tempo, serta irama perkembangan peserta didik. Kadar kemampuan peserta didik sangat ditentukan oleh usia atau periode perkembangannya, karena usia itu bisa menentukan tingkat pengetahuan, intelektual, emosi, bakat, minat peserta didik, baik dilihat dari dimensi biologis, psikologis, maupun dedaktis.4

E. Aspek-aspek Peserta Didik

Ada beberapa aspek peserta didik yang harus diperhatikan dalam pendidikan Islam, diantaranya:

1. Potensi peserta didik yang harus diaktualisasikan, yaitu:

a. Hidayah Wujdaniyah yaitu potensi yang berwujud insting atau naluri yang melekat dan langsung berfungsi pada saat manusia dilahirkan di muka bumi ini.

b. Hidayah Hissiyah yaitu potensi berupa kemampuan indrawi sebagai penyempurnaan hidayah pertama.

c. Hidayah Aqliyah yaitu potensi akal sebagai penyempurnaan dari kedua hidayah di atas, sehingga memiliki kemampuan berfikir dan berkreasi menemukan ilmu pengetahuan.

d. Hidayah Diniyah yaitu petunjuk agama berupa keterangan tentang hal-hal yang menyangkut keyakinan dan aturan perbuatan yang tertulis dalam al-Quran and Sunnah.

e. Hidayah Taufi yaitu hidayah khusus yang diharapkan diberikan Allah petunjuk yang lurus berupa hidayah dan taufiq agar manusia selalu berada dalam an Allah. (Ramayu 2004: 102).

8

(11)

2. Kebutuhan peserta didik baik kebutuhan jasmani (primer) seperti makanan, minum, seks, dan sebagainya. Kebutuhan rohani (sekunder) yang meliputi kebutuhan kasih sayang, akan rasa aman, akan rasa harga diri, rasa bebas, sukses dan kebutuhan akan sesuatu kekuatan pembimbingan atau pengendalian diri manusia.5

F. Sifat-sifat Ideal Peserta Didik

Dalam upaya mencapai tujuan sifat-sifat yang baik didik hendaknya memili dan menanam ideal yang dalam diri dan kepribadiannya.Di antara sifat-sifat keras atau perlu dimiliki peserta didik misalnya berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, tabah tidak mudah putus asa, dan lain sebagainya..

Berkenaan dengan sifat ideal di atas, Imam al-Ghazali, didik sebagaimana dikutip Fatahiyah asan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki peserta didik kepada 10 macam sifat, yaitu:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam ran tagarrub ila Allah . Konsekuensi dari sikap ini, peserta didik akan senantiasa dunia mensucikan diri dengan akhlaq al karimahdalam kehidupan sehari-harinya, serta berupaya meninggalkan watak dan akhlak yang rendah (tercela) sebagai refleksi atas Q.S. Al- Anaam/6:162 dan Adz Dzaariyaat/5 1:56.

b. Mengurangi kecederungan pada kehidupan duniawi hidup dibanding ukhrawi atau sebaliknya. Sifat yang ideal adalah manus menjadikan kedua dimensi kehidupan (dunia akhirat sebagai alat yang integral untuk melaksanakan amanat-Nya, baik secara vertikal maupun horizontal.

c. Bersikap tawadhu (rendah hati).

d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran. Dengan pendekatan ini, peserta didik akan melihat berbagai pertentangan dan perbedaan pendapat sebagai sebuah dinamika yang bermanfaat untuk me numbuhkan wacana intelektual, bukan sarana saling menuding dan mengganggap diri paling benar.

9 e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum ama maupun agama.

(12)

f. Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan memulai ift ide pelajaran yang mudah (konkrit) menuju pelajaran yang sulit (abstrak); atau dari ilmu yang fardhu ain menuju ilmu yang fardhu kifayah (Q.S. Al Fathl48:19)

g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang lainnya. Dengan cara ini, peserta didik akan memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan secara mendalam.

h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari rrubiali. i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan, watak yaitu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, mensejahterakan, serta memberi keselamatan hidup dunia dan akhirat, baik untuk dirinya maupun atas manusia pada umumnya.6

G. Etika Personal PesertaDidik

Pertama, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus mensucikan hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami.

Kedua, seorang peserta didik harus menghilangkan segala hal yang dapat merintangi usahanya untuk menyempurnakan ijtihadnya dalam mendapat ilmu dan selalu ridha dalammenerima kekurangan dalam hal pangan dan bersabar atas kesulitan hidup. Pernyataan Imam al-Nawawi dipertegasnya dengan mengutip pernyataan Imam syafi’i, “janganlah dianggap orang sukses dalam menuntut ilmu itu jika orang tersebut memiliki fasilitas dan prestise yang tinggi tetapi yang disebut orang sukses dalam menuntut ilmu itu adalah orang yang mencari ilmu dengan mengarahkan segala

10

(13)

kemampuannya serta hidup dalam kesulitan dan mengikuti kehidupan para ulama. Ilmu itu tidak dapat diperoleh kecuali dengan sabar dan kesusahan.”

Ketiga, Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus bersifat tawaduk kepada guru dan ilmu yang akan diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan ilmu yang diterimanya, tunduk patuh kepada gurunya dan mendiskusikan segala persoalan dan meminta pendapatnya sebagaimana seorang pasien itu mematuhi segala nasihat dokternya.7

H. Unsur-unsur Peserta Didik

Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Membicarakan pendidikan berarti membicarakan aktifitasnya, dan pemberian pembimbingan padanya. Seimbang dengan kewajiban pendidikan untuk menyampaikan ajaran Islam, peserta didik harus menuntut ilmu, membaca dengan nama Allah Swt. Orang yang beriman dan berilmu pengetahuan akan ditingfikan derajatnya oleh Allah Swt, sedangkan orang yang tidak memanfaatkan karuia dari Allah Sw berupa panca indra dan kalbu atau otak untuk berfikir, ibarat binatang ternak, bahkan lebih sesasat lagi.

Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif. Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti, mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya.

11

(14)

Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsur sekolah.8

Di Negara-negara Timur Tengah sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh peserta didik. Orang india dahulu, mengangap guru itun sebagai orang suci dan sakti. Agama islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan (guru/ulama), sehinga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf ketinggian dan keutuhan hidup. 9

Seperti halnya pendidik, Ibn Khaldun juga tidak terlalu banyak mengemukakan tentang peserta didik, padangan terhadap peserta didik tidak terlepas dari konsepsinya tentang hakikat manusia. Ibn Khalid mangakui bahwa adanya perbedaan dari masing-masing peserta didik (individual different). Perbedaan tersebut tentunya dilatarbelakangi oleh tingkat kemampuan berfikirnya, lingkungan geografisnya, kondisi mentalnya.10

8 Asegaf, Rahmat. Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h.

113-114

9 Zakiah Darajat, dkk. Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40

10 Ramayulis, Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2012),

(15)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam paradigma Pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu dikembangkan.

Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik harus sedapat mungkin memahami hakikat peserta didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan. Kesalahan dalam memahami hakikat peserta didik menjadikan kegagalan dalam proses pendidikan. Imam al-Nawawi berpendapat bahwa seorang peserta didik harus mensucikan hatinya dari berbagai macam penyakit hati agar dengan mudah menerima ilmu dan menghafalnya untuk selanjutnya mengamalkannya. Karena bersihnya hati dalam menyerap ilmu sama halnya seperti bersihnya tanah dalam menerima benih untuk ditanami. Siswa dipandang sebagai anak yang aktif, bukan pasif yang hanya menanti guru untuk memenuhi ortaknya dengan berbagai informasi. Siswa adalah anak yang dinamis yang secara alami ingin belajar, dan akan belajar apabila mereka tidak merasa putus asa dalam pelajarannya yang diterima dari orang yang berwenang atau dewasa yang melaksanakan kehendak dan tujuannya kepada mereka. Dalam hal ini, Dewey menyebutkan bahwa anak itu sudah memiliki potensi aktif. Peserta didik dalam pandangan islam diarahkan pada sifat aktif, bukan pasif. Islam menganjurkan peserta didik untruk belajar agama, ilmu jiwa dan ilmu alam dan tentang manusia serta alam. Semua itu sebagai bukti bahwa peserta didik dalam konsep islami haruslah aktif dan dinamis dalam berfikir, belajar, menerangkan, meneliti, mencoba, menemukan, mengamalkan, dan menyebarluaskan aktivitasnya. Dan sebagai sarana formal dari tiga komponen atau unsure dalam sistem pendidikan islam tersebut dalam melibatkan unsure sekolah

(16)

B. Saan

Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mdahan dapat bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah AWT, dan yang buruk datangnya dari kami sebagai hambanya. Dan kami sadar bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi. Jadi kami harapkan saran dan juga kritiknya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalah kami selanjutnya .

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Salminawati. 201. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Perdana Muliana

Sarana.

Hafi Ashari. 1983. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha

Nasional.

Al Rasyidin. 2008. Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Cipta Pustaka

Media Perintis.

Suyanto. 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Karisma Putra Utama.

Syafaruddin, dkk. 2016. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Hijri Pustaka

Utama.

Samsul Nizar. 2002. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers.

Asrul Daulay & Ja’far. 2016. Falsafah Pendidikan Islam, Medan: Perdana

Publishing

Rahmat Asegaf. 2011. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Zakiah Darajat, dkk. 2000. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Ramayulis. 2012. Pemikiran Ilmu Pendidikan Islam Ibn Khaldun , Jakarta:

PT Rineka Cipta.

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)

Referensi

Dokumen terkait

where a and b are van der Waals coefficients , specific to each gas Term a is adjusted to represent the attractive forces of the molecules, without giving any specific

Indium diaktivasi dengan dosis neutron lamb at pada nilai dosis 70 mrem - 2300 mrem, dan aktivitas yang terjadi diukur dengan alat cacah gamma.. Hasil percobaan ini diharapkan

Penelitiian ini menyimpulkan bahwa tingkat kerusakan yang kurang dari 30 persen masih dapat terbaca oleh aplikasi pemindai QR Code yang telah

remaja... “ Porsoalan facebook itu dek dengan remaja yah disatu sisi memang itu karena jalur informasi dan komunikasi itu memang kan sangat dampak positifnya itu

dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2011) yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran SSCS dan Problem Based Instruction (PBI) terhadap Prestasi Belajar

diambil dalam penelitian ini adalah bakteri Escherichia coli pada plak gigi yang telah diisolasi resisten terhadap merkuri yang tumbuh pada media Luria Bertani (LB) broth

Go ahead and type this line in the code cell and then press Shift + Enter (this is the most usual way to execute commands. Simply pressing Enter will create a new line in

Berkaitan dengan kompetensi pedagogik, seorang guru haruslah memiliki pengetahuan yang baik mengenai metode pembelajaran inovatif meliputi metode penyajian, strategi