• Tidak ada hasil yang ditemukan

Library Research Hukum Lingkungan 007 Ti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Library Research Hukum Lingkungan 007 Ti"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

LIBRARY RESEARCH

EKOLOGI DAN PEMBANGUNAN

ANALISIS ATAS POLITIK HUKUM LINGKUNGAN INDONESIA

Mata Kuliah:

Hukum Lingkungan Rombel 07 Dosen Pengampu:

Ridwan Arifnn SSHSn LLSMS Disusun Oleh:

Eli Listiyanti (8111416104)

Tirta Mulya Wira Pradana (8111416116)

FAKULTAS HUKUM

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, karunia, serta taufk dan hidayah – Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ekologi dan Pembangunan Analisis atas Politik Hukum Lingkungan Indonesia” ini guna untuk memenuhi ujian tengah semester. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ridwan Arifn, S.H.,LL.M. selaku dosen mata kuliah Hukum Lingkungan yang telah memberi tugas ini kepada kami.

Semoga makalah ini bermanfaat dan kami sadari masih banyak kekurangan yang terjadi, untuk itu saran dan kritik yang membangun dibutuhkan supaya lebih baik lagi.

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

Bab 1 Pendahuluan...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...2

1.3 Metode Penulisan...2

Bab 2 Pembahasan...3

2.1 Ekologi Dalam Politik Hukum Lingkungan Di Indonesia 3 2.2 Upaya Pembangunan Politik Hukum Lingkungan...8

Bab 3 Kesimpulan...11

(4)

BAB 1 PENDAHULUAN 1S1 Latar Belakang

Pengendalian dan pengelolaan lingkungan hidup terkait erat dengan kesejahteraan rakyat suatu negara. Melalui pengendalian dan pengelolaan lingkungan hiduplah (di mana sumber daya alam ada di dalamnya) kesejahteraan rakyat hendak diwujudkan. Bagi negara yang mengklaim sebagai negara kesejahteraan (welfare state), menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan negara atau hidup bernegara. Segala aktivitas penyelenggaraan negara diorientasikan pada upaya mencapai dan memenuhi kesejahteraan rakyat tersebut.

Selama lebih dari satu dasawarsa masalah-masalah yang berkenaan dengan pencemaran lingkungan hidup manusia telah mendapatkan perhatian yang sangat serius dari masyarakat internasional. Masalah-masalah seperti ledakan penduduk, meningkatnya jumlah kaum miskin, menderasnya arus urbanisasi, terlantarnya tanah-tanah pedesaan, dan pembangunan industri yang tidak mengindahkan ketahanan sumber-sumber daya alam telah memprihatikan banyak kalangan seperti kaum politisi, intelektual, tokoh-tokoh masyarakat, dan para kritisi pembangunan.

(5)

lingkungan mereka, pemerintah telah menyiapkan perangkat hukum khususnya hukum lingkungan untuk menjerat para pencemar dan perusak lingkungan hidup.

Undang-Undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup (UULH ) serta Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) dan telah disempurnakan dengan Undang-Undang yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Keberadaan undang-undang ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi aparat penegak hukum untuk menindak pihakpihak yang telah sengaja atau tidak sengaja telah melakukan pencemaran lingkungan.

Para penegak hukum dapat menyelesaikan kasus-kasus tindak pidana lingkungan yang terjadi, khususnya masalah pencemaran air oleh limbah industri yang sering marak terjadi terutama di kota-kota besar. Maka dari itu politik hukum lingkungan dalam penerapannya di Indonesia bertujuan untuk melindungi serta mengelola lingkungan hidup dengan baik. Dengan adanya kebijakan hukum perlindungan, dan pengelolaan lingkungan hidup maka pemanfaatan sumber daya alam tidak menjadi pengurasan sumber daya alam. Pencemaran lingkungan hidup dapat dikendalikan dengan baik.

1S2 Rumusan Masalah

a) Bagaimanakah Ekologi dalam politik hukum lingkungan di Indonesia yang berdasarkan UU No 32 Tahun 2009?

b) Bagaimana Upaya pembangunan politik hukum di Indonesia?

1S3 Metode Penulisan

1. Sumber dan Jenis Data

(6)

sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Hukum UNNES. Jenis data yang diperoleh bersifat kualitatif.

2. Pengumpulan Data

Metode penulisan bersifat studi pustaka. Informasi didapatkan dari berbagai literature dan disusun berdasarkan hasil studi dari informasi yang diperoleh. Penulisan makalah diupayakan saling terkait antara satu dengan yang lainnya dan sesuai dengan topik ekologi dan pembangunan analisis politik hukum lingkungan Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN

2S1S Ekologi Dalam Politik Hukum Lingkungan Di Indonesia Yang Berdasarkan UU No 32 Tahun 2009

Istilah Ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel seorang ahli ilmu hayat dalam pertengahan dasawarsa 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu eikos yang berarti rumah dan logos berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harfah ekologi berarti ilmu tentang makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup

. Menurut Soerjani ekologi adalah ilmu dasar untuk mempertanyakan, menyelidiki, dan memahami bagaimana alam bekerja, bagaimana keberadaan makhluk hidup dalam sistem kehidupan, apa yang mereka perlukan dari habitatnya untuk dapat melangsungkan kehidupannya, dan spesies lain, bagaimana makhluk hidup itu menghadapi keterbatasan dan harus toleran terhadap berbagai perubahan, bagaimana individu-individu dalam spesies itu mengalami pertumbuhan sebagai bagian dari suatu populasi atau komunitas.

Semuanya ini berlangsung dalam suatu proses yang mengikuti tatanan, prinsip, dan ketentuan alam yang rumit, tetapi cukup teratur, yang dengan ekologi kita memahaminya.1 Sementara menurut Odum,

(7)

lazimnya ekologi didefnisikan sebagai ilmu tentang hubungan organisme atau kelompok organisme dengan lingkungan hidupnya, atau “ilmu tentang hubungan timbal balik antara organisme hidup dengan lingkungan hidupnya”. Senada dengan hal tersebut, M.T. Zen mengatakan bahwa applied ecology adalah berkenaan dengan kegiatan manusia dalam hal pengurusan dan pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam. Sehubungan dengan hal tersebut, maka salah satu komponen yang mempunyai hubungan erat dengan ekologi adalah ekosistem. Menurut Otto Soemarwoto, daya dukung terlanjutkan ditentukan oleh dua faktor, baik faktor biofsik maupun sosial budaya-ekonomi. Kedua faktor ini saling mempengaruhi. Faktor biofsik penting untuk menentukan daya dukung yang terlanjutkan, yaitu proses ekologi yang merupakan sistem pendukung kehidupan dan keanekaragaman jenis yang merupakan sumber daya gen.

Misalnya hutan adalah salah satu faktor ekologi dalam sistem pendukung kehidupan. Hutan melakukan proses fotosintetis yang menhasilkan oksigen yang kita perlukan untuk pernafasan kita. Faktor sosial budaya juga mempunyai peranan yang sangat penting, bahkan menentukan dalam daya dukung terlanjutkan. Sebab akhirnya manusia lah yang menentukan apakah politik hukum lingkungan akan berjalan terus atau berhenti.2 Konsep ekologi politik telah dikembangkan untuk membantu memahami dimensi, kondisi, dan kompleksitas politik dari perubahan lingkungan, terutama di negara berkembang.

Politik ekologi mendorong para ahli untuk menganalisis dan memahami hubungan sebab akibat yang lebih jauh daripada sekedar sistem bio-fsik dan alami. Isu tentang kebijakan negara, dalam dimensi sumber politik, menggambarkan bagaimana kerangka ekologi politik memperluas pandangan para ahli tentang perubahan lingkungan. Kebijakan negara mempunyai potensi besar untuk mengatur hubungan antara manusia dan lingkungan karena kebijakan tersebut akan membantu mengembangkan prioritas dan praktek-praktek yang harus

(8)

dijalankan oleh negara, termasuk juga kerangka diskusi tentang perubahan lingkungan.

Lebih lanjut Bryant mencatat bahwa suatu kebijakan dikembangkan tidak dalam situasi hampa, tetapi melalui suatu proses interaksi dan negosiasi antar banyak kelompok kepentingan yang berjuang untuk mempengaruhi perumusan dan isi kebijakan tersebut. Lebih jauh lagi, banyak kebijakan mempunyai dampak terhadap lingkungan dan sumberdaya, sehingga memberi keyakinan bahwa kepentingan banyak kelompok yang terkait dengan isu-isu lingkungan – instansi pemerintah, perusahaan nasional dan multinasional, lembaga swadaya masyarakat, lembaga donor, dan negara asing-akan saling tumpah tindih.3. Menurut David Kairsy, politik hukum merupakan kebijaksanaan negara untuk menerapkan hukum. Teuku Muhammad Radhie mengonsepsi politik hukum sebagai pernyataan kehendak penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di wilayah suatu Negara dan mengenai arah ke mana hukum hendak dikembangkan. E. Utrecht memaparkan bahwa politik hukum adalah suatu ilmu normatif yaitu ilmu yang menentukan hal-hal yang seharusnya ada. Sesuatu yang seharusnya ada dalam bentuk normatif adalah peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat materiil maupun formil. Politik hukum kemudian berperan untuk menentukan cara dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan ataupun pelaksanaan suatu produk hukum. Sejalan dengan hal tersebut Satijpto Rahardjo berpendapat, dalam politik hukum, maka pembangunan hukum harus memiliki makna ganda. Pertama, sebagai suatu usaha untuk memperbaharui hukum positif sendiri, sehingga sesuai dengan kebutuhan untuk melayani masyarakat pada tingkat perkembangannya yang mutakhir. Kedua, sebagai usaha untuk memfungsionalkan hukum dalam masa pembangunan, yaitu dengan cara turut mengadakan perubahan-perubahan sosial sebagaimana dibutuhkan oleh masyarakat yang sedang membangun.

Legal policy ini terdiri dari, pertama, pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukum

(9)

agar dapat sesuai dengan kebutuhan. Kedua, pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum. Berdasarkan pengertian tersebut menurut Moh. Mahfud terlihat politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum dibangun dan ditegakkan. Berdasarkan pengertian tentang konsepsi politik hukum di atas, dalam kajian ini politik hukum dimaksudkan sebagai kebijakan hukum yang menjadi dasar dari pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Berbicara mengenai kebijakan hukum tentu UUD 1945 sebagai basic norm menjadi rujukan pertama, termasuk dalam pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam. Dari ketentuan Pasal 28 H ayat (1), Pasal 33 ayat (3), (4) dan (5) UUD 1945, terdapat 5 hal penting yang menjadi kebijakan hukum negara dalam pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam.

1. pengelolaan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam harus diletakkan dalam kerangka pengakuan, perlindungan dan pemenuhan hak asasi setiap warga negara atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dengan kata lain hak asasi atas lingkungan hidup yang baik dan sehat tidak dapat dikorbankan akibat pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan sumber daya alam;

2. pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan tanggung jawab negara, di mana melalui hak menguasai negara, negara membuat aturan-aturan dan kebijakan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam;

3. kesejahteraan rakyat menjadi dasar flosofs dan sosiologis bagi segala aktivitas dan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam dipergunakan bagi kesejahteraan rakyat;

(10)

mencakup kesejahteraan rakyat, melainkan juga aspek keberlanjutan lingkungan hidup dan kemajuan ekonomi nasional;

5. adanya pendelegasian pengaturan lebih lanjut mengenai pengelolaan lingkungan hidup dengan undang-undang.4

UUD 1945 menyatakan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemangku kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan agar lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lain. Berdasarkan hal tersebut maka lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan sumber hukum formal tingkat undang-undang dalam konteks lingkungan hidup di Indonesia. Secara flosofs Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan dan Perlindungan Hidup, ini memandang dan menghargai bahwa arti penting akan hak-hak asasi berupa hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi warga negara. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) sebagai pengganti UU No. 23 Tahun 1997 membawa perubahan mendasar dalam pengaturan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Karena dilihat dari judul UUPLH 2009 adanya penekanan pada upaya perlindungan lindungan hidup yang diikuti dengan kata pengelolaan lingkungan hidup. Padahal dari segi kaidah bahasa, dalam kata pengelolaan telah termasuk didalamnya kegiatan atau aktivitas perlindungan. Dengan adanya penekanan pada upaya perlindungan, di samping kata pengelolaan lingkungan hidup, UU 32 Tahun 2009 memberikan perhatian serius pada kaidah-kaidah pengaturan yang bertujuan memberikan jaminan bagi terwujudnya pembangunan berkelanjutan dan memastikan lingkungan hidup dapat terlindungi dari usaha atau kegiatan yang menimbulkan kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup. Dikaitkan dengan

(11)

pendapat Teuku Muhammad Radhie mengenai politik hukum sebagai arah (tujuan) ke mana hukum hendak dikembangkan, maka UUPLH menetapkan arah (tujuan) kemana hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup hendak dikembangkan. Menurut Pasal 3 UU 32 Tahun 2009, perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan:

a. melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;

b. menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;

c. menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;

d. menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;

e. mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup;

f. menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;

g. menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia;

h. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana; i. mewujudkan pembangunan berkelanjutan;

j. mengantisipasi isu lingkungan global.

(12)

usaha/kegiatan yang terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup yaitu adanya kewajiban memperoleh izin lingkungan terlebih dahulu sebagai syarat untuk mendapat izin usaha dan/atau kegiatan. Di samping instrumen pencegahan, juga diatur instrumen penegakan hukum (administrasi, perdata, dan pidana) beserta penerapan sanksi administrasi, ganti rugi dan sanksi pidana. Penetapan UUPLH berusaha memastikan adanya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup sedini mungkin yaitu melalui dari tingkat kebijakan, rencana dan program pembangunan (KLHS), maupun pada kajian lingkungan hidup bagi kegiatan atau usaha seperti telah dikenal selama ini, melalui mekanisme AMDAL. Selain itu, untuk mewujudkan tujuan yang telah dikemukakan di atas, UPLH, yang pertama isinya yang disingkat menjadi 6P, yaitu perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

2S2 Upaya Pembangunan Dalam Politik Hukum Lingkungan

Aspek penting dalam kaitannya dengan permasalahan hukum lingkungan adalah aspek ekonomi. Hubungan antara aspek ekonomi dengan lingkungan hidup demikian erat. Hal sederhana dapat dikemukakan adalah bahwa bagaimanapun operasionalisasi dari aktivitas yang berkaitan dengan lingkungan hidup senantiasa berangkat dan bisa dicermati berdasarkan aspek ekonomi.5

Aktivitas eksplorasi dan eksploitasi terhadap sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan, senantiasa berangkat dari aspek ekonomi. Aktivitas demikian pasti berpengaruh terhadap munculnya dampak yang secara sederhana dapat dinyatakan dalam bentuk terdegradasinya kualitas lingkungan hidup. Masalahnya adalah pada batas toleransi yang bisa dijadikan sebagai pijakan, tentang titik pertemuan antara kebutuhan ekonomi pada satu sisi dan menjaga kualitas lingkungan hidup agar tetap baik pada sisi lain6.

5 Samsul Wahidin, 2014, Dimensi Hukum: Perlindungan &Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm. 15.

(13)

Pemahaman hubungan ini, berdasarkan salah satu aspek sosio kultural yang dapat dicermati adalah berdasarkan budaya Barat. Dari sanalah peradaban manusia akhir-akhir ini boleh berorientasi, Arah yang ingin dicapai manusia adalah modernisasi.

Modernisasi yang identic dengan orientasi pertumbuhan ekonomi ternyata tidak lepas dari berbagai kelemahan. Terutama menimbulkan persoalan kemerosotan ekosistem. Marginalisasi atau pemiskinan, masalah sosial, dan sebagainya. Para pemilik modal dan penguasa memperlakukan alam sebagai sumber daya alam yang tak terbatas untuk dimanfatkan sepenuhnya untuk kepentingan manusia. Alam selain dieksploitasi juga sekaligus dijadikan sebagai tempat sampah yang dipaksakan melebihi kemampuan daya dukung dan daya tamping lingkungannya.

Pada satu sisi, Lingkungan hidup akan menghambat pembangunan dan sebaliknya pembangunan akan merusak lingkungan hidup. Dalam realitasnya tampak bahwa pengutamaan pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan tidak menjamin keberlanjutan karena pembangunan menjadi rusak. Lingkungan hidup juga merupakan unsur penting dari pertumbuhan ekonomi, Karena apabila fungsi lingkungan hidup turun karena pemanfaatan daya tampung lingkungan, maka ekonomi akan kehilangan kemampuannya untuk tumbuh.7

Selain problem tersebut banyak pula problem lainnya ketika mengatur tentang lingkungan hidup karena adanya politik praktis dan kepentingan. Proses “ dagang sapi’ pembentukan norma produk hukum memang sudah tidak zamannya lagi, aturan yang dibentuk memang sudah tidak zamannya lagi, aturan yang dibentuk memang sekarang lebih ketat tetapi apabila implementasinya di lapangan tidak dilaksanakan maka inilah yang dinamakan zaman hidup serba diatur namun aturan itu bisa dikesampingkan dan membuat kesepakatan “tutup mata” atas adanya aturan positif. Penyimpangan ini ditandai dengan lemahnya penegakan hukum, pengadilan yang tidak mandiri, dan budaya KKN dalam aparatur birokrasi, dan kurang maksimalnya peran masyarakat. Dinamika memang memerlukan waktu yang panjang guna membentuk

(14)

suatu pembenaran dan mencapai kebenaran, walaupun demikian, aturan pengelolaan dan pengendalian pencemaran lingkungan hidup di Indonesia serta untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan hidup dan penegakan hukumnya di Indonesia.

Mengacu pada pandangan Hans Kelsen, Bahwa suatu sistem hukum adalah suatu hierarkis dari hukum tertentu bersumber pada ketentuan hukum lainnya yang lebih tinggi. Sebagai ketentuan yang lebih tinggi adalah Grundnorm atau norma dasar yang bersifat hipotesis, ketentuan yang lebih rendah adalah lebih konkret dari pada ketentuan yang lebih tinggi.9 Jadi bahwa teori ini tidak boleh dipengaruhi oleh motif-motif tertentu atau maksud-maksud dari pejabat pembuat hukum atau oleh keinginan atau kepentingan individu-individu berkenaan dengan pembentukan hukum yang mereka taati, kecuali motif dan maksud ini, dimanifestasikan dalam materi hukum yang dihasilkan oleh pembuatan hukum. Apa yang dijumpai dalam isi norma hukum positif tidak bisa memasuki konsep hukum.10

Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 menyatakan, “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat”. Disini apakah rakyat sudah mampu untuk sejahtera dan lingkungan tidak menjadi rusak? Pada kenyataannya terjadi ketimpangan antara perundang-undangan yaitu adanya benturan antara berbagai peraturan perundang-undangan, terutama antara undang-undang sektoral terkait sumber daya alam (yang lebih berorientasi pada pemanfaatan sumber

8 Otong Rosadi dan Andi Desmon, Studi Politik Hukum: Suatu Optik Politik Hukum, Edisi II, (Yogyakarta: PT. Thafa Media, 2013), hlm. 6.

9 Hans Kelsen, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Terj), RAisul Mutaqien, Cet. 1. Nusamedia &Nuansa, Bandung, Hal, vi.

(15)

daya ekonomi dan undang-undang lingkungan hidup (yang dianggap terlalu menekankan pada aspek perlindungan lindungan hidup). Akibatnya, pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup di bawah kontrol pemerintah melalui ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai umbrella provision belum mampu mencapai tujuan pengelolaan lingkungan hidup, terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan tercapainya kesejahteraan rakyat.

Penyempurnaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 yang menekankan pada aspek pengelolaan lingkungan hukum merupakan keseriusan Indonesia untuk menegakkan politik hukum lingkungan di Indonesia.

Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara perdata, administrasi, dan pidana. Sanksi administrasi dapat kita lihat pada pasal 76 ayat 2:11

1. Teguran tertulis 2. Paksaan pemerintah

3. Pembekuan Izin Lingkungan 4. Pencabutan Izin Lingkungan.

Berdasarkan ketentuan diatas pelanggar dapat diperingatkan agar berbuat sesuai izn atau tidak, akan dikenakan sanksi berat berupa pencabutan usaha dan pembayaran sejumlah ganti kerugian. Terdapat perbedaan yang mendasar antara hukum administrasi dan hukum pidana. Hukum administrasi dapat diterapkan sebelum ada kejadian, atau ketika sudah ada indikasi pencemaran. Berbeda dengan hukum pidana yang boleh diterapkan setelah ada kejadian.12

Politik hukum lingkungan yang terjadi di Indonesia banyak terjadi

bargaining law atau sama-sama adanya pemufakatan jahat untuk

melemahkan suatu aturan hukum. Dalam kasus penegakan hukum administrasi lingkungan bisa dilakukan tawar-menawar.

11 Harry Agung, “Penerapan Sanksi Administrasi Pencemaran Lingkungan HidupAkibat

Kegiatan Industri

(Studi Kasus Di CV. Slamet Widodo di Semarang)”, Unnes Law Journal, vol 4, Nomor 1, 2015, hlm. 82.

(16)

Serta langkah penyelesaiannya yang bermacam-macam, yang tidak ditemukan pada hukum pidana. Ini berarti jika pelaku tindak pencemran mendapatkan sanksi administrasi misalnya denda atau pembekuan sementara sanksi administrasi menjadikan perusahaan dapat melakukan perbaikan terhadap lingkungan yang rusak akibat perbuatannya.

Ketentuan tentang sanksi adminstratif dalam UUPLH tersebut diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintahan. Namun saat ini kementrian Lingkungan Hidup belum mengeluarkan peraturan untuk menindaklanjuti ketentuan sanksi administrative dalam UUPLH.

Pemerintah Daerah, yang memiliki tugas dan wewenang untuk membantu pemerintahan pusat dalam membuat peraturan perundang-undangan. Berusaha merespon ketiadaan peraturan tersebut dengan membuat peraturan pemerintahan.

Jika kita melihat mengenai tentang pidana lingkungan akan ditemui jika pemidanaan pada UUPLH berlaku selain pada perseorangan juga dapat berlaku kepada badan hukum, yayasan, perusahaan. Karena di KUHP hanya berlaku terhadap perseorangan.

Pemerintahan sekarang sudah tegas terkait dengan kasus perusakan lingkungan seperti mencabut izin perusahaan dan memidanakan pemilik perusahaan. Kedua, dalam kasus pencurian ikan oleh kapal asing akan dilakukan penenggelaman kapal asing. Mari kita dukung supaya lingkungan Indonesia tetap Lestari dan menuju Welfare State.

3SKesimpulan

Pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan hidup merupakan dua mata uang yang saling berkaitan satu sama lain. Dimana dibutuhkan kebijakan yaitu politik hukum lingkungan untuk mengatur keduanya. Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi dapat diatasi melalui Politik hukum lingkungan dengan cara perdata, administrative, dan pidana.

(17)

hukum lingkungan secara normative dan tanpa maksud dari embel-embel belaka.

4SDaftar Pustaka

Agung, Harry,“Penerapan Sanksi Administrasi Pencemaran Lingkungan HidupAkibat Kegiatan Industri(Studi Kasus Di CV. Slamet Widodo di Semarang”, Unnes Law Journal, vol 4, Nomor 1, 2015

Bryant, 1992, Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,

Jauzuli, Ahmad, 2015, “Dinamika Hukum Lingkungan Hidup Dan Sumber Daya Alam Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan”, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 4-2, Agustus 2015.

Kelsen, Hans, 2006, Teori Umum Tentang Hukum dan Negara, (Terj), Raisul Mutaqien, Cet. 1. Nusamedia &Nuansa, Bandung,

Rosadi, Desmon, dkk, 2013, Studi Politik Hukum: Suatu Optik Politik Hukum, Edisi II, PT. Thafa Media, Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian dari Sistem akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas

Penggunaan fitur hastag juga semakin memudahkan pengguna untuk mendapatkan informasi mengenai De Tjolomadoe, beberapa hastag yang sering digunakan

Hal ini diperlukan karena file log proxy server dicatat dalam file teks secara squensial sehingga akan sulit untuk diolah menjadi sebuah informasi yang

1) Konsep EVA dapat berdiri sendiri tanpa perlu analisis perbandingan dengan perusahaan sejenis. 2) Konsep ini dapat menyajikan ukuran yang adil atau secara

Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang di

Vesica urinaria, sering juga disebut kandung kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk menampung urine yang berasal dari ginjal melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan ke

Validasi Data Kepesertaan Peserta BPJS Kesehatan yang dilakukan dengan pemeriksaan data peserta, seperti data Penerima Bantuan Iuran dan data peserta Penerima Bantuan

Ada dua tipe yang menonjol (Littlejohn, 1999 :203) pertama adalah orientasi percakapan ( conversation orientation ) kedua orientasi kesesuainan ( conformity