• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 10 BANDA ACEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 10 BANDA ACEH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

AND GETTING ANSWER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 10 BANDA ACEH

(Implementation Cooperative Learning Method of Giving Model Question and Getting Answer in Learning Physics students of class VIII-A of SMP Negeri 10 Banda Aceh)

Oleh: Khali Jannah1)

1SMP Negeri 10 Banda Aceh

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap efektivitas pelaksanaan pembelajaran fisika mengunakan model pembelajaran kooperatif metodegiving question and getting answer pokok bahasan alat optik pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 10 Banda Aceh, peningkatan atau perubahan proses pembelajaran fisika, hasil belajar fisika dan respon siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-A SMP Negeri 10 Banda Aceh berjumlah 22 orang pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif mengunakan metode giving question and getting answer. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang bersifat kolaboratif yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: bentuk tes dan bentuk non-tes. Hasil Penelitian diperoleh sebagai berikut: (1) pelaksanaan pembelajaran fisika pada siswa kelas VIII-A pokok bahasan alat optik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metodegiving question and getting answer lebih efektif dari segi waktu maupun pencapaian hasil belajar siswa, dan disenangi siswa, (2) peningkatan atau perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berkaitan dengan cara belajar ke arah yang lebih baik setelah diterapkan metode giving question and getting answer. (3) respon siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and gettingmenunjukkan sangat positif.

Kata kunci :model kooperatif dangiving question and getting answer

ABSTRACT

This research is to reveal the effectiveness of the implementation of learning physics using cooperative learning methods giving the question and getting the answer the subject of optical devices on a eighth grade students of SMP Negeri 10 Banda Aceh, an increase or change in learning physics, physics learning outcomes and student response. The subjects were students of class VIII-A of SMP Negeri 10 Banda Aceh was 22 people in the second semester of 2013/2014 study year. Object of this research is the application of cooperative learning method, giving the question and getting the answer. This study is a collaborative action research conducted in 3 cycles. Each cycle consists of phases of planning, implementation, monitoring and evaluation, and reflection. Data collection instruments used in this study include: test and non-test forms. Results obtained as follows: (1) the implementation of learning physics in Class VIII-A subject of optical devices by implementing cooperative learning methods giving the question and getting the answer is more effective in terms of time as well as the achievement of student learning outcomes, and favored students, (2) improvement or changes that occur during the learning process associated with learning how to better direction after the applied method of giving the question and getting the answer. (3) the response of students towards learning physics is taught by implementing cooperative learning methods giving the question and getting very positive show.

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membangun manusia seutuhnya yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Dalam konteks persekolahan, maka pendidikan dapat ditempuh antara lain melalui proses pembelajaran di sekolah. Fisika adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di SMP. Berbagai cara dapat digunakan untuk mempelajari pelajaran fisika, setiap siswa mempunyai gaya dan cara belajar yang berbeda-beda.

Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pembelajaran diharapkan mampu membelajarkan siswa sehingga terjadi suatu pembelajaran yang bermakna yaitu suatu pembelajaran yang mampu mengembangkan kreatifitas, ide, dan gagasan siswa menjadi lebih baik dan mendapatkan hasil yang optimal. Dalam mengembangkan potensi peserta didik (siswa), guru perlu melakukan pendekatan yang baik, penggunaan model pembelajaran yang tepat, dan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat menimbulkan minat belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam proses pembelajaran fisika di kelas VIII yang peneliti ajarkan mulai dari kelas VIII A, VIII B, VIII C hingga VIII D, peneliti mendapatkan pengalaman yang kurang sesuai dengan harapan peneliti sebagai guru dalam proses pembelajaran fisika, khususnya di kelas VIII A, dimana selama proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung kurang aktif merespon aktivitas yang sedang berlangsung dalam pembelajaran sehingga praktis proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru, akibatnya hasil belajar yang diperoleh siswa lebih banyak yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan untuk kelas VIII SMP Negeri 10 Banda Aceh sebesar 70 pada tahun ajaran 2013/2014.

Menurut Sanjaya (2007) “Salah satu

masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini, ada kecenderungan bahwa peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan peserta didik untuk menghafal dan pada mata pelajaran apapun guru lebih banyak mendorong agar siswa dapat menguasai sejumlah materi pembelajaran. Dengan kata lain, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubung kan dengan kehidupan sehari-hari”.

Kondisi seperti ini tentunya tidak diharapkan dalam proses belajar mengajar. Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus menerus tanpa mencoba mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi selama ini, dimana guru masih tetap sebagai satu-satunya sumber informasi di kelas, maka penguasaan konsep dan hasil belajar fisika siswa akan tetap rendah, belum lagi dilihat dari sisi keaktifan siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran bahkan belajar fisika akan menjadi kegiatan yang membosankan bagi kebanyakan siswa.

Di antara faktor penentu keberhasilan siswa dalam belajar, khususnya fisika adalah metode atau cara guru mengajar. Menurut Ahmadi dan Prasetya (2005), “Metode

mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal, agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh

siswa dengan baik.” Di samping penguasaan

(3)

sehingga tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Salah upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar pada mata pelajaran IPA (fisika) di SMP Negeri 10 Banda Aceh, khususnya di kelas VIII-A adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu model dimana aktivitas pembelajaran dilakukan guru dengan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar sesama siswa. Dalam konsep yang lebih luas pembelajaran kooperatif meliputi semua jenis kerja kelompok yang dipimpin atau diarahkan oleh guru yang mengandung unsur-unsur dasar untuk menumbuhkan pembelajaran efektif, Johar (2006). Menurut Taniredja (2011) pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sementara itu, Menurut Slavin (dalam Isjoni,2011) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu Metode pembelajaran dimana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kooperatif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Untuk lebih mengaktifkan proses pembelajaran dan sekaligus siswa maka peneliti menawarkan penerapan metode giving question and getting answer yang dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif. Metode pembelajaran giving questions and getting answer merupakan implementasi dari strategi pembelajaran kontrukstivistik yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Artinya, siswa mampu merenkontruksi pengetahuannya sendiri sedangkan guru hanya sebagai fasilitator saja. Metode giving question and getting answer dikembangkan untuk melatih

peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab. Suprijono (2010) Dengan menerapkan metode giving question and getting answer dan dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif maka diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran, meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar fisika serta dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran fisika, khususnya pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 10 Banda Aceh.

Pertanyaan yang muncul pada penelitian ini, bagaimana pelaksanaan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer di SMP Negeri 10 Banda Aceh dapat mengungkap efektivitas, terjadinya peningkatan atau perubahan proses pembelajaran fisika, hasil belajar fisika dan respon siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis meneliti lebih jauh tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Metode Giving Question And Getting Answer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Siswa Kelas VIII-A

SMP Negeri 10 Banda Aceh”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap efektivitas pelaksanaan pembelajaran fisika mengunakan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer pokok bahasan alat-alat optik pada siswa kelas VIII-A SMP Negeri 10 Banda Aceh, peningkatan atau perubahan proses pembelajaran fisika, hasil belajar fisika dan respon siswa.

METODE PENELITIAN

(4)

VIII-A yaitu hari Senin setiap jam pelajaran 2,3, dan 4 atau 8.30-10.30 WIB.

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII-A SMP Negeri 10 Banda Aceh berjumlah 22 orang pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014. Objek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif mengunakan metode giving question and getting answer.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang bersifat kolaboratif yang dilaksanakan dalam 3 siklus. Tiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan evaluasi, dan refleksi dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) perencanaan, meliputi: penyusunan berbagai perangkat pembelajaran seperti RPP, soal-soal tes, kartu-kartu yang berisikan pertanyaan dan jawaban, pedoman pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan respon siswa; (2) pelaksanaan tindakan, dilakukan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan tindakan yang telah dipersiapkan sebelumnya; (3) Pengamatan, dilakukan dengan cara mengisi lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran yang telah direncanakan dilanjutkan dengan evaluasi dilakukan berdasarkan temuan untuk menetapkan bagian mana dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan masih perlu direvisi dan bagian mana yang tidak perlu direvisi, (4) Refleksi, dilakukan oleh peneliti dan pengamat segera setelah pembelajaran selesai. Refleksi ini dilakukan pengkajian terhadap data temuan pengamat selama pengamatan. Hasil evaluasi dan refleksi yang telah dilakukan menjadi masukan dalam pelaksanaan siklus berikutnya.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) bentuk tes yaitu bentuk instrumen yang berupa tes tertulis hasil belajar dalam bentuk tes objektif dengan empat pilihan yaitu a, b, c, dan d. Tes ini diberikan pada saat awal (pretest) dan akhir (post test) dari proses pembelajaran

pada setiap siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan. (2) bentuk non tes yakni bentuk instrumen yang berupa lembar pengamatan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembaran pengamatan aktivitas guru dan lembaran pengamatan interaksi siswa dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer.

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) analisis tes hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer dianalisis dengan menggunakan persentase. Data ini diperoleh dan hasil pre test dan post test. (2) data aktivitas guru atau siswa selama pembelajaran dianalisis menggunakan analisis kualitatif. (3) data tentang respon siswa dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus I a. perencanaan pembelajaran;

Sebelum melaksanakan pembelajaran, maka guru sebagai peneliti telah mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), soal-soal tes (pre-test dan pos-test), dan instrumen penelitian lainnya.

b. pelaksanaan tindakan;

(5)

sudah menemukan pasangan dari kartu soal atau jawaban untuk membacanya di depan kelas, sedangkan kelompok lain sebagai tim penilai. (6) guru bersama siswa membuat kesimpulan. (7) Diakhir pembelajaran guru akan mengadakan penilaian dengan melakukan postes guna untuk mengukur pengetahuan siswa dengan menggunakan soal yang telah disusun oleh guru dan sesuai dengan rencana pembelajaran.

c. Hasil pengamatan (observasi);

Pelaksanaan pengamatan aktivitas guru dan siswa dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.Pengamatan dilakukan oleh dua orang pengamat untuk melihat apakah pelaksanaan pembelajaran sudah mencerminkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer. Langkah-langkah pokok yang diamati oleh pengamat dalam proses pembelajaran ini antara lain adalah penjelasan materi pembelajaran, penggunaan model pembelajaran kooperatif metodegiving question and getting answer, memotivasi siswa agar lebih aktif bertanya dan menjawab pertanyaan selama proses belajar mengajar berlangsung. Dari sejumlah langkah aktivitas guru dan siswa yang diamati oleh pengamat pada siklus 1 ini, hasilnya berada pada kategori baik, namun menyisakan beberapa persoalan antara lain masih terjadinya kebingungan siswa pada saat mencari pasangan dari kartu soal atau jawaban yang dipegang.

d. Hasil refleksi;

Kegiatan refleksi dilakukan oleh guru (peneliti) dan pengamat segera setelah kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I diperoleh bahwa siswa merasa lebih senang dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan karena tidak membosankan, siswa aktif bertanya jawab dari kartu soal

dan jawaban yang mereka peroleh dan siswa merasa makin memahami materi dengan baik. Namun demikian, karena proses pembelajaran ini masih baru pertama kali diterapkan sehingga sebagian besar siswa masih merasa belum memahami dengan baik langkah-langkah pembelajaran yang harus mereka lakukan. Adapun hasil refleksi terhadap guru, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cukup membuat peran guru sebagai fasilitator berjalan dengan baik karena suasana kelas menjadi lebih aktif, kondusif. Namun demikian kegiatan pembelajaran ini belum berlangsung secara efektif mengingat pada siklus I ini pembelajaran belum berlangsung seperti yang direncanakan mengingat belum adanya pemahaman yang baik dari siswa dalam melaksanakan model pembelajaran yang diterapkan. Berdasarkan hasil refleksi selama siklus I, terdapat beberapa masukan yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan untuk lebih baiknya kegiatan pembelajaran pada siklus II.

e. Hasil belajar siklus I;

Hasil belajar dan kriteria ketuntasan yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer pada siklus I ini diperoleh nilai rata-rata 85,89, tuntas secara individu 19 siswa atau 86,36 % dan tuntas secara klasikal rata-rata 86,98 %.

2. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus II a. Perencanaan pembelajaran;

(6)

pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dalam penerapan model sehingga dalam pelaksanaannya diharapkan akan lebih efektif dan efisien dengan terus berupaya meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.

b. Pelaksanaan Tindakan;

Kegiatan pembelajaran pada siklus II ini dilakukan pada materi lain dengan menerapkan model pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan menjalankan perubahan-perubahan mendasar yang diperlukan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I. c. Hasil Pengamatan (Observasi);

Sebagaimana pada siklus I, maka kegiatan pengamatan tetap dilakukan dengan mengunakan instrumen pengamatan yang telah dipersiapkan. Adapun pengamatan yang dilakukan tetap berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model yang telah direncanakan. Seperti halnya pada siklus sebelumnya, maka pada siklus ini masih juga ditemukan siswa yang bingung mencari pasangan dari kartu soal atau jawaban yang dipegangnya, bahkan ada siswa secara spontan langsung mencari pasangan soal atau jawaban yang dipegangnya tanpa menunggu instruksi dari gurunya. Secara umum pembelajaran sudah mulai lebih baik dari siklus II.

d. Hasil Refleksi;

Seperti halnya dengan siklus I, maka kegiatan refleksi pada siklus II dilakukan oleh guru (peneliti) dan pengamat segera setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II diperoleh bahwa siswa sudah mulai merasa senang dan nyaman dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena tidak membosankan dan siswa merasa makin

memahami materi dan model yang diterapkan. Namun, pada kegiatan pembelajaran masih ditemukan siswa secara spontan langsung mencocokkan kartu soal dan jawaban yang mereka pegang sebelum guru memberikan instruksi untuk saling mencocokkan antara kartu soal dan jawaban yang dipegang oleh masing-masing siswa dalam upaya mencari jawaban yang benar.

Adapun bagi guru, kegiatan pembelajaran yang dilakukan sudah lebih efektif dan efisien. Guru sebagai fasilitator telah menjalankan peran dan fungsinya dengan baik karena proses pembelajaran sudah mulai terpusat pada siswa. Namun, dalam pelaksanaannya pembelajaran yang memerlukan panduan guru dalam pelaksanaannya hendaknya dikomunikasi-kan terlebih dahulu dengan siswa sehingga kejadian dimana siswa secara cepat ingin mendapatkan jawaban dari kartu soal yang dipegang dan dicocokkan dengan kartu jawaban pada siswa lainnya tidak terjadi secara spontan. Masalah yang masih terjadi pada siklus II ini menjadi perhatian guru pada tindakan siklus berikutnya agar proses dan hasil belajar diharapkan akan lebih baik lagi.

e. Hasil Belajar Siklus II

Hasil belajar dan kriteria ketuntasan yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 84,32, tuntas secara individu 18 siswa atau 81,81 % dan tuntas secara klasikal rata-rata 85,12 %.

3. Hasil Kegiatan Pembelajaran Siklus III a. Perencanaan Pembelajaran

(7)

pembelajaran yang telah disusun sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Perubahan dan penyesuaian masih diperlukan pada siklus III ini mengingat ada beberapa saran berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada silkus II. Perubahan yang dilakukan terutama pada aktivitas siswa yang harus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti. Hasil belajar siswa terus diupayakan peningkatannya.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran pada siklus III ini dilakukan pada materi lain dengan terus menerapkan model pembelajaran yang telah ditetapkan. Kegiatan ini dilakukan dengan beberapa perubahan dan penyesuaian yang bersesuaian dengan model pembelajaran yang diterapkan.

c. Hasil Pengamatan (Observasi)

Sebagaimana pada siklus II, maka kegiatan pengamatan tetap dilakukan dengan mengunakan instrumen pengamatan yang telah dipersiapkan. Adapun pengamatan yang dilakukan tetap berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model yang telah direncanakan. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dan siswa pada siklus III ini cenderung lebih baik dari siklus-siklus sebelumnya karena para siswa sudah mulai memahami dengan baik langkah-langkah yang dijalankan dalam proses pembelajaran ini.

d. Hasil Refleksi

Sebagaimana siklus II, maka kegiatan refleksi pada siklus III dilakukan oleh guru (peneliti) dan pengamat segera setelah kegiatan pembelajaran dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus III diperoleh bahwa siswa sudah merasa senang dan nyaman dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan karena tidak membosankan dan siswa merasa makin memahami materi dengan

lebih baik. Selain itu, siswa juga sudah dapat menyesuaikan diri dengan model pembelajaran yang diterapkan. Para siswa juga mengharapkan agar suasana belajar dan model atau metode yang telah diterapkan dalam pembelajaran ini dapat dilanjutkan untuk pembelajaran selanjutnya. Adapun bagi guru, kegiatan pembelajaran yang dilakukan terasa cukup efektif dan efisien baik dari sisi waktu maupun ketercapaian kompetensi. Selain itu, peran guru sebagai fasilitator dapat dilaksanakan dengan lebih baik karena hampir seluruh proses pembelajaran sudah terpusat pada siswa. Masih terus dibutuhkan kreativitas guru yang lebih baik lagi dalam mengelola kelas mengingat respon siswa yang sangat baik.

e. Hasil Belajar Siklus III

Hasil belajar atau pencapaian kompetensi siswa dan kriteria ketuntasan yang diperoleh nilai rata-rata 90,55, tuntas secara individu 22 siswa atau 100 % dan tuntas secara klasikal 91,32 %.

Pembahasan

Berdasarkan pengolahan data hasil belajar yang mereka peroleh dari siklus ke siklus menunjukkan kecenderungan positif yang ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan hasil belajar fisika siswa dari siklus I (85,89) berada pada kategori baik sekali, siklus II (84,32) berada pada kategori baik dan siklus III ( 90,55) berada pada kategori baik sekali. Tingkat ketuntasan hasil belajar individu dan klasikal dikaitkan dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah cenderung bervariasi dari siklus ke siklus namun terjadi peningkatan mengarah pada pencapaian yang sangat baik.

(8)

pembelajaran menyenang-kan, kegiatan pembelajaran terpusat pada siswa dan berlangsung secara efisien dan efektif. Kelemahan masih terjadi pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting ini yaitu dari faktor kesiapan siswa untuk belajar, artinya masih ditemukan ada siswa yang belum mempelajari materi ajar fisika di rumah sebelum diajarkan dalam kelas, hal ini tampak pada saat mereka bekerja secara kooperatif dalam kelompok kecil yang telah dibentuk yaitu masih ada siswa yang pasif dalam kelompok tersebut sedangkan metode ini diterapkan dengan tujuan agar para siswa aktif bertanya jawab sesamanya.

Hasil analisis data tentang respon siswa terhadap pembelajaran fisika yang diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting menunjukkan skor rata-rata diperoleh adalah 86. Temuan ini menunjukkan respon siswa terhadap proses pembelajaran fisika berada pada kategori sangat baik. Dari hasil wawancara dengan beberapa siswa, diperoleh informasi bahwa siswa mulai menyenangi fisika karena mereka baru menyadari pelajaran fisika selalu berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari, selain itu pada pelaksanaan pembelajaran fisika pokok bahasan alat optik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting ternyata sangat membantu siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan peran guru sebagai fasilitator dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya, terciptanya suasana kelas sangat kondusif, menyenangkan, tidak membosankan, dan dinamis.

Model pembelajaran ini memberikan kebebasan pada siswa untuk bertanya jawab dalam kelompok kecil. Kemudahan dalam berkomunikasi dengan adanya diskusi baik dalam kelompok maupun dengan kelompok lain memudahkan para siswa mengerti terhadap materi yang dipelajari. Biasanya

mereka hanya bertanya tentang materi yang kurang jelas, namun dengan metode ini mereka dapat saling bertanya jawab sesama siswa bahkan dapat bertanya lebih jauh pada guru tentang kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) pelaksanaan pembelajaran fisika pada siswa kelas VIII-A pokok bahasan alat optik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer lebih efektif dari sisi waktu maupun pencapaian hasil belajar siswa, dan disenangi siswa, (2) peningkatan atau perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran berkaitan dengan cara belajar ke arah yang lebih baik setelah diterapkan metode giving question and getting, (3) respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sangat positif dan para siswa mengharapkan digunakan model pembelajaran kooperatif metode giving question and getting answer untuk kegiatan pembelajaran pada materi-materi selanjutnya; (4) kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran ini antara lain kemampuan siswa yang beragam, belum semua siswa mempersiapkan diri untuk melakukan proses pembelajaran ini karena masih banyak siswa yang belum mempelajari materi yang akan diajarkan di rumah sehingga masih memerlukan waktu yang lama dalam pelaksanaannya.

(9)

pembelajaran giving question and getting answeragar proses dan hasil belajar akan lebih optimal, (3) Kartu soal dan jawaban yang dipergunakan untuk kegiatan pembelajaran ini hendaknya berkualitas, baik ukuran kertas maupun pewarnaan gambar yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dkk. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Isjoni. 2011.Coopertive Learning: Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta

Johar, Rahmah dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: FKIP unsyiah.

Sudjiono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Bandung: Tarsito.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar proses pendidikan.Jakarta: Kencana

Suprijono, Agus.2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Referensi

Dokumen terkait

Sababaraha panganut lalaki pribumi Bonokeling marengan tradisional masak rupa masakan di imah pangadilan Bonokeling komunitas adat adat, kampung Pekuncen, Kacamatan

Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang kurang setuju siswa-siswi yang bisa membaca pasti mampu menulis karya sastra. Pada pernyataan nomor sepuluh terlihat bahwa

Since the computer cannot understand assembly language, however, a program called assembler is used to convert assembly language programs into machine code...

2015 dengan membawa dokumen asli yang sesuai dengan yang saudara uploud pada SPSE dan apabila tidak hadir peserta dianggap mengundurkan diri, yang akan dilaksanakan pada :..

Memandangkan kajian ini yang lebih spasefik terhadap otot tangan menerusi latihan bebanan, pengkaji telah menjadikan ujian 25 meter speed swimm sebagai kayu ukur dalam

 Biaya Overhead Pabrik adalah biaya-biaya yang timbul dalam proses pengolahan, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung..  Biaya-biaya

[r]

 Melakukan kontak fisik erat, yaitu seseorang yang kontak fisik atau berada dalam ruangan atau berkunjung (bercakap-cakap dengan radius 1 meter) dengan kasus probable atau