• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS SISTEM REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS SISTEM REPRODUKSI ASUHAN KEPERAWAT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

ASUHAN KEPERAWATAN

INTRA NATAL CARE (INC)

DISUSUN OLEH :

NOVIA MAYASARI NIM : 201501381

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ‘ASKEP INTRA NATAL CARE (INC)’ ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini merupakan salah satu kegiatan dalam mata kuliah system reproduksi sebagai tugas yang harus diselesaikan. Makalah juga menjadi salah satu aspek penilaian dalam nilai akhir yang digunakan sebagai nilai tambah. Kami membuat makalah ini berdasarkan sistematika yang diberikan Dosen Pembimbing dengan menggunakan buku Panduan dan dari berbagai literatur sebagai sumber referensi utama.

Penulisan makalah ini juga sebagai pelatihan bagi kami sebagai bekal untuk pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang nanti akan berguna bagi kami dan menjadi dasar dari nilai akhir atau UAP. Oleh karena itu makalah merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di lingkungan pendidikan kami.

Kritik dan saran yang membangun selalu diterima demi sempurnanya makalah ini. Akhirnya ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian

B. Sebab-sebab persalinan C. Patofisiologi

D. Tanda-tanda mulanya persalinan E. Faktor persalinan

F. Kala persalinan

G. Pemeriksaan penunjang H. Penatalaksanaan

BAB III KONSEP ASKEP BERDASARKAN NANDA dan NIC-NOC A. Kala I (fase laten)

B. Kala I (fase aktif) C. Kala II

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 50.000 jiwa per tahun dan kematian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000 jiwa per tahun. Pada tahun 1998 kematian maternal dan bayi tersebut terutama di negara berkembang sebesar 99 %. Kendatipun jumlahnya sangat besar, tetapi tidak menarik perhatian karena kejadiannya tersebar, berbeda dengan kematian yang terjadi akibat bencana alam. Sebenarnya kematian ibu dan bayi mempunyai peluang yang sangat besar untuk dihindari dengan meningkatkan kerja sama antara pemerintah, swasta dan badan sosial lainnya.

WHO memperkirakan jika ibu hanya melahirkan rata-rata 3 bayi maka kematian ibu dapat diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar 5.600.000 jiwa per tahun. Sebab kematian ibu di Indonesia bervariasi antara 130 sampai 780 dalam 100.000 persalinan hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha yang insentif, kematian ibu di Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup (Survei Demografi, 2003).

Oleh karena hal tersebut persalinan terhadap pasien inpartu perlu mendapat perhatian yang besar dengan mendapat perawatan yang besar dan intensi. Diharapkan kelainan-kelainan dapat diketahui secara dini sehingga dapat diatasi secepatnya dan tidak sampai mengakibatkan komplikasi pada janin dan ibunya.

B. Tujuan

(5)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah & Hidayat, 2008).

Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2009).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2006).

B. Sebab-sebab persalinan

Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)

1. Teori penurunan hormone

1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.

2. Teori placenta menjadi tua

Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

3. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

(6)

Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.

5. Induksi partus

Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.

(7)

D. Tanda-tanda mulanya persalinan

Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Servik menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show) (Haffieva, 2011).

Tanda-Tanda In Partu :

1.Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.

2.Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada bagian servik.

3.Kadang-kadang ketuban pecah

4.Pada pemeriksaan daam, servik mendatar

Persalinan Normal

E. Faktor persalinan

1. PASSAGE (JALAN LAHIR)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari :

a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)

(8)

 Os illium

 Os. Ischium

 Os. Pubis

2) Os. Sacrum = promotorium

3) Os. Coccygis

b. Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen

Pintu Panggul

a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh promontorium,

linea inominata dan pinggir atas symphisis.

b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica, disebut

midlet

c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut

outlet

d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet dan

outlet.

Bidang-bidang :

a. Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas

symphisis dan promontorium

b. Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah

symphisis.

c. Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika kanan

dan kiri.

d. Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

2. POWER

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :

a. His (kontraksi otot uterus)

(9)

mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.

b. kontraksi otot-otot dinding perut

c. kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan

d. ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum

Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :

a. kontraksi simetris

b. fundus dominan

c. relaksasi

d. involuntir : terjadi di luar kehendak

e. intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)

f. terasa sakit

g. terkoordinasi

h. kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis

Perubahan-perubahan akibat his :

a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Tekanan

hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka (dilatasi).

b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada

kenaikan nadi dan tekanan darah.

c. Pada janin Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka

timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.

Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus diperhatikan dari his:

a. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau

persepuluh menit.

b. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas dan frekuensi

kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.

c. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik,

(10)

d. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.

e. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2

sampe 3 menit

f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit Montevideo.

His Palsu

His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental. Kelainan kontraksi otot rahim

a. Inertia Uteri

1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal yang

terbagi menjadi : Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah

2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah

Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.

b. Tetania uteri

His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :

1) Persalinan Presipitatus

2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat mungkin fatal

3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya

 Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinanT

 rauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan inversion

uteri

 Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian janin

dalam rahim

(11)

Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah : a. Faktor usia penderita elative tua

b. Pimpinan persalinan

c. Karena induksi persalinan dengan oksitosin

d. Rasa takut dan cemas

3. PASSANGER

Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.

Kelainan – kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.

4. PSIKIS (PSIKOLOGIS)

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.

Psikologis meliputi :

 Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual

 Pengalaman bayi sebelumnya

 Kebiasaan adat

 Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu

Sikap negatif terhadap peralinan dipengaruhi oleh:  Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan

 Persalinan sebagai ancaman pada self-image

 Medikasi persalinan

 Nyeri persalinan dan kelahiran

(12)

Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses persalinan.

F. Kala persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu: 1. Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler,

kanalis servikalis.

Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase : a. Fase laten

Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.

b. Fase aktik

Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :

1) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.

2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan berlangsung 2

jam, cepat menjadi 9 cm.

3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan

menjadi 10 cm.

Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun ke pelvis.

2. Kala II (pengeluaran janin)

(13)

Mekanisme persalinan:

Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95 % dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior.

Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior. Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah :

a. Penurunan kepala.

b. Fleksi.

c. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)

d. Ekstensi.

e. Ekspulsi.

f. Rotasi luar ( putaran paksi luar)

Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan, akan tetapi untuk lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.

a. Penurunan Kepala.

(14)

Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya. Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu :

 Asinklitismus posterior : Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os

parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

 Asinklitismus anterior : Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga

os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal, tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal sekalipun.

Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan anak.

 Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan

promontorium.

 Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os

parietal depan

 Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah

dari os parietal belakang b. Fleksi

Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi, diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.

(15)

Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul.

d. Ekstensi

Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya.

Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi.

e. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)

Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.

f. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir.

(16)

cepat segera setelah mencapai dasar panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali, khususnya kalau janin besar.

3. Kala III (pengeluaran plasenta)

Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4. Kala IV

Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

G. Pemeriksaan penunjang

 USG

 Pemeriksaan Hb

H. Penatalaksanaan

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:

1.Kaji kondisi fisik klien

2.Menganjurkan klien untuk tidak coitus

3.Menganjurkan klien istirahat

4.Mengobservasi perdarahan

5.Memeriksa tanda vital

(17)

7.Berikan cairan pengganti intravena RL

8.Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature

PERSIAPAN PERSALINAN 1. Ibu :

a. Gurita, 3 buah

b. Baju tidur, 3 buah

c. Underware secukupnya

d. Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi

e. Pembalut khusus, 1 bungkus

f. Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar

2. Bayi :

a. Popok dan gurita bayi, 1-2 buah

b. Baju bayi, 1-2 buah

c. Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah

d. Selimut,topi dan kaos kaki bayi

e. Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir

3. Penolong :

a. Memakai APD, terdiri dari : Sarung Tangan steril, Masker, Alas kaki, celemek

b. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan

Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.

c. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.

Memastikan bahwa rungan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC, pencahayaan

cukup dan bebas dari tiupan angin. 4. Alat :

Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) : a. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher

(18)

c. Benang tali pusat

d. Kateter nelaton

e. Gunting episiotomy

f. Alat pemecah selaput ketuban

g. 2 psang sarung tangan dtt

h. Kasa atau kain kecil

i. Gulungan kapas basah

j. Tabung suntik 3 ml dengan jarum i.m sekali pakai

k. Kateter penghisap de lee (penghisap lender)

l. 4 kain bersih

m. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bay

Bahan : a. Partograf

b. Termometer

c. Pita pengukur

d. Feteskop / dopler

e. Jam tangan detik

f. Stetoskop

g. Tensi meter

h. Sarung tangan bersih

5. Obat-Obatan Ibu:

a. 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml

b. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa Epinefrin

c. 3 botol RL

d. 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C

Bayi:

a. Salep mata tetrasiklin

(19)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. KALA I (fase laten) a. Pengakajian

1) Integritas ego

Klien tampak tenang atau cemas 2) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi regular, terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan 3) Seksualitas

Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Ansietas b/d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi.

2) Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat

informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.

3) Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan

kontaminasi fekal.

4) Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan b/d masukan dan peningkatan

kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.

5) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system

pendukung.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ……..diharapkan ansietas pasien berkurang dengan criteria hasil:

tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan  Kaji tingkat dan

penyebab ansietas

(20)

cemasnya

o Lingkungan sekitar

pasien tenang dan kondusif

2. Kurang pengetahuan tentang kemajuan persalinan b/d kurang mengingat informasi yang diberikan, kesalahan interpretasi informasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,pengetahuan pasien tentang persalinan meningkat dengan criteria hasil:

o Pasien dapat

mendemonstrasikan teknik pernafasan dan posisi yang tepat untuk fase persalinan

pernapasan atau relaksasi dengan tepat untuk setiap fase persalinan

3. Risiko tinggi terhadap infeksi maternal b/d pemeriksaan vagina berulang dan kontaminasi fekal.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….diharapkan

infeksi maternal dapat terkontrol dengan criteria hasil:

pantau tanda-tanda vital.  Tekankan pentingnya masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama…,diharapkan cairan seimbang dengan kriterian hasil: tinggi, pantau tanda-tanda vital. DJJ sesuai indikasi.  Kaji produksi mucus dan

(21)

o Turgor kulit baik  Kolaborasi pemberian

cairan parenteral.

 Pantau kadar hematokrit.

5. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d ketidakadekuatan system pendukung.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

2. KALA I (fase aktif) a. Pengkajian

1) Aktivitas istirahat

Klien tampak kelelahan. 2) Integritas ego

Klien tampak serius dan tampak hanyut dalam persalinan ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernafasan.

3) Nyeri atau ketidaknyamanan

Kontraksi sedang, terjadi 2, 5-5 menit dan berakhir 30-40 detik. 4) Keamanan

Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs. 5) Seksualitas

Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam pada primipara)

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi.

2) Perubahan eliminasi urin b/d perubahan masukan dan kompresi mekanik

kandung kemih.

(22)

4) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan

mobilitas gastrik.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan

aliran darah

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama…..,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil: 2. Perubahan eliminasi urin b/d

perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih.

(23)

normal dengan criteria hasil:

3. Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

terhadap mekanisme koping positif dan bantu relaksasi

4. Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d efek obat-obatan pertambahan mobilitas gastrik.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,diharapkan cidera terkontrol dengan criteria hasil:

saat persalinan menjadi intensif

 Hindari meninggikan

klien tanpa perhatian

 Tempatkan klien pada

posisi tegak, miring ke kiri  Berikan perawatan

perineal selama 4 jam  Pantau suhu dan nadi

 Kolaborasi pemberian

(24)

5. Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen dan aliran darah

Setelah asuhan keperawatan selama….,diharapkan janin

yang menurunkan situasi uteri plasenta

 Pantau DJJ dengan

segera bila pecah ketuban  Instuksikan untuk tirah

Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg 3) Integritas ego

Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya 4) Eliminasi

Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih 5) Nyeri / ketidaknyamanan

- Dapat merintih / menangis selama kontraksi

- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum

- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong

(25)

6) Pernafasan

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b/d tekanan mekanis pada bagian presentasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:

2. Perubahan curah jantung b/d fluktasi aliran balik vena

(26)

pasien membaik dengan

pasangan memilih posisi

persalinan yang

mengoptimalkan sirkulasi

3. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit b/d pada interaksi hipertonik

Setelah asuhan keperawatan selama….,diharapkan

integritas kulit terkontrol dengan criteria hasil:

pemantauan kandung kemih dan kateterisasi

4. KALA III a. Pengkajian

1) Aktivitas / istirahat

Klien tampak senang dan keletihan 2) Sirkulasi

Kehilangan darah normal 250 – 300 ml 4) Nyeri / ketidaknyamanan

Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil 5) Seksualitas

- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas

(27)

b. Diagnosa Keperawatan

1) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kurang masukan oral,

muntah.

2) Nyeri akut b/d trauma jaringan setelah melahirkan

3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal b/d posisi selama persalinan

c. Intervensi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,diharapkan cairan seimbang denngan criteria hasil:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:

o Pasien dapat control nyeri

 Bantu penggunaan 3. Risiko tinggi terhadap cedera

maternal b/d posisi selama

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

 Palpasi fundus uteri dan

(28)

persalinan selama….,diharapkan cidera terkontrol dengan criteria hasil:

o Plasenta keluar utuh

o TTV dbn

 Kaji irama pernafasan

 Bersihkan vulva dan

perineum dengan air dan larutan antiseptic

 Kaji perilaku klien dan

perubahan system saraf pusat

 Dapatkan sampel darah

tali pusat, kirim ke

laboratorium untuk

menentukan golongan darah bayi

 Kolaborasi pemberian

cairan parenteral

5. KALA IV a. Pengkajian

1) Aktivitas

Dapat tampak berenergi atau kelelahan 2) Sirkulasi

Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria

3) Integritas Ego

Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia 4) Eliminasi

Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis 5) Makanan/cairan

(29)

Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal

7) Nyeri/ketidaknyamanan

Melaporkan nyeri, missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor

8) Keamanan

Peningkatan suhu tubuh 9) Seksualitas

Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada abdomen, paha dan payudara.

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik

dan psikologis, ansietas

2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan b/d kelelahan/ketegangan

miometri

3) Perubahan ikatan proses keluarga b/d transisi/peningkatan anggota

keluarga c. Intervensi NO DIAGNOSA

KEPERAWATAN NOC NIC

1. Nyeri akut b/d efek hormone, trauma,edema jaringan, kelelahan fisik dan psikologis, ansietas

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

selama….,diharapkan nyeri terkontrol dengan criteria hasil:

o Pasien dapat control nyeri

 Kaji sifat dan derajat

ketidaknyamanan

 Beri informasi yang

(30)

volume cairan b/d kelelahan/ ketegangan miometri

keperawatan

selama….,diharapkan cairan simbang dengan criteria hasil:

persalinan dan anastesi, kehilangan daripada

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

pemberian ASI, tergantung pada pilihan klien

(31)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2008). Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: USAID FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius. Gary dkk. (2006). Obstetri Williams, Edisi 21. Jakarta, EGC.

Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuat dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 18 Maret 2012)

Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby.

(32)

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Data spesifikasi cukup penting dalam menentukan apakah amplifier dapat memenuhi kebutuhan sistem audio mobil Anda atau tidak, jadi sebelum menentukan amplifier yang akan digunakan,

Pada tabel-tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil dari kuesioner yang telah disebar oleh penulis, terhadap pertanyaan sistem houkoku, renraku, dan soudan,

Wilmar Nabati Indonesia Gresik dan pada Rukun Nelayan yang berada di Desa Karangkering, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.. Adapun alasan penentuan lokasi penelitian ini

- Sistem informasi dan monitoring zakat - Sistem informasi dan monitoring wakaf - Penguatan sosialisasi - Kerjasama kelembagaan (Baznas, BWI, dll) - Kerangka aturan sektor

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar malondyaldehyde (MDA) serum pasien dengan diabetes melitus lebih tinggi daripada tanpa diabetes melitus pada katarak

Diisi dengan nama paket pekerjaan, ringkasan lingkup pekerjaan, lokasi tempat pelaksanaan pekerjaan, nama dan alamat/telepon dari pemberi tugas/Pejabat Pembuat

PPDS mampu menerapkan konsep-konsep ilmu, pengetahuan dan prinsip-prinsip perilaku dalam kegiatan klinik di peminatan yang dipilih.. MODUL PEMINATAN II

Potale(2016) melakukan penelitian dalam Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, dengan hasil penelitian menunjukan bahwa proses rekrutmen dan seleksi berpengaruh secara