Oleh:
Kelompok IV
CICI NARTIKA
2007 121 159
RELA SEPTIANI
2007 121 433
RIKA OCTALISA
2007 121 447
ULPA ARISANDI
2007 121 450
RIRIN BRILLIANTI
2007 121 467
KELAS
: 6.L
MATA KULIAH
: MATEMATIKA LANJUTAN
DOSEN PENGASUH
: FADLI, S.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
Transformasi Laplace merupakan klas dari transformasi integral yang dimanfaatkan :
• Untuk merubah bentuk persamaan diferensial biasa menjadi bentuk persamaan aljabar.
• Untuk merubah persamaan diferensial parsial menjadi persamaan diferensial biasa.
1.
Definisi
Misal fungsi f(t) terdefinisi untuk t≥0. Maka transformasi Laplace (satu sisi atau unilateral) dari f(t) didefinisikan sebagai:
L(f(t)) =
∫
∞
0
e-st f(t) dt ...(1.1)
Integral (1.1) merupakan fungsi dalam parameter s, maka notasi lain yang biasa digunakan adalah F(s) = L (f(t)). Sedangkan fungsi asal f(t) dapat diperoleh dari
Transformasi invers f(t) =
L
−1(F(s)).Agar transformasi Laplace F(s) ada maka integral tak wajar (1.1) haruslah konvergen dan ini dapat dicetak dengan mencari limit :
∫
∞
0
e-st f(t) dt =
∫
∞ →
b
b 0
lim
e-st f(t) dt ...(1.2)Bila kita coba untuk beberapa nilai bilangan bulat n, secara induktif didapatkan transformasi Laplace untuk f(t) = t n yaitu :
F(s) =
s
n n1
!
+ (s >0) ...(1.3)
Maka didapatkan transformasi invers,
)! 1 (
1 1
1
− =
−
−
n
t
s
L
n
n
Contoh :
Tentukan transformasi Laplace dari f(t) = eat . Jawab :
Dengan menggunakan definisi (1.1) didapatkan,
F(S) =
∫
∞ →
b
b 0
lim
e(-s + a) t dt = 1lim
∞ →
+ −s a b
e(-s + a) t
b
0 = s−a
1
(s > a) ....(1.4)
Dari bentuk (1.4) didapatkan transformasi invers,
=
−
−
a s
Beberapa sifat :
Sifat keberadaan transformasi, sifat ketunggalan dan sifat linear dari transfomasi Laplace namun sebelumnya, perhatikan beberapa definisi berikut.
Fungsi f(t) disebut kontinu bagian demi bagian pada interval [a,b] bila :
i. Interval [a,b] dapat dibagi menjadi sub-sub interval yang berhingga banyaknya yang menyebabkan f(t) kontinu pada sub-sub interval tersebut.
ii. Limit dari f(t) pada setiap ujung sub interval bernilai hingga.
Fungsi f(t) disebut terbatas eksponensial pada interval [a,b] bila terdapat bilangan real M dan r sehingga berlaku f(t) ≤Mert untuk setiap t∈[a,b].
Sifat Keberadaan Transformasi Laplace :
Transformasi Laplace dari f(t) dengan t≥0 ada bila f(t) kontinu bagian demi bagian dan terbatas eksponensial untuk t≥0.
Sifat Ketunggalan Transformasi Laplace :
Transformasi lalace dari suatu fungsi adalah tunggal yaitu bila F1(s) dan F2(s) merupakan
transformasi Laplace dari f(t) maka F1(s) = F2(s) .
Sifat Linear Transformasi Laplace :
Dengan menggumakan definisi (1.1), didapat bahwa Transformasi Laplace mempunyai sifat linear,
L
(
af(t) bg(t))
e
st(
af(t) bg(t))
dt0
+ =
+
∫
∞ −=a
e
stf(t)dt be
stg(t)dt0 0
∫
∫
∞ −∞ −
+ ...(1.5)
=aF(s)+bG(s)
Invers dari transformasi Laplace juga mempunyai sifat linear, karena :
L
−1(c F(s) + d G(s)) =L
−1(L(cf(t) + dg(t) ))= cf(t) + dg(t) ...(1.6) = c
L
−1(F(s)) + dL
−1(G(s))Contoh :
Tentukan transfomasi Laplace dari f(t) = (t + 2)2 Jawab :
Dengan menggunakan sifat (1.5) dan rumus umum untuk transformasi Laplace dari fungsi polinom (1.3) didapatkan transformasi Laplace dari fungsi
f(t) = (t + 2)2 = t2 + 4 t + 4 , yaitu :
F(s) =
s
s
s
s
s
s 3
2 2
3
4 4 2 4 4
2 + + = + +
2.
Transformasi Laplace dari Turunan Fungsi Tingkat – n
Misal f(t) dan turunannya f ‘ (t) kontinu dan terbatas eksponensial, maka f(t) dan
f ‘ (t) mempunyai transformasi Laplace. Dengan menggunakan integral parsial dan sifat terbatas eksponensial dari f(t) maka diperoleh :
L(f ‘ (t)) =
∫
∞ −
0
e
stf ‘ (t) dt = e-st f(t) ( )0 0
t f s
∫
e
st∞ − ∞
+ dt ...(1.7)
Dengan menggunakn notasi (1.7) didapatkan transformasi Laplace dari turunan orde 2 dan orde 3 dari fungsi f(t) yaitu:
L(f ‘ “(t)) = s2F(s) – sf (0) – f ‘ (0) Dan
L(f ‘ “(t)) = s3F(s) – s2f (0) – sf ‘ (0) – f (0)
Secara induktif dapat diperoleh transformasi Laplace dari turunan orde n fungsi f (t),
L(f (n) (t)) = sn F(s) – sn -1 f(0) – sn – 2 f ‘ (0) - ... – f (n – 1) (0) ...(1.8)
Metode penurunan fungsi (1.8) akan lebih mudah diterapkan untuk menentukan transformasi Laplace dari fungsi yang apabila diturunkan sampai tingkat-n akan kembali ke bentuk semula. Untuk jelasnya diberikan contoh berikut.
Tentukan transformasi Laplace dari f (t) = sin at Jawab :
Dilakukan penurunan sampai tingkat ke-2 didapatkan,
f(t) = sin at f (0) = 0
f ‘ (t) = a cos at f ‘ (0) = a f “ (t) = -a2sin at f “ (0) = 0
Pada penurunan tingkat-2 sudah dihasilkan bentuk asal, sehingga digunakan :
L(f “(t)) = s2F(s) – sf (0) – f ‘ (0)
L(-a2sin at) = s2L(sin at) – sf (0) – f ‘ (0)
L(sin at) =
a
s
a
2 2
+
Dari hasil yang didapatkan pada contoh (1.5) didapatkan transformasi invers,
a at
a
s
L
21 2 sin 1=
+
3.
Transformasi Laplace dari Integral Fungsi
Pada metode penurunan fungsi (1.8) diperlihatkan bahwa transformasi Laplace dari turunan fungsi didapatkan dengan mengalikan hasil transformasi fungsi dengan s. Karena integral merupakan anti turunan maka dapat diturunkan transformasi Laplace dari integral fungsi yang merupakan pembagian dari hasil transformasi fungsi oleh s. Misal F(s) = L (f(t)) ada. Maka :
) ( 1 )
(
0
s F s dx x f L
t
=
∫
...(1.15)Dengan s > 0. Sedang dengan menggunakan transformasi invers didapatkan :
=
−
s s F
L
1 ( )∫
t
dx x f
0
)
( ...(1.16)
Contoh :
Tentukan invers dari : G(s) =
s
s
24
2
+
Jawab :
Menggunakan sifat (1.11), G(s) dapat dituliskan sebagai : G(s) =
s s F( )
dengan
F(s) = 2 4
−
s . Invers dari F(s) adalah f(t) = 4e
2t
.
Oleh karena itu, invers dari G(s) adalah
g(t) =
∫
t
0
4e2xdx = 2(e2t - 1)
Berikut diberikan tabel pasangan transformasi Laplace untuk beberapa fungsi yang bisa diselesaikan menggunakan metode yang diberikan sebelumnya.
Tabel 1.1 Transformasi Laplace
f(t) F(s) = L(f(t)) Domain dari F(s)
Tn (n∈
B
+)s
n n1
!
+ S > 0
eat
a s−
1
S > a
Sin bt
b
s
b
2 2
+ S > 0
Cos bt
b
s
s
2 2
+ S > 0
Sinh bt
b
s
b
2 2
Cosh bt
b
s
s
2 2
− S > b
4.
Pergeseran Terhadap Sumbu S
Misal fungsi f(t) mempunyai transformasi Laplace, F(s) = L (f(t)). Maka grafik hasil transformasi Laplace dari g(t) = eat f(t), dengan menggeser grafik hasil transformasi dari f(t) atau grafik F(s) sepanjang a satuan kea rah kanan (bila a>0) atau kea rah kiri (bila a<0).Maka didapatkan transformasi Laplace :
L
(
eatf(t))
= e st(
eat f t)
dt) (
0
∫
∞ −
= e s at f(t)dt
0 ) (
∫
∞ − −
………1.17
=F(s – a)
Sehingga transformasi invers
L-1 (F(s- a)) = eat f(t) …….1.18
Contoh 1.
Tentukan transformasi Laplace dari : g(t) = e2tsin 3t
Penyelesaiaian :
Misal f(t) = sin 3t. Maka g(t) = e2t f(t)
Transformasi laplace dari f(t) yaitu F(s) = 9 3
2 +
s .Oleh karena itu,
G(s) = F(s – 2) =
9 ) 2 (
3
2 +
−
s Contoh 2.
Tentukan invers Dari G(s) =
2 2
2 + +
s s
s
Penyelesaian :
G(S) =
2 2
2 + +
s s
s
+
(
+)
+ −+ =
1 1
1
2
s s
(
1)
11
2 +
+
s
Misal F1 (s) =
1
2 +
s s
dan F2(s) =
1 1
2 +
−
s , maka keduanya mempunyai invers berturut –
turut f1(t) = cost t dan f2 (t) = -sint, sehingga G(s) = F1 (s+1) + F2(s+1). Oleh karena itu
5.
Pergeseran terhadap sumbu t
Misal F(s) = L(f(t)) ada dan didefinisikan fungsi tangga g (t) =
{
f t a tt aa< > −
; ; 0
)
( dengan
a≥0. Untuk mencari transformasi laplace dari fungsi tangga g(t) yang terdefinisi untuk t>0 dapat diselesaikan dengan memperkenalakan fungsi tangga satuan
Fungsi tangga satuan atau fungsi Heaviside didefinisikan sebagai berikut
Dengan a > 0
Garafik fungsi tangga satuan (1,19) ditunjukan pada gambar 1.2 berikut
L(g(T)) = L (f(t-a)u(t-a)
= e stf(t a)u(t a)dt
0
− −
∫
− ω= e stf(y a)u(y a)dy
0
− −
∫
− ω= e f y a dy
a st
0 ) (
0
−
∫
−+ e f y a dy
a st
) ( −
∫
− ω= e f y a dy
a st
) ( −
∫
− ω= e f t dt
a T A s
) (
) (
∫
− + ω= e-as
∫
∞ −
0
) (t f e st
= e-as F (s)
Sehingga diperoleh transformasi laplace untuk g(t) = f(t – a) u ( t – a) U (t-a) = ...(1,19)
, 1 , 0
> <
a t
a t
1
L(g(t)) = L(f(t – a)u(t – a)) = e-as F(s) ………1.20
Sedangkan transformasi invers
L-1
(
e F(s))
as
−
= f(t – a)u(t – a) = g(t) ………..1.21
Misal f(t – a) = 1 maka f(t) = 1 dan F(s) =
S
1
, maka didapatkan transformasi Laplace dari
fungsi tangga satuan
L
[
u(
t−a)
]
=s e−as
………1.22
Dan Transformasi Invers :
L-1
−
s e as
=
u(t – a) ………1.23
Contoh :
Tentukan transformasi Laplace dari fungsi g(t) = t u(t – 2) Penyelesaian :
Bila kita padankan dengan pasangan transformasi Laplace, g(t) = f(t – a)u(t – a) ↔G(s) = e-as F(s), maka dimisalkan f ( t- 2) = t. Oleh karena itu, f(t) = t + 2 dan F(s) =
s s
2 1
2 + .Jadi Transformasi Laplace dari fungsi g(t) adalah G(s) = e -2as
F(s) = e-2as
s s
2 1
2 +
Contoh :
Tentukan Invers dari transformasi, G(s) = 4
2 +
−
s e πs
Penyelesaian :
Misal : F(s) = 4 1
2 +
s
Maka invers dari F(s) adalah f(t) = sin2t
2 1
Dengan menggunakan bentuk 1.21 maka didapatkan invers dari G(s), g(t) =
(
)
( )2 sin 2 1
π
π −
− t t
2 3 2
6.
Transformasi Laplace dari Fungsi Tangga
Misal diberikan fungsi f(t) = 2 u(t) + (3t – 2) u (t – 1) – 5t u (t – 2). Maka nilai fungsi f(t) untuk beberapa interval :
• Interval t< 0,
Pada interval ini, nilai u (t) = u (t – 1) = u (t – 2) = 0, sehingga f(t) = 0
• Interval 0< t <1
Pada interval ini, nilai u (t) =1 dan u (t – 1) = u (t – 2) = 0, sehingga f(t) =2
• Interval 1 < t < 2
Pada interval ini, nilai u (t) = u (t – 1) =1 dan u (t – 2) = 0, sehingga f(t) =2 + (3t – 2) = 3t
• Interval t > 2
Pada interval ini, nilai u (t) = u (t – 2) = 1, sehingga f(t) =2 + (3t – 2)- 5t = 2t
Grafik fungsi f(t) ditunjukan pada gambar 1.3. Sehingga bila fungsi f(t) dinyatakan dalam fungsi tangga maka f(t) :
;t < 0 ; 0 < t < 1 F(t) = ;1 < t < 2 ; t > 2
Bila dikaitkan dengan transformasi laplace, maka hanya akan di perhatikan nilai fungsi f(t) untuk t ≥ 0, sehingga fungsi f(t) :
; 0 < t < 1 ;1 < t < 2 F(t)= ; t > 2
− t t
− t t
2 3 2
t
1 0
0 2 0
t
Misal dihadapkan permasalahan untuk mendapatkan trnsformasi Laplace terhadap dua fungsi yang sama yaitu fungsi :
F(t) = 2 u(t) + (3t – 2) u ( t – 1 ) – 5t
; 0 < t < 1 U (t – 2) dan fungsi f(t) = ; 1 < t < 2 ; t > 2
Langkah – langkah untuk menentukan transformasi laplace dari fungsi tangga g(t) : (i) Ubahlah g(t) ke dalam bentuk suku – suku dengan factor fungsi tangga satuan u (t – a) dengan cara berikut :
a) Nilai a pada u(t – a) diambil dari batas masing – masing sub interval fungsi g(t).
b) Nilai suatu suku dari g(t) akan merupakan perkalian antara u(t – a) dan nilai fungsi bersesuaian dengan a yang diambil tanda positif dan tanda negative ditentukan dari perbandingan antara t dan a. Untuk a < t diambil tanda positif ( + ) dan untuk t < a diambil tanda negative (-)
(ii) Transformasikan masing –masing suku yang didapatkan dari (i) menggunakan metode 1.20.
Contoh :
; t < 0 Dik : g(t) = ; 0 < t < 2 ; t > 2
1. Nyatakan g(t) ke dalam susku – suku dari u(t – a) 2. Tentukan transformasi Laplace dari g(t)
Penyelesaian :
1. Batas sub interval dari g(t) adalah 0 dan 2, sehingga g(t) dapat dinyatakan dalam suku- suku dengan factor u(t) dan (t – 2) jadi :
G(t) = u(t) – u(t – 2) + t.u (t – 2) = 1 + u ( t – 2) + (t -2) u (t – 2)
2. Dengan menerapakan bentuk 1.15 didapatkan transformasi Laplace dari g(t) yaitu :
G(t) = 2
2 2
1
s e s e s
s
s −
−
+ +
Contoh masalah nilai awal yang berkaitan dengan pemakaian fungsi tangga satuan diberikan contoh berikut :
; t < 0
1. Tentukan transformasi laplace r(t)
2. Tentukan solusi masalah nilai awal tersebut.
Penyelesaian :
1. Batas sub interval dari fungsi r(t) adalah 0 dan 1, maka bentuk fungsi tangga satuan yang akan menjadi factor di dalam tiap suku dari fungsi r(t) adalah u(t) dan u(t -!), jadi
2. Dengan memisahkan L ( y(t)) = Y (s) dan dengan mengambil transformasi pada kedua ruas didapatkan :
Y(s) = e s
(
)
= −
0 1
a t δ
7.
Fungsi Delta Diract
Diperkenalkan fungsi impuls satuan atau fungsi delta direct. Fungsi delta direct atau fungsi impuls satuan didefinisikan :
,t = a t≠a
Transformasi laplace dari fungsi delta direct diperoleh dari perhitungan langsung atau menggunakan fakta bahwa fungsi delta direct merupakan turunan dari fungsi tangga :
L
[
δ(
t−a)
]
= L[
u'(
t−a)
]
= sL
[
u'(
t−a)
]
- u(0) = e-asSedangakan transformasi invers
L-1
( )
e−as = δ(
t−a)
Contoh :
Tentukan nilai masalah awal : y; + 2y’ + 2y = δ
(
t−π)
; y(0) = y’ (0) = 0Penyelesaian :
Dengan melakukan transformasi pada kedua ruas dan menggunakn (1.119) didapatkan,
Y(s) =
1 ) 1 ( + 2 +
−
s e πs
.Solusi masalah nilai awal merupakan invers dari y(s) yaitu y(t) =
) ( ) sin(
)
(−π −π −π
−
t u t
e t
Diberikan table Dario pasangan transformasi laplace yang berkaitan dengan pergeseran sumbu dan fungsi tangga satuan.
Tabel 1.2
Pasangan Transformasi Laplace Berkaitan Dengan Pergeseran Sumbu
f(t) f (s) = L (f(t)) Domain dari F(s)
(
∈ +)
B n e tn at
(
)
1!
+
− n
a s
n S > a
eat sin bt
(
)
2 2b a s
b
+ −
S > a
eat cos bt
(
)
2 2b a s
a s
+ −
− S >a
eat sinh bt
(
)
2 2b a s
b
− −
S > a + b
eat cosh bt
(
)
2 2b a s
a s
− −
Tabel 1.3
Pasangan Transformasi Laplace Berkaitan dengan Fungsi Tangga Satuan
No F(t) F(s)
8.
Metode Penurunan dan Integrasi Transformasi
a. Penurunan Transformasi
Misal L
[ ]
f( )
t∫
e stf( )
tdtditurunkan terhadap s yaitu integran diturunkan terhadap s dengan memandang peubah lain (t) sebagai konstanta.
Turunan Pertama : '
( )
(
tf( )
t)
dt L(
tf( )
t)
Maka secara induktif dapat diperoleh transformasi dari turunan fungsi tingkat-n yaitu:
( )
Sedang transformasi invers,( )
(
F s)
( )
t f( )
tContoh:
Tentukan transformasi Laplace dari fungsi
( )
Maka didapatkan hasil transformasi dari f(t),
( )
(
)
(
)
Sehingga transformasi laplace dari g(t) yaitu:
( )
( )
(
)
b. Pengintegralan Transformasi
Misal L(f(t)) = F(s) dan
( )
Transformasi Laplace invers.
( )
( )
Metode pengintegralan transformasi akan lebih mudah diterapkan untuk menentukan invers transformasi bila bentuk transformasi berupa fungsi logaritma atau fungsi invers trigonometri. Misal diberikan transformasi G(s).
Maka dapat dituliskan:
( )
s F( )
xdx.Contoh:
Jawab:
Fungsi G(s) dapat dinyatakan, G(s) = ln (s + a) – ln (s + b). hasil turunan pertama dari
G(s), G’(s) =
b s a s+ + +
1 1
Misal F(x) = - G’ (s) = -
b s a s+ + +
1 1
, maka invers dari F(s) adalah:
( )
at bte
e
t
f
=
−
−+
− .Didapatkan invers:
( )
t
e
e
t
g
at
bt −
−
−
=
9.
Konvolusi
Definisi:
Konvolusi dari dua fungsi f(x) dan g(t) didefinisikan sebagai berikut:
( ) ( ) (
t g t f g)( )
t f( ) (
xg t x)
dxf * = * =
∫
− ... (1)Sifat-sifat dasar (aljabar) dari konvolusi fungsi antara lain: komutatif, distributif, dan asosiatif.
1. f * g = g * f (komutatif) 2. f * (g + h) = f * g + f * h (distributif) 3. (f * g) * h = f * (g * h) (asosiatif) 4. f * 0 = 0 * f = 0
Contoh:
Tentukan f(t) * g (t) bila : 1. f (t) = t ; g (t) = sin t 2. f (t) = 1 ; g (t) = sin t
Jawab:
1.
(
)( )
=∫
( ) (
−)
=∫
(
−)
=∫
(
(
−)
)
t t
t
x t xd dx x t x dx x t g x f t g f
0 0
0
cos sin
*
(
t x)
(
t x)
(
t x)
t txcos − +sin − +sin − t0 = −sin
=
2.
(
*)( )
sin cos 0 cos 10
+ − = −
=
=
∫
xdx x tt g
f t
t
Metode Konvolusi
Misal : L (f(t)) = F(s) L (h(t)) = H(s) dan H (s) = F(s). G(s), Maka :
( ) ( )
=∫
∞( )
∞∫
−( )
0 0
. e g y dy dx
x f s G s
F xy
f
( )
x e s(x y)g( )
ydydx
=
∫
∞∫
∞ − +0 0
( )
x e g(
t x)
dt dx fs st
− =∞
∫
∞∫
−0
( ) ( ) (
x f x g t x)
dx dt ft
s
− =∞
∫
∫
0
( ) (
x g t x)
dx L(
f( ) ( )
t g t)
f L
t
*
0
=
− =
∫
Jadi diperoleh pasangan transformasi Laplace,
( ) ( ) ( )
t f t g t H( ) ( ) ( )
s F s G sh = * ↔ = ... 1.30
Contoh:
Tentukan invers dari transformasi:
( )
4 1 2s s s H
+ =
Jawab:
Misal H(s) = F (s) G(s) dengan F(s) = 12
s dan G(s) = 1 1
2 +
s
Maka didapatkan berturut-turut invers dari F(s) dan G(s) yaitu f(t) = t dan G(t) = sin t. Kemudian didapatkan h(t) = f(t) * g(t) = t – sin t.
10.
Gerak Harmonik
Trayektori x(t) dari gerak harmonik suatu benda dengan massa m yang tergantung pada talu dengan konstanta tli k dan b sebgai damping term serta gaya yang bekerja pada benda adalah f(t) dinyatakan dengan persaamaan diferensial tidak homogen.
) ( ) ( ) ( ' ) (
'' t bx t kx t f t
mx + + = ... 1.31
Transformasi Laplace
( ) ( ) ( )
[
s x s sx x]
b[
sx( ) ( )
s x] ( ) ( )
kx s f s m 2 − 0 − ' 0 + − 0 + =... 1.32
k
Dengan metode konvolusi didapatkan solusi persamaan diferensial (1.34) , yaitu:
( )
11.
Persamaan Integral
Bentuk persamaan integral diberikan sebagai berikut:
( ) ( )
x yt xdxDengan fungsi f(t) dan g(t) diberkan. Bentuk integral di ruas kanan dapat diubah menjadi bentuk konvolusi antara fungsi g(t) dan y(t), sehingga persamaa integral dapat dituliska:
y (t) = f (t) + g (t) * y (t)
solusi persamaan integral dapat dicari dengan mengambil transformasi Laplace untuk kedua ruas sehingga didapatkan fungsi y(t) merupakan transformasi invers dari Y(s).
contoh:
carilah solusi persamaan integral y t e t y
( )
t y( )
xex tdxdengan menggunakan notasi konvolusi fungsi y(t) dapat dituliskan menjadi
( )
1Transformasikan kedua ruas, didapatkan:
Dinyatakan secara eksplisit fungsi Y(s)
Solusi persamaan integral merupakan invers dari Y(s) yaitu:
t
Sifat Transformasi Laplace
No Sifat Transformasi
LATIHAN KERJA MAHASISWA
Tentukan transformasi Laplace dari : 1. f(t) = t2 + 1
2. f(t) = e2t + 1
Carilah invers dari :
3. F(s) = 1
2
−
s
sGunakan metode Transformasi turunan atau integral untuk mencari transformasi Laplace dari:
4. f(t) = Sin2 t 5. f(t) = t sin 2t
Tentukan f(t) bila diketahui F(s):
6.
as
s
2+1
7.
+ −
4 4 1
2
s s
s
Gambarkan grafik fungsi berikut dan tentukan transformasinya: 8. f(t) = t u (t-1)
9. f(t) = u
− π 2 1
t sin t
fungsi berikut didefinisikan bernilai 0 untuk nilai di luar interval yang diberikan. Gambar grafik dan tentukan transformasi Laplacenya:
10. t ( 0 < t < 2) 11. Sin t (2π < t < 4π)
Tentukan gambar dan invers transformasi Laplace berikut:
12.
2
4 2
− − − −
s e e s s
Gunakan metode Penurunan Transformasi untuk menentukan transformasi Laplace dari fungsi berikut:
13. 4 t e2t
14. f(t) = t2 e-2t sin 2t
carilah invers dari transformasi Laplace berikut:
15. F(s) = ln
(
)
b s
a s
+ +
Selesaikan konvolusi berikut: 16. t * e at
17. cos t * cos t
tentukan h(t) bila H(s) =
18.
(
2)
2 24
+
s s
19.
( )
2 2 21 1
− +
s s
Gunakan transformasi Laplace untuk menyelesaikan persamaan integral berikut:
20. y
( )
t y( )
xdxt
∫
+ =
0
1
21. y
( )
t t y( )
x( )
t xdxt
∫
−+ =
0
2 sin 2
sin
Gunakan metode yang tepat untuk menentukan f(t) bila F(s) =
( )
1 32−
−
s s
22.
(
2)
2 22 2
2
+ +
+
s s
s
23.
13 4
1
2+ +
+
s s
s
24.
6 11 6
26 26 6
2 3
2
− + −
+ −
s s s
s s
25.
( ) (
2)
32 3
2 1
9 14 7
− −
− + −
s s