• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor penyebab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Faktor penyebab"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kurang energi protein

Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia

adalah World Health Organization – National Centre for Health Statistic

(WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat :

Pertama, gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua,

Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi kurang untuk under weight yang

mencakup mild dan moderat PCM (Protein Calori Malnutrition). Keempat, Gizi

buruk untuk severe PCM .12

Kurang Energi Protein (KEP) Merupakan keadaan kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari-hari atau disebabkan oleh gangguan penyakit tertentu, sehingga tidak memenuhi

angka kecukupan gizi, dan biasanya juga disertai adanya kekurangan beberapa

nutrisi lainnya.13

KEP berdasarkan gejala klinis dibagi menjadi 3 tipe yaitu KEP ringan,

sedang dan berat (gizi buruk). Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang

ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala klinis KEP berat atau gizi buruk

secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor dan

marasmus-kwashiorkor.13

Faktor penyebab masalah gizi

(2)

UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai

salah satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka

tersebut ditunjukkan bahwa masalah gizi buruk dapat disebabkan oleh13 :

 Penyebab Langsung

Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi buruk.

Timbulnya gizi buruk tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,

tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup banyak makanan tetapi sering

menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi buruk. Demikian pula dengan

anak yang tidak memperoleh cukup makanan, maka daya tahan tubuhnya akan

melemah dan akan mudah terserang penyakit.

 Penyebab tidak langsung

Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan masalah gizi yaitu :

1. Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai.

Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh

anggota keluarganya dalam jumlah maupun mutu gizinya.

2. Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat

diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar

dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.

3. Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem

pelayanan kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih

dan sarana kesehatan dasar (Posyandu) yang terjangkau oleh setiap keluarga yang

membutuhkan.

(3)

Pengukuran antropometri, apabila berat badan menurut umur (BB/U)

dibandingkan dengan tabel Z-score. Apabila berada kurang dari - 3 SD positif gizi

buruk kemudian dicocokkan dengan z-score (TB/PB terhadap BB) apabila juga

positif gizi buruk berarti termasuk gizi buruk kronis apabila dengan TB/BB tidak

positif maka termasuk gizi buruk akut, apabila tidak ada alat ukur TB dan PB bisa

juga dilanjutkan dengan pengukuran LILA bagian kiri balita, apabila LILA

kurang dari 11,5 cm maka balita tersebut gizi buruk akut.

Tanda klinis dibedakan menjadi 3 yaitu 12,13,14:

a. Marasmus dengan tanda-tanda :

1. Badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit

2. Wajah seperti orang tua

3. Mudah menangis/cengeng dan rewel

4. Kulit menjadi keriput

5. Jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai

celana longgar)

6. Perut cekung, dan iga gambang

7. Seringdisertai penyakitinfeksi (umumnya kronis berulang)

(4)

b. Kwashiorkor

1. Edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan

wajah) membulat (moon face)

2. Pandangan mata sayu

3. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa

rasa sakit dan mudah rontok

4. Terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel

5. Terjadi pembesaran hati

6. Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk

7. Terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah

warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)

8. Sering disertai penyakitinfeksi yang umumnya akut

(5)

c. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic-kwashiorkor.

B.Sistem Imun

Sistem imun merupakan sistem koordinasi respons biologik yang

bertujuan melindungi integritas dan identitas individu serta mencegah invasi

organisme dan zat yang berbahaya di lingkungan yang dapat merusak dirinya.

Sistem imun mempunyai sedikitnya 3 fungsi utama. Yang pertama adalah suatu

fungsi yang sangat spesifik yaitu kesanggupan untuk mengenal dan membedakan

berbagai molekul target sasaran dan juga mempunyai respons yang spesifik.

Fungsi kedua adalah kesanggupan membedakan antara antigen diri dan antigen

asing. Fungsi ketiga adalah fungsi memori yaitu kesanggupan melalui pengalaman

kontak sebelumnya dengan zat asing patogen untuk bereaksi lebih cepat dan lebih

kuat daripada kontak pertama.15

(6)

Merupakan mekanisme pertahanan tubuh nonspesifik yang mencegah

masuknya dan menyebarnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah

terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity yaitu 15:

1. Pemusnahan bakteri intraselular oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan

makrofag.

2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.

3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.

4. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme,

selanjutnya terjadi aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang menyebabkan

lisis mikroorganisme.

5. Produksi interferon alfa (IFN a) oleh leukosit dan interferon beta (IFN b) oleh

fibroblast yang mempunyai efek antivirus.

6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraselular oleh sel natural killer (sel NK) melalui

pelepasan granula yang mengandung perforin.

7. Pelepasan mediator eosinofil seperti major basic protein (MBP) dan protein

kationik yang dapat merusak membran parasit.

Selain sistem imun bawaan yang bersifat umum, tubuh manusia juga

mampu membentuk imunitas spesifik yang sangat kuat untuk melawan agen

penyerang yang mematikan, seperti bakteri, virus toksin dan bahkan jaringan

asing yang berasal dari hewan lain. Imunitas semacam ini disebut imunitas

didapat atau imunitas adaptif. Imunitas adaptif dihasilkan oleh sistem imun

khusus yang membentuk antibodi, dan atau mengaktifkan lmfosit yang mampu

(7)

Imunitas Spesifik Didapat

Bila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate immunity,

maka tubuh akan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks dan

spesifik. Mekanisme imunitas ini memerlukan pengenalan terhadap antigen lebih

dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari15,16:

1. Imunitas humoral

Tubuh membentuk antibodi yang bersirkulasi, yaitu molekul globulin dalam

plasma darah yang mampu menyerang agen yang masuk ke dalam tubuh.

Produksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T dependent dan non T dependent).

2. Cell mediated immunity (CMI)

Sel limfosit T berperan pada mekanisme imunitas ini melalui15,16:

1. Produksi sitokin serta jaringan interaksinya.

2. Sel sitotoksik matang di bawah pengaruh interleukin 2 (IL-2) dan interleukin 6

(IL-6).

Antibodi dan sel limfosit-T teraktivasi keduanya dibentuk di dalam

jaringan limfoid tubuh. Limfosit-T diolah terlebih dahulu di kelenjar timus.

Limfosit-T, setelah pembentukkannya di sumsum tulang, mula-mula bermigrasi

ke kelenjar timus. Di sini, limfosit-T membelah secara cepat dan pada waktu yang

bersamaan membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan

berbagai antigen spesifik. Berbagai tipe limfosit-T yang telah diproses ini

sekarang meninggalkan timus dan menyebar keseluruh tubuh melalui darah untuk

(8)

Limfosit-B diolah lebih dulu di hati dan sumsum tulang. Pada manusia ,

limfosit-B diketahui diolah lebih dahulu di hati selama periode pertengahan

kehidupan janin dan setelah lahir. limfosit-B secara aktif menyekresikan antibodi

yang merupakan bahan reaktif. Bahan ini berupa molekul protein besar yang

mampu berikatan dengan bahan antigenik dan menghancurkannya. limfosit-B

memiliki jauh lebih banyak keanekaragaman daripada limfosit-T.15,16

Malnutrisi mempengaruhi sistem kekebalan tubuh

Sebuah kondisi yang dihasilkan dari cacat genetik atau perkembangan

sistem imun disebut imunodefisiensi primer. Imunodefisiensi sekunder atau

imunodefisiensi didapat adalah hilangnya fungsi kekebalan tubuh yang

disebabkan dari berbagai faktor ekstrinsik. imunodefisiensi sekunder paling

terkenal disebabkan oleh Human immunodeficiency virus (HIV). Namun,

penyebab paling umum dari imunodefisiensi seluruh dunia adalah gizi buruk,

yang mempengaruhi sebanyak 50% dari populasi di beberapa komunitas miskin.17

Kelainan sistem imun yang terjadi akibat gizi buruk mempengaruhi baik imunitas

bawaan dan adaptif.17

Selama terjadinya gizi buruk, komponen komplemen mengalami

pengurangan jumlah yang beredar di dalam tubuh disertai terjadinya penurunan

fungsi fagositosis, terutama C3 yang berfungsi mengaktifkan proses fagositosis

oleh makrofag dan netrofil, dimana hal ini dapat berdampak pada berkurangnya

kemampuan eliminasi patogen dari tubuh oleh imunitas bawaan. Pada sistem

imun adaptif, pengaruh gizi buruk yang terjadi berkaitan dengan terjadinya atrofi

(9)

generator dari sel limfosit-B dan sel limfosit-T seperti yang sebelumnya telah

dijelaskan. Selain itu, kekurangan gizi jelas mempengaruhi hematopoiesis,

menyebabkan terjadinya anemia, leukopenia dan pengurangan berat pada sumsum

tulang. Produksi IL-6 dan TNF-α oleh sel sumsum tulang juga secara signifikan

lebih rendah pada hewan coba yang mengalami kekurangan gizi.16,18

Malnutrisi protein parah, terutama pada bayi baru lahir dan anak-anak

kecil, juga memprovokasi atrofi timus yang pada gilirannya, mengurangi jumlah

sel timus dan juga sangat mempengaruhi perkembangan organ limfoid perifer.19

Konsekuensi langsung dari atrofi ini adalah leukopenia, penurunan rasio CD4 /

CD8 dan peningkatan jumlah sel T matang di perifer.19

Respon imun dari barrier epitel juga sangat dipengaruhi oleh gizi buruk.

Hal ini terutama ditandai dengan perubahan dalam arsitektur mukosa usus

termasuk hipotrofi mikrovili, pengurangan jumlah limfosit di patch Peyer dan

pengurangan sekresi immunoglobulin A.20,21

Aktivasi gangguan sel T telah jelas dikaitkan dengan defisit produksi

sitokin yang merupakan mediator utama molekul kekebalan. Hal ini terbukti pada

anak-anak kurang gizi yang menunjukkan penurunan produksi sitokin tipe 1 (IL-2

dan IFN-γ).20,21

Malnutrisi meningkatkan risiko infeksi

Penelitian oleh Man et al. Pada populasi besar anak-anak yang dirawat di

rumah sakit Gambia, tergambar jelas hubungan antara kekurangan gizi, yang

ditandai dengan berat badan lebih rendah dibandingkan dengan usia (BB/U), dan

(10)

Sepertiga dari populasi dunia terinfeksi dengan M. tuberculosis, agen

utama yang menyebabkan kematian di antara penyakit menular. Infeksi ini sangat

dipengaruhi oleh gizi dan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

di negara-negara berkembang di mana juga gizi buruk juga sering terjadi.23

Meskipun vaksin yang efektif untuk campak telah dipatenkan, namun

campak terus menyebabkan kematian dan penyakit yang parah pada anak-anak di

seluruh dunia. Komplikasi dari infeksi virus ini dapat terjadi di hampir setiap

organ atau sistem termasuk pneumonia, croup, dan ensefalitis. Diantara

faktor-faktor lain, kekurangan gizi dan kekurangan vitamin A meningkatkan tingkat

komplikasi dan keparahan penyakit. Ada bukti eksperimental bahwa suplementasi

vitamin A pada anak-anak dikaitkan dengan penurunan sebesar 23-30% dalam

risiko kematian dan penurunan dalam keparahan penyakit. Untuk alasan ini, WHO

merekomendasikan administrasi dosis oral vitamin A untuk anak-anak dengan

campak yang hidup di daerah defisiensi vitamin A. 23

Malnutrisi dan berbagi infeksi parasit usus memiliki penyebaran geografis

yang mirip dengan individu yang mengalami kedua penyakit secara bersamaan.

Koeksistensi antara gizi dan infeksi nematoda melibatkan dua jalur kausal, gizi

buruk yang menambah kerentanan terhadap infeksi dan infeksi itu sendiri yang

dapat menyebabkan malnutrisi. nematoda usus dapat menimbulkan kekurangan

gizi karena menyebabkan anoreksia dan berbagai respon pada saluran pencernaan

seperti muntah, diare dan malabsorpsi. bersama-sama, perubahan ini

(11)

makanan (63 ). Parasit yang jelas mempengaruhi status gizi adalah cacing tanah,

Giardia duodenalis, Entamoeba histolytica, coccidia dan Schistosoma sp. 23

Malnutrisi menyebabkan terbentuknya lingkaran setan penyakit dan kegagalan sistem imun.

Meskipun penyakit menular bervariasi dalam tingkat keparahan dan

durasi, mereka semua memberikan beban fisiologis dan biokimia pada sistem

kekebalan tubuh. Untuk menahan tantangan metabolisme ini, fungsi sel-sel yang

membangun sistem kekebalan tubuh perlu didukung oleh kelangsungan

penyediaan nutrisi yang adekuat. Malnutrisi, diet yang tidak sehat kekurangan

dalam mikronutrien, dan ketidakseimbangan mikronutrien dapat mengganggu

fungsi berbagai komponen sistem kekebalan tubuh. Hal ini melemahkan

kekebalan tubuh, penurunan efektivitas dalam eliminasi patogen dan membuat

individu rentan terhadap berbagai penyakit. Selain itu, penyakit itu sendiri, baik

bergejala atau tanpa gejala, selalu disertai dengan kehilangan banyak nutrisi dalam

tubuh, yang selanjutnya memperburuk kekurangan gizi yang sudah ada. Jika

kehilangan zat gizi ini tidak segera ditangani, kerentanan tubuh terhadap penyakit

lain akan meningkat, sehingga memicu terbentuknya spiral penyakit yang akan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

KESATU : Indikator kinerja utama merupakan acuan ukuran kinerja yang dipergunakan oleh Kecamatan Megang Sakti Kabupaten Musi Rawas untuk:.menyusun Rencana Kerja

Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya Ib pada seluruh subsektor meliputi hortikultura sebesar 0,79 persen, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,75 persen, tanaman pangan

Hasil Analisis keragaman (Anova) terhadap tepung tulang ikan belida menunjukkan adanya beda nyata antar perlakuan P<0,05 (lampiran 11). Dari hasil uji BNT

Etika Deep Ecology, dengan hidup sederhana dan selaras dengan alam akan menjadi pengendali manusia untuk tidak memuaskan pemenuhan kebutuhannya yang jumlahnya