• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BE"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Urip Tisngati

Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Pacitan

ABSTRAK. Kaitannya dengan permasalahan manusia sehari-hari, salah satu hal yang tidak bisa dihindari adalah ketergantungan manusia dengan alam dan lingkungan. Alam menyediakan ruang bagi manusia untuk menjalankan kehidupan, berinteraksi dengan sesama manusia untuk memenuhi segala kebutuhan. Dengan adanya fakta bahwa waktu tidak bisa diputar balik, namun manusia dan obyek lain senantiasa berkembang seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka mengakibatkan keseimbangan alam terganggu. Kondisi ini, secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh pelaku kehidupan utama, yaitu manusia. Manusia secara kodrati merupakan makhluk yang bernurani, memiliki akal budi untuk mencapai kebahagiaannya. Namun, dengan kelebihan tersebut membuat manusia sering menjalani kehidupan tidak memperhatikan norma dan etika yang semestinya dilakukan. Hal ini banyak ditandai dengan maraknya perusakan alam dan lingkungan. Fakta itulah yang menjadi kecemasan bagi manusia yang mau berfikir bahwa masalah manusia dengan alam menjadi sesuatu yang harus menjadi perhatian. Hal ini menjadi penting bagi dunia pendidikan untuk memberikan solusi. Kajian konsep pendidikan berwawasan lingkungan sangat penting untuk diimplementasikan sebagai konsep green education. Filosofi dan konsep ini penting guna menyikapi banyaknya kerusakan alam, juga lemahnya kesadaran peserta didik untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Tidak hanya dalam ranah konseptual, namun perlu kesadaran kolektif antara semua pihak untuk membudayakan meaningful learning, belajar bersama alam. Pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan terintegrasi pendidikan karakter akan mendekatkan pembelajar dan pebelajar dengan kekuasaan Tuhan. Artinya, segenap penciptaan dan kejadian-kejadian yang ada menjadi obyek kesadaran dan pembelajaran. Kondisi ini tepat sesuai dengan obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013, yaitu menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Terkait dengan pembelajaran matematika, secara kontekstual fenomena lingkungan hidup dan alam menjadi obyek pembelajaran yang nyata untuk dipelajari, ditemukan solusi, dan dikembangkan dalam kehidupan berkarakter.

Kata Kunci: pendidikan lingkungan hidup, pendidikan karakter, matematika

1. PENDAHULUAN

▸ Baca selengkapnya: kd pendidikan lingkungan hidup kelas 6

(2)

tersebut menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari dan akhirnya masih ada kecenderungan siswa yang kurang tertarik terhadap matematika. Ini berarti perlu ada jembatan untuk menghubungkan keilmuan matematika tetap terjaga, matematika dapat lebih mudah dipahami, dan kemanfaatan dari mempelajari matematika dapat dimaksimalkan guna membantu permasalahan kehidupan.

Hal tersebut dapat dicapai melalui beberapa hal, seperti pengembangan teori pendidikan, implementasi pendidikan karakter, implementasi kurikulum integratif melalui pendekatan tematik, kontekstual, realistik, scientific, problem solving, dan sebagainya. Perkembangan teori dan praktik tentang ilmu pendidikan termasuk pembelajaran matematika, senantiasa dipertimbangkan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang terjadi. Implementasi pendidikan karakter misalnya, menjadi harapan bangsa Indonesia untuk terwujudnya manusia Indonesia yang cerdas, berkarakter yang ditandai dengan keselarasan penguasaan pada bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Output peserta didik pada setiap jenjang pendidikan diharapkan semakin mencerminkan karakter bangsa yang berbudaya dan bermartabat sehingga dihormati bangsa lain. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya fakta di lapangan tentang kasus-kasus dismoralitas anak bangsa yang dapat mengancam sendi-sendi kehidupan.

Terkait dengan pendidikan karakter, setiap guru disarankan untuk mengintegrasikan, internalisasi nilai-nilai kemanusiaan dalam pembelajaran melalui model/strategi/ metode/ pendekatan pembelajaran yang kontekstual, realistik, dan bermakna. Khususnya pada pembelajaran matematika, pendidikan karakter secara tidak langsung telah tercermin melalui kemampuan berfikir logis, rasional, logis, kreatif sehingga peserta didik diharapkan mengembangkan sikap disiplin, jujur, kreatif, adil, dan sebagainya. Terkait pembelajaran bermakna, melalui pembelajaran matematika berbasis pendekatan kontekstual dan realistik juga menjadi harapan tentang berkembangnya proses belajar matematika yang menyenangkan, belajar memperdalam pengetahuan sesuai pengalaman berdasarkan obyek yang sudah dikenali, dialami sesuai tingkat berfikir masing-masing.

Kaitannya dengan permasalahan manusia sehari-hari, salah satu hal yang tidak bisa dihindari adalah ketergantungan manusia dengan alam dan lingkungan. Alam menyediakan ruang bagi manusia untuk menjalankan kehidupan, berinteraksi dengan sesama manusia untuk memenuhi segala kebutuhan. Dengan adanya fakta bahwa waktu tidak bisa diputar balik, namun manusia dan obyek lain senantiasa berkembang seperti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi maka mengakibatkan keseimbangan alam terganggu. Kondisi ini, secara langsung maupun tidak langsung diakibatkan oleh pelaku kehidupan utama, yaitu manusia.

(3)

Fakta itulah yang menjadi kecemasan bagi manusia yang mau berfikir bahwa masalah manusia dengan alam menjadi sesuatu yang harus menjadi perhatian. Hal ini menjadi penting bagi dunia pendidikan untuk memberikan solusi.

2. TINJAUANPUSTAKA

2.1. Fungsi matematika

Sesuai dengan pendapat Sumardyono [1] secara umum matematika dapat

dideskripsikan antara lain sebagai : (1) alat (tool), artinya matematika juga sering

dipandang sebagai alat dalam mencari solusi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari; (2) cara bernalar (the way of thinking), artinya matematika dapat pula dipandang sebagai cara bernalar, memuat cara pembuktian yang sahih (valid), rumus-rumus atau aturan yang umum, atau sifat penalaran matematika yang sistematis; (3) seni yang kreatif, artinya penalaran yang logis dan efisien serta perbendaharaan ide-ide dan pola-pola yang kreatif dan menakjubkan, maka matematika sering pula disebut sebagai seni, khususnya merupakan seni berpikir yang kreatif.

Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan komunikasi matematis dalam bentuk gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri.

Penerapan ilmu matematika sebagai ilmu universal adalah mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat pada bidang teknologi informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika pada bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Dengan dasar pemahaman matematika yang cukup, dalam artian memiliki logika berfikir yang baik, seseorang bisa menyikapi berbagai fenomena dan permasalahan yang mereka hadapi dengan lebih baik. Bagaimana manusia merespon sebuah permasalahan yang ditemui setiap hari dengan cepat dan baik, mengambil keputusan secara logis, serta penentuan prioritas dari berbagai pilihan yang ada hampir semuanya melibatkan kemampuan analisa dan logika matematika.

Berdasarkan pengertian tersebut, pembelajaran matematika berguna untuk kepentingan hidup manusia dan segala interaksinya dengan lingkungan. Matematika digunakan untuk mengembangkan pola pikir untuk mempelajari ilmu-ilmu lainnya sehingga dapat memberikan kemanfaatan bagi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2. Manusia, Iptek, dan Lingkungan

(4)

dan akibatnya. Beberapa tanggung jawab yang yang harus dilakukan manusia, menurut Sudibyo adalah membina dan melestarikan lingkungan hidup yang baik, teratur, sehat. Artinya, manusia diharapkan dapat memecahkan masalah lingkungan hidup, misalnya mengatasi permasalahan tentang sampah, saluran pembuangan air, binatang, hutan, sungai, dan sebagainya.

Setiadi [2], mengartikan lingkungan sebagai suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari penghidupan, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan lebih kompleks dan riil.

Lebih lanjut dikatakan Setiadi, bahwa manusia hidup dalam sebuah ekosistem meliputi komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia antara lain: (1) tanah, (2) udara, (3) air, (4) cahaya, (5) suhu, (6) produsen, (7) konsumen, (8) pengurai. Sedangkan di dalam lingkungan terdapat (1) rantai makanan, (2) habitat, (3) populasi, (4) komunitas, dan (5) biosfer.

Untuk menjaga kelangsungan hidupnya, manusia beradaptasi dengan alam lingkungan. Bahkan, manusia lambat laun mengubah komunitas biologis tempat manusia hidup. Perubahan alam lingkungan akhirnya berdampak kepada manusia, baik positif maupun negatif. Kondisi tersebut dipicu oleh usaha manusia untuk memenuhi keinginannya dengan memanfaatkan sumber daya alam, seperti tanah, hutan, air, flora, fauna, bahan galian, dan sebagainya. Dan dampak dari perbuatan manusia adalah permasalahan-permasalahan yang timbul, seperti: (1) masalah erosi dan banjir, (2) pencemaran tanah, air, udara, suara, (3) perusakan hutan, (4) perubahan iklim sehingga merubah beberapa siklus aktivitas alam, (5) krisis energi, (6) krisis pangan, (7) krisis air bersih, (8) krisis udara bersih, dan sebagainya.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengakibatkan dampak bagi kehidupan. Permasalahan yang timbul misalnya: (1) nuklir, mengakibatkan efek radiasi yang dapat merusak sel tubuh, (2) polutan, seperti limbah industri, kebocoran gas, pencemaran udara, polusi udara, polusi suara, dan lain-lain, (3) efek rumah kaca yang dapat mengubah suhu udara/ pemanasan global.

Dapat dikatakan bahwa, manusia dapat menciptakan kemajuan sekaligus mampu merusak dan menghancurkan bagi diri manusia dan terhadap alam lingkungan. Meskipun manusia lahir sebagai makhluk berakal , berbudaya, namun dengan perkembangan iptek maka manusia dapat berubah menjadi manusia yang tidak berkarakter hanya demi memenuhi kepentingannya.

2.3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter secara historis sudah diterapkan oleh pendidik Indonesia guna pembentukan kepribadian dan identitas bangsa. Tokoh-tokoh nasional, seperti Ki Hadjar Dewantara, R.A. Kartini, Soekarno-Hatta, Cut Nya Dien, dan lain-lain telah mewujudkan nilai-nilai patriotisme, keadilan, demokrasi, kemanusiaan, kerja keras, dan karakter lainnya untuk kepentingan negara.

(5)

Pertama, nilai keutamaan: seperti mengutamakan kepentingan bersama, gotong royong, bersedekah, menolong orang yang membutuhkan, dan lain-lain.

Kedua, nilai keindahan:seperti rasa seni, rasa religiositas yang tinggi.

Kedua, nilai adil: seperti giat bekerja, sehingga membutuhkan kesabaran, ketekunan

Ketiga, nilai cinta tanah air, patriotisme, mencintai budaya dan produk Indonesia, membela kedaulatan bangsa, menjaga dan melindungi bumi, lingkungan.

Keempat, nilai moral: terwujud dalam bentuk pribadi dan etika yang baik.

Kelima, nilai kemanusiaan: berupa sikap toleransi terhadap perbedaan agama, kultur/ adat

Lebih lanjut dikatakan Sudibyo, pendidikan karakter dalam bidang pendidikan terwujud dalam bentuk internalisasi melalui kegiatan:

Membelajarkan, yaitu memberikan nilai-nilai karakter secara teoritis tentang konsep-konsep nilai tertentu.

Keteladanan, yaitu adanya konsistensi pemberian nilai teoritis oleh pendidik dengan sikap sehari-hari.

Praksis Prioritas, yaitu dilaksanakannya prioritas nilai pendidikan karakter dalam lingkup kelembagaan.

Refleksi, yaitu adanya melihat keberhasilan dan hambatan dari praktik pendidikan karakter dan selanjutnya di evaluasi

2.4. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang diuraikan, rumusan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan karakter?

Bagaimanakah implementasi pendidikan lingkungan hidup berbasis pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika?

3. PEMBAHASAN

3.1. Konsep pendidikan lingkungan hidup dan pendidikan karakter

Berdasarkan perspektif lingkungan hidup, isu yang yang berkembang adalah tekanan krisis yang membahayakan kelangsungan hidup manusia, seperti ancaman terhadap kejernihan udara dan sumber air, krisis penyediaan bahan pangan papan, dan krisis energi. Pertambahan penduduk, peningkatan kemajuan teknologi, peningkatan pemanfaatan sumber alam memberi bayangan suram bagi kelangsungan hidup manusia.

Selanjutnya, dalam perspektif ekonomi dan politik, lahirlah konsep “applied ecology”

dan „human ecology‟, Zen [4]. Aplliedecology terkait dengan kegiatan manusia dalam

hal pengurusan dan pengelolaan sumber-sumber kekayaan manusia pada bidang pertanian, kehutanan, perikanan, sumber hayati laut, sumber air tawar, maupun terkait

pencemaran lingkungan. Human ecology menelaah pengaruh timbal balik antara kegiatan

manusia serta masyarakat manusia dengan lingkungan hidupnya.

(6)

langsung merespon berdasarkan skema persepsi. Menurut Zen, setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu dan timbullah makna tentang objek itu pada diri manusia, selanjutnya menimbulkan reaksi sesuai dengan asas busur refleks. Pengaruh kebudayaan, termasuk kebiasaan hidup dapat muncul pada gejala perbedaan persepsi dalam hubungan manusia dengan lingkungan, seperti halnya pengaruh usia, jenis kelamin, tempat tinggal, suku bangsa, dan lain-lain.

Selain erat hubungannya dengan persepsi dan sikap manusia terhadap lingkungannya, yang perlu mendapat perhatian lainnya adalah bagaimana manusia menilai keindahan lingkungan atau estetika lingkungan. Menurut Berlyne, seperti yang dikutip oleh Zen, faktor-faktor yang menjadi pertimbangan manusia dalam menilai keindahan adalah : (1)

kompleksitas, yaitu berapa ragam komponen yang membentuk suatu lingkungan, (2)

keunikan, yaitu seberapa jauh lingkungan itu mengandung komponen-komponen yang

unik, yang baru atau belum terlihat sebelumnya., (3) ketidaksenadaan, yaitu seberapa

jauh suatu obyek tidak cocok pada konteks lingkungan pada umumnya, dan (4) kejutan, yaitu seberapa jauh kenyataan yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, estetika lingkungan juga dipengaruhi oleh preferensi

atau kesukaan, yaitu (1) keteraturan, (2) tekstur, (3) keakraban dengan lingkungan, (4) keluasan ruang pandang, (5) kemajemukan rangsang, dan (6) misteri atau kerahasiaan yang tersembunyi.

Pemahaman hubungan manusia dengan lingkungan perlu mencakup proses perencanaan dan pengaturan lingkungan agar harmonis. Menurut Hanurawan [5], variasi perilaku manusia terhadap upaya tersebut bergantung pada kebutuhan dan preferensi manusia terhadap lingkungan, juga variasi tingkat kendala. Pada perencanaan terhadap lingkungan, terdapat kemungkinan timbul masalah psikologis, filosofis, ekonomis, sosial, dan politik. Permasalahan yang mungkin timbul antara lain, adanya variasi minat dan gaya hidup manusia dalam hal kebutuhan sehari-hari, kesehatan, hiburan, dan lain-lain.

Berdasarkan teori persepsi terhadap lingkungan tersebut, yang perlu menjadi perhatian selanjutnya adalah persepsi manusia terhadap bencana lingkungan. Terjadinya bencana lingkungan memang tidak selalu menjadi batas-batas kendali perilaku manusia secara

langsung. Sifat terjadinya bencana lingkungan ada yang unpredictable. Dengan demikian

perlu kesiapan manusia dalam menghadapi bencana tersebut. Artinya, secara mental dan fisik manusia perlu menyikapi dengan sikap positif terhadap pelestarian lingkungan dan sikap kewaspadaan. Tujuan tersebut bisa dicapai melalui jalur pendidikan, baik formal maupun non formal.

Kajian konsep pendidikan berwawasan lingkungan sangat penting untuk

diimplementasikan. Muslich [6], menyebutkan dalam bukunya sebagai konsep green

education. Filosofi dan konsep ini penting guna menyikapi banyaknya kerusakan alam, juga lemahnya kesadaran peserta didik untuk menjaga dan memelihara lingkungan. Tidak hanya dalam ranah konseptual, namun perlu kesadaran kolektif antara semua pihak untuk

membudayakan meaningful learning, belajar bersama alam. Pendekatan pembelajaran

(7)

Lebih lanjut dikatakan Muslich, bahwa wujud sekolah dengan konsep lingkungan hidup tercermin dari beberapa hal, di antaranya: (1) sekolah memiliki kurikulum yang berwawasan lingkungan, (2) sekolah mempunyai rancang bangun, dan penggunaan bahan/pemeliharaan sarana serta prasarana berdasarkan prinsip-prinsip ramah lingkungan, (3) sekolah memiliki manajemen yang efektif dan efisien, dan warga sekolah memiliki kepedulian lingkungan sebagai manifestasi rasa syukur kepada Tuhan. Harapannya secara

umum adalah terciptanya knowledge society. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

diharapkan melahirkan peserta didik yang memiliki karakter sidiq, istiqamah, fatanah, amanah, dan tablig. Tujuan ini dapat tercapai melalui implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam materi dan skenario pembelajaran pada setiap tingkatan dan mata pelajaran, seperti halnya pada pembelajaran matematika.

Secara psikologis, seperti yang dikutip oleh Hafid, dkk [7] karakter individu dimaknai

sebagai keterpaduan empat bagian, yaitu : (1) olah hati, berkenaan dengan perasaan sikap

dan keyakinan atau keimanan, (2) olah pikir, berkenaan dengan proses nalar guna

mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif, (3) olah raga,

berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas, (4) olah rasa dan karsa, berkenaan dengan kemauan dan kreativitas yang tercermin dalam sikap kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan.

Berdasarkan daftar nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, karakter yang dapat diimplementasikan dengan pendidikan berwawasan lingkungan antara lain: (1) Religius, merupakan sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain; (2) cinta tanah air, merupakan cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa; (3) peduli lingkungan,

merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam

yang sudah terjadi; (4) tanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan (alam sosial budaya), negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

3.2. Implementasi pendidikan lingkungan hidup berbasis pendidikan karakter

dalam pembelajaran matematika

Sesuai dengan konsep kurikulum 2013, difokuskan pada attitude, skill, dan knowledge.

(8)

berbagai persoalan dan tantangan di zamannya. Guru diharapkan mampu menggali dan memancing potensi peserta didik, apapun minat dan bakatnya. Peserta didik sendiri menjadi obyek yang diberi keleluasaan untuk mengembangkan potensi dirinya.

Berikut disajikan contoh praktik pada pembelajaran matematika menggunakan konsep pendidikan lingkungan hidup berbasis pendidikan karakter. Sesuai dengan Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan tematik pada jenjang sekolah dasar, khususnya kelas 5 secara umum tema-tema lingkungan hidup berbasis pendidikan karakter sudah tercermin sebagaimana tersaji pada Buku Pegangan Guru [8]

Kelas V Sekolah Dasar

Subtema 3 Manusia dan Peristiwa Alam

Kompetensi Inti (KI)

2.1 Menunjukkan sikap kritis, cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu, tidak mudah menyerah serta

bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas. 2.2 Menunjukkan sikap berpikir logis, kritis dan kreatif.

2.3 Memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan pada matematika yang terbentuk melalui pengalaman belajar.

2.4 Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. 2.5 Memiliki sikap terbuka, objektif, menghargai pendapat dan karya teman

dalam diskusi kelompok maupun aktivitas sehari-hari Kompetensi Dasar (KD)

3.3 Memilih prosedur pemecahan masalah dengan menganalisis hubungan antar simbol, informasi yang relevan, dan mengamati pola

4.3 Menunjukkan kesetaraan menggunakan perkalian atau pembagian dengan jumlah nilai yang tidak diketahui pada kedua sisi

Tujuan Pembelajaran

1. Dengan mencermati bacaan dan percakapan, peserta didik mampu

menguraikan faktor-faktor yang memengaruhi daur air dengan cermat

2. Dengan bertukar informasi antar kelompok, peserta didik mampu

memberi alasan pentingnya daur air bagi pertanian dengan teliti

3. Dengan mencermati penjelasan yang disajikan pada buku peserta didik,

peserta didik mampu memberi contoh konsep yang menggunakan perkalian dengan jumlah nilai yang tidak diketahui dengan mandiri

4. Dengan mengerjakan permasalahan dan latihan matematika , peserta

didik mampu menunjukkan kesetaraan menggunakan perkalian dengan jumlah nilai yang tidak diketahuidengan percaya diri

Media/ Alat Bantu Belajar

Buku, Teks bacaan tentang manfaat air dalam kegiatan pertanian, gambar-gambar yang berkaitan dengan topik pembelajaran

(9)

1. Peserta didik diminta untuk mengamati teks bacaan pada buku peserta didik

2. Guru membimbing peserta didik untuk mengamati hal - hal penting

dalam bacaan

3. Guru menstimulus rasa ingin tahu peserta didik dengan memberikan

pertanyaan-pertanyan pancingan seperti : Apa menurutmu yang membuat sawah mengalami kekeringan? Apa yang dapat petani lakukan jika sawahnya kering? Apa akibatnya apabila sawah kering? Apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal-hal tersebut?

4. Peserta didik menuliskan pertanyaan yang ingin mereka ketahui di dalam

kartu tanya

5. Peserta didik pun diminta untuk mencari hal yang menarik dari bacaan

tersebut dan menuliskannya pada kolom hal menarik

Hasil yang diharapkan :

1. Melalui kegiatan ini diharapkan timbul rasa ingin tahu peserta didik

tentang topik yang akan dibahas yaitu air dan kekeringan.

2. Peserta didik dilatih untuk terampil menggunakan nalar dalam mengamati

dan mencari hal – hal yang menar dari bacaan.

3. Peserta didik timbul sikap rasa ingin tahunya

Pada tingkatan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, pembelajaran matematika berbasis pendidikan lingkungan hidup terintegrasi pendidikan karakter dapat menggunakan

tema-tema, seperti : air, sampah, zat aditif, tanaman toga, kuman, hemat energi, makanan

sehat, drainase, sanitasi, taman hijau, udara, tanah, bencana alam, dan lain-lain.

Matematika SMP/MTs, kelas VII, Semester 1, Bab II, Himpunan Kegiatan 2.1. Memahami Konsep Himpunan dan Diagram Venn

Kompetensi Dasar (KD)

(10)

Tema: sampah Masalah 1:

Disajikan gambar-gambar sampah, baik yang berasal dari bahan organik,

anorganik, atau B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) (Mengamati &

menanya/menggali informasi). Peserta didik diminta untuk mendaftar/mengelompokkan sampah berdasarkan : asal/jenisnya, bau,

warna, kandungan zat dengan bentuk penyajian bervariasi.(menalar).

Peserta didik diminta memeriksa ulang jawaban, selanjutnya

mengkomunikasikan secara kelompok, dan membuat simpulan. (refleksi,

komunikasi, simpulan) (dapat menggunakan media visual).

Masalah 2:

Disajikan tiga gambar tempat sampah (organik, anorganik, dan B3). Disediakan pula nama/gambar-gambar sampah. Peserta didik diminta menjodohkan tempat pembuangan sampah sesuai dengan jenis sampah. (dapat menggunakan kartu cocok, game, dan lain-lain).

Masalah 3:

Disajikan gambar-gambar sampah organik dan anorganik. Peserta didik diminta menyebutkan dampak yang dapat ditimbulkan dari sampah-sampah

tersebut (Mengamati, menalar). Peserta didik diminta menyebutkan nama

barang atau alat yang dapat dibuat dari memanfaatkan sampah (berfikir

kreatif). Peserta didik diminta menyusun pertanyaan yang berkaitan dengan

masalah sampah pada kartu-kartu berukuran 4 cm x 4 cm (menanya),

selanjutnya dibagi/ditukar dengan peserta didik/ kelompok lain yang bertugas untuk menyampaikan alternatif penyelesaiannya di depan kelas. (berbagi, komunikasi).(dapat menggunakan kartu cocok, game, dan lain-lain).

Hasil yang diharapkan :

1. Melalui pembelajaran berbasis pendidikan lingungan hidup dalam

pembelajaran matematika ini diharapkan timbul rasa ingin tahu peserta didik tentang topik yang dibahas, yaitu sampah (jenis-jenis sampah, dampak dari sampah, pemanfaatan sampah, dan lain-lain)

2. Peserta didik dilatih untuk terampil menggunakan nalar untuk befikir

kreatif dengan mengamati dan mencari hal – hal yang menarik dari

masalah yang diberikan..

3. Peserta didik meningkat sikap religi dalam mensyukuri ciptaan Tuhan

yaitu alam, lingkungan, bertanggung jawab dengan merawat, menjaga kebersihan, cinta dan peduli terhadap diri dan peduli terhadap keseimbangan alam lingkungan

Penilaian :

(11)

Pembelajaran Matematika Siswa SMA/MA/SMK kelas X rasa ingin tahu, jujur dan perilaku peduli lingkungan. 4. Menyajikan data nyata dalam bentuk

tabel

Peserta didik ditugasi guru untuk membaca dan membawa potongan berita di koran tentang bencana alam, seperti tanah longsor, gunung meletus, banjir,

kebakaran, erosi, dan sebagainya (membaca). Selanjutnya peserta didik

diminta melakukan pendataan informasi terhadap kerugian yang ditimbulkan dari bencana alam tersebut, misal tentang jenis korban dan jumlahnya, jenis

kerusakan dan kerugiannya. (mengamati, menanya, analisis kritis). Peserta

didik diminta menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik/, diagram (komunikasi matematis). Peserta diminta presentasi hasil perbandingan

dari penyajian data bervariasi. (berbagi). Ajukan pertanyaan kritis. Peserta

didik diminta berdiskusi, membuat simpulan dan rangkuman.

(12)

1. Melalui pembelajaran berbasis pendidikan lingungan hidup dalam pembelajaran matematika ini diharapkan timbul kesadaran dan kepedulian peserta didik tentang topik yang dibahas, yaitu bencana alam (jenis-jenis bencana alam, dampaknya, cara penanggulangan, dan lain-lain)

2. Peserta didik dilatih untuk terampil menggunakan nalar untuk berfikir

kritis, logis, analitis dengan mengamati dan mencari hal – hal yang

menarik dari masalah yang diberikan..

3. Peserta didik meningkat sikap religi dalam mensyukuri ciptaan Tuhan

yaitu alam, lingkungan, bertanggung jawab dengan merawat, menjaga kelestarian, cinta dan peduli terhadap diri dan peduli terhadap keseimbangan alam lingkungan

Penilaian :

Untuk penilaian autentik, siswa dapat diberi penugasan dalam bentuk pengumpulan informasi data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tentang data statistik bencana alam yang terjadi di tingkat lokal atau nasional, selanjutnya disusun dalam bentuk laporan tertulis, atau pembuatan

poster yang memuat: (1) masalah matematika, (2) penyajian

data/pembahasan/ alternatif solusi, (3) Simpulan

Contoh implementasi pembelajaran matematika dengan mengaitkan permasalahan lingkungan hidup sangat terbuka untuk dikembangkan berdasarkan tingkat kreativitas guru dan peserta didik berdasarkan jenjang sekolah. Artinya, tema-tema lingkungan hidup sebagai salah satu alternatif bahan pembelajaran yang dapat diinternalisasi dalam penyampaian materi matematika sesuai dengan tujuan pembelajaran.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan, dapat dibuat simpulan, yaitu:

Pertama, Kajian konsep pendidikan berwawasan lingkungan sangat penting untuk

diimplementasikan sebagai konsep green education. Tidak hanya dalam ranah

konseptual, namun perlu kesadaran kolektif antara semua pihak untuk membudayakan

meaningful learning, belajar bersama alam. Pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan akan mendekatkan pembelajar dan pebelajar dengan kekuasaan Tuhan. Artinya, segenap penciptaan dan kejadian-kejadian yang ada menjadi obyek kesadaran dan pembelajaran. Bahwa wujud sekolah dengan konsep lingkungan hidup tercermin dari beberapa hal, di antaranya: (1) sekolah memiliki kurikulum yang berwawasan

lingkungan, (2) sekolah mempunyai rancang bangun, dan penggunaan

bahan/pemeliharaan sarana serta prasarana berdasarkan prinsip-prinsip ramah lingkungan, (3) sekolah memiliki manajemen yang efektif dan efisien, dan warga sekolah memiliki kepedulian lingkungan sebagai manifestasi rasa syukur kepada Tuhan. Harapannya secara

umum adalah terciptanya knowledge society. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

(13)

amanah, dan tablig. Tujuan ini dapat tercapai melalui implementasi pendidikan karakter yang terintegrasi dalam materi dan skenario pembelajaran pada setiap tingkatan dan mata pelajaran. Berdasarkan daftar nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter, karakter yang dapat diimplementasikan dengan pendidikan berwawasan lingkungan antara lain: (1) Religius, (2) cinta tanah air; (3) peduli lingkungan, (4) tanggung jawab.

Kedua, pada tingkatan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA, pembelajaran matematika berbasis pendidikan lingkungan hidup terintegrasi pendidikan karakter dapat

menggunakan tema-tema, seperti : air, limbah, sampah, zat aditif, tanaman toga, kuman,

hemat energi, makanan sehat, drainase, sanitasi, taman hijau, udara, tanah, bencana alam, dan lain-lain. Penilaian dapat dilakukan melalui portofolio/ tugas proyek dengan membuat pertanyaan dan jawaban, atau pengumpulan dan penyajian data/laporan/ poster yang berkaitan dengan tema-tema lingkungan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sumardyono, Karakteristik Matematika dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Matematika, Depdiknas, 2004.

[2] Setiadi, E.M., dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Kencana, 2006.

[3] Sudibyo, L., dkk, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Andi Offset, 2013

[4] Zen, M.T. Menuju Kelestarian Hidup. Yayasan Obor & ITB, 1979

[5] Hanurawan, F, Psikologi Sosial, Suatu Pengantar. Remaja Rosdakarya

[6] Muslich, M, KTSP, Remaja Rosdakarya, 2008

[7] Hafid, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, 2013

[8] Maryanto, dkk, Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Untuk SD/MI Kelas V,

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Imbalan dari fasilitasi yang baik menjadi pembuktian diri: perasaan dan kasih sayang dalam kelompok antara para peserta dan fasilitator; kualitas hasil kegiatan; penegasan

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SMK Negeri 2 Palopo kelas XII Teknik Instalasi Tenaga Listrik Tahun Pelajaran 2018/2019, yang

produk kontrol yang merupakan bolu gulung dengan bahan baku tepung terigu.. Pengujian daya terima dilakukan dua tahap yaitu uji organoleptik dan uji

Seperti halnya dalam sholat, yang mengenal sholat fardlu/wajib dan sholat sunat, maka dalam ibadah Shaum juga selain ada shaum wajib yang dilaksanakan selama sebulan

Pengarusutamaan Gender (PUG) menawarkan alternatif kebijakan yang menjamin masyarakat dapat memperoleh akses untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan (kontrol)

Terapi aroma yang digunakan dengan cara pijat ini merupakan cara yang sangat digemari untuk menghilangkan rasa lelah pada tubuh, memperbaiki sirkulasi darah dan