commit to user
i
ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA
PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
SRI KUSUMA WARDANI
C0108051
JURUSAN SASTRA DAERAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
▸ Baca selengkapnya: kode elektroda e6013, di mana angka 3 mengacu pada apa?
(2)(3)(4)(5)commit to user
v
MOTTO
Tata titi ateken tekun temah tekan.(Filosofi Jawa)
Try as hard as you want to, but just make sure that when you're finished, you
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Ibu, Bapak, dan kedua Adikku tersayang
yang selalu memberikan kasih sayang,
dukungan dan doa
Almamaterku
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang
telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Alih Kode dan Campur kode
dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Sastra
Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,
petunjuk, serta saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah
memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.
2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah
memberi izin dan kemudahan dalam pengerjaan skripsi penulis.
3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra
Daerah yang telah memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.
4. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat, dan
arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah memberikan
commit to user
viii
6. Bapak serta Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak
memberikan bekal selama perkuliahan.
7. Pimpinan dan Staf radio Top dan Slenk FM yang telah membantu dengan
memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
8. Staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret
atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang
diperlukan dalam menyusun skripsi ini.
9. Ibu dan Bapakku tersayang atas kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan
mereka untuk membesarkan, membimbing, dan mendoakan anak-anaknya.
10. Kedua Adikku dan keponakan-keponakanku sayang yang menjadi
semangatku dalam mengerjakan skripsi ini.
11. Teman-teman mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2008. Terima kasih atas
kebersamaan, kebahagiaan dan kasih sayang yang terjalin.
12. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk
apapun semoga Tuhan YME selalu memberikan berkah dan karunia-Nya.
Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh
dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
guna kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Amin.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERNYATAAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ... xii
ABSTRAK ... xiv
SARI PATHI... xv
ABSTRACT... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
commit to user
x
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR... 9
A. Sosiolinguistik ...…... 9
B. Kedwibahasaan dan Diglosia ... 10
C. Alih Kode ... 11
D. Campur Kode ... 15
E. Komponen Tutur ... 18
F. Pengertian Radio ... 19
G. Iklan ... 20
H. Fungsi Iklan ... 21
I. Jenis Iklan ... 22
J. Kerangka Pikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 25
A. Jenis Penelitian ... 25
B. Lokasi Penelitian... 26
C. Populasi dan Sampel... 26
D. Alat Penelitian ... 27
E. Data dan Sumber Data ... 27
F. Metode Pengumpulan Data ... 28
G. Metode Analisis Data ... 29
commit to user
xi
BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 35
1. Bentuk Alih Kode ... 35
2. Bentuk Campur Kode ... 52
B. Fungsi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 85
1. Fungsi Alih Kode ... 85
2. Fungsi Campur Kode ... 90
C. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 100
BAB V PENUTUP ... 115
A. Simpulan ... 115
B. Saran ... 117
DAFTAR PUSTAKA... 118
LAMPIRAN ... 120
commit to user
xii
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
A. Daftar Singkatan
AM :Amplitudo Modulation
a.n. : atas nama
BUL : Bagi Unsur Langsung
D1 s/d D27 : Data Iklan No 1 s/d Data Iklan No 27
DISHUBINFOKOM : Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi
dll. : dan lain-lain
FM :Frequency Modulation
FVO :Female Voice Over(Penyiar wanita)
KB : Keluarga Berencana
MVO :Man Voice Over(Penyiar pria)
O1 : Penutur
O2 : Mitra Tutur
O3 : Penutur ketiga
PHBS : Perilaku Hidup Bersih Sehat
PIKKRR : Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi
Remaja
RS : Radio Slenk
RSPD : Radio Siaran Pemerintah Daerah
commit to user
xiii
sbb. : sebagai berikut
SBJG : Sumber Baru Jaya Gemilang
SBLC : Simak Bebas Libat Cakap
SWT : Subhanahu Wa’Taala
YME : Yang Maha Esa
B. Daftar Tanda
Cetak miring : Menandakan data
Cetak miring tebal : Menandakan data yang dianalisis
“...” : Tanda petik menandakan kutipan langsung
‘...’ : Glos sebagai pengapit terjemahan
[...] : Tanda kurung titik-titik maksudnya ada kalimat yang
dihilangkan
/ : Garis miring sebagai tanda pemisah dan menandakan
commit to user
xiv
ABSTRAK
Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan
Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (2) bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (3) apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa
pada radio di Kabupaten Sukoharjo? Tujuan penelitian ini adalah: (1)
mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo (2) menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. (3) menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini berupa data lisan, yaitu berupa tuturan dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Lokasi penelitian ini di radio Top FM dan Slenk FM. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari hasil rekaman iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa rekaman iklan berbahasa Jawa yang di dalamnya mengandung peristiwa alih kode dan campur kode. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutannya menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis bentuk alih kode dan campur kode. Metode padan digunakan untuk menganalisis fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode.
commit to user
xv
SARI PATHI
Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.
Prêkawis ingkang dipuntiti salêbêting panalitèn, inggih punika: (1) kados
pundi wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing
Kabupaten Sukoharjo, (2) kados pundi fungsi alih kode sarta campur kode pariwara
basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3) prêkawis mênapa kemawon
ingkang anjalari panganggènipunalih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi
wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Ancasing panalitèn inggih punika: (1)
ngandharakên wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên
radio ing Kabupaten Sukoharjo, (2) ngandharakên pigunanipun alih kode sarta
campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3)
ngandharakên prêkawis ingkang anjalari panganggènipun alih kode sarta campur
kodepariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo.
Panalitèn mênika asipat deskriptif kualitatif. Data panalitèn awujud data
lesan, inggih punika awujud tuturan wontên ing salêbêting pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Dene papan panalitèn dipunlêksanakakên wontên ing
Radio Top FM sarta Slenk FM. Sumber data panalitèn punika saking rekaman
pariwara iklan wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo.Datapanalitèn punika awujud
pariwara basa Jawi ingkang ngandhut alih kode saha campur kode. Data
dipunkêmpalakên kanthi ngginakakên metode simak kanthi cara dhasar sadap
kalajêngakên caraSimak Bebas Libat Cakap, cara ngrêkam, sarta cara cathêt. Analisis
data ngginakakên metode distribusional lan metode padan. Metode distribusional
dipun-ginakakên kanggè ngandharakên wujudipun alih kode saha campur kode.
Metode padan dipun-ginakakên kangge ngandharakên fungsi lan faktor ingkang
anjalari panganggenipunalih kodelancampur kode.
Sasampunipun dipunlêksanakakên panalitèn, sagêd dipundudut, inggih
punika: (1) wujud alih kode ingkang pinanggihakên inggih mênika alih kode intern
inggih punika alih kode saking basa Jawi dhatêng basa Indonesia, alih kode saking
basa Indonesia dhatêng basa Jawi, lanalih kodewujud undha usuk basa Jawi. Wujud
campur kode ingkang pinanggihakên inggih mênika,campur kode têmbung,campur kode frasa, campur kode klausa, lan campur kode idiom. Pigunanipun alih kode
pariwara basa Jawi wonten ing radio Kabupaten Sukoharjo inggih punika: (1) kangge ngimbangi basa ingkang dipun-ginakakên mitra wicara, (2) amargi ewahipun wosing ginêman, (3) kangge ngandharakên suraosing pangandikan, (4) supados konsumen ingkang mirêngakên kapincut, (5) amargi nirokakên ginêman tiyang sanès.
Pigunanipun campur kodeinggih punika: (1) kangge nêdahaken jati diri, (2) kangge
ngiyatakên wosing ginêman, (3) kangge ngurmati wawan ginem, (4) kangge
kawibawan. Faktor ingkang anjalari panganggenipun alih kode lan campur kode
commit to user
xvi
ABSTRACT
Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo.Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University.
Problems discussed in this research namely: (1) how does the form of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (2) how is the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (3) what are the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? The purpose of this research are: (1) describe the shape of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (2) explain the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (3) explain the background occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency.
This research is qualitative descriptive. The data type in this research is an oral speech in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency. The location of this research at the Top and Slenk FM radio. The data source in this research comes from the record commercials on the radio in Sukoharjo Regency. The method of collecting data using listen methods to take a basic and continuation technical tapping sequel used the technique Involved Proficient Listen Free, recording technical, and technical notes. Methods of data analysis using distributional methods and matching methods. The method distribusional is used to analyze the switching and mixing code shape. Matching method is used to analyze the function and the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing.
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu cabang ilmu yang mempelajari bahasa dengan berbagai macam
hubungannya dengan masyarakat pemakai bahasa disebut sosiolinguistik.
Sosiolinguistik merupakan perpaduan antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi
adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia, lembaga-lembaga, dan
proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek
kajiannya (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 2).
Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa, melalui bahasa orang dapat
mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan
kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, masalah kebahasaan tidak
terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Pada hakikatnya manusia adalah
makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan
maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan
pendapatnya, maupun untuk mempengaruhi orang lain demi kepentingannya
sendiri maupun kelompok atau kepentingan bersama. Peranan bahasa yang utama
adalah sebagai alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang
lain dalam suatu masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh
anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat lain yang
commit to user
Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak
dapat lepas dari pemakainya. Di dalam kehidupan kita sekarang ini bahasa tidak
hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari saja, namun juga diabadikan oleh
media komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita dikelilingi oleh berbagai
macam media-media komunikasi yang dapat dengan mudah kita dapatkan.
Media-media komunikasi tersebut memberikan berbagai macam informasi yang
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
RI (1999: 11) menyebutkan bahwa salah satu media komunikasi tersebut adalah
radio.
Radio memegang peranan penting dalam menyebarluaskan informasi
sehingga mendapat julukan sebagai “kekuasaan yang kelima” (the fifth estate)
setelah pers atau surat kabar yang dianggap sebagai “kekuasaan keempat” (the
forth estate). Sebenarnya televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio
hanya dapat didengar, tetapi televisi selain dapat didengar (auditive) juga dapat
dilihat (visual). Walaupun demikian belum pernah televisi diberi julukan “the
sixth estate” (kekuasaan keenam).
Berbicara mengenai radio, banyak yang menarik dari media ini karena
radio memiliki kelebihan tersendiri, kelebihan itu antara lain programa hadir
dengan hiasan musik dan efek suara (sound effect), sehingga dalam menerima
acara/program siaran, pendengar seolah-olah sedang menikmati hiburan, segala
angan dan fantasi akan tergerakkan oleh acara yang dinikmatinya, karena
khalayak pendengar tidak melihat acara secara fisik, mereka melihat keseluruhan
commit to user
Dalam perkembangannya, radio sangat akrab dengan masyarakat, karena
media radio dapat menjadi media yang komunikatif, edukatif, dan mengibur,
hanya membutuhkan indra pendengaran sehingga dapat didengarkan di mana saja
ataupun sambil melakukan segala aktivitas. Radio tidak hanya berisi hiburan
misalnya musik, campursari atau bahkan yang lain, akan tetapi radio pada saat ini
juga memberikan atau menyampaikan informasi kepada masyarakat yang berupa
larangan, ajakan ataupun himbauan.
Iklan (advertising) merupakan fenomena pemakaian bahasa yang tidak
terpisahkan dengan kehidupan kita. Setiap hari ketika mendengarkan radio,
menonton televisi, membaca surat kabar, melakukan perjalanan niscaya kita
menemukan iklan. Iklan merupakan salah satu bagian penting untuk membangun
dan menciptakan merk. Itu sebabnya iklan muncul dengan berbagai ragam
pengucapan yang disesuaikan dengan kepribadian khalayak sasaran. Iklan
senantiasa hadir dan berada di sekitar lingkungan kita. Iklan merupakan bentuk
komunikasi yang digunakan orang, kelompok orang, atau suatu lembaga untuk
menyampaikan informasi dan juga visi serta misi kepada pihak lain, khalayak
(audience) (Sarwiji Suwandi, 2008: 107).
Iklan merupakan salah satu jenis dan bentuk siaran dalam radio yang
biasanya diputar setiap jeda acara. Terkadang iklan memberi hiburan tersendiri
bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi
musik maupun bahasa yang digunakan. Bahasa Jawa yang digunakan untuk
berkomunikasi di radio merupakan cerminan bahasa masyarakat yang dapat
menyebabkan timbulnya gejala sosial, yang tidak dapat dilepaskan dari
commit to user
Penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi iklan radio ini menimbulkan
terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode. Hal ini hanya terjadi dalam
masyarakat multilungual yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa/lebih,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alih kode dan campur kode adalah
bagian dari sosiolinguistik.
Berikut adalah contoh alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa
Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
O1 : Hah, urip seprana-seprene kok tanpa enek perubahan
blas, apike ki apa tambah anak wae ya Mah?
O2 : Ya ampun Mas-mas, anak wis loro kok jik kurang wae.
O1 : Kata orang banyak anak kan banyak rejeki ta?
O2 : Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja
mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau
mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong!
O1 : Lhoh, aku ki kan ya gur mbok menawa kok.
O2 :Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.
MVO : Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya ta? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.
Terjemahan:
O1 : „Hah, hidup sejak dulu sampai sekarang tidak ada
perubahan sama sekali, apa sebaiknya tambah satu anak
lagi saja ya Mah?‟
O2 : „Ya ampun Mas-mas, anak sudah dua masih saja kurang.‟ O1 : „Kata orang banyak anak itu banyak rejeki.‟
O2 : „Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan,
jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau
mau tambah anak ya harus diperhitungkan dulu!‟
O1 : „Saya mengatakan itu hanya jika mungkin.‟
O2 : „Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan
dulu sebelum terlanjur Mas.‟
MVO : „Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya kan? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika
commit to user
Pada contoh di atas merupakan bentuk iklan layanan masyarakat yang
sifatnya memberikan informasi kepada masyarakat. Iklan di atas berbentuk dialog
antara suami dan istri. Dalam peristiwa di atas terjadi peristiwa alih kode dan
campur kode yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal agar iklan dapat lebih
mudah dipahami oleh pendengar.
Penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang iklan di radio adalah
sebagai berikut.
1. Agus Budiyono pada tahun 1999 yang berupa skripsi dengan judul Iklan
Berbahasa Jawa di Radio Se-Kodia Surakarta. Hasil penelitian ini
mendeskripsikan jenis-jenis iklan, struktur kebahasaan iklan dan pemakaian
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata.
2. Ferra Kartikasari pada tahun 2005 yang berupa skripsi dengan judul
Pemakaian bahasa Jawa dalam Iklan Radio di Kota Pekalongan
(Tinjauan Sosiolinguistik). Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang
bentuk bahasa dalam penggunaan alih kode, campur kode, dan interferensi
bahasa, faktor penentu bahasa serta fungsi bahasa Jawa dalam iklan di radio.
Bahasa iklan adalah salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yang
mempunyai bentuk komunikasi yang khas. Iklan radio memiliki sifat yang sangat
lokal sehingga menjadi salah satu media yang dapat digunakan perusahaan lokal
untuk mempromosikan produknya. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah
dilakukan di atas maka peneliti mengambil objek iklan berbahasa Jawa pada radio
di Kabupaten Sukoharjo untuk diteliti karena: (1) radio merupakan salah satu alat
komunikasi yang cukup komunikatif dan juga disukai oleh masyarakat, (2) bahasa
commit to user
iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan
mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun bahasa yang digunakan (3)
kekhasan bahasa iklan yang biasanya diawali dengan dialog antara laki-laki dan
perempuan yang diakhiri dengan pernyataan persuasif dari penyiar agar pendengar
lebih tertarik, hal ini menunjukkan ciri khas tersendiri bagi iklan radio di
kabupaten Sukoharjo, (4) penelitian iklan berbahasa Jawa pada radio di
Kabupaten Sukoharjo belum pernah diteliti, dari beberapa alasan di atas maka
peneliti tertarik untuk meneliti iklan radio berbahasa Jawa pada radio di
Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil judul: Alih Kode dan Campur Kode
dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo.
B. Rumusan Masalah
Dalam suatu penelitian terdapat pembatasan masalah, hal ini dilakukan
agar penelitian dapat terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Edi
Subroto (1992: 88) menegaskan bahwa “masalah yang akan diteliti perlu
diklasifikasikan secara lebih terinci dan dirumuskan dalam
pertanyaan-pertanyaan” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa
pada radio di Kabupaten Sukoharjo?
2. Bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa
pada radio di Kabupaten Sukoharjo?
3. Apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan
berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
2. Menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa
pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
3. Menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan
berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni manfaat
teoretis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
teoretis yaitu hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya pengetahuan
tentang teori sosiolinguistik khususnya penggunaan alih kode dan campur kode
dalam iklan berbahasa Jawa pada radio.
2. Manfaat Praktis
a. Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi
sumbangan materi pelajaran bahasa Jawa bagi guru/pengajar bahasa Jawa
terutama mengenai sosiolinguistik.
b. Memberi informasi tentang penggunaan alih kode dan campur kode
dalam tuturan iklan bahasa Jawa.
commit to user
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai
berikut.
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang sosiolinguistik,
kedwibahasaan dan diglosia, alih kode, campur kode, komponen tutur, pengertian
radio, iklan, fungsi iklan, jenis iklan, dan kerangka pikir.
Bab III Metode Penelitian. Bab ini meliputi: jenis penelitian, lokasi
penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, data dan sumber data, metode
pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.
Bab IV Hasil Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini membahas
mengenai bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi pemakaian alih kode
dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
Bab V Penutup. Bab terakhir berisi simpulan dan saran dari hasil
commit to user
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Sosiolinguistik
Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu
yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sedangkan sosiolinguistik
merupakan studi interdisipliner yang menggarap masalah-masalah sosial
(Soewito, 1983: 3). Menurut Nababan, sosiolinguistik merupakan studi atau
pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota
masyarakat. Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan
membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya yang terdapat dalam
bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan, secara khusus dalam
konteks sosial dan kebudayaan yang menghubungkan faktor-faktor kebahasaan,
mengkaji fungsi-fungsi dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.
Sosiolinguistik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang bersifat
antardisiplin yakni gabungan antara sosiologi dan linguistik. Seperti kita ketahui
bersama, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat itu
terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang
mempelajari bahasa. Secara sederhana, sosiolinguistik dapat diartikan sebagai
bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah studi yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan
commit to user
B. Kedwibahasaan dan Diglosia
Suwito berpendapat bahwa baik kedwibahasaan maupun diglosia pada
hakikatnya adalah peristiwa menyangkut pemakaian dua bahasa yang
dipergunakan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu masyarakat,
maka antara kedua peristiwa itu nampak adanya hubungan timbal-balik yang
mewarnai sifat masyarakat tuturnya (1983: 47).
Mackey dan Fishman dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010: 84)
mengungkapkan bahwa bilingualisme (Inggris bilingualism) dalam bahasa
Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat
dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan
penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, secara
umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang
penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Suwito (1983: 44) menjelaskan bahwa diglosia adalah keadaan dimana
dua bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang sama, tetapi masing-masing
bahasa mempunyai fungsi atau peranannya sendiri-sendiri dalam konteks
sosialnya. Aslinda dan Leni Syafyahya mengutarakan bahwa pengertian diglosia
boleh dikatakan sama dengan kedwibahasaan, tetapi istilah diglosia lebih
cenderung dipakai untuk menunjukkan keadaan masyarakat tutur, dimana
terjadinya alokasi fungsi dari dua bahasa atau ragam. Di sisi lain, istilah
kedwibahasaan lebih ditekankan pada keadaan pemakai bahasa itu (2010: 27).
Ciri situasi diglosia yang paling penting ialah pengkhususan fungsi
masing-masing ragam bahasa. Ragam bahasa tinggi khusus digunakan dalam
commit to user
rencana dalam surat kabar, dan pada penulisan puisi bermutu tinggi. Sebaliknya,
ragam bahasa rendah digunakan dalam percakapan sesama anggota masyarakat,
antara teman, cerita bersambung radio, sastra rakyat, film kartun.
Dari beberapa pengertian mengenai diglosia secara rinci dapat ditarik
kesimpulan bahwa kedwibahasaan sama dengan diglosia yaitu pemakaian dua
bahasa atau dua ragam, yang menekankan pada pembagian fungsional atas
variasi-variasi bahasa yang ada, dengan catatan ada satu variasi yang dianggap
“tinggi”, digunakan untuk komunikasi resmi atau bahasa publik, dengan ciri-ciri
lebih kompleks dan konservatif. Kemudian, ada variasi lain yang dianggap
“rendah”, digunakan untuk komunikasi tidak resmi dan strukturnya disesuaikan
dengan saluran komunikasi lisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang
dapat menggunakan dua bahasa disebut dengan bilingual atau dwibahasawan atau
diglosik.
C. Alih Kode
Menurut Suwito, alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu
ke kode yang lain (1983:68). Hal tersebut diperkuat oleh Harimurti Kridalaksana
yang memaparkan bahwa alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain atau
bahasa lain dalam satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk menyesuaikan diri
dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain (2008: 9).
Kemudian Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa alih kode merupakan salah
satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat bilingual
atau multilingual. Alih kode adalah suatu peralihan pemakaian suatu bahasa ke
commit to user
Hymes mengatakan bahwa alih kode adalah situasi umum untuk menyebut
pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu
bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari satu ragam (dalam Rahardi, 2010: 24).
Artinya bahwa menurut Dell Hymes alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa,
tetapi juga terjadi antar ragam ragam atau gaya-gaya yang berbeda dalam suatu
bahasa. Apabila seseorang berkomunikasi semula menggunakan bahasa Jawa
kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia, atau berubah dari ragam santai
menjadi ragam resmi atau kebalikannya, maka peralihan penggunaan bahasa
tersebut disebut alih kode.
Suwito (1983: 68-69) mengungkapkan bahwa alih kode mungkin
berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau alih register. Ciri-ciri alih kode
adalah penggunaan dua bahasa (atau lebih) itu ditandai oleh (a) masing-masing
bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b)
fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan
perubahan konteks. Disimpulkan bahwa bentuk alih kode adalah alih varian, alih
gaya atau alih register. Alih kode secara bahasa dapat dilihat dari alih bahasa dan
alih ragam dalam dua konteks yang berbeda.
Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang
disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya
sosio-situasional. Beberapa faktor yang biasanya merupakan faktor penyebab
terjadinya alih kode sebagai berikut.
a. Penutur (01)
Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih
commit to user
tersebut dilakukan dengan maksud mengubah situasi, yaitu dari situasi
resmi ke situasi tak resmi.
b. Lawan tutur (02)
Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang
dipergunakan oleh lawan tuturnya.
c. Hadirnya penutur ketiga (03)
Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada
umumnya saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya, tetapi
apabila kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang
itu berbeda latar kebahasaannya, biasanya dua orang pertama beralih ke
bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.
d. Pokok pembicaraan (topik)
Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang termasuk
dominan dalam menentukan terjadinya alih kode.
e. Untuk membangkitkan rasa humor
Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat atau
pelawak untuk membangkitkan rasa humor. Bagi pimpinan rapat
bangkitnya rasa humor diperlukan untuk menyegarkan suasana yang
dirasakan mulai lesu.
f. Untuk sekedar bergengsi
Sebagian penutur yang beralih kode sekedar untuk bergengsi. Hal
itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan
faktor-faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia
commit to user
Alih kode masing-masing bahasa mendukung fungsi tersendiri secara
eksklusif dan peralihan kode terjadi apabila penuturnya merasa bahwa situasinya
relevan dengan peralihan kodenya. Dengan demikian, alih kode menunjukkan
suatu gejala saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan fungsi
relevansial di dalam pemakaian suatu bahasa atau lebih (Suwito, 1983: 69).
Fungsi adalah beban makna suatu satuan bahasa; penggunaan bahasa untuk tujuan
tertentu (Harimurti Kridalaksana, 2008: 67).
Secara lebih rinci Grosjean (dalam Herudjati Purwoko, 2008: 51)
memberikan gambaran aneka macam tujuan atau fungsi alih kode, kepentingan
para penutur asli yaitu: (1) memenuhi kebutuhan yang bersifat linguistik yakni
memilih kata, frasa, kalimat atau wacana yang tepat, (2) menyambung
pembicaraan sesuai dengan bahasa yang digunakan terakhir, (3) mengutip kalimat
orang lain, (4) menyebutkan orang yang dimaksudkan dalam pembicaraan, (5)
mempertegas pesan pembicaraan: menyangatkan atau menekankan argumen, (6)
mempertegas keterlibatan pembicaraan (mempersonifikasikan pesan), (7)
menandai dan menegaskan identitas kelompok (solidaritas), (8) menyampaikan
hal-hal rahasia, kemarahan, atau kejengkelan, (9) membuat orang lain yang tak
dikehendaki tidak bisa memahami pembicaraan, (10) mengubah peran
pembicaran, menaikkan status, menegaskan otoritas, memperlihatkan kepandaian.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari
kode yang satu ke kode yang lain. Dengan catatan bahwa alih kode memiliki dua
bahasa yang berbeda sistem gramatikalnya, kemudian dua bahasa itu masih
mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya (kesatuan topik),
commit to user
perubahan konteks (kesatuan topik). Penelitian ini menganalisis mengenai fungsi
alih kode, fungsi yang dimaksud adalah penggunaan alih kode untuk tujuan
tertentu. Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini lebih
secara kebahasaan dan tidak terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya
alih kode.
D. Campur Kode
Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada
fenomena alih kode. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa
yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu
bahasa yang tertentu. Yang dimaksud serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa
atau unit bahasa yang lebih besar.
Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan
suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur
bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur,
seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri
menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena
keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,
sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya
mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan
(linguistic convergence). Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa,
misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam
commit to user Campur kode memiliki ciri-ciri yaitu:
1. tidak ditentukan oleh pilihan kode, tetapi berlangsung tanpa hal yang menjadi
tuntutan seseorang untuk mencampurkan unsur suatu varian bahasa ke dalam
bahasa lain.
2. campur kode berlaku pada bahasa yang berbeda.
3. terjadi pada situasi yang informal, dalam situasi formal terjadi hanya kalau
tidak tersedia kata atau ungkapan dalam bahasa yang sedang digunakan.
Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi
informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi campur kode, kalau
terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan
yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu
memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan,
1991: 32)
Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber
dari bahasa asli dengan segala variasinya
2. Campur kode ke luar (outercode-mixing): Campur kode yang berasal dari
bahasa asing.
Menurut Suwito(1983: 78-80), berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang
terlibat di dalamnya, bentuk campur kode dapat dibedakan menjadi:
1. penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.
2. penyisipan unsur-unsur berwujud frasa.
3. penyisipan unsur-unsur bentuk baster.
commit to user
5. penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom.
6. penyisipan unsur-unsur berwujud klausa.
Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. sikap (attitudinaltype) latar belakang sikap penutur
2. kebahasaan (linguistic type) latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga
ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk
menjelaskan atau menafsirkan.
Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan
(penutur), bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang memiliki latar
belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk
mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan campur kode demikian
dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam
masyarakat (Suwito, 1983: 78).
Sarwiji Suwandi (2008: 95) menemukan faktor yang menyebabkan campur
kode yaitu: (1) partisipan mempunyai latar belakang bahasa ibu yang sama,
misalnya bahasa Jawa; (2) adanya keinginan penutur untuk memperoleh ungkapan
yang “pas”; dan (3) kebiasaan dan kesantaian peserta tindak tutur dalam
berkomunikasi (bercakap-cakap). Dapat disimpulkan bahwa faktor yang
melatarbelakangi campur kode adalah (1) identifikasi peranan atau peran sosial
penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur, dan (3) keinginan untuk
menjelaskan dan menafsirkan. Dalam hal ini ketiganya saling bergantung dan
tidak jarang bertumpang tindih (overlap). Disimpulkan fungsi campur kode adalah
(1) sebagai penghormatan, (2) menegaskan suatu maksud tertentu, (3)
commit to user
E. Komponen Tutur
Komponen tutur adalah suatu komponen yang mendasari suatu analisis
dari suatu tuturan. Adapun untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi
penggunaan alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di
Kabupaten Sukoharjo yakni menggunakan lima faktor komponen tutur, (1)
penutur atau pembicara; (2) mitra tutur atau lawan bicara; (3) situasi tutur; (4)
tujuan tutur; (5) hal yang dituturkan (Maryono Dwiraharjo, 2001: 143). Dari
kelima komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Penutur
Penutur adalah sebagai pihak atau orang pertama yang mengajak bicara
kepada mitra tutur.
2. Mitra tutur
Mitra tutur adalah orang atau pihak kedua yang diajak bicara oleh penutur
akan menyesuaikan diri dengan penuturnya atau pihak pertama.
Penyesuaian diri yang dimaksud selaras dengan corak hubungannya (relasi
mitra tutur dengan penutur).
3. Situasi tutur
Situasi tutur berhubungan dengan waktu dan tempat terjadinya suatu
peristiwa tutur.
4. Tujuan tutur
Tujuan tutur dapat dicerminkan dalam suatu wacana lisan ataupun wacana
tulis. Pada penelitian ini menggunakan wacana iklan radio termasuk dalam
commit to user
mempengaruhi konsumen untuk membeli produk barang atau jasa, selain
itu juga berisi informasi memberi himbauan kepada masyarakat.
5. Hal yang dituturkan
Sama halnya dengan tujuan tutur, untuk penuturan mengenai hal yang
dituturkan atau dibicarakan dapat diungkapkan dalam bentuk tingkat tutur.
Kelima komponen tutur ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri karena
masing-masing unsur memiliki kaitan yang erat. Akan tetapi dari kelima unsur
tersebut, faktor penentu yang paling dominan dalam terjadinya tuturan adalah
hubungan/status antara penutur dengan lawan tuturnya (Maryono, 2001: 143).
F. Pengertian Radio
Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1999: 7), radio
merupakan suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan, dan
menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau
sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan
pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia radio dapat diartikan: 1. siaran (pengiriman) suara atau bunyi
melalui udara; 2. pemancar radio; 3. pesawat radio.
Dalam siaran pemancar radio ini, kita mengenal teknik pemodulasian yang
dasarnya ada dua macam, yaitu:
a. Sistem pemodulasi AM (Amplitudo Modulation)
Sistem Pemodulasi AM adalah proses penumpangan sinyal
pembawa diubah-ubah sesuai dengan informasi sebelum pindah ke jalur
commit to user
stasiun lokal dengan daya transmisi sebesar 100-250 Watt. Sedang stasiun
regional hingga 50.000 Watt, semakin rendah frekuensi akan semakin jauh
sinyal dapat dipancarkan. Umumnya digemari oleh golongan menengah ke
bawah.
b. Sistem pemodulasi FM (Frequency Modulation)
Sistem pemodulasi FM adalah proses penumpangan sinyal
informasi pada sinyal, dimana frekuensi sinyal pembawa berubah-ubah
seirama dengan sinyal informasi. Biasanya jarak maksimal sinyal 50 mil
dan karena tonal pada radio ini cukup baik, maka umumnya disenangi
golongan masyarakat ke atas dan kota-kota besar.
Kekhususan pemancar FM:
1. Seluruhnya pemancar FM yang dipancarkan bermanfaat.
2. Pemancar FM bekerja pada frekuensi sinyal tinggi.
3. Biaya pembuatan lebih mahal daripada AM.
4. Jarak jangkauan FM lebih tinggi.
G. Iklan
Pengertian iklan menurut KBBI adalah: (1) berita pesanan untuk
mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang
ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang
dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di
tempat umum. Iklan menurut Wright (dalam Sarwiji, 2008: 108) adalah
komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat
commit to user
atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Jika
dicermati, batasan di atas mengandung dua hal pokok: (1) iklan dipandang sebagai
alat pemasaran dan (2) iklan dalam pengertian proses komunikasi yang persuasif.
Namun demikian, keduanya tetap mengandung pengertian yang sama, yaitu
kegiatan menjual barang, jasa, ide atau gagasan kepada khalayak.
H. Fungsi Iklan
Menurut Liliweri (dalam Sarwiji, 2008: 109) fungsi iklan dibagi menjadi
lima, yaitu:
1. Fungsi Pemasaran
Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para
pemakai atau pembeli tehadap barang atau jasa serta gagasan yang
diperlukan.
2. Fungsi Komunikasi
Berkenaan dengan fungsi kedua, iklan berisi cerita atau berita
mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi syarat-syarat
pemberitaan.
3. Fungsi Pendidikan
Fungsi ini sebenarnya merupakan bagian dari fungsi komunikasi.
Secara khusus sebenarnya setiap ulasan efek komunikasi, efek
commit to user
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ini mengakibatkan orang makin tahu tentang produk-produk
tertentu, bentuk pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas
ide-ide yang mendatangkan keuntungan finansial.
5. Fungsi Sosial
Iklan berfungsi menggerakan suatu perubahan standar hidup yang
ditentukan oleh kebutuhan manusia.
I. Jenis Iklan
Adapun jenis iklan (Harley Prayudha, 2006: 53-56) yang sering disiarkan
di radio adalah sebagai berikut.
1. Iklan Komersial
Iklan komersial adalah iklan yang menawarkan barang dan jasa. Sebagian
besar iklan yang kita temui di berbagai tempat merupakan iklan komersial.
Kelangsungan hidup sebuah stasiun radio (khususnya radio swasta) adalah dari
siaran iklan. Banyak radio yang kembang kempis karena tidak memperoleh iklan,
karena bisnis stasiun radio adalah dari pengiklan yang ingin berpromosi di media
radio.
2. Iklan Non-Komersial
Iklan non komersial biasa disebut juga sebagai iklan sosial atau iklan
layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat ini tidak bertujuan untuk
menawarkan barang dan jasa. Biasanya iklan ini bertujuan untuk pencapaian
kondisi berkehidupan yang lebih baik (menurut pemasang iklan). Contoh iklan
commit to user
tentang pemanasan global atau iklan tentang global warming, iklan tentang
pencemaran air, dan iklan tentang penggundulan hutan, iklan penyuluhan KB.
Contoh-contoh iklan tadi merupakan sebagian kecil dari contoh iklan layanan
masyarakat atau non-komersial. Iklan layanan masyarakat ini dibuat untuk
membuat sesuatu yang dibutuhkan, namun benar-benar dikerjakan untuk
mendukung keutuhan dan aspirasi masyarakat.
J. Kerangka Pikir
Iklan Komersial
a. Bentuk alih kode
b. Fungsi alih kode
c. Faktor yang
melatarbelakangi alih kode
Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo
Iklan Non- Komersial
Kode
a. Bentuk campur kode
b. Fungsi campur kode
c. Faktor yang
melatarbelakangi campur kode
commit to user
Keterangan:
Kerangka pikir dalam penelitian ini merupakan penggambaran pemikiran
yang digunakan peneliti dalam memahami masalah yang akan diteliti. Objek
penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
Dalam kegiatan periklanan, radio juga menginformasikan produk-produknya baik
dalam bentuk iklan non-komersial (layanan masyarakat) maupun iklan komersial.
Untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan mereka maka
terciptalah tuturan iklan yang mengandung pilihan beberapa kode bahasa yang
menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode dalam tuturannya.
Berdasarkan landasan teori pemakaian bahasa dalam iklan berbahasa Jawa pada
radio maka peneliti mengambil objek sosiolinguistik dari segi alih kode dan
campur kode sebagai objek kajiannya. Wujud pemakaian bahasa Jawa tersebut
kemudian ditelaah pada aspek bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi
terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di
commit to user
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah cara untuk mengamati atau menganalisis suatu fenomena,
sedangkan metode penelitian mencakup kesatuan dan serangkaian proses
penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik
pengumpulan data dan analisis data (Edi Subroto, 1992: 31). Dalam metode
penelitian akan dijelaskan mengenai delapan hal, yaitu: (A) jenis penelitian, (B)
lokasi penelitian, (C) populasi dan sampel, (D) alat penelitian, (E) data dan
sumber data, (F) metode pengumpulan data, (G) metode analisis data, dan (H)
metode penyajian hasil analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian berjudul Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa
Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo termasuk jenis penelitian deskriptif
kualitatif. Deskriptif artinya mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan secara
cermat dan teliti berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya (Sumarlam,
2010: 169). Kualitatif artinya temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin dalam Syamsuddin,
2009: 73). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi
kualitatif sehingga lebih menekankan pada proses dan makna dengan cara
mendeskripsikan sesuatu masalah (Sutopo, 2002: 38). Dalam penelitian ini data
commit to user
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kabupaten Sokoharjo, tepatnya di radio Top FM
dan radio Slenk FM. Radio Top FM terletak di Jalan Veteran No. 1 Sukoharjo,
radio ini terletak tepat di sebelah utara atau di depan kantor DPRD Kabupaten
Sukoharjo yang merupakan pusat kota. Radio Top FM adalah Radio Siaran
Pemerintah Daerah maka radio ini merupakan media pemerintah untuk
menyampaikan infomasi kepada masyarakat Sukoharjo khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya. Radio Slenk FM yang beralamat di Kranggan RT
02/RW 18 Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Alasan dipilihnya kedua radio ini
karena mengandung iklan bahasa Jawa yang di dalamnya juga terjadi peristiwa
alih kode dan campur kode, alasan yang lain adalah karena kedua radio ini
mengedepankan budaya Jawa yaitu dengan adanya program acara wayang kulit,
dengan latar belakang Radio Slenk FM yang pemiliknya adalah dalang yaitu Ki
Warseno Slenk maka radio ini juga dikenal sebagai radio budaya.
C. Populasi dan sampel
Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya adalah
keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan dalam iklan di Radio Top FM
dan Radio Slenk FM di Kabupaten Sukoharjo.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian
langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara
keseluruhan (Edi Subroto, 1993: 32). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
commit to user
selektif disesuaikan kebutuhan dalam sifat-sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya (Sudaryanto, 1992: 29). Sampel dalam penelitian ini berupa tuturan
iklan berbahasa Jawa yang mengandung alih kode dan campur kode yang dapat
mewakili populasi. Tuturan iklan ini diambil dari Radio Top FM dan Radio Slenk
FM di Kabupaten Sukoharjo.
D. Alat Penelitian
Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang
paling dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data, sedangkan alat
bantu berguna untuk memperlancar jalannya penelitian. Adapun alat bantu dalam
penelitian ini yakni pena, pensil, buku catatan, alat perekam, komputer, kertas,
stabilo.
E. Data dan Sumber Data
Data adalah bahan penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data lisan
berupa tuturan iklan berbahasa Jawa di Radio Top FM dan Slenk FM yang di
dalamnya mengandung peristiwa alih kode dan campur kode, data ini berjumlah
27 tuturan iklan. Data ini diperoleh dari rekaman iklan berbahasa Jawa yang
disiarkan oleh radio Top FM dan Slenk FM dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu
sejak bulan Oktober 2011-Maret 2012.
Sumber data adalah si penghasil atau pencipta bahasa yang sekaligus tentu
saja si penghasil atau pencipta data yang dimaksud, biasanya disebut dengan
commit to user
pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Sumber data ini diambil melalui rekaman dari
radio yang menyiarkan iklan berbahasa Jawa di Radio Top FM dan Radio Slenk
FM di Kabupaten Sukoharjo.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan
menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2001: 136). Pengumpulan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu
metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan
penyimakan penggunaan bahasa iklan bahasa Jawa di radio Top FM dan Slenk
FM. Adapun teknik dasarnya menggunakan teknik sadap yaitu mendapatkan data
dengan menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang. Teknik lanjutan
menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik
catat (Sudaryanto, 1993: 133).
Dalam teknik SBLC penulis tidak ikut serta dalam proses pembicaraan
baik dalam proses pembicaraan maupun lawan bicara, baik secara bergantian baik
yang bersifat komunikasi (dua arah dan timbal-balik), maupun yang bersifat
kontak (satu orang).
Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SBLC, digunakan
untuk mengabadikan data. Bersamaan dengan teknik rekam digunakan juga teknik
catat yaitu mencatat semua data yang sudah terkumpul, ditranskripsikan dan
commit to user
G. Metode Analisis Data
Analisis merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang
terkandung pada data (Sudaryanto, 1992: 6). Analisis data bertujuan untuk
mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan bentuk alih kode dan
campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo,
fungsi, dan faktor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian dapat diketahui
pengaruh peristiwa-peristiwa terhadap pemakaian bahasa Jawa, sehingga
pertanyaan dalam perumusan masalah dapat terjawab. Dalam menganalisis data
penulis menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode
distribusional untuk menjawab rumusan masalah pertama, sedangkan untuk
rumusan masalah kedua dan ketiga menggunakan metode padan.
a. Metode Distribusional
Metode distribusional ialah metode analisis data yang alat penentunya
adalah dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Metode
ini digunakan untuk menganalisis wujud bahasa Jawa yang berupa alih kode dan
campur kode pada iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL).
Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur
sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti.
Teknik ganti adalah teknik yang digunakan untuk menyelidiki adanya
keparalelan atau kesejajaran distribusi atau satuan lingual atau antara bentuk
lainnya (D. Edi Subroto, 1992: 74). Kegunaan teknik ganti ini adalah untuk
commit to user
pengganti. Khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti
(Sudaryanto, 1993: 48)
Penerapan teknik analisis ini dapat dijelaskan pada contoh tuturan berikut:
O1 : “Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga kecil keluarga
bahagia, katanya dua anak cukup.”
„Pak-pak, setiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu
RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia,
katanya dua anak cukup.‟
Data dianalisis dengan teknik BUL menjadi dua unsur langsung seperti di
bawah ini.
1a) ”Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu
RT.”
„Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT.‟
1b) “Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua
anak cukup.”
„Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟
Bu RT. Saiki kan jamane keluwarga cilik keluwarga ayem, jarene
anak loro wis cukup”
„Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT.
Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya
commit to user
Dari analisis tersebut peristiwa campur kode dan alih kode bahasa Indonesia tidak
perlu terjadi, karena dapat menggunakan bahasa Jawa secara makna sama dengan
makna dari campur kode dan alih kode yang digunakan penutur.
b. Metode Padan
Metode padan dalam penelitian ini dipakai untuk menganalisis faktor dan
fungsi alih kode dan campur kode. Metode Padan ialah metode analisis data yang
penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian yang bersangkutan
(Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Edi Subroto (1992: 55-60), metode padan
berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima yakni:
1. Metode padan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang ditunjuk
bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, derajat, sifat,
kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas dan tidak
menjadi bagian dari bahasa.
2. Metode padan dengan alat penentunya alat ucap (fonetis artikulatoris).
3. Metode padan dengan alat penentunya bahasa lain (translasional).
4. Metode padan dengan alat penentu bahasa tulisan (ortografis).
5. Metode padan dengan alat penentunya lawan bicara (pragmatis).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode padan dengan alat
penentu referent untuk mengetahui faktor dan fungsi terjadinya alih kode dan
campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
Teknik dasar metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu
(PUP), alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki peneliti.
Teknik ini digunakan untuk memilah data dengan menggunakan alat komponen
commit to user
Penerapan analisis untuk menentukan faktor dan fungsi terjadinya alih kode
dan campur kode dapat dijelaskan sebagai berikut:
(Backsound bayi menangis)
O1 : “Pak-pak, tiap taun kok mesthi nambah siji lho, isin aku
Pak karo bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga
kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.”
O2 : “Ah wong barang wis kebacut kok Bune, lha wingi-wingi
kon KB ya gur meneng.”
O1 : “Ah emoh Pak, ibu ndhak lemu, Bapak mawon sing
ndherekKB ya, ya Pak ya?”
O2 : “Bune ki lak tenan ta, mesthi kok senengane nganeh-nganehi, masak ya apa ana bapak-bapak kok kon KB, njur
lak ya piye, jenenge lak ya?”
O1 : “Lha njenengan iki pripun ta ya, ngetrend lho Pak
ndherek KB vasektomi napa ngagemkondom lho Pak.”
O2 : “Hah, gah ribet ngono kuwi arep kepenak ndadak kakean
ruwet.”
O1 : “Ya wis yen ra gelem nggih sampun, ning diampet nggih,
rong taun!”
MVO : “Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top
Sukoharjo.”
Terjemahan:
O1 : „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah anak satu, malu aku Pak dengan bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil
keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟
O2 : „Ah sudah terlanjur Bu, kemarin disuruh KB juga hanya
diam‟.
O1 : „Ah tidak mau Pak, nanti Ibu gemuk, Bapak saja yang ikut
KB ya, ya Pak ya?‟
O2 : „Ibu ini, pasti sukanya yang aneh-aneh, masak ya apa ada
bapak-bapak disuruh KB, lha nanti bagaimana?‟
O1 : „Lha Bapak ini bagaimana sih, ngetrend Pak ikut KB
vasektomi atau pakai kondom Pak.‟
O2 : „Hah, tidak mau, repot seperti itu, mau enak saja pakai
repot.‟
O1 : „Ya sudah kalau tidak mau, tapi ditahan ya, dua tahun!‟ MVO : „Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria
berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top
commit to user
Untuk menentukan fungsi dan latar belakang dari penggunaan alih kode
dan campur kode dapat dianalisis menggunakan metode padan dengan teknik atau
alat penentunya referensial. Adapun analisis dengan menggunakan metode
tersebut terlihat sebagai berikut.
Fungsi campur kode dengan adanya leksikon krama di dalam percakapan
dalam data di atas adalah untuk menghormati O2 selaku mitra tutur yaitu suami.
Sedangkan fungsi alih kode ke dalam bahasa Indonesia adalah untuk mengutip
perkataan orang lain agar lebih komunikatif dan persuasif sehingga pendengar
lebih tertarik dalam mendengarkan iklan tersebut.
Latar belakang penggunaan tuturan tersebut dapat dianalisis
menggunakan komponen tutur ( penutur, mitra tutur, situasi tutur, tujuan tuturan,
dan hal yang dituturkan) (Maryono, 2001: 143). Peserta tutur adalah antara suami,
istri dan juga penyiar. Dalam dialog tersebut membicarakan tentang adanya
program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dengan mempunyai
cukup dua anak saja. Tujuan dari percakapan di atas adalah untuk mengajak para
bapak untuk mengikuti program KB dengan cara menggunakan kondom atau
vesektomi. Situasi tutur tersebut terjadi pada saat bapak sedang bersantai dan sang
ibu sedang membuatkan susu anaknya yang sedang menangis. Situasi yang
tercipta berjalan dengan santai dan obrolan berlangsung dengan akrab karena
commit to user
H. Metode Penyajian Hasil Analisis
Dalam penyajian hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan metode
informal. Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis dengan
menggunakan lambang atau tanda-tanda. Metode penyajian dengan kata-kata
biasa atau sederhana agar mudah dipahami (Sudaryanto, 1993: 145). Teknik
formal diuraikan dengan perumusan tanda, seperti tanda kurung ( ), titik (.), tanda
petik (“...”), tanda sama dengan (=). Adapun lambang yang dimaksud diantaranya
commit to user
35
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Deskripsi hasil analisis pada bab IV ini meliputi, (1) bentuk alih kode dan
campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo, (2)
fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di
Kabupaten Sukoharjo, dan (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode
dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.
A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa
pada Radio di Kabupaten Sukoharjo
1. Bentuk Alih Kode
Alih kode merupakan peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain,
dari variasi satu ke variasi lain atau beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Dalam
masyarakat tutur tertentu terutama yang mengenal tingkatan bahasa sosial
(undha-usuk). Peristiwa alih kode dapat dilihat pada data sebagai berikut.
a. Alih Kode Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia
Data (1)
O1 : E...e...e... bise ki kurang ajar tenan ki, ra ngerti peraturan pa
piye? Kok malah mandheg, bikin macet saja.
„E...e...e... bisnya ini kurang ajar betul, tidak tahu peraturan apa?
Mengapa berhenti, bikin macet saja.‟
O2 : Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?
„Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?‟
O1 : Eh Pak LLAJ ta? Itu lho Pak bise itu lho, harusnya di bangjo