• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

ALIH KODE DAN CAMPUR KODE

DALAM IKLAN BERBAHASA JAWA

PADA RADIO DI KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

SRI KUSUMA WARDANI

C0108051

JURUSAN SASTRA DAERAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

▸ Baca selengkapnya: kode elektroda e6013, di mana angka 3 mengacu pada apa?

(2)
(3)
(4)
(5)

commit to user

v

MOTTO

Tata titi ateken tekun temah tekan.(Filosofi Jawa)

Try as hard as you want to, but just make sure that when you're finished, you

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

Ibu, Bapak, dan kedua Adikku tersayang

yang selalu memberikan kasih sayang,

dukungan dan doa

 Almamaterku

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang

telah memberikan segala rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul Alih Kode dan Campur kode

dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ini disusun

untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra di Jurusan Sastra

Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis banyak memperoleh bimbingan,

petunjuk, serta saran dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, beserta staf yang telah

memberikan izin kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. Supardjo, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah yang telah

memberi izin dan kemudahan dalam pengerjaan skripsi penulis.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M.Hum., selaku Sekretaris Jurusan Sastra

Daerah yang telah memberikan semangat dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Drs. Yohanes Suwanto, M.Hum., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, semangat, dan

arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Dra. Sri Mulyati, M.Hum., sebagai pembimbing II yang telah memberikan

(8)

commit to user

viii

6. Bapak serta Ibu dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah banyak

memberikan bekal selama perkuliahan.

7. Pimpinan dan Staf radio Top dan Slenk FM yang telah membantu dengan

memberikan informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

8. Staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Universitas Sebelas Maret

atas pelayanannya dalam menyediakan buku-buku referensi yang

diperlukan dalam menyusun skripsi ini.

9. Ibu dan Bapakku tersayang atas kerja keras, perjuangan, dan pengorbanan

mereka untuk membesarkan, membimbing, dan mendoakan anak-anaknya.

10. Kedua Adikku dan keponakan-keponakanku sayang yang menjadi

semangatku dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Teman-teman mahasiswa Sastra Daerah angkatan 2008. Terima kasih atas

kebersamaan, kebahagiaan dan kasih sayang yang terjalin.

12. Semua pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan dalam bentuk

apapun semoga Tuhan YME selalu memberikan berkah dan karunia-Nya.

Penulis dengan segala kerendahan hati menyadari bahwa karya ini masih jauh

dari sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan

guna kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Amin.

Surakarta, Juni 2012

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ... xii

ABSTRAK ... xiv

SARI PATHI... xv

ABSTRACT... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

(10)

commit to user

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR... 9

A. Sosiolinguistik ...…... 9

B. Kedwibahasaan dan Diglosia ... 10

C. Alih Kode ... 11

D. Campur Kode ... 15

E. Komponen Tutur ... 18

F. Pengertian Radio ... 19

G. Iklan ... 20

H. Fungsi Iklan ... 21

I. Jenis Iklan ... 22

J. Kerangka Pikir ... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Lokasi Penelitian... 26

C. Populasi dan Sampel... 26

D. Alat Penelitian ... 27

E. Data dan Sumber Data ... 27

F. Metode Pengumpulan Data ... 28

G. Metode Analisis Data ... 29

(11)

commit to user

xi

BAB IV HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 35

1. Bentuk Alih Kode ... 35

2. Bentuk Campur Kode ... 52

B. Fungsi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 85

1. Fungsi Alih Kode ... 85

2. Fungsi Campur Kode ... 90

C. Faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo ... 100

BAB V PENUTUP ... 115

A. Simpulan ... 115

B. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA... 118

LAMPIRAN ... 120

(12)

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA

A. Daftar Singkatan

AM :Amplitudo Modulation

a.n. : atas nama

BUL : Bagi Unsur Langsung

D1 s/d D27 : Data Iklan No 1 s/d Data Iklan No 27

DISHUBINFOKOM : Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi

dll. : dan lain-lain

FM :Frequency Modulation

FVO :Female Voice Over(Penyiar wanita)

KB : Keluarga Berencana

MVO :Man Voice Over(Penyiar pria)

O1 : Penutur

O2 : Mitra Tutur

O3 : Penutur ketiga

PHBS : Perilaku Hidup Bersih Sehat

PIKKRR : Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi

Remaja

RS : Radio Slenk

RSPD : Radio Siaran Pemerintah Daerah

(13)

commit to user

xiii

sbb. : sebagai berikut

SBJG : Sumber Baru Jaya Gemilang

SBLC : Simak Bebas Libat Cakap

SWT : Subhanahu Wa’Taala

YME : Yang Maha Esa

B. Daftar Tanda

Cetak miring : Menandakan data

Cetak miring tebal : Menandakan data yang dianalisis

“...” : Tanda petik menandakan kutipan langsung

‘...’ : Glos sebagai pengapit terjemahan

[...] : Tanda kurung titik-titik maksudnya ada kalimat yang

dihilangkan

/ : Garis miring sebagai tanda pemisah dan menandakan

(14)

commit to user

xiv

ABSTRAK

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan

Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: (1) bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (2) bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo? (3) apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa

pada radio di Kabupaten Sukoharjo? Tujuan penelitian ini adalah: (1)

mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo (2) menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. (3) menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis data dalam penelitian ini berupa data lisan, yaitu berupa tuturan dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Lokasi penelitian ini di radio Top FM dan Slenk FM. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari hasil rekaman iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Data dalam penelitian ini adalah data lisan berupa rekaman iklan berbahasa Jawa yang di dalamnya mengandung peristiwa alih kode dan campur kode. Metode pengumpulan data menggunakan metode simak dengan teknik dasar sadap dan teknik lanjutannya menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Metode analisis data menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode distribusional digunakan untuk menganalisis bentuk alih kode dan campur kode. Metode padan digunakan untuk menganalisis fungsi dan faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode.

(15)

commit to user

xv

SARI PATHI

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra lan Seni Rupa Pawiyatan Luhur Sebelas Maret Surakarta Hadiningrat.

Prêkawis ingkang dipuntiti salêbêting panalitèn, inggih punika: (1) kados

pundi wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing

Kabupaten Sukoharjo, (2) kados pundi fungsi alih kode sarta campur kode pariwara

basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3) prêkawis mênapa kemawon

ingkang anjalari panganggènipunalih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi

wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Ancasing panalitèn inggih punika: (1)

ngandharakên wujudipun alih kode sarta campur kode pariwara basa Jawi wontên

radio ing Kabupaten Sukoharjo, (2) ngandharakên pigunanipun alih kode sarta

campur kode pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo, (3)

ngandharakên prêkawis ingkang anjalari panganggènipun alih kode sarta campur

kodepariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo.

Panalitèn mênika asipat deskriptif kualitatif. Data panalitèn awujud data

lesan, inggih punika awujud tuturan wontên ing salêbêting pariwara basa Jawi wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo. Dene papan panalitèn dipunlêksanakakên wontên ing

Radio Top FM sarta Slenk FM. Sumber data panalitèn punika saking rekaman

pariwara iklan wontên radio ing Kabupaten Sukoharjo.Datapanalitèn punika awujud

pariwara basa Jawi ingkang ngandhut alih kode saha campur kode. Data

dipunkêmpalakên kanthi ngginakakên metode simak kanthi cara dhasar sadap

kalajêngakên caraSimak Bebas Libat Cakap, cara ngrêkam, sarta cara cathêt. Analisis

data ngginakakên metode distribusional lan metode padan. Metode distribusional

dipun-ginakakên kanggè ngandharakên wujudipun alih kode saha campur kode.

Metode padan dipun-ginakakên kangge ngandharakên fungsi lan faktor ingkang

anjalari panganggenipunalih kodelancampur kode.

Sasampunipun dipunlêksanakakên panalitèn, sagêd dipundudut, inggih

punika: (1) wujud alih kode ingkang pinanggihakên inggih mênika alih kode intern

inggih punika alih kode saking basa Jawi dhatêng basa Indonesia, alih kode saking

basa Indonesia dhatêng basa Jawi, lanalih kodewujud undha usuk basa Jawi. Wujud

campur kode ingkang pinanggihakên inggih mênika,campur kode têmbung,campur kode frasa, campur kode klausa, lan campur kode idiom. Pigunanipun alih kode

pariwara basa Jawi wonten ing radio Kabupaten Sukoharjo inggih punika: (1) kangge ngimbangi basa ingkang dipun-ginakakên mitra wicara, (2) amargi ewahipun wosing ginêman, (3) kangge ngandharakên suraosing pangandikan, (4) supados konsumen ingkang mirêngakên kapincut, (5) amargi nirokakên ginêman tiyang sanès.

Pigunanipun campur kodeinggih punika: (1) kangge nêdahaken jati diri, (2) kangge

ngiyatakên wosing ginêman, (3) kangge ngurmati wawan ginem, (4) kangge

kawibawan. Faktor ingkang anjalari panganggenipun alih kode lan campur kode

(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

Sri Kusuma Wardani. C 0108051. Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo.Thesis: Javanese Literature Program, Faculty of Letters and Fine Art, Sebelas Maret University.

Problems discussed in this research namely: (1) how does the form of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (2) how is the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? (3) what are the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency? The purpose of this research are: (1) describe the shape of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (2) explain the function of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency, (3) explain the background occurrence of code switching and code mixing in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency.

This research is qualitative descriptive. The data type in this research is an oral speech in Java language advertising on the radio in Sukoharjo Regency. The location of this research at the Top and Slenk FM radio. The data source in this research comes from the record commercials on the radio in Sukoharjo Regency. The method of collecting data using listen methods to take a basic and continuation technical tapping sequel used the technique Involved Proficient Listen Free, recording technical, and technical notes. Methods of data analysis using distributional methods and matching methods. The method distribusional is used to analyze the switching and mixing code shape. Matching method is used to analyze the function and the factors underlying the occurrence of code switching and code mixing.

(17)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu cabang ilmu yang mempelajari bahasa dengan berbagai macam

hubungannya dengan masyarakat pemakai bahasa disebut sosiolinguistik.

Sosiolinguistik merupakan perpaduan antara sosiologi dan linguistik. Sosiologi

adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia, lembaga-lembaga, dan

proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Linguistik adalah bidang ilmu yang

mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek

kajiannya (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2010: 2).

Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa, melalui bahasa orang dapat

mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan

kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, masalah kebahasaan tidak

terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Pada hakikatnya manusia adalah

makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan bahasa baik lisan

maupun tulisan guna bergaul dengan manusia lain, baik untuk menyatakan

pendapatnya, maupun untuk mempengaruhi orang lain demi kepentingannya

sendiri maupun kelompok atau kepentingan bersama. Peranan bahasa yang utama

adalah sebagai alat untuk berkomunikasi antara manusia yang satu dengan yang

lain dalam suatu masyarakat. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan oleh

anggota masyarakat untuk menjalin hubungan dengan masyarakat lain yang

(18)

commit to user

Bahasa sebagai bagian dari masyarakat merupakan gejala sosial yang tidak

dapat lepas dari pemakainya. Di dalam kehidupan kita sekarang ini bahasa tidak

hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari saja, namun juga diabadikan oleh

media komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita dikelilingi oleh berbagai

macam media-media komunikasi yang dapat dengan mudah kita dapatkan.

Media-media komunikasi tersebut memberikan berbagai macam informasi yang

bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

RI (1999: 11) menyebutkan bahwa salah satu media komunikasi tersebut adalah

radio.

Radio memegang peranan penting dalam menyebarluaskan informasi

sehingga mendapat julukan sebagai “kekuasaan yang kelima” (the fifth estate)

setelah pers atau surat kabar yang dianggap sebagai “kekuasaan keempat” (the

forth estate). Sebenarnya televisi lebih sempurna dari radio, karena kalau radio

hanya dapat didengar, tetapi televisi selain dapat didengar (auditive) juga dapat

dilihat (visual). Walaupun demikian belum pernah televisi diberi julukan “the

sixth estate” (kekuasaan keenam).

Berbicara mengenai radio, banyak yang menarik dari media ini karena

radio memiliki kelebihan tersendiri, kelebihan itu antara lain programa hadir

dengan hiasan musik dan efek suara (sound effect), sehingga dalam menerima

acara/program siaran, pendengar seolah-olah sedang menikmati hiburan, segala

angan dan fantasi akan tergerakkan oleh acara yang dinikmatinya, karena

khalayak pendengar tidak melihat acara secara fisik, mereka melihat keseluruhan

(19)

commit to user

Dalam perkembangannya, radio sangat akrab dengan masyarakat, karena

media radio dapat menjadi media yang komunikatif, edukatif, dan mengibur,

hanya membutuhkan indra pendengaran sehingga dapat didengarkan di mana saja

ataupun sambil melakukan segala aktivitas. Radio tidak hanya berisi hiburan

misalnya musik, campursari atau bahkan yang lain, akan tetapi radio pada saat ini

juga memberikan atau menyampaikan informasi kepada masyarakat yang berupa

larangan, ajakan ataupun himbauan.

Iklan (advertising) merupakan fenomena pemakaian bahasa yang tidak

terpisahkan dengan kehidupan kita. Setiap hari ketika mendengarkan radio,

menonton televisi, membaca surat kabar, melakukan perjalanan niscaya kita

menemukan iklan. Iklan merupakan salah satu bagian penting untuk membangun

dan menciptakan merk. Itu sebabnya iklan muncul dengan berbagai ragam

pengucapan yang disesuaikan dengan kepribadian khalayak sasaran. Iklan

senantiasa hadir dan berada di sekitar lingkungan kita. Iklan merupakan bentuk

komunikasi yang digunakan orang, kelompok orang, atau suatu lembaga untuk

menyampaikan informasi dan juga visi serta misi kepada pihak lain, khalayak

(audience) (Sarwiji Suwandi, 2008: 107).

Iklan merupakan salah satu jenis dan bentuk siaran dalam radio yang

biasanya diputar setiap jeda acara. Terkadang iklan memberi hiburan tersendiri

bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi

musik maupun bahasa yang digunakan. Bahasa Jawa yang digunakan untuk

berkomunikasi di radio merupakan cerminan bahasa masyarakat yang dapat

menyebabkan timbulnya gejala sosial, yang tidak dapat dilepaskan dari

(20)

commit to user

Penggunaan bahasa Jawa dalam komunikasi iklan radio ini menimbulkan

terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode. Hal ini hanya terjadi dalam

masyarakat multilungual yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa/lebih,

sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alih kode dan campur kode adalah

bagian dari sosiolinguistik.

Berikut adalah contoh alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa

Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

O1 : Hah, urip seprana-seprene kok tanpa enek perubahan

blas, apike ki apa tambah anak wae ya Mah?

O2 : Ya ampun Mas-mas, anak wis loro kok jik kurang wae.

O1 : Kata orang banyak anak kan banyak rejeki ta?

O2 : Sekarang itu jamane wis maju, banyak perubahan, aja

mung waton thog, apa-apa kan serba mahal, jadi kalau

mau nambah anak ya harus diperhitungkan dong!

O1 : Lhoh, aku ki kan ya gur mbok menawa kok.

O2 :Semuanya itu butuh perhitungan sing mateng pikirkan dulu sebelum kebacut Mas.

MVO : Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya ta? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika dan Komunikasi Kabupaten Sukoharjo.

Terjemahan:

O1 : „Hah, hidup sejak dulu sampai sekarang tidak ada

perubahan sama sekali, apa sebaiknya tambah satu anak

lagi saja ya Mah?‟

O2 : „Ya ampun Mas-mas, anak sudah dua masih saja kurang.‟ O1 : „Kata orang banyak anak itu banyak rejeki.‟

O2 : „Sekarang itu zamannya sudah maju, banyak perubahan,

jangan hanya asal saja, apa-apa serba mahal, jadi kalau

mau tambah anak ya harus diperhitungkan dulu!‟

O1 : „Saya mengatakan itu hanya jika mungkin.‟

O2 : „Semuanya itu butuh perhitungan yang matang pikirkan

dulu sebelum terlanjur Mas.‟

MVO : „Dukung selalu program pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk, rencanakan program Keluarga Berencana sejak dini. Dua anak lebih bahagia, ya kan? Pesan ini disampaikan oleh Dinas Perhubungan Informatika

(21)

commit to user

Pada contoh di atas merupakan bentuk iklan layanan masyarakat yang

sifatnya memberikan informasi kepada masyarakat. Iklan di atas berbentuk dialog

antara suami dan istri. Dalam peristiwa di atas terjadi peristiwa alih kode dan

campur kode yang ditandai dengan kata yang bercetak tebal agar iklan dapat lebih

mudah dipahami oleh pendengar.

Penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang iklan di radio adalah

sebagai berikut.

1. Agus Budiyono pada tahun 1999 yang berupa skripsi dengan judul Iklan

Berbahasa Jawa di Radio Se-Kodia Surakarta. Hasil penelitian ini

mendeskripsikan jenis-jenis iklan, struktur kebahasaan iklan dan pemakaian

gaya bahasa berdasarkan pilihan kata.

2. Ferra Kartikasari pada tahun 2005 yang berupa skripsi dengan judul

Pemakaian bahasa Jawa dalam Iklan Radio di Kota Pekalongan

(Tinjauan Sosiolinguistik). Hasil penelitian ini mendeskripsikan tentang

bentuk bahasa dalam penggunaan alih kode, campur kode, dan interferensi

bahasa, faktor penentu bahasa serta fungsi bahasa Jawa dalam iklan di radio.

Bahasa iklan adalah salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yang

mempunyai bentuk komunikasi yang khas. Iklan radio memiliki sifat yang sangat

lokal sehingga menjadi salah satu media yang dapat digunakan perusahaan lokal

untuk mempromosikan produknya. Berdasarkan penelitian yang sudah pernah

dilakukan di atas maka peneliti mengambil objek iklan berbahasa Jawa pada radio

di Kabupaten Sukoharjo untuk diteliti karena: (1) radio merupakan salah satu alat

komunikasi yang cukup komunikatif dan juga disukai oleh masyarakat, (2) bahasa

(22)

commit to user

iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan kemasan unik dan

mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun bahasa yang digunakan (3)

kekhasan bahasa iklan yang biasanya diawali dengan dialog antara laki-laki dan

perempuan yang diakhiri dengan pernyataan persuasif dari penyiar agar pendengar

lebih tertarik, hal ini menunjukkan ciri khas tersendiri bagi iklan radio di

kabupaten Sukoharjo, (4) penelitian iklan berbahasa Jawa pada radio di

Kabupaten Sukoharjo belum pernah diteliti, dari beberapa alasan di atas maka

peneliti tertarik untuk meneliti iklan radio berbahasa Jawa pada radio di

Kabupaten Sukoharjo dengan mengambil judul: Alih Kode dan Campur Kode

dalam Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian terdapat pembatasan masalah, hal ini dilakukan

agar penelitian dapat terfokus dan tidak keluar dari masalah yang akan dikaji. Edi

Subroto (1992: 88) menegaskan bahwa “masalah yang akan diteliti perlu

diklasifikasikan secara lebih terinci dan dirumuskan dalam

pertanyaan-pertanyaan” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimanakah bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa

pada radio di Kabupaten Sukoharjo?

2. Bagaimanakah fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa

pada radio di Kabupaten Sukoharjo?

3. Apakah faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode dan campur kode

(23)

commit to user

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tentang bentuk alih kode dan campur kode dalam iklan

berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

2. Menjelaskan fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa

pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

3. Menjelaskan latar belakang terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan

berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua macam yakni manfaat

teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

teoretis yaitu hasil penelitian ini dapat menambah dan memperkaya pengetahuan

tentang teori sosiolinguistik khususnya penggunaan alih kode dan campur kode

dalam iklan berbahasa Jawa pada radio.

2. Manfaat Praktis

a. Secara praktis manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberi

sumbangan materi pelajaran bahasa Jawa bagi guru/pengajar bahasa Jawa

terutama mengenai sosiolinguistik.

b. Memberi informasi tentang penggunaan alih kode dan campur kode

dalam tuturan iklan bahasa Jawa.

(24)

commit to user

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini meliputi lima bab yaitu sebagai

berikut.

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi tentang latar belakang masalah,

pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori. Bab ini menguraikan tentang sosiolinguistik,

kedwibahasaan dan diglosia, alih kode, campur kode, komponen tutur, pengertian

radio, iklan, fungsi iklan, jenis iklan, dan kerangka pikir.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini meliputi: jenis penelitian, lokasi

penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, data dan sumber data, metode

pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis.

Bab IV Hasil Analisis Data dan Pembahasan. Bab ini membahas

mengenai bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi pemakaian alih kode

dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Bab V Penutup. Bab terakhir berisi simpulan dan saran dari hasil

(25)

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Sosiolinguistik

Linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu

yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Sedangkan sosiolinguistik

merupakan studi interdisipliner yang menggarap masalah-masalah sosial

(Soewito, 1983: 3). Menurut Nababan, sosiolinguistik merupakan studi atau

pembahasan dari bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota

masyarakat. Boleh juga dikatakan bahwa sosiolinguistik mempelajari dan

membahas aspek-aspek kemasyarakatan bahasa, khususnya yang terdapat dalam

bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan, secara khusus dalam

konteks sosial dan kebudayaan yang menghubungkan faktor-faktor kebahasaan,

mengkaji fungsi-fungsi dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.

Sosiolinguistik merupakan cabang dari ilmu linguistik yang bersifat

antardisiplin yakni gabungan antara sosiologi dan linguistik. Seperti kita ketahui

bersama, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana masyarakat itu

terjadi, berlangsung, dan tetap ada. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang

mempelajari bahasa. Secara sederhana, sosiolinguistik dapat diartikan sebagai

bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan

penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa

sosiolinguistik adalah studi yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan

(26)

commit to user

B. Kedwibahasaan dan Diglosia

Suwito berpendapat bahwa baik kedwibahasaan maupun diglosia pada

hakikatnya adalah peristiwa menyangkut pemakaian dua bahasa yang

dipergunakan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam suatu masyarakat,

maka antara kedua peristiwa itu nampak adanya hubungan timbal-balik yang

mewarnai sifat masyarakat tuturnya (1983: 47).

Mackey dan Fishman dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2010: 84)

mengungkapkan bahwa bilingualisme (Inggris bilingualism) dalam bahasa

Indonesia disebut juga kedwibahasaan. Dari istilahnya secara harfiah sudah dapat

dipahami apa yang dimaksud dengan bilingualisme itu, yaitu berkenaan dengan

penggunaan dua bahasa atau dua kode bahasa. Secara sosiolinguistik, secara

umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang

penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.

Suwito (1983: 44) menjelaskan bahwa diglosia adalah keadaan dimana

dua bahasa dipergunakan dalam masyarakat yang sama, tetapi masing-masing

bahasa mempunyai fungsi atau peranannya sendiri-sendiri dalam konteks

sosialnya. Aslinda dan Leni Syafyahya mengutarakan bahwa pengertian diglosia

boleh dikatakan sama dengan kedwibahasaan, tetapi istilah diglosia lebih

cenderung dipakai untuk menunjukkan keadaan masyarakat tutur, dimana

terjadinya alokasi fungsi dari dua bahasa atau ragam. Di sisi lain, istilah

kedwibahasaan lebih ditekankan pada keadaan pemakai bahasa itu (2010: 27).

Ciri situasi diglosia yang paling penting ialah pengkhususan fungsi

masing-masing ragam bahasa. Ragam bahasa tinggi khusus digunakan dalam

(27)

commit to user

rencana dalam surat kabar, dan pada penulisan puisi bermutu tinggi. Sebaliknya,

ragam bahasa rendah digunakan dalam percakapan sesama anggota masyarakat,

antara teman, cerita bersambung radio, sastra rakyat, film kartun.

Dari beberapa pengertian mengenai diglosia secara rinci dapat ditarik

kesimpulan bahwa kedwibahasaan sama dengan diglosia yaitu pemakaian dua

bahasa atau dua ragam, yang menekankan pada pembagian fungsional atas

variasi-variasi bahasa yang ada, dengan catatan ada satu variasi yang dianggap

“tinggi”, digunakan untuk komunikasi resmi atau bahasa publik, dengan ciri-ciri

lebih kompleks dan konservatif. Kemudian, ada variasi lain yang dianggap

“rendah”, digunakan untuk komunikasi tidak resmi dan strukturnya disesuaikan

dengan saluran komunikasi lisan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang

dapat menggunakan dua bahasa disebut dengan bilingual atau dwibahasawan atau

diglosik.

C. Alih Kode

Menurut Suwito, alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu

ke kode yang lain (1983:68). Hal tersebut diperkuat oleh Harimurti Kridalaksana

yang memaparkan bahwa alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain atau

bahasa lain dalam satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk menyesuaikan diri

dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain (2008: 9).

Kemudian Sarwiji Suwandi mengemukakan bahwa alih kode merupakan salah

satu aspek tentang saling ketergantungan bahasa di dalam masyarakat bilingual

atau multilingual. Alih kode adalah suatu peralihan pemakaian suatu bahasa ke

(28)

commit to user

Hymes mengatakan bahwa alih kode adalah situasi umum untuk menyebut

pergantian (peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu

bahasa, atau bahkan beberapa gaya dari satu ragam (dalam Rahardi, 2010: 24).

Artinya bahwa menurut Dell Hymes alih kode bukan hanya terjadi antar bahasa,

tetapi juga terjadi antar ragam ragam atau gaya-gaya yang berbeda dalam suatu

bahasa. Apabila seseorang berkomunikasi semula menggunakan bahasa Jawa

kemudian beralih menggunakan bahasa Indonesia, atau berubah dari ragam santai

menjadi ragam resmi atau kebalikannya, maka peralihan penggunaan bahasa

tersebut disebut alih kode.

Suwito (1983: 68-69) mengungkapkan bahwa alih kode mungkin

berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya atau alih register. Ciri-ciri alih kode

adalah penggunaan dua bahasa (atau lebih) itu ditandai oleh (a) masing-masing

bahasa masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (b)

fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan

perubahan konteks. Disimpulkan bahwa bentuk alih kode adalah alih varian, alih

gaya atau alih register. Alih kode secara bahasa dapat dilihat dari alih bahasa dan

alih ragam dalam dua konteks yang berbeda.

Suwito menjelaskan alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang

disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang sifatnya

sosio-situasional. Beberapa faktor yang biasanya merupakan faktor penyebab

terjadinya alih kode sebagai berikut.

a. Penutur (01)

Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih

(29)

commit to user

tersebut dilakukan dengan maksud mengubah situasi, yaitu dari situasi

resmi ke situasi tak resmi.

b. Lawan tutur (02)

Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang

dipergunakan oleh lawan tuturnya.

c. Hadirnya penutur ketiga (03)

Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada

umumnya saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya, tetapi

apabila kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan orang

itu berbeda latar kebahasaannya, biasanya dua orang pertama beralih ke

bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.

d. Pokok pembicaraan (topik)

Pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang termasuk

dominan dalam menentukan terjadinya alih kode.

e. Untuk membangkitkan rasa humor

Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat atau

pelawak untuk membangkitkan rasa humor. Bagi pimpinan rapat

bangkitnya rasa humor diperlukan untuk menyegarkan suasana yang

dirasakan mulai lesu.

f. Untuk sekedar bergengsi

Sebagian penutur yang beralih kode sekedar untuk bergengsi. Hal

itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan

faktor-faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia

(30)

commit to user

Alih kode masing-masing bahasa mendukung fungsi tersendiri secara

eksklusif dan peralihan kode terjadi apabila penuturnya merasa bahwa situasinya

relevan dengan peralihan kodenya. Dengan demikian, alih kode menunjukkan

suatu gejala saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan fungsi

relevansial di dalam pemakaian suatu bahasa atau lebih (Suwito, 1983: 69).

Fungsi adalah beban makna suatu satuan bahasa; penggunaan bahasa untuk tujuan

tertentu (Harimurti Kridalaksana, 2008: 67).

Secara lebih rinci Grosjean (dalam Herudjati Purwoko, 2008: 51)

memberikan gambaran aneka macam tujuan atau fungsi alih kode, kepentingan

para penutur asli yaitu: (1) memenuhi kebutuhan yang bersifat linguistik yakni

memilih kata, frasa, kalimat atau wacana yang tepat, (2) menyambung

pembicaraan sesuai dengan bahasa yang digunakan terakhir, (3) mengutip kalimat

orang lain, (4) menyebutkan orang yang dimaksudkan dalam pembicaraan, (5)

mempertegas pesan pembicaraan: menyangatkan atau menekankan argumen, (6)

mempertegas keterlibatan pembicaraan (mempersonifikasikan pesan), (7)

menandai dan menegaskan identitas kelompok (solidaritas), (8) menyampaikan

hal-hal rahasia, kemarahan, atau kejengkelan, (9) membuat orang lain yang tak

dikehendaki tidak bisa memahami pembicaraan, (10) mengubah peran

pembicaran, menaikkan status, menegaskan otoritas, memperlihatkan kepandaian.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari

kode yang satu ke kode yang lain. Dengan catatan bahwa alih kode memiliki dua

bahasa yang berbeda sistem gramatikalnya, kemudian dua bahasa itu masih

mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya (kesatuan topik),

(31)

commit to user

perubahan konteks (kesatuan topik). Penelitian ini menganalisis mengenai fungsi

alih kode, fungsi yang dimaksud adalah penggunaan alih kode untuk tujuan

tertentu. Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini lebih

secara kebahasaan dan tidak terlepas dari faktor yang melatarbelakangi terjadinya

alih kode.

D. Campur Kode

Menurut Fasold campur kode ialah fenomena yang lebih lembut daripada

fenomena alih kode. Dalam campur kode terdapat serpihan-serpihan suatu bahasa

yang digunakan oleh seorang penutur, tetapi pada dasarnya dia menggunakan satu

bahasa yang tertentu. Yang dimaksud serpihan disini dapat berbentuk kata, frasa

atau unit bahasa yang lebih besar.

Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan

suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur

bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur,

seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan. Biasanya ciri

menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal. Namun bisa terjadi karena

keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya,

sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya

mendukung satu fungsi. Campur kode termasuk juga konvergense kebahasaan

(linguistic convergence). Campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa,

misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam

(32)

commit to user Campur kode memiliki ciri-ciri yaitu:

1. tidak ditentukan oleh pilihan kode, tetapi berlangsung tanpa hal yang menjadi

tuntutan seseorang untuk mencampurkan unsur suatu varian bahasa ke dalam

bahasa lain.

2. campur kode berlaku pada bahasa yang berbeda.

3. terjadi pada situasi yang informal, dalam situasi formal terjadi hanya kalau

tidak tersedia kata atau ungkapan dalam bahasa yang sedang digunakan.

Ciri yang menonjol dalam campur kode ini ialah kesantaian atau situasi

informal. Dalam situasi berbahasa formal, jarang terjadi campur kode, kalau

terdapat campur kode dalam keadaan itu karena tidak ada kata atau ungkapan

yang tepat untuk menggantikan bahasa yang sedang dipakai sehingga perlu

memakai kata atau ungkapan dari bahasa daerah atau bahasa asing (Nababan,

1991: 32)

Campur kode dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Campur kode ke dalam (innercode-mixing): Campur kode yang bersumber

dari bahasa asli dengan segala variasinya

2. Campur kode ke luar (outercode-mixing): Campur kode yang berasal dari

bahasa asing.

Menurut Suwito(1983: 78-80), berdasarkan unsur-unsur kebahasaan yang

terlibat di dalamnya, bentuk campur kode dapat dibedakan menjadi:

1. penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata.

2. penyisipan unsur-unsur berwujud frasa.

3. penyisipan unsur-unsur bentuk baster.

(33)

commit to user

5. penyisipan unsur-unsur berwujud ungkapan atau idiom.

6. penyisipan unsur-unsur berwujud klausa.

Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. sikap (attitudinaltype) latar belakang sikap penutur

2. kebahasaan (linguistic type) latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga

ada alasan identifikasi peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk

menjelaskan atau menafsirkan.

Campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan

(penutur), bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Artinya penutur yang memiliki latar

belakang sosial tertentu, cenderung memilih bentuk campur kode tertentu untuk

mendukung fungsi-fungsi tertentu. Pemilihan campur kode demikian

dimaksudkan untuk menunjukkan status sosial dan identitas pribadinya di dalam

masyarakat (Suwito, 1983: 78).

Sarwiji Suwandi (2008: 95) menemukan faktor yang menyebabkan campur

kode yaitu: (1) partisipan mempunyai latar belakang bahasa ibu yang sama,

misalnya bahasa Jawa; (2) adanya keinginan penutur untuk memperoleh ungkapan

yang “pas”; dan (3) kebiasaan dan kesantaian peserta tindak tutur dalam

berkomunikasi (bercakap-cakap). Dapat disimpulkan bahwa faktor yang

melatarbelakangi campur kode adalah (1) identifikasi peranan atau peran sosial

penutur, (2) prinsip kesopanan dan kesantunan penutur, dan (3) keinginan untuk

menjelaskan dan menafsirkan. Dalam hal ini ketiganya saling bergantung dan

tidak jarang bertumpang tindih (overlap). Disimpulkan fungsi campur kode adalah

(1) sebagai penghormatan, (2) menegaskan suatu maksud tertentu, (3)

(34)

commit to user

E. Komponen Tutur

Komponen tutur adalah suatu komponen yang mendasari suatu analisis

dari suatu tuturan. Adapun untuk menganalisis faktor yang melatarbelakangi

penggunaan alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di

Kabupaten Sukoharjo yakni menggunakan lima faktor komponen tutur, (1)

penutur atau pembicara; (2) mitra tutur atau lawan bicara; (3) situasi tutur; (4)

tujuan tutur; (5) hal yang dituturkan (Maryono Dwiraharjo, 2001: 143). Dari

kelima komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penutur

Penutur adalah sebagai pihak atau orang pertama yang mengajak bicara

kepada mitra tutur.

2. Mitra tutur

Mitra tutur adalah orang atau pihak kedua yang diajak bicara oleh penutur

akan menyesuaikan diri dengan penuturnya atau pihak pertama.

Penyesuaian diri yang dimaksud selaras dengan corak hubungannya (relasi

mitra tutur dengan penutur).

3. Situasi tutur

Situasi tutur berhubungan dengan waktu dan tempat terjadinya suatu

peristiwa tutur.

4. Tujuan tutur

Tujuan tutur dapat dicerminkan dalam suatu wacana lisan ataupun wacana

tulis. Pada penelitian ini menggunakan wacana iklan radio termasuk dalam

(35)

commit to user

mempengaruhi konsumen untuk membeli produk barang atau jasa, selain

itu juga berisi informasi memberi himbauan kepada masyarakat.

5. Hal yang dituturkan

Sama halnya dengan tujuan tutur, untuk penuturan mengenai hal yang

dituturkan atau dibicarakan dapat diungkapkan dalam bentuk tingkat tutur.

Kelima komponen tutur ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri karena

masing-masing unsur memiliki kaitan yang erat. Akan tetapi dari kelima unsur

tersebut, faktor penentu yang paling dominan dalam terjadinya tuturan adalah

hubungan/status antara penutur dengan lawan tuturnya (Maryono, 2001: 143).

F. Pengertian Radio

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI (1999: 7), radio

merupakan suatu alat penghubung untuk menyebarkan, menyiarkan, dan

menyalurkan buah pikiran dan pendapat seseorang, sesuatu golongan dan atau

sesuatu pemerintah kepada masyarakat banyak untuk diketahui sebagai bahan

pertimbangan guna diikuti atau tidak diikuti. Sedangkan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia radio dapat diartikan: 1. siaran (pengiriman) suara atau bunyi

melalui udara; 2. pemancar radio; 3. pesawat radio.

Dalam siaran pemancar radio ini, kita mengenal teknik pemodulasian yang

dasarnya ada dua macam, yaitu:

a. Sistem pemodulasi AM (Amplitudo Modulation)

Sistem Pemodulasi AM adalah proses penumpangan sinyal

pembawa diubah-ubah sesuai dengan informasi sebelum pindah ke jalur

(36)

commit to user

stasiun lokal dengan daya transmisi sebesar 100-250 Watt. Sedang stasiun

regional hingga 50.000 Watt, semakin rendah frekuensi akan semakin jauh

sinyal dapat dipancarkan. Umumnya digemari oleh golongan menengah ke

bawah.

b. Sistem pemodulasi FM (Frequency Modulation)

Sistem pemodulasi FM adalah proses penumpangan sinyal

informasi pada sinyal, dimana frekuensi sinyal pembawa berubah-ubah

seirama dengan sinyal informasi. Biasanya jarak maksimal sinyal 50 mil

dan karena tonal pada radio ini cukup baik, maka umumnya disenangi

golongan masyarakat ke atas dan kota-kota besar.

Kekhususan pemancar FM:

1. Seluruhnya pemancar FM yang dipancarkan bermanfaat.

2. Pemancar FM bekerja pada frekuensi sinyal tinggi.

3. Biaya pembuatan lebih mahal daripada AM.

4. Jarak jangkauan FM lebih tinggi.

G. Iklan

Pengertian iklan menurut KBBI adalah: (1) berita pesanan untuk

mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang

ditawarkan; (2) pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang

dijual, dipasang di dalam media massa (seperti surat kabar dan majalah) atau di

tempat umum. Iklan menurut Wright (dalam Sarwiji, 2008: 108) adalah

komunikasi yang mempunyai kekuatan yang sangat penting sebagai alat

(37)

commit to user

atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasif. Jika

dicermati, batasan di atas mengandung dua hal pokok: (1) iklan dipandang sebagai

alat pemasaran dan (2) iklan dalam pengertian proses komunikasi yang persuasif.

Namun demikian, keduanya tetap mengandung pengertian yang sama, yaitu

kegiatan menjual barang, jasa, ide atau gagasan kepada khalayak.

H. Fungsi Iklan

Menurut Liliweri (dalam Sarwiji, 2008: 109) fungsi iklan dibagi menjadi

lima, yaitu:

1. Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memenuhi permintaan para

pemakai atau pembeli tehadap barang atau jasa serta gagasan yang

diperlukan.

2. Fungsi Komunikasi

Berkenaan dengan fungsi kedua, iklan berisi cerita atau berita

mengenai suatu produk sehingga harus memenuhi syarat-syarat

pemberitaan.

3. Fungsi Pendidikan

Fungsi ini sebenarnya merupakan bagian dari fungsi komunikasi.

Secara khusus sebenarnya setiap ulasan efek komunikasi, efek

(38)

commit to user

4. Fungsi Ekonomi

Fungsi ini mengakibatkan orang makin tahu tentang produk-produk

tertentu, bentuk pelayanan jasa maupun kebutuhan serta memperluas

ide-ide yang mendatangkan keuntungan finansial.

5. Fungsi Sosial

Iklan berfungsi menggerakan suatu perubahan standar hidup yang

ditentukan oleh kebutuhan manusia.

I. Jenis Iklan

Adapun jenis iklan (Harley Prayudha, 2006: 53-56) yang sering disiarkan

di radio adalah sebagai berikut.

1. Iklan Komersial

Iklan komersial adalah iklan yang menawarkan barang dan jasa. Sebagian

besar iklan yang kita temui di berbagai tempat merupakan iklan komersial.

Kelangsungan hidup sebuah stasiun radio (khususnya radio swasta) adalah dari

siaran iklan. Banyak radio yang kembang kempis karena tidak memperoleh iklan,

karena bisnis stasiun radio adalah dari pengiklan yang ingin berpromosi di media

radio.

2. Iklan Non-Komersial

Iklan non komersial biasa disebut juga sebagai iklan sosial atau iklan

layanan masyarakat. Iklan layanan masyarakat ini tidak bertujuan untuk

menawarkan barang dan jasa. Biasanya iklan ini bertujuan untuk pencapaian

kondisi berkehidupan yang lebih baik (menurut pemasang iklan). Contoh iklan

(39)

commit to user

tentang pemanasan global atau iklan tentang global warming, iklan tentang

pencemaran air, dan iklan tentang penggundulan hutan, iklan penyuluhan KB.

Contoh-contoh iklan tadi merupakan sebagian kecil dari contoh iklan layanan

masyarakat atau non-komersial. Iklan layanan masyarakat ini dibuat untuk

membuat sesuatu yang dibutuhkan, namun benar-benar dikerjakan untuk

mendukung keutuhan dan aspirasi masyarakat.

J. Kerangka Pikir

Iklan Komersial

a. Bentuk alih kode

b. Fungsi alih kode

c. Faktor yang

melatarbelakangi alih kode

Iklan Berbahasa Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo

Iklan Non- Komersial

Kode

a. Bentuk campur kode

b. Fungsi campur kode

c. Faktor yang

melatarbelakangi campur kode

(40)

commit to user

Keterangan:

Kerangka pikir dalam penelitian ini merupakan penggambaran pemikiran

yang digunakan peneliti dalam memahami masalah yang akan diteliti. Objek

penelitian ini adalah iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Dalam kegiatan periklanan, radio juga menginformasikan produk-produknya baik

dalam bentuk iklan non-komersial (layanan masyarakat) maupun iklan komersial.

Untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan mereka maka

terciptalah tuturan iklan yang mengandung pilihan beberapa kode bahasa yang

menyebabkan terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode dalam tuturannya.

Berdasarkan landasan teori pemakaian bahasa dalam iklan berbahasa Jawa pada

radio maka peneliti mengambil objek sosiolinguistik dari segi alih kode dan

campur kode sebagai objek kajiannya. Wujud pemakaian bahasa Jawa tersebut

kemudian ditelaah pada aspek bentuk, fungsi, dan faktor yang melatarbelakangi

terjadinya alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di

(41)

commit to user

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah cara untuk mengamati atau menganalisis suatu fenomena,

sedangkan metode penelitian mencakup kesatuan dan serangkaian proses

penentuan kerangka pikiran, perumusan masalah, penentuan sampel data, teknik

pengumpulan data dan analisis data (Edi Subroto, 1992: 31). Dalam metode

penelitian akan dijelaskan mengenai delapan hal, yaitu: (A) jenis penelitian, (B)

lokasi penelitian, (C) populasi dan sampel, (D) alat penelitian, (E) data dan

sumber data, (F) metode pengumpulan data, (G) metode analisis data, dan (H)

metode penyajian hasil analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa

Jawa pada Radio di Kabupaten Sukoharjo termasuk jenis penelitian deskriptif

kualitatif. Deskriptif artinya mendeskripsikan aspek-aspek kebahasaan secara

cermat dan teliti berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang sebenarnya (Sumarlam,

2010: 169). Kualitatif artinya temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur

statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin dalam Syamsuddin,

2009: 73). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengungkapkan informasi

kualitatif sehingga lebih menekankan pada proses dan makna dengan cara

mendeskripsikan sesuatu masalah (Sutopo, 2002: 38). Dalam penelitian ini data

(42)

commit to user

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di Kabupaten Sokoharjo, tepatnya di radio Top FM

dan radio Slenk FM. Radio Top FM terletak di Jalan Veteran No. 1 Sukoharjo,

radio ini terletak tepat di sebelah utara atau di depan kantor DPRD Kabupaten

Sukoharjo yang merupakan pusat kota. Radio Top FM adalah Radio Siaran

Pemerintah Daerah maka radio ini merupakan media pemerintah untuk

menyampaikan infomasi kepada masyarakat Sukoharjo khususnya dan

masyarakat luas pada umumnya. Radio Slenk FM yang beralamat di Kranggan RT

02/RW 18 Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo. Alasan dipilihnya kedua radio ini

karena mengandung iklan bahasa Jawa yang di dalamnya juga terjadi peristiwa

alih kode dan campur kode, alasan yang lain adalah karena kedua radio ini

mengedepankan budaya Jawa yaitu dengan adanya program acara wayang kulit,

dengan latar belakang Radio Slenk FM yang pemiliknya adalah dalang yaitu Ki

Warseno Slenk maka radio ini juga dikenal sebagai radio budaya.

C. Populasi dan sampel

Populasi adalah objek penelitian. Populasi pada umumnya adalah

keseluruhan individu dari segi-segi tertentu bahasa (Edi Subroto, 1992: 32).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua tuturan dalam iklan di Radio Top FM

dan Radio Slenk FM di Kabupaten Sukoharjo.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian

langsung. Sampel hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara

keseluruhan (Edi Subroto, 1993: 32). Pengambilan sampel dalam penelitian ini

(43)

commit to user

selektif disesuaikan kebutuhan dalam sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Sudaryanto, 1992: 29). Sampel dalam penelitian ini berupa tuturan

iklan berbahasa Jawa yang mengandung alih kode dan campur kode yang dapat

mewakili populasi. Tuturan iklan ini diambil dari Radio Top FM dan Radio Slenk

FM di Kabupaten Sukoharjo.

D. Alat Penelitian

Alat penelitian meliputi alat utama dan alat bantu. Alat utama dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri. Disebut alat utama karena alat tersebut yang

paling dominan dalam penelitian khususnya dalam pencarian data, sedangkan alat

bantu berguna untuk memperlancar jalannya penelitian. Adapun alat bantu dalam

penelitian ini yakni pena, pensil, buku catatan, alat perekam, komputer, kertas,

stabilo.

E. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan penelitian. Data dalam penelitian ini adalah data lisan

berupa tuturan iklan berbahasa Jawa di Radio Top FM dan Slenk FM yang di

dalamnya mengandung peristiwa alih kode dan campur kode, data ini berjumlah

27 tuturan iklan. Data ini diperoleh dari rekaman iklan berbahasa Jawa yang

disiarkan oleh radio Top FM dan Slenk FM dalam kurun waktu 6 bulan, yaitu

sejak bulan Oktober 2011-Maret 2012.

Sumber data adalah si penghasil atau pencipta bahasa yang sekaligus tentu

saja si penghasil atau pencipta data yang dimaksud, biasanya disebut dengan

(44)

commit to user

pada radio di Kabupaten Sukoharjo. Sumber data ini diambil melalui rekaman dari

radio yang menyiarkan iklan berbahasa Jawa di Radio Top FM dan Radio Slenk

FM di Kabupaten Sukoharjo.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan

menjelaskan suatu fenomena (Harimurti Kridalaksana, 2001: 136). Pengumpulan

data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu

metode yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan

penyimakan penggunaan bahasa iklan bahasa Jawa di radio Top FM dan Slenk

FM. Adapun teknik dasarnya menggunakan teknik sadap yaitu mendapatkan data

dengan menyadap pembicaraan seseorang atau beberapa orang. Teknik lanjutan

menggunakan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik

catat (Sudaryanto, 1993: 133).

Dalam teknik SBLC penulis tidak ikut serta dalam proses pembicaraan

baik dalam proses pembicaraan maupun lawan bicara, baik secara bergantian baik

yang bersifat komunikasi (dua arah dan timbal-balik), maupun yang bersifat

kontak (satu orang).

Teknik rekam dilakukan bersamaan dengan teknik SBLC, digunakan

untuk mengabadikan data. Bersamaan dengan teknik rekam digunakan juga teknik

catat yaitu mencatat semua data yang sudah terkumpul, ditranskripsikan dan

(45)

commit to user

G. Metode Analisis Data

Analisis merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang

terkandung pada data (Sudaryanto, 1992: 6). Analisis data bertujuan untuk

mengetahui masalah-masalah yang berhubungan dengan bentuk alih kode dan

campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo,

fungsi, dan faktor yang melatarbelakanginya. Dengan demikian dapat diketahui

pengaruh peristiwa-peristiwa terhadap pemakaian bahasa Jawa, sehingga

pertanyaan dalam perumusan masalah dapat terjawab. Dalam menganalisis data

penulis menggunakan metode distribusional dan metode padan. Metode

distribusional untuk menjawab rumusan masalah pertama, sedangkan untuk

rumusan masalah kedua dan ketiga menggunakan metode padan.

a. Metode Distribusional

Metode distribusional ialah metode analisis data yang alat penentunya

adalah dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 15). Metode

ini digunakan untuk menganalisis wujud bahasa Jawa yang berupa alih kode dan

campur kode pada iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Teknik dasar yang digunakan adalah teknik Bagi Unsur Langsung (BUL).

Teknik ini digunakan untuk membagi satuan lingual data menjadi beberapa unsur

sedangkan teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik ganti.

Teknik ganti adalah teknik yang digunakan untuk menyelidiki adanya

keparalelan atau kesejajaran distribusi atau satuan lingual atau antara bentuk

lainnya (D. Edi Subroto, 1992: 74). Kegunaan teknik ganti ini adalah untuk

(46)

commit to user

pengganti. Khususnya bila tataran pengganti sama dengan tataran terganti

(Sudaryanto, 1993: 48)

Penerapan teknik analisis ini dapat dijelaskan pada contoh tuturan berikut:

O1 : “Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga kecil keluarga

bahagia, katanya dua anak cukup.”

„Pak-pak, setiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu

RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia,

katanya dua anak cukup.‟

Data dianalisis dengan teknik BUL menjadi dua unsur langsung seperti di

bawah ini.

1a) ”Pak-pak, tiap taun kok mesthi tambah siji lho, isin aku Pak karo Bu

RT.”

„Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT.‟

1b) “Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua

anak cukup.”

„Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟

Bu RT. Saiki kan jamane keluwarga cilik keluwarga ayem, jarene

anak loro wis cukup”

„Pak-pak, tiap tahun pasti tambah satu, malu aku Pak sama Bu RT.

Sekarang ini zamannya keluarga kecil keluarga bahagia, katanya

(47)

commit to user

Dari analisis tersebut peristiwa campur kode dan alih kode bahasa Indonesia tidak

perlu terjadi, karena dapat menggunakan bahasa Jawa secara makna sama dengan

makna dari campur kode dan alih kode yang digunakan penutur.

b. Metode Padan

Metode padan dalam penelitian ini dipakai untuk menganalisis faktor dan

fungsi alih kode dan campur kode. Metode Padan ialah metode analisis data yang

penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian yang bersangkutan

(Sudaryanto, 1993: 13). Menurut Edi Subroto (1992: 55-60), metode padan

berdasarkan alat penentunya dapat dibagi menjadi lima yakni:

1. Metode padan alat penentunya referensial dengan kenyataan yang ditunjuk

bahasa (benda, barang, objek, tindakan, peristiwa, perbuatan, derajat, sifat,

kualitas, dan lain-lain) dan benar-benar diluar bahasa terlepas dan tidak

menjadi bagian dari bahasa.

2. Metode padan dengan alat penentunya alat ucap (fonetis artikulatoris).

3. Metode padan dengan alat penentunya bahasa lain (translasional).

4. Metode padan dengan alat penentu bahasa tulisan (ortografis).

5. Metode padan dengan alat penentunya lawan bicara (pragmatis).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode padan dengan alat

penentu referent untuk mengetahui faktor dan fungsi terjadinya alih kode dan

campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

Teknik dasar metode padan yang digunakan adalah teknik pilah unsur penentu

(PUP), alatnya ialah daya pilah yang bersifat mental yang dimiliki peneliti.

Teknik ini digunakan untuk memilah data dengan menggunakan alat komponen

(48)

commit to user

Penerapan analisis untuk menentukan faktor dan fungsi terjadinya alih kode

dan campur kode dapat dijelaskan sebagai berikut:

(Backsound bayi menangis)

O1 : “Pak-pak, tiap taun kok mesthi nambah siji lho, isin aku

Pak karo bu RT. Sekarang ini kan zamannya keluarga

kecil keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.”

O2 : “Ah wong barang wis kebacut kok Bune, lha wingi-wingi

kon KB ya gur meneng.”

O1 : “Ah emoh Pak, ibu ndhak lemu, Bapak mawon sing

ndherekKB ya, ya Pak ya?”

O2 : “Bune ki lak tenan ta, mesthi kok senengane nganeh-nganehi, masak ya apa ana bapak-bapak kok kon KB, njur

lak ya piye, jenenge lak ya?”

O1 : “Lha njenengan iki pripun ta ya, ngetrend lho Pak

ndherek KB vasektomi napa ngagemkondom lho Pak.”

O2 : “Hah, gah ribet ngono kuwi arep kepenak ndadak kakean

ruwet.”

O1 : “Ya wis yen ra gelem nggih sampun, ning diampet nggih,

rong taun!”

MVO : “Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top

Sukoharjo.”

Terjemahan:

O1 : „Pak-pak, tiap tahun pasti tambah anak satu, malu aku Pak dengan bu RT. Sekarang ini zamannya keluarga kecil

keluarga bahagia, katanya dua anak cukup.‟

O2 : „Ah sudah terlanjur Bu, kemarin disuruh KB juga hanya

diam‟.

O1 : „Ah tidak mau Pak, nanti Ibu gemuk, Bapak saja yang ikut

KB ya, ya Pak ya?‟

O2 : „Ibu ini, pasti sukanya yang aneh-aneh, masak ya apa ada

bapak-bapak disuruh KB, lha nanti bagaimana?‟

O1 : „Lha Bapak ini bagaimana sih, ngetrend Pak ikut KB

vasektomi atau pakai kondom Pak.‟

O2 : „Hah, tidak mau, repot seperti itu, mau enak saja pakai

repot.‟

O1 : „Ya sudah kalau tidak mau, tapi ditahan ya, dua tahun!‟ MVO : „Wujudkan keluarga kecil keluarga bahagia, saatnya pria

berpartisipasi ikut KB. Pesan ini disampaikan oleh Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB, didukung Radio Top

(49)

commit to user

Untuk menentukan fungsi dan latar belakang dari penggunaan alih kode

dan campur kode dapat dianalisis menggunakan metode padan dengan teknik atau

alat penentunya referensial. Adapun analisis dengan menggunakan metode

tersebut terlihat sebagai berikut.

Fungsi campur kode dengan adanya leksikon krama di dalam percakapan

dalam data di atas adalah untuk menghormati O2 selaku mitra tutur yaitu suami.

Sedangkan fungsi alih kode ke dalam bahasa Indonesia adalah untuk mengutip

perkataan orang lain agar lebih komunikatif dan persuasif sehingga pendengar

lebih tertarik dalam mendengarkan iklan tersebut.

Latar belakang penggunaan tuturan tersebut dapat dianalisis

menggunakan komponen tutur ( penutur, mitra tutur, situasi tutur, tujuan tuturan,

dan hal yang dituturkan) (Maryono, 2001: 143). Peserta tutur adalah antara suami,

istri dan juga penyiar. Dalam dialog tersebut membicarakan tentang adanya

program pemerintah yaitu program Keluarga Berencana dengan mempunyai

cukup dua anak saja. Tujuan dari percakapan di atas adalah untuk mengajak para

bapak untuk mengikuti program KB dengan cara menggunakan kondom atau

vesektomi. Situasi tutur tersebut terjadi pada saat bapak sedang bersantai dan sang

ibu sedang membuatkan susu anaknya yang sedang menangis. Situasi yang

tercipta berjalan dengan santai dan obrolan berlangsung dengan akrab karena

(50)

commit to user

H. Metode Penyajian Hasil Analisis

Dalam penyajian hasil penelitian ini menggunakan metode formal dan metode

informal. Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis dengan

menggunakan lambang atau tanda-tanda. Metode penyajian dengan kata-kata

biasa atau sederhana agar mudah dipahami (Sudaryanto, 1993: 145). Teknik

formal diuraikan dengan perumusan tanda, seperti tanda kurung ( ), titik (.), tanda

petik (“...”), tanda sama dengan (=). Adapun lambang yang dimaksud diantaranya

(51)

commit to user

35

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Deskripsi hasil analisis pada bab IV ini meliputi, (1) bentuk alih kode dan

campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo, (2)

fungsi alih kode dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di

Kabupaten Sukoharjo, dan (3) faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih kode

dan campur kode dalam iklan berbahasa Jawa pada radio di Kabupaten Sukoharjo.

A. Bentuk Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Berbahasa Jawa

pada Radio di Kabupaten Sukoharjo

1. Bentuk Alih Kode

Alih kode merupakan peralihan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain,

dari variasi satu ke variasi lain atau beberapa gaya dari satu ragam bahasa. Dalam

masyarakat tutur tertentu terutama yang mengenal tingkatan bahasa sosial

(undha-usuk). Peristiwa alih kode dapat dilihat pada data sebagai berikut.

a. Alih Kode Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia

Data (1)

O1 : E...e...e... bise ki kurang ajar tenan ki, ra ngerti peraturan pa

piye? Kok malah mandheg, bikin macet saja.

„E...e...e... bisnya ini kurang ajar betul, tidak tahu peraturan apa?

Mengapa berhenti, bikin macet saja.‟

O2 : Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?

„Selamat siang Mbak, ada yang bisa saya bantu?‟

O1 : Eh Pak LLAJ ta? Itu lho Pak bise itu lho, harusnya di bangjo

Referensi

Dokumen terkait

H0 adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan pada kadar profil lipid pada pasien penyakit ginjal diabetik dan penyakit ginjal non-diabetik

1 KNSI-315 Implementasi Web Service Pada Aplikasi Sistem Informasi Akademik Dengan Platform Mobile.. Purnawansyah Amaliah Faradibah 2 KNSI-318 Batik Stereogram dengan Depth

Diketahui oleh umum bahwa etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia tersebar di semua wilayah republik Indonesia, tetapi etnis Tionghoa yang tinggal di Jawa Timur

Sukron, dalam penelitiannya yang berjudul strategi lembaga keuangan mikro syariah dalam mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan usaha kecil dan menengah menyimpulkan bahwa

Hasil simulasi yang didapat yaitu mekanisme spectrum sharing rule C menghasilkan alokasi kanal bagi secondary user yang bebas konflik satu sama lain dengan jumlah kanal

Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi perhatian pada pengujian transaksi

Dari penelitian yang telah dilaksanakan, orang tua dengan anak HIV/AIDS di poli VCT RSUD Waluyo Jati Kraksaan pada tingkat pendidikan dan pekerjaan orang tua sangat

Musim tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dalam usaha budidaya tanaman padi, penggunaan varietas unggul baru yang adaptif merupakan salah satu