• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Berbasis Resiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Audit Berbasis Resiko"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Audit Berbasis Resiko – sesuai dengan International Standards on Auditing !

Audit Berbasis Resiko atau Risk Based Audit (RBA) merupakan pendekatan audit yang

berkembang pesat sejak tahun 2000an. Pendekatan ini saat ini mendapatkan perhatian yang luas dan dianggap sebagai pendekatan yang paling efektif karena terbukti paling cocok diterapkan untuk kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah-ubah seperti sekarang ini. Indonesia telah meratifikasi ketentuan untuk menerapkan International Standards on Auditing (ISA) mulai awal tahun 2013. ISA sepenuhnya mengadopsi pendekatan Audit Berbasis Resiko, sehingga saat ini penerapan Audit Berbasis Resiko bagi auditor di Indonesia menjadi hal wajib (mandatory) Mengapa memakai pendekatan berbasis resiko?

Saya selalu mencontohkan Nokia dan Blackberry. Apa yang salah dari dua perusahaan tersebut? Apakah mereka penjualaanya kecil? Apakah tata kelola mereka tidak baik? Apakah mereka memiliki SDM yang tidak berkualitas? Jawaban terhadap semua pertanyaan tersebut tentu saja adalah TIDAK. Tetapi mengapa mereka BANGKRUT. Karena mereka terlambat merespon para pesaing dan perkembangan lingkungan, dan ini terjadi sangat cepat. Pada tahun 2008 nilai pasar Blackberry adalah 84 Milyar dollar dan tahun 2013 atau lima tahun kemudian tinggal 4 Milyar dollar. Apabila anda menjadi auditor bagi Nokia dan Blackberry, opini apa yang akan anda berikan?

Artinya auditor sekarang dituntut tidak hanya memberikan keyakinan memadai terkait kewajaran laporan keuangan, tetapi juga memberikan penilaian terhadap keberlanjutan (going concern) perusahaan untuk paling tidak setahun kedepan. Pendekatan lama auditor yang hanya berbasis transaksi ataupun siklus saat ini dipandang tidak cukup untuk memberikan tingkat keyakinan memadai terhadap kewajaran laporang keuangan.

Sebagai contoh, ketika persaingan semakin ketat dan situasi ekonomi sedang krisis, disisi lain manajemen dituntut untuk terus meningkatkan performa maka dorongan untuk terjadinya kecurangan keuangan menjadi sangat besar. Sehingga resiko yang harus ditanggung auditor untuk terjadinya salah memberikan opini juga meningkat. Sehingga auditor perlu melakukan modifikasi-modifikasi terkait strategi audit maupun prosedur-prosedur yang dijalankan sehingga bisa meminimalisir terjadinya salah pemberian opini tersebut.

Apa itu audit berbasis resiko?

Audit berbasis resiko lebih berupa perubahan pola pandang dari pada sebuah teknik. Memakai kacamata audit berbasis resiko auditor harus menilai kemampuan manajemen dalam mengukur resiko, merespon resiko dan melaporkan resiko. Apabila manajemen memiliki kemampuan yang cukup dalam mengukur, merespon dan melaporkan resiko dalam suatu area atau proses, maka resiko bawaan bisa diturunkan. Artinya auditor tidak harus meningkatkan tingkat ketelitian, menambah prosedur atau menambahkan waktu analisa. Sebaliknya kalau manajemen resiko klien buruk, maka auditor harus meningkatkan keteliatian, menambah prosedur dan

(2)

proses tersebut bisa dijadikan sebagai salah satu dasar untuk penentuan prioritas audit oleh auditor.

Penentuan prioritas berdasarkan analisa resiko ini dianggap paling tepat dalam upaya mengalokasikan waktu dan staff auditor yang terbatas. Audit menggunakan sampling, dan selama ini metodologi audit mengatur bagaimana pengambilan sampling yang paling efektif dan efisien. Efektif dalam arti sample yang diambil tersebut haruslah mampu mewakili populasi yang akan diperiksa.

(3)

Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) 2.4.1 Pengertian Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah memahami apa yang dimaksud audit berbasis risiko)

Audit Berbasis Risiko (Risk Based Audit) adalah metodologi pemeriksaan yang dipergunakan untuk memberikan jaminan bahwa risiko telah dikelola di dalam batasan risiko yang telah ditetapkan manajemen pada tingkatan korporasi.

Pendekatan audit ini berfokus dalam mengevaluasi risiko-risiko baik strategis, finansial, operasional, regulasi dan lainnya yang dihadapi oleh organisasi. Dalam Audit berbasis risiko, risiko-risiko yang tinggi diaudit, sehingga kemudian manajemen bisa mengetahui area baru mana yang berisiko dan area mana yang kontrolnya harus diperbaiki.

Risk-Based Audit memastikan bahwa seluruh tanggung jawab manajemen telah dilakukan secara efektif. Tanggung jawab manajemen yang utama termasuk memastikan internal control telah memadai dan manajemen risiko telah dilakukan dengan tepat, diikuti oleh berbagai fungsi dan unit kerja di perusahaan. Peran Risk-Based Audit dalam peningkatan Internal Control dan Proses Manajemen Risiko sangat menyeluruh dan strategis. Oleh karena itu apabila Risk Based

Auditdiimplementasikan dengan konsisten, maka efektivitas Internal Control dan Proses Manajemen Risiko perusahaan akan meningkat.

Pendekatan audit berpeduli risiko bukan berarti menggantikan pendekatan audit konvensional yang dijalankan oleh lembaga audit intern yang sudah berjalan selama ini. Pendekatan ini hanya membawa suatu metodologi audit yang dapat dijalankan oleh auditor intern dalam

pelaksanaanpenugasan auditnya melalui pendekatan dan pemahaman atas risiko yang harus diantisipasi, dihadapi, atau dialihkan oleh manajemen guna mencapai tujuan.

Perbedaan pendekatan audit berpeduli risiko dengan pendekatan audit konvensional adalah pada metodologi yang digunakan dimana auditor mengurangi perhatian pada pengujian transaksi individual dan lebih berfokus pada pengujian atas sistem dan proses bagaimana manajemen mengatasi hambatan pencapaian tujuan, serta berusaha untuk membantu manajemen mengatasi (mengalihkan) hambatan yang dikarenakan faktor risiko dalam pengambilan keputusan.

(4)

1.4.2 Tujuan Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui tujuan pelaksanaan audit berbasis risiko)

Tujuannya audit berbasis risiko adalah memberikan keyakinan kepada Komite Audit, Dewan Komisaris dan Direksi bahwa:

(5)

1. Perusahaan telah memiliki proses manajemen risiko, dan proses tersebut telah dirancang dengan baik.

2. Proses manajemen risiko telah diintegrasikan oleh manajemen ke dalam semua tingkatan organisasi mulai tingkat korporasi, divisi sampai unit kerja terkecil dan telah berfungsi dengan baik.

3. Kerangka kerja internal dan tata kelola yang baik telah tersedia secara cukup dan berfungsi dengan baik guna mengendalikan risiko.

1.4.3 Manfaat Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui manfaat dari pelaksanaan audit berbasis risiko) Audit berbasis risiko mempunyai manfaat yang banyak bagi organisasi, antara lain adalah sebagai berikut:

1. menjadi sistem check dan balance terhadap kontrol organisasi

2. meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi kesalahan dalam laporan keuangan 3. meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan mengukur risiko

4. meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi adanya fraud atau masalah lainnya 5. mengungkap temuan mengenai kelemahan yang dimiliki manajemen

1.4.4 Ruang Lingkup Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui batasan-batasan audit berbasis risiko) 1. Penilaian atas identifikasi risiko yang dilakukan oleh manajemen

termasuk risiko bisnis yang dapat menghalangi pencapaian tujuan perusahaan. 2. Mengetahui kadar dan dampak risiko yang menimpa perusahaan.

3. Mempercepat eskalasi risiko tinggi kepada manajemen puncak.

4. Kemampuan melakukan pemeriksaan manajemen risiko yang akan ditularkan kepada seluruh anggota auditor maupun auditee.

1.4.5 Peran Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui peran audit berbasis risiko)

1. Dengan analisis risiko yang berkesinambungan, Internal Audit akan memiliki Early Warning Signals, sehingga penanganan risiko dapat dilakukan lebih proaktif dan dini.

(6)

2. Mengomunikasikan visi, misi, strategi kebijakan direksi dan mekanisme pelaporan yang berkaitan dengan manajemen risiko perusahaan ke seluruh jajaran perusahaan.

3. Mengidentifikasi KPI (Key Performance Index) dan CSA ( Control Self-Assessment) yang berkaitan dengan risiko.

4. Mengikutsertakan stakeholders utama dan komunitas investasi dalam kegiatan dan perkembangan manajemen risiko perusahaan.

Agar ABR dapat berhasil dengan baik diperlukan kerjasama antara auditor intern dengan manajemen dalam melakukan penilaian kelemahan pengendalian diri sendiri (control self assessment). Control self assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self assessment terhadap pengendalian atas aktivitas pada unit operasional masing-masing dengan bimbingan auditor intern.

Dalam hal ini, manajemen melakukan identifikasi risiko kegiatan serta mengevaluasi apakah telah ada pengendalian yang dapat mengurangi risiko tersebut serta mengembangkan rencana kerja (action plan) untuk meningkatkan pengendalian yang ada. Manfaat utama dari control self assessment oleh manajemen adalah adanya kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menilai risiko dan mengendalikan aktivitas suatu organisasi berada di tangan manajemen sendiri sehingga dapat meningkatkan kepedulian terhadap pengendalian intern.

Pendekatan ABR memerlukan keterlibatan auditor intern dalam melakukan penaksiran risiko (risk assessment). Risk assessment menyoroti peran auditor intern dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang dihadapi entitas. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif dari auditor intern dalam mengenali risiko yang dihadapi manajemen dalam mencapai tujuan organisasinya. Auditor intern dapat menjadi mitra manajemen dalam meminimalkan risiko kerugian (loss) serta memaksimalkan peluang (opportunity) yang dimiliki entitas. Penentuan tujuan dan ruang lingkup audit serta alokasi sumber daya auditor intern sepenuhnya didasarkan pada prioritas tingkat risiko yang dihadapi organisasi.

Sejalan dengan evolusi peran auditor intern dan perubahan paradigma dari pihak manajemen, maka pandangan terhadap risiko juga berubah, yaitu:

1. Bila sebelumnya hanya auditor yang tertarik dengan masalah pengelolaan risiko audit, pada paradigma baru, pihak-pihak yang terkait dengan manajemen organisasi mulai tertarik dengan manajemen risiko;

2. Pendekatan dalam menangani risiko yang tadinya dilakukan secara terpisah-pisah

(fragmentasi) dan tidak mengenal kebijakan risiko (risk policy), saat ini pengelolaan risiko telah terfokus, terkoordinasi dan telah ditetapkan kebijakan dalam penanganannya;

3. kegiatan auditor yang tadinya berupa: inspeksi, deteksi dan reaksi terhadap risiko, pada saat ini lebih mengarah pada: antisipasi, pencegahan dan monitoring risiko;

(7)

4. pendekatan lama menganggap bahwa sumber risiko adalah orang-orang di dalam dan di luar organisasi, saat ini yang dianggap sebagai sumber risiko adalah proses.

2.4.6 Aspek yang Harus Diperhatikan

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui aspek yang harus dipraktekkan sebelum melakukan audit berbasis risiko)

Adapun Aspek-aspek yang perlu diperhatikan auditor dalam melakukan pendekatan audit berbasis risiko:

1. Dalam menerapkan ABR, auditor perlu mengidentifikasi wilayah/area yang memiliki risiko yang menghambat pencapaian tujuan manajemen. Misalnya dalam audit keuangan, risiko salah saji yang besar/tinggi pada penyajian laporan keuangan. Wilayah/area yang memiliki tingkat risiko yang tinggi tersebut akan memerlukan pengujian yang lebih mendalam.

2. Auditor dapat mengalokasikan sumber daya auditnya berdasarkan hasil identifikasi atas kemungkinan dan dampak terjadinya risiko. Wilayah berisiko rendah menjadi prioritas akhir alokasi sumber daya audit.

Oleh karena itu, dalam ABR, auditor harus melakukan analisis dan penaksiran risiko yang dihadapi auditi. Dalam melakukan analisis dan penaksiran risiko (risk assessment), auditor perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Risiko kegiatan dari auditi (the auditee business risk), yaitu risiko terjadinya suatu kejadian yang dapat memengaruhi pencapaian tujuan dan sasaran manajemen. Risiko yang dimaksud bukan hanya risiko atas salah saji laporan keuangan namun juga risiko tidak

tercapainya sasaran/tujuan yang telah ditetapkan.

2. Cara manajemen mengurangi atau meminimalisasi risiko.

3. Wilayah/area yang mengandung risiko dan belum diidentifikasi oleh manajemen secara memadai atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh manajemen.

2.4.7 Metodologi Audit Berbasis Risiko

(Tujuan sub-bab ini adalah mengetahui cara melakukan audit berbasis risiko dan diharapkan para pembaca dapat melakukan audit berbasis risiko)

Pendekatan dan metodologi audit berbasis risiko diilustrasikan dalam 3 tahapan besar yaitu: 2.4.7.1 Asesmen Risiko

Tahapan yang digunakan untuk menentukan frekuensi, intensitas, dan waktu audit dengan cara mengidentifikasi, mengukur, dan menentukan prioritas risiko agar keterbatasan sumber daya yang kita miliki dapat diarahkan ke area dengan bobot risiko tinggi. Tahap ini dapat ditiadakan

(8)

bilamana profil risiko yang dihasilkan oleh unit Manajemen Risiko Korporasi sudah tersedia dan dapat diyakini keandalannya

Pada tahap ini, internal auditor juga perlu menetapkan kriteria auditable units antara lain: 1. Unit tersebut memberikan kontribusi yang berdampak cukup besar pada tujuan perusahaan 2. Justifikasi biaya pengendalian atas unit yang memiliki potensi kerugian yang lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian termasuk biaya audit.

2.4.7.2 Penyusunan Program Audit Internal

Berdasarkan hasil asesmen risiko, masing-masing auditable units ditetapkan nilai akhirnya menggunakan faktor risiko seperti:

1. Audit Assurance; Melihat relevansi hasil kajian audit periode sebelumnya atas area yang memiliki risiko dengan rating tinggi

2. Materialistis; Mengkaji area yang memiliki dampak risiko tinggi dengan menggunakan parameter keuangan maupun non keuangan

3. Residual Risk; Nilai risiko yang telah memperhitungkan faktor positif yang dimiliki perusahaan seperti pengendalian internal

4. Audit Judgement; Pertimbangan auditor atas perubahan sistem dan prosedur, restrukturisasi organisasi yang mempunyai dampak kepada area tertentu

2.4.7.3 Pelaksanaan Program Audit Internal

1. Mengkaji keselarasan sasaran unit operasional, direktorat, dan individu dengan tujuan perusahaan; Auditor Internal harus memastikan bahwa tujuan bisnis sudah diterapkan secara efektif dan telah dikomunikasikan ke seluruh tingkatan dalam organisasi.

2. Mengevaluasi efektivitas ketersediaan, kuantifikasi, dan penerapan selera dan batasan risiko (corporate risk appetite and risk tolerance) berdasarkan kebijakan dan prosedur di dalam

perusahaan; Auditor Internal harus dapat memberikan keyakinan bahwa manajemen bekerja dalam parameter risiko yang telah ditetapkan.

3. Mendeteksi analisis kesenjangan praktik manajemen risiko dan prosedurnya berdasarkan kerangka kerja yang telah ditetapkan; Auditor Internal harus melakukan evaluasi terhadap proses implementasi kerangka kerja penerapan manajemen risiko yang telah didokumentasikan dan diyakini dapat memfasilitasi perubahan dinamis perusahaan.

4. Menguji efektivitas dan perlindungan terhadap informasi dan akses terhadap

(9)

berhubungan dengan bagaimana suatu tindakan pengendalian tersebut dilakukan secara konsisten sesuai dengan arah dan kebijakan perusahaan.

Menyediakan jaminan independen dan berfungsi sebagai konsultan internal dalam rangka memastikan pencapaian tujuan perusahaan; Auditor Internal harus memberikan jaminan yang obyektif kepada Direksi bahwa risiko bisnis telah dikelola secara tepat dan pengendalian internal telah berjalan secara efektif

Contoh kasus:

1. Instansi : Direktorat Bina Sosial pada Departemen ABC

2. Tujuan (sesuai renstra) : Pelaksanaan program penyaluran dana bergulir kepada UKM dalam rangka ”untuk membantu modal kerja, memberdayakan dan memberikan nilai tambah peran usaha kecil menengah, untuk mendorong peningkatan pendapatan masyarakat”

3. Risiko yang dikemukakan dan dianggap penting oleh manajemen pada aktivitas ini adalah sebagai berikut:

a. Belum ada strategi penyaluran bantuan kepada UKM.

b. Pedoman Teknis yang ada belum dapat digunakan sebagai acuan oleh pelaksana di lapangan tentang mekanisme penyaluran dan pola “bergulir” kepada UKM yang lain.

c. Adanya kelompok UKM yang ingin menguasai penyaluran karena mereka telah ditunjuk sebagai wakil kelompok UKM.Mahalnya biaya penyaluran melalui mitra lembaga keuangan, yang dalam penganggaran biaya tersebut belum ditetapkan.

d. Staf dan tenaga teknis yang ditugaskan meskipun telah mendapatka pelatihan namun belum berpengalaman dalam pengelolaan dana bergulir.

Penyelesaian:

1. Langkah pertama adalah menyusun program audit internal. Berdasarkan risiko di atas, maka maka pengendalian intern yang dapat dilakukan untuk menjamin agar program dapat mencapai tujuannya dapat diuraikan sebagai berikut:

 Menetapkan strategi penyaluran dan identifikasi kriteria UKM yang layak mendapatkan dana bergulir

(10)

 Menyempurnakan pedoman teknis yang ada dengan pengaturan besarnya dana yang dapat diterima oleh UKM dan persyaratan dapat digulirkan kepada UKM yang belum memperoleh kesempatan

 Penegasan adanya aturan bahwa hanya kelompok UKM yang memenuhi syarat yang mendapatkan bantuan dan tidak disalurkan kepada wakil kelompok.

 Mengupayakan negosiasi melalui program pendampingan untuk menekan biaya dan usulan dana tambahan biaya pengelolaan yang belum tersedia.

 Penetapan program transfer keahlian melalui program pendampingan dengan pihak mitra lembaga keuangan untuk proses penyaluran dana kepada UKM.

2. Langkah kedua adalah melaksanakan melaksanakan pengendalian internal tersebut Penyelesaian tersbut dapat disajikan dalam diagram sebagai berikut:

(11)

IMPLEMENTASI AUDIT BERBASIS RISIKO DALAM AUDIT PENGENDALIAN INTERNAL ATAS LAPORAN KEUANGAN DI PT.

TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Atau disingkat PT. TELKOM sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada usaha jasa telekomunikasi dan merupakan infrastruktur yang vital memiliki visi, misi dan tujuan yang akan dicapai. PT. Telkom sebagai perusahaan yang sudah go public dituntut untk senantiasa memenuhi apa yang diharapkan oleh para pemegang saham, termasuk pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas.

Pemerintah disamping mengharapkan pembagian laba melalui deviden dari PT. Telkom yang tumbuh dari waktu ke waktu, juga di dalam setiap pelaksanaan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) selalu menekankan pentingnya ketepatan waktu pelaksanaan RUPS. RUPS dapat dilaksanakan tepat waktu kalau laporan keuangan PT. Telkom disajikan secara tepat waqktu dan penyelesain audit oleh auditor Eksternal juga tepat waktu.

Sebagai salah satu perusahaan public yang terdatar di New York Stock Exchange (NYSE) sejak tahun 1995, PT. Telkom harus mengikuti semua peraturan dan ketentuan Stock Exchange committee (SEC) yaitu Otoritas yang menangani penanaman modal asing di USA. PT. Telkom juga harus complay terhadap aturan atau ketentuan yang dicetuskan oleh Senator : Paul S. Sarbanes dan Michael G. Oxley Act. Aturan atau ketentuan ini ditetapkan oleh Conggres USA sebagai Undang-undang untuk memperbaiki kepercayaan investor dalam pasar keuangan/saham yang lebih dikenal dengan SOA (Sarbanes Oxley Act) atau SOX.

Sejak tahun 2003, PT. Telkom telah mengimplementasikan SOA dengan menyediakan Sertifikasi tahunan. Apa artinya bagi PT. Telkom? Manajemen PT. Telkom (termasuk anak perusahaan) secara individu dan kolektif bertanggung jawab terhadap lingkungan pengendalian internal perusahaan. Tanggung jawab untuk dokumentasi dan evaluasi Internal control akan bergeser dari auditor eksternal ke manejemen. Adanya kelemahan internal control harus diperbaiki, dan jika tidak maka perusahaan harus memeberi harus memberitahu kepada Komite Audit atau Eksternal Auditor.

Selama lebih kurang tiga tahun PT. Telkom telah menyiapkan agar setiap proses yang bermuara kepada penyusunan laporan keuangan harus complay terhadap aturan dan ketentuan SOA, diantaranya menyesuaikan Bisnis Proses yang ada kedalam Bisnis Proses SOA yang memasukan aspek resiko dan control pada setiap aktivitas.

Untuk memenuhi aturan dan ketentuan SOA tersebut, mulai tahun 2006 PT. TELKOM dilakukan dua audit oleh Auditor Eksternal yaitu Audit Laporan Keuangan dan Audit Pengendalian Internal Atas laporan Keuangan (Internal Control Over Financial Reportin =

ICOFR). Dalam kondisi ini, permasalahan ketepatan waktu menjadi sangat penting dan seluruh

jajaran PT. TELKOM harus concern dan mendukung agar audit-audit tersebut dapat diselesaikan secara efektif dan efisien dalam arti tepat waktu dan opini hasil audit ICOFR : “effective”.

Disini peran Auditor Internal sangat diperlukan untuk melakukan review atas Laporan Keuangan dan Internal Control secara periodic dan berkesinambungan. Peran manajemen dalam

(12)

mendukung review atas laporan keuangan dan internal control sangat diperlukan dengan melakukan Risk Control Self Assesment (RCSA). Agar review yang dilakukan Auditor Internal atas Laporan Keuangan dan internal control dapat berjalan efektif dan efisien dan mampu mendukung pelaksanaan audit oleh Auditor Eksternal, maka auditor Internal harus mengimplementasikan Risk Based Audit dalam setiap audit yang dilakukan.

Risk Based Audit PT Jamsostek (Persero)

Perubahan paradigma dari profesi internal audit menurut definisi internal auditing yang dikeluarkan oleh International Internal Auditing (IIA) tahun 1999 dimana istilah kontrol sudah beralih menjadi risiko. Fokus audit saat ini adalah risiko bisnis dari perusahaan bukan system

internal control, fokus pengujian adalah semua aktivitas risk manajemen, tidak lagi aktivitas

control, fokus dari pelaporan adalah kecukupan dan efektivitas dari strategy manajemen bukan kecukupan dan efektivitas dari internal kontrol dan tujuan dari hasil audit adalah mencapai pelaksanaan manajemen risiko yang sesuai bukan memperbaiki internal control. Dari perubahan paradigma ini istilah risiko menjadi hal yang sangat krusial karena risiko adalah segala hal yang menyebabkan tujuan dari perusahaan tidak tercapai sehingga internal audit seharusnya melakukan analisa risiko untuk mengidentifikasikan segala risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Analisa risiko itu penting karena manajemen akan mengambil keputusan setiap saat tentang apa yang akan dilakukan, berapa banvak waktu dan sumber dava yang dibutuhkan dari suatu kegiatan dan hal - hal penting yang perlu dilaporkan sehingga internal audit dapat memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

Risk Based Audit adalah proses untuk mengidentifikasikan dan melakukan pengujian atas risiko

terutama yang berdampak material bagi perusahaan dan dilakukan bersama manajemen. Auditor melakukan pengujian yang independen atas kontrol yang sudah tersedia dalam pelaksanaan audit dan menghitung eksposure dari risiko melalui kesimpulan auditnya. Implementasi dari Risk

Based Audit (RBA) dalam siklus audit dimulai dari proses penyusunan perencanaan audit,

membuat audit program, pelaksanaan audit (field work) sampai dengan pelaporan. Tujuan RBA secara umum dalam perencanaan audit adalah efektivitas alokasi sumber daya sedangkan tujuan dalam audit program adalah pengujian terhadap efektivitas key control untuk mengurangi key

risk yang mengancam pencapaian tujuan. Tujuan dalam proses pelaksanaan audit (field work)

adalah mengembangkan temuan dalam perspektif manajemen risiko dan menyimpulkan hasil pelaporan dalam konteks risiko yang menjadi tujuan proses pelaporan.

Pertanyaan: Bagaimana PT. Jamsostek (Persero) menerapkan RBH?

Dalam setiap bisnis pasti akan terjadi risiko yang harus ditanggung namun tentunya risiko yang masih dapat ditoleransi. Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya peristiwa / hasil yang tidak diinginkan. Sedangkan terjadinya peristiwa yang menciptakan potensi adanya hasil yang tidak diinginkan merupakan kejadian risiko, yang mempunyai konsekuensi balk langsung atau tidak langsung terjadinya kerugian. Kerugian ini dapat berbentuk kerugian

financial atau non financial.

Bank merupakan institusi yang diberi izin oleh otoritas perbankan untuk melakukan aktivitas yang berlandaskan prinsip kepercayaan. Bisnis bank yang terdiri dari penyimpanan dana masyarakat, penyaluran kredit, treasury, transaksi pembayaran, dan lain-lain tidak terlepas dari risiko. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari karena bank bukan bisnis risk avoider, risiko tersebut harus dikelola dengan balk sehingga return yang diharapkan lebih besar dari

(13)

risiko yang diterima. Risk management yang yang tepat dapat mengurangi risiko yang jika tidak dikendalikan pada akhirnya akan merugikan stakeholder termasuk organisasi perbankan itu sendiri. Organisasi perbankan harus memaksimalkan fungsi tersebut agar risiko yang akan terjadi dapat diminimalkan.

Risk management merupakan tanggung jawab manajemen organisasi sebagai pemilik

risiko, fungsi internal audit dalam hal risk management adalah membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, dengan mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas dari risk management itu sendiri.

Risk management tidak dapat dijalankan dengan balk tanpa ada pihak yang melakukan

evaluasi atas pelaksanaan risk management itu sendiri.

Penilaian risk management pada pemeriksaan business area di Bank Anugerah Alam, seperti evaluasi atas pengelolaan credit risk, dan operational risk yang meliputi strategic risk,

transaction risk, legal risk dan reputation risk dalam proses kredit, disertai dengan rekomendasi

kepada manajemen organisasi sebagai pemilik risiko. Sesuai dengan peran internal audit yakni to

Referensi

Dokumen terkait

Proses ke- 2 dilakukan dengan mencari nilai terkecil dari indeks 1..N-1, dan elemen terkecil yang ditemukan dipindahkan pada indeks 1 dalam array, dan demikian

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara gaya hidup dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada siswa

mendapatkan nilai yang termasuk dalam kategori sangat baik. Dalam hal ini dapat dikatakan siswa menunjukkan bahwa ada keberhasilan dari penerapan pembelajaran

CSAP 26 Catur Sentosa Adiprana Tbk CTRA 27 Ciputra Development Tbk DGIK 28 Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk DSFI 29 Dharma Samudera Fishing Ind.. Tbk DYAN 30 PT

Tetapi menjelang awal tahun sembilan puluh dimana bermunculan berbagai software untuk proses setting dan layout (DTP-Ventura, Coreldraw, Newsmaster, Framemaker,

Perintah B = FIR2(N,F,M); pada Matlab digunakan untuk mendisain filter digital FIR orde N dengan respon frekuensi yang ditentukan oleh vektor F dan M, dan menghasilkan koefesien

2.2 2 Me Memb mberi erikan tang kan tangga gapan dan pan dan sar saran an se seder derha hana na te terha rhadap suat dap suatu u ma masal salah deng ah dengan

Pada pertemuan kali ini tanggal 12 januari 2019 klien sangat antusias dan siap menerima penugasan atau terapi yang akan diberikan, klien merasa lebih terbuka dan sangat