Sikap konsumen pasar tradisional
terhadap ikan bandeng segar (chanos chanos)
di kabupaten Klaten
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
R. Dyah Wulandari
H.036088
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang
peranan sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia. Salah satu subsektor pertanian adalah subsektor perikanan.
Subsektor perikanan juga merupakan sektor yang berpotensi untuk
menghasilkan dan dikembangkan karena Indonesia merupakan negara maritim
atau kelautan yang wilayah perairannya lebih luas daripada daratannya yaitu
mencapai 5,8 juta Km2 atau mendekati 70% dari luas keseluruhan negara
Indonesia (Terangi, 2010) sehingga banyak terdapat sumber daya alam
kelautan terutama ikan.
Produksi perikanan Indonesia dari tahun 2005 sampai 2006 mengalami
peningkatan dari 6,86 juta ton menjadi 7,39 juta ton. Hal tersebut menurut
Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, belum dibarengi dengan tingginya
tingkat konsumsi ikan nasional yang baru mencapai 24,47 kg/kapita/tahun,
atau masih rendah dibandingkan rekomendasi dari Badan Pangan Dunia
sebesar 26 kg/kapita/tahun (Departemen Kelautan dan Perikanan RI, 2006).
Salah satu produk perikanan adalah ikan bandeng yang banyak di
budidayakan di daerah pesisir pantai di Indonesia. Ikan Bandeng dalam bahasa Latin disebut Chanos chanos atau milk fish (bahasa Inggris). Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae. Spesies ini hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau, daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Ikan Bandeng baru kembali ke laut bila sudah dewasa dan bisa berkembang biak (Wikipedia, 2009).
Manusia dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan tidak hanya dalam
hal kebutuhan pangan pokok saja seperti beras, jagung, umbi-umbian, tetapi
tinggi baik dari nabati maupun hewani. Kesadaran akan kebutuhan dan
keinginan terhadap pemenuhan gizi terutama protein hewani mendorong
masyarakat dalam pembelian ikan segar terutama ikan bandeng yang bermutu
baik (Wijayanto, 2007).
Aspek konsumsi ikan bandeng segar oleh masyarakat adalah sumber
protein yang sehat sebab bandeng adalah sumber protein tinggi sekitar 20%
dan rendah kolesterol yang kandungan lemaknya hanya 4,8 % (Mudjiman,
1991). Bandeng presto, bandeng asap, otak-otak adalah beberapa produk
bandeng olahan yang dapat dijumpai dengan mudah di supermarket. Produk
ikan bandeng lainnya yaitu ikan bandeng segar banyak dijumpai di pasar
tradisional. Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual yang
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan masa operasinya
rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari namun ada sebagian yang
beroperasi malam. Selain itu, pasar tradisional juga selalu menyediakan
produk-produk yang segar termasuk ikan bandeng segar.
Konsumen menginginkan ikan bandeng segar yang baik sesuai dengan
seleranya. Konsumen akan selalu memperhatikan atribut-atribut yang melekat
pada ikan bandeng segar dalam melakukan pembelian ikan bandeng segar.
Pemasar atau produsen ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten khususnya di
pasar tradisional dituntut memberikan kualitas produk yang terbaik sesuai
dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, pemasar atau produsen ikan
bandeng segar harus mengetahui sikap konsumen. Sikap konsumen menjadi
faktor yang kuat untuk mempengaruhi perilaku konsumen, sehingga dengan
mempelajari sikap konsumen dapat digunakan sebagai sumber informasi
untuk membantu pemasar atau produsen dalam menyediakan produk
khususnya ikan bandeng segar yang memiliki atribut yang sesuai dengan
B.Rumusan Masalah
Ikan merupakan salah satu bahan pangan yang mengandung protein
hewani dan sering dikonsumsi masyarakat. Jenis ikan yang sering dikonsumsi
masyarakat sangat beraneka ragam. Jenis ikan yang dipasarkan dapat
digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu ikan atau hasil perikanan dalam
keadaan segar atau sering disebut ikan segar dan dalam bentuk olahannya.
Ikan segar dapat berupa ikan laut maupun ikan air tawar. Salah satu jenis ikan
segar yang sekarang ini ada dipasaran adalah ikan bandeng (Chanos chanos), gurameh (Osphronemus gouramy Lac.), lele (Clarias batrachus Linnaeus), kakap (Lutjanus spp.), nila (Tilapia nilotica L.), mujaer (Tilapia mossambica Peters) dan berbagai jenis ikan lainnya yang masih dalam bentuk segar (Junianto, 2007).
Ikan bandeng termasuk salah satu sumber protein hewani dari laut yang
banyak dikonsumsi rumah tangga. Ikan bandeng dapat dijadikan lauk pauk
dan bisa diolah menjadi bebagai macam masakan. Ikan bandeng yang
dipasarkan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten adalah ikan bandeng
segar. Menurut Standar Nasional Indonesia (2008) dalam Bank Indonesia
(2010), ciri ikan segar adalah mata cerah dengan bola mata menonjol dan
kornea tampak jernih, insang berwarna cemerlang tanpa lendir, lapisan lendir
jernih, transparan, mengkilat cerah dan belum terdapat perubahan warna,
sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan
sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut
dagingnya utuh, bau isi perut segar, bau segar, bau rumput laut, bau spesifik
jenis, konsistensi padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging
tulang belakang. Atribut ikan bandeng segar menurut Wijayanto (2007) yaitu
ukuran ikan, keadaan mata, kekenyalan daging dan kebersihan kulit sisik
sedangkan menurut Purnomowati dkk. atribut ikan bandeng segar yaitu keadaan mata, keadaan mulut, warna insang, kebersihan sisik, kekenyalan
daging dan aroma ikan bandeng.
Sofyan Ilyas (1998) dalam Bank Indonesia (2010) menyebutkan ciri ikan
Tabel 1. Ciri Ikan Bandeng Segar
No. Parameter Keterangan
1. Kulit Warna kulit terang dan jernih, Kulit masih kuat membungkus tubuh, tidak mudah sobek, terutama pada bagian perut.
2. Sisik Sisik menempel kuat pada tubuh sehingga
sulit dilepas.
3. Mata Mata tampak terang, jernih, menonjol dan
cembung.
4. Insang Insang berwarna merah sampai merah tua,
terang dan lamella insang terpisah dan tertutup lendir berwarna terang dan bau segar seperti bau ikan.
5. Daging Daging kenyal, berbau segar dan bila
daging ditekan dengan jari tidak tampak bekas lekukan.
Sumber : Sofyan Ilyas (1998).
Salah satu faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan
konsumen dalam melakukan pembelian adalah sikap konsumen. Konsep sikap
sangat terkait dengan konsep kepercayaan dan perilaku. Sikap biasanya
mengarah dalam pembentukan perilaku. Perilaku konsumen akan sangat
terkait dengan atribut produk yang menjadi pertimbangan konsumen dalam
pembelian suatu produk.
Sikap konsumen terhadap permintaan ikan bandeng di pasar tradisional
dipengaruhi oleh adanya selera dan pengetahuan konsumen yang tercermin
dari perilaku konsumen. Pengkajian mengenai perilaku konsumen khususnya
mengenai sikap konsumen tentu menjadi hal yang penting untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Menurut Sumarwan (2003), konsumen memiliki
keinginan akan suatu produk sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya
sehingga diharapkan produk tersebut dapat memberikan manfaat bagi
konsumen. Jika produk yang dikonsumsi sesuai dengan apa yang diinginkan
konsumen maka konsumen akan melakukan pembelian sehingga dapat
memberikan keuntungan bagi produsen. Dalam pemasarannya produsen ikan
bandeng perlu untuk memahami sikap konsumen yang erat kaitannya dengan
Setiap konsumen memiliki kriteria produk ideal. Ditinjau dari sikap,
maka semakin dekat sebuah produk ke poin ideal maka semakin ideal posisi
produk tersebut. Poin ideal tersebut mengenai atribut yang melekat pada suatu
produk. Konsumen dalam mengkonsumsi ikan bandeng segar akan
mempertimbangkan atribut yang melekat pada ikan bandeng. Atribut tersebut
dievaluasi oleh konsumen sehingga mencerminkan sikap konsumen terhadap
produk ikan bandeng segar.
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain sebagai berikut :
1. Apakah atribut ikan bandeng segar telah memenuhi sifat ideal yang
diinginkan konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten?
2. Bagaimana sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut ikan bandeng segar?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi atribut produk ikan bandeng segar yang memenuhi sifat
ideal bagi konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten.
2. Mengidentifikasi sikap konsumen pasar tradisional di Kabupaten Klaten
terhadap berbagai atribut produk ikan bandeng segar.
D.Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai topik penelitian dan dilaksanakan untuk
melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi produsen serta pemasar ikan bandeng segar, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan tentang sikap konsumen di
Kabupaten Klaten terhadap ikan bandeng segar sehingga dapat digunakan
sebagai dasar strategi pemasaran yang akan diterapkan.
3. Bagi pihak lain sebagai sumber referensi dan dapat digunakan sebagai
I. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian Rismawati (2007) mengenai Sikap Konsumen Pasar Modern Terhadap Sayuran Organik di Kota Surakarta, menggunakan analisis model sikap angka ideal, yang menunjukkan analisis tingkat kepentingan atribut
sayuran organik adalah keamanan produk, kondisi fisik, warna, kemasan, dan
harga. Analisis atribut menurut ideal konsumen pasar modern, atribut
keamanan produk, warna, kemasan, dan kondisi fisik mendekati ideal, tetapi
atribut harga belum ideal. Sikap konsumen terhadap sayuran organik sangat
baik, sedangkan sifat ideal sayuran organik adalah sayuran organik
keamanannya terjamin, lubang pada daun seminimal mungkin, berwarna
kehijau-hijauan, kemasan menarik, dan harga murah.
Penelitian Kilamanca (2008) mengenai Sikap Konsumen Pasar Swalayan Terhadap Produk Susu Kedelai di Kota Surakarta, dengan menggunakan analisis model sikap angka ideal, menunjukkan bahwa
berdasarkan analisis kepentingan atribut susu kedelai, diketahui atribut yang
diprioritaskan oleh konsumen dalam melakukan pembelian, secara
berturut-turut adalah keamanan, rasa, kepraktisan, kemasan, harga dan promosi.
Sedangkan berdasarkan analisis masing-masing atribut menurut ideal
konsumen pasar swalayan, diketahui bahwa atribut-atribut secara keseluruhan
pada susu kedelai cair UHT sudah mendekati ideal, kecuali atribut promosi ;
pada susu kedelai cair impor, atribut-atribut secara keseluruhan sudah
mendekati ideal kecuali atribut promosi dan keamanan. Sedangkan
atribut-atribut susu kedelai bubuk secara keseluruhan sudah mendekati ideal, kecuali
harga. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sikap konsumen terhadap
susu kedelai cair teknologi sederhana adalah sangat baik. Sedangkan sikap
konsumen terhadap produk susu kedelai cair UHT, susu kedelai cair impor dan
susu kedelai bubuk adalah baik. Sifat ideal susu kedelai menurut konsumen
adalah kemasan menarik, produk praktis, harga murah, promosi maksimal,
Budiyati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Sikap Konsumen Dalam Mengambil Keputusan Membeli Produk Kunyit Putih di Kota Yogyakarta melakukan análisis tentang sikap konsumen terhadap atribut produk kunyit putih di kota Yogyakarta. Atribut kunyit putih yang diketahui
ada lima jenis antara lain : komposisi bahan, harga, jenis produk, indikator
pengunaan dan kemasan produk. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa
keamanan produk merupakan atribut yang paling penting, yang kemudian
diikuti dengan komposisi bahan, indikasi penggunaan, jenis produk dan harga.
Dengan menggunakan análisis multiatribut model poin ideal diketahui bahwa
atribut komposisi bahan belum mendekati sesuai dengan keinginan konsumen.
Sedangkan secara umum sikap konsumen terhadap kunyit putih sudah sangat
baik artinya responden menerima produk tersebut yang kemudian diikuti
dengan pembelian atau mengkonsumsinya.
Beberapa penelitian diatas dijadikan sebagai landasan dengan alasan
bahwa ketiga penelitian diatas menggunakan metode analisis data yang sama
yaitu Model Angka Ideal (The Ideal - Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang
dirasakan oleh konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen.
Model ini mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
B. Tinjauan Pustaka 1. Ikan Bandeng Segar
Ikan bandeng termasuk dalam kelas Pisces (bangsa ikan), sub kelas
Teleostei (ikan bertulang besar), ordo Malcopterygii (ikan berjari-jari sirip lemah), keluarga Chanidae (bandeng-bandengan), genus Chanos, spesies
Lama ikan bandeng menjadi dewasa masih belum dapat diketahui
dengan pasti. Sebab di tambak ikan bandeng belum menjadi dewasa.
Walaupun sudah dipelihara 4-5 tahun, panjangya sudah 75-86 cm, belum
juga masak kelamin. Oleh karena itu, jenis jantan dan betinanya pun masih
belum dapat dibedakan. Namun suatu pengamatan yang telah dilakukan
oleh ahli budidaya ikan pada tahun 1976 di Taiwan, mendapatkan suatu
hasil bahwa ikan bandeng asal dari laut (jantan dan betina) dapat masak
kelamin setelah dipelihara selama 5-6 tahun di dalam tambak
(Mudjiman, 1991).
Ikan bandeng memiliki nilai protein hewani yang lebih tinggi yaitu
sebesar 20 % dibanding dengan protein yang berasal dari
tumbuh-tumbuhan, sebab protein hewani mengandung asam-asam amino yang
lengkap dan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino yang
ada dalam tubuh manusia. Disamping itu juga sebagai sumber lemak,
mineral, dan vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kesehatan
(Murtidjo, 2002).
Bandeng merupakan ikan tambak yang banyak dibudidayakan di
Indonesia. Bandeng termasuk ikan bertulang keras, dagingnya berwarna
putih susu, dan strukturnya padat dengan duri-duri halus. Kandungan gizi
per 100 gram daging ikan bandeng dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Kandungan Gizi Daging Ikan Bandeng Segar per 100 gram
Kandungan gizi Daging Ikan Bandeng Segar
Energi (kkal) 129
Protein (g) 20
Lemak (g) 4,8
Kalsium (mg) 20
Fosfor (mg) 150
Besi (mg) 2
Vitamin A (SI) 150
Vitamin B (mg) 0,05
Sumber : Khotimah (2006).
Protein bandeng cukup tinggi. Kondisi ini menjadikan bandeng
sangat mudah dicerna dan baik dikonsumsi oleh semua usia untuk
serta mencegah penyakit akibat kekurangan zat gizi mikro. Bandeng juga
mengandung asam lemak omega-3. Asam lemak ini bermanfaat mencegah
terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko
terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak ini juga bersifat hipokolesterolemik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Mampu meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam
pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf
(Khotimah, 2006).
2. Pasar dan Pasar Tradisional
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang mempunyai
kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan mampu
melibatkan diri dalam suatu pertukaran yang berguna untuk memuaskan
kebutuhan atau keinginan tersebut (Kotler, 1997).
Besarnya pasar tergantung dari jumlah orang yang memiliki
kebutuhan, punya sumber daya yang diminati orang lain, dan mau
menawarkan sumber daya itu untuk ditukar supaya dapat memenuhi
keinginan mereka. Semua istilah pasar menunujukkan tempat dimana
penjual dan pembeli berkumpul untuk bertukar barang-barang mereka.
Ahli ekonomi menggunakan istilah pasar untuk menunjuk pada sejumlah
pembeli dan penjual yang melakukan transaksi pada suatu produk
(Kotler, 2000).
Pasar merupakan sarana jual beli berbagai komoditas. Sesuai
dengan perkembangannya terdapat pasar tradisional dan pasar modern.
Pasar tradisional biasanya menampung banyak penjual, dilaksanakan
dengan manajemen tanpa perangkat teknologi modern dan mereka lebih
mewakili golongan pedagang menengah kebawah dan tersebar baik di
kampung-kampung, kota-kota kecil maupun kota-kota besar dengan masa
operasi rata-rata dari subuh sampai siang atau sore hari serta ada sebagian
yang beroperasi malam hari (Anonim, 2006).
Pasar tradisional adalah tempat berkumpulnya penjual dan pembeli
proses tawar-menawar. Bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu
pengelolaan pasar. Kebanyakan menjual barang-barang kebutuhan
sehari-hari (Anonim, 2010).
Menurut Saptoaji (2007), keberadaan pasar modern seperti
swalayan atau supermarket tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pasar tradisional. Pasar tradisional didalamnya terjadi interkasi antara
penjual dan pembeli. Hubungan antara personal antara pedagang dan
pembeli lebih dekat sehingga memudahkan dalam tawar-menawar.
3. Pemasaran
Pemasaran adalah suatu seni mengidentifikasi dan memahami
kebutuhan atau keinginan pelanggan serta menciptakan pemecahan yang
mengarah pada pemberian kepuasan kepada pelanggan atau konsumen,
dan memberikan keuntungan pada produsen. Pemasar berkewajiban untuk
memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkannya, apa
seleranya, dan bagaimana konsumen mengambil keputusan sehingga
pemasar dapat memproduksi barang dan jasa yang sesuai dengan
kebutuhan konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen
akan meningkatkan pasar dan dapat mempengaruhi keputusan konsumen
dalam membeli apapun yang ditawarkan pemasar (Sumarwan, 2003).
Konsep pemasaran menyatakan bahwa alasan keberadaan sosial dan
ekonomi bagi suatu organisasi adalah memuaskan kebutuhan konsumen
dan keinginan tersebut sesuai dengan sasaran perusahaan. Hal tersebut
didasarkan pada pengertian bahwa suatu penjualan tidak tergantung pada
agresifnya tenaga penjual, tetapi lebih pada keputusan konsumen untuk
membeli suatu produk (Lamb et al, 2001).
Menurut Kotler (2000), pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan
keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan
Menurut Dharmmesta dan Handoko (1997), konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan
kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi
kelangsungan hidup perusahaan. Tiga unsur pokok pemasaran yaitu:
(a) Orientasi pada konsumen, (b) Penyusunan kegiatan pemasaran secara
integral dan (c) Kepuasan konsumen.
Dalam konteks agribisnis, operasionalisasi konsep pemasaran
merupakan hal yang mutlak harus diterapkan. Konsep pemasaran dalam
hal ini adalah sekumpulan gagasan pengembangan produk yang mengacu
pada pasar, berorientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen, serta
didukung penuh oleh usaha pemasaran secara terpadu yang diarahkan
untuk membangkitkan kepuasan konsumen (Kotler, 1997).
4. Riset Konsumen
Menurut Simamora (2004),riset konsumen merupakan bagian dari
riset pemasaran. Riset konsumen merupakan suatu rangkaian proses.
Karena berusaha menemukan kebenaran tentang suatu objek, maka proses
riset harus benar. Riset konsumen terdiri dari empat tahap, yaitu :
a. Mendefinisikan masalah dan menetapkan sasaran penelitian.
Masalah penelitian adalah sesuatu yang menarik untuk diteliti
atau sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Atau bisa juga yang
menimbulkan keingintahuan karena lain dari biasanya. Setelah
menetapkan masalah penelitian selanjutnya perlu menetapkan sasaran
penelitian. Pada umumnya ada tiga jenis sasaran penelitian:
1) Mengumpulkan informasi awal yang diperlukan untuk
mendefinisikan masalah dan mengajukan hipotesis.
2) Mendeskripsikan sesuatu.
3) Menguji hipotesis mengenai hubungan sebab akibat.
b. Mengembangkan rencana riset
Tahap ini sering disebut juga proposal penelitian. Rencana riset
harus menyatakan data yang apa dibutuhkan, bagaimana cara
digunakan untuk mengumpulkan data serta bagaimana rencana
pengambilan sampel.
c. Mengimplementasikan rencana riset
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Setelah data
terkumpul, kemudian diolah, misalnya dengan menggunakan tabulasi
dan alat-alat statistik lainnya.
d. Menginterpretasikan dan membuat laporan hasil penelitian
Tahap ini menginterpretasikan informasi apa yang terkandung
pada hasil olahan dan analisis data. Setelah diperoleh
informasi-informasi tersebut kemudian dituliskan dalam laporan yang bisa dibaca
siapa saja. Bentuk laporan penelitian beragam sesuai dengan
kepentingannya, salah satunya berupa skripsi yang ditulis dengan
mengikuti struktur formal.
5. Theory of Reasoned Action (Teori Tindakan Beralasan)
Menurut Olson dan Peter (1999), model Teori Tindakan beralasan
mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan
konsekuensi alternatif perilaku yang sedang dipertimbangkan, dan
memilih salah satu yang dapat memberikan konsekuensi paling
diharapkan. Hasil dari proses pilihan beralasan adalah suatu keinginan
untuk terlibat dalam perilaku yang dipilih. Keinginan berperilaku adalah
alatprediksi perilaku nyata terbaik. Menurut teori ini seseorang cenderung
melaksanakan perilaku yang dievaluasi baik dan diterima baik orang lain
serta cenderung menahan diri dari perilaku yang dianggap tidak baik dan
tidak menyenangkan orang lain. Secara formal, Teori Tindakan Beralasan
dapatdisajikan sebagai berikut :
BBI = W1 (AB) + W2 (SN)
B (Behaviour) = suatu perilaku
BI (Behaviour Intention) = niat berperilaku
AB (Attitude Behaviour) = sikap konsumen untuk terlibat pada
perilaku
SN (Subjective Norm) = norma subjektif sehubungan dengan apakah
orang lain menginginkan si konsumen
terlibat pada perilaku tersebut
W1 dan W2 (Weight) = bobot yang ditentukan secara empiris
yangmenggambarkan pengaruh relatif dari
komponen.
Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action) disebut juga dengan model keinginan berperilaku. Teori ini mengungkapkan bahwa
perilaku berasal dari formasi keinginan spesifik untuk berperilaku dan
norma subjektif dengan memperkenalkan formulasi pengaruh kelompok
referensi yang sangat kuat terhadap perilaku. Jadi teori ini tidak berusaha
memprediksikan perilaku seseorang, tetapi keinginan untuk betindak
(Mowen dan Minor, 2002).
Teori Tindakan Beralasan merupakan salah satu teori untuk
memahami minat konsumen dalam membeli produk atau dengan kata lain
behavioral intention model (model minat berperilaku). Menurut Theory Reasoned Action tersebut, perilaku (behavior) seseorang tegantung pada minatnya (intention) sedangkan minat untuk berperilaku tegantung pada sikap (attitude) dan norma subyektif (subjective norm) atas perilaku (Yatyoga, 2007).
Menurut Ajzen dan Fishbein (1980) dalam Sularto (2004), niat
berperan mempengaruhi perilaku yang akan terjadi. Niat dipengaruhi oleh
sikap terhadap perilaku seseorang yang bersifat normatif dan apa yang
dilakukan orang lain (terutama yang orang-orang berpengaruh di dalam
dampaknya terbatas pada tiga hal, yaitu : (1) Perilaku tidak banyak
ditentukan oleh sikap umum, tetapi oleh sikap spesifik terhadap sesuatu,
(2) Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh
norma-norma subjektif dan (3) Sikap terhadap suatu perilaku bersama-sama
norma-norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk
berperilaku tertentu.
6. Sikap Konsumen
Sikap merupakan ungkapan perasaan suka atau tidak suka terhadap
sesuatu. Seorang pemasar sangat berkepentingan pada sikap konsumen
terhadap produknya, karena sikap yang positif akan menghasilkan
pembelian, bukan saja dari konsumen yang bersangkutan tetapi dari
rekomendasi kepada teman-teman maupun keluarganya juga akan
membuahkan pembelian yang menguntungkan pemasar. Sebaliknya, sikap
negatif terhadap produk akan menghasilkan penolakan, dan sikap yang
demikian akan diteruskan untuk mempengaruhi orang lain. Itulah
sebabnya pemasar sangat mempedulikan sikap konsumen terhadap
produknya. Sikap positif didukung supaya tetap positif ataupun bertambah
positif, sikap negatif diupayakan diubah menjadi positif
(Prasetijo dan John, 2005).
Sikap (attitudes) konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Konsep sikap sangat terkait dengan
konsep kepercayaan (belief) dan perilaku (behavior). Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, dan sikap juga bisa
menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan
manfaat dari objek tersebut. Kepercayaan, sikap dan perilaku juga terkait
dengan konsep atribut produk (product attribute). Atribut produk adalah karakteristik dari suatu produk. (Sumarwan, 2003).
Sedangkan perilaku konsumen didefinisikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses
tersebut. Terdapat dua elemen penting dalam pengertian perilaku
konsumen yaitu : (1) proses pengambilan keputusan dan (2) kegiatan fisik
yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan,
mempergunakan barang-barang dan jasa - jasa ekonomis
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Perilaku konsumen bukanlah sekedar mengenai pembelian barang.
Lebih dari itu, perilaku konsumen adalah suatu hal yang dinamis, yang
mencangkup suatu hubungan interaktif antara afektif dan kognitif serta
perilaku dan lingkungan. Perilaku konsumen juga melibatkan pertukaran
antara dua pihak atau lebih, dimana masing-masing pihak memberi dan
menerima sesuatu yang berharga (Simamora, 2003).
Menurut Simamora (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah:
a. Pengalaman pribadi, pembentukan sikap terutama dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen terhadap produk. Sebagus apapun produk jika
tidak pernah dicoba, konsumen sulit untuk membentuk sikap terhadap
produk tersebut.
b. Pengaruh keluarga dan kawan, pengaruhnya melalui perkataan,
perbuatan atau teladan.
c. Direct Marketing, pemasaran langsung adalah metode yang mengkombinasikan semua metode promosi dan diarahkan langsung
kepada pelanggannya yang memiliki kebutuhan khas dan jumlahnya
sedikit. Karena kedekatan spesifikasi produk dengan kebutuhan
pelanggan yang unik, maka pelanggan membentuk sikap favorable
terhadap produk.
d. Media Massa, banyak orang membentuk sikap hanya berdasarkan
sumber informasi yang diperoleh melalui media massa saat ini.
e. Karakteristik individu, karakteristik seseorang mempengaruhi
pembentukan sikap karena memiliki cara dan kemampuan yang
berbeda dalam membentuk persepsi, seperti tingkat pendidikan, umur,
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara
lain:
a. Faktor kebudayaan, faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas
dan paling dalam terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus
memahami peran yang dimainkan oleh kultur, sub-kultur dan kelas
sosial pembeli.
b. Faktor Sosial, perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor
sosial seperti kelompok kecil, keluarga, peran dan status sosial dari
konsumen.
c. Faktor pribadi, keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi seperti umur dan tahap daur hidup pembeli,
jabatan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep pembei
yang bersangkutan.
d. Faktor psikologis, faktor psikologis yang utama yaitu motivasi,
persepsi, proses belajar, serta kepercayaan dan sikap.
7. Atribut Produk
Konsep dasar tertentu akan membantu kita memahami proses
evaluasi konsumen. Konsumen berusaha memuaskan suatu kebutuhan
dengan mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Konsumen
memandang setiap produk sebagai rangkaian atribut dengan kemampuan
yang berbeda dalam memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan
kebutuhan. Konsumen bersikap berbeda-beda dalam melihat atribut-atribut
produk yang dianggap relevan atau menonjol. Mereka akan memberikan
paling banyak perhatian pada atribut yang akan memberikan manfaat yang
dicari. Pasar dari suatu produk sering dapat disegmentasikan menurut
atribut-atribut yang menonjol bagi kelompok konsumen yang berbeda.
Para pemasar harus lebih memperhatikan kepentingan atribut, mereka
harus mengukur bobot kepentingan yang digunakan konsumen pada
Seorang konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada
karakteristik atau ciri atau atribut dari produk tersebut. Kemampuan
konsumen berbeda-beda dalam menyebutkan karakteristik atau atribut dari
produk-produk tersebut. Hal ini disebabkan konsumen memiliki
pengetahuan yang berbeda mengenai produk tersebut sehingga para
pemasar perlu memahami apa yang diketahui oleh konsumen, atribut apa
saja yang dikenal dari suatu produk, atribut mana yang dianggap paling
penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai atribut tersebut akan
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengetahuan yang
lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan konsumen
untuk memilih produk yang akan dibelinya. Atribut suatu produk
dibedakan ke dalam atribut fisik dan atribut abstrak. Atribut fisik
menggambarkan ciri-ciri fisik dari suatu produk. Sedangkan atribut
abstrak menggambarkan karakteristik subjektif dari suatu produk
berdasarkan persepsi konsumen (Sumarwan, 2003).
Atribut produk merupakan karakteristik atau fitur yang mungkin
dimilki oleh suatu objek. Atribut produk dibedakan menjadi dua yaitu
atribut intrinsik yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat
produk dan atribut ekstrinsik yaitu segala sesuatu yang diperoleh dari
aspek eksternal produk seperti nama merk, label, dan kemasan
(Mowen dan Minor, 2002).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
menyebabkan adanya peningkatan konsumsi bahan pangan yang mengandung
nilai gizi tinggi terutama dari protein hewani. Pemenuhan protein hewani
salah satunya dengan mengkonsumsi ikan bandeng segar. Ikan bandeng segar
merupakan salah satu jenis ikan yang banyak digemari oleh masyarakat karena
mudah dalam pengolahannya, memiliki rasa yang gurih dan mengandung
protein tinggi yang berguna bagi tubuh untuk pertumbuhan serta harganya
Sebelum melakukan pembelian, konsumen akan mempertimbangkan
atribut-atribut yang terdapat pada ikan bandeng segar. Atribut yang diteliti
meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik,
keadaan daging, aroma atau bau dan warna insang. Sikap konsumen tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan, pendidikan dan pendapatan yang dimilikinya.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin luas pengetahuan dan wawasan
yang dimiliki.
Seorang produsen dapat menjadikan sikap konsumen sebagai acuan
untuk menyediakan dan memberikan kualitas maupun mutu suatu produk
yang dikehendaki oleh konsumen. Hal ini disebabkan karena permintaan ikan
bandeng segar salah satunya dapat dipengaruhi adanya sikap konsumen dan
kepercayaan, sedangkan kepercayaan konsumen dapat dinilai dari adanya
sikap konsumen terhadap suatu produk. Sikap dan kepercayaan dapat
membentuk sebuah perilaku konsumen.
Sikap konsumen dapat menggambarkan kepercayaan konsumen
terhadap atribut dan manfaat yang diperoleh dari produk ikan bandeng segar.
Kepercayaan dan sikap akan membentuk perilaku. Dengan mengetahui sikap
konsumen, maka produsen dapat menyediakan produk sesuai dengan apa yang
diinginkan konsumen. Konsumen memiliki poin ideal pada setiap produk.
Ditinjau dari sikap, semakin dekat atribut produk ke poin ideal, maka semakin
baik posisinya. Sikap konsumen dapat diketahui dengan analisis model sikap
angka ideal (The Ideal-Point Model). Model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi konsumen terhadap apa yang dirasakan oleh
konsumen dan apa yang diinginkan (ideal) dibenak konsumen. Model ini
mengukur gap (perbedaan) antara apa yang ideal dengan apa yang
sesungguhnya dirasakan konsumen. Semakin kecil gap maka perbedaan antara
apa yang diharapkan (yang ideal) dengan yang sesungguhnya semakin dekat,
dengan kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen.
Analisis model sikap angka ideal dapat dirumuskan sebagai berikut :
Ab =
å
= n
i 1
Di mana :
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i
Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Sikap Konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar.
D. Hipotesis
1. Diduga atribut ikan bandeng segar memenuhi sifat ideal (sifat produk
ikan bandeng segar telah sesuai dengan keinginan atau selera konsumen
pasar tradisional Kabupaten Klaten).
2. Diduga sikap konsumen terhadap ikan bandeng segar adalah baik
(konsumen memberikan tanggapan yang baik terhadap ikan bandeng
1. Responden merupakan pengambil keputusan dalam pembelian.
2. Dalam pengambilan keputusan, konsumen mengevaluasi atribut-atribut
yang ada pada produk.
F. Pembatasan Masalah
1. Ikan bandeng segar yang diteliti terbatas pada ikan
bandeng yang sudah mati tetapi belum mengalami pengolahan dan masih
memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik
rupa, bau maupun teksturnya.
2. Atribut yang diteliti dalam penelitian ini adalah atribut
yang melekat pada ikan bandeng segar yang meliputi harga, ukuran ikan,
keadaan mata, keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau
bau dan warna insang.
3. Penelitian terbatas pada konsumen yang membeli ikan
bandeng segar di pasar tradisional Kabupaten Klaten untuk konsumsi
sendiri atau rumah tangga.
4. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan April – Mei
2010 dan harga yang berlaku adalah harga pada saat penelitian.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Konsumen ikan bandeng segar adalah seseorang yang
membeli ikan bandeng segar di pasar tradisional untuk konsumsi sendiri
atau rumah tangga.
2. Sikap konsumen adalah penilaian kognitif baik maupun
tidak baik sebagai tanggapan dari produk yang diperoleh dan pengalaman
atau informasi yang diperoleh.
3. Ikan bandeng segar adalah ikan bandeng yang sudah mati
tetapi belum mengalami pengolahan dan masih memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri yang masih sama dengan ikan hidup baik rupa, bau maupun
teksturnya.
4. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki atau melekat
segar yang akan diteliti meliputi harga, ukuran ikan, keadaan mata, dan
keadaan kulit, kebersihan sisik, keadaan daging, aroma atau bau dan warna
insang.
5. Harga adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan
konsumen untuk mendapatkan produk.
6. Ukuran ikan adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan besar atau kecilnya ikan. Ukuran ikan bandeng segar terdiri
dari besar sebanyak 3 - 4 ekor per kg, sedang sebanyak 5 - 7 ekor per kg,
dan kecil sebanyak lebih dari 7 ekor per kg.
7. Keadaan mata adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan ciri-ciri mata ikan, yaitu dengan pilihan bersinar cerah/terang
dan menonjol, sedikit bersinar cerah dan datar, serta tidak bersinar/suram
dan tenggelam/tidak menonjol.
8. Keadaan kulit adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan
penampakan kulit yang membungkus tubuh ikan bandeng. Dengan pilihan
yaitu warna kulit terang dan jernih dan masih kuat membungkus tubuh;
kulit berwarna kusam, pucat dan berlendir banyak dan terlihat mengendur.
9. Kebersihan sisik adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan penampakan sisik yang meliputi warna, keadaan sisik tidak
terkoyak dan bebas dari kotoran-kotoran yang menempel. Dengan pilihan
kulit sisik bersih (warna cemerlang/terang atau belum pudar, sisik melekat
kuat, tidak sobek, dan bebas dari kotoran); kulit sisik agak bersih (warna
sedikit cemerlang atau sedikit pudar, sisik sedikit melekat kuat, sedikit
sobek dan ada sedikit kotoran) dan kulit sisik kotor (warna pudar atau
tidak cemerlang, sisik mudah lepas, sobek, dan ada banyak kotoran).
10. Keadaan daging adalah karakteristik ikan bandeng segar
berdasarkan penampakan daging atau otot ikan bandeng yang melekat
pada tulang. Dengan pilihan daging kenyal, elastis (bila ditekan dengan
jari tidak tampak bekas lekukan, padat dan melekat kuat pada tulang; tidak
elastis (bila ditekan dengan jari tampak bekas lekukan, lembek, dan mudah
11. Aroma atau bau ikan adalah karakteristik ikan bandeng
segar yang dapat dirasakan dengan indera penciuman. Dengan pilihan
aroma atau bau ikan antara lain bau busuk (menusuk), anyir atau amis dan
segar.
12.Warna insang adalah karakteristik ikan bandeng segar berdasarkan
penampakan alat pernapasan atau insang pada ikan bandeng segar. Dengan
pilihan warna insang antara lain insang berwarna merah terang dan lamella
insang terpisah, tertutup lendir berwarna terang; insang berwarna coklat
suram atau abu-abu dan lamella insang berdempetan tertutup lender
berwarna keruh.
13. Sikap terhadap produk (Ab) adalah sikap konsumen
secara menyeluruh terhadap produk ikan bandeng segar yang digambarkan
oleh angka nol sampai jumlah tertentu.
14. Tingkat kepentingan atribut (Wi) adalah evaluasi yang
dilakukan konsumen terhadap kepentingan atribut, yaitu dengan
menyatakan pilihan skala yang menggambarkan sama sekali tidak penting
(1) sampai kategori sangat penting (5).
15. Perfomansi ideal atribut ke I (Ii) adalah keinginan
perfomansi konsumen dari atribut yang dievaluasi.
16. Kepercayaan terhadap atribut ke i (Xi) adalah penilaian
aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
17. Pasar Tradisional adalah pasar dimana konsumen
III.METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis. Metode deskriptif analitis yaitu memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual
dan data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dilakukan analisis kemudian
dijelaskan (Surakhmad, 1998).
Teknik pelaksanaan dari penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan kuesioner sebagai alat bantu untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Penentuan Lokasi
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Kabupaten Klaten. Pemilihan Kabupaten Klaten sebagai lokasi
penelitian dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Klaten merupakan daerah
yang tingkat konsumsi ikan bandeng segar dari tahun ke tahun rata-rata
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3 berikut
ini :
Tabel 3. Jumlah Konsumsi Ikan Bandeng Segar di Kabupaten Klaten
No. Tahun Volume (Kg)
1. 2004 104.347
2. 2005 105.100
3. 2006 115.000
4. 5.
2007 2008
116.150 112.298 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.
Data konsumsi ikan bandeng segar tersebut diatas juga didukung
dengan data realisasi peredaran ikan bandeng segar di Kabupaten Klaten
Tabel 4. Realisasi Peredaran Ikan Bandeng Segar Di Kabupaten Klaten Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008.
Selain itu, berdasarkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten
Klaten yang setiap tahunnya meningkat. Peningkatan pendapatan per Kapita
penduduk Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapatan per Kapita Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Harga Konstan 2000
No. Tahun Pendapatan per Kapita Peningkatan
(%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten, 2008
Menurut Sumarwan (2003), pendapatan adalah sumber daya material
yang sangat penting bagi konsumen karena dengan pendapatan itulah
konsumen dapat membiayai kegiatan konsumsinya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen dan menjadi indikator
besarnya jumlah produk yang bisa dibeli konsumen. Tabel 5 menunjukkan
bahwa pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Klaten dari tahun
2004-2008 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 11,478 % per tahun
sehingga daya beli masyarakat juga meningkat. Tingkat pendapatan akan
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pemenuhan kebutuhan
termasuk kebutuhan konsumsi pangan.
Penelitian ini dilaksanakan di pasar-pasar tradisional yang ada di
oleh pasar modern yaitu adanya interaksi sosial antara pedagang dan pembeli,
produk-produk yang dijual selalu segar, dan kebanyakan pasar tradisional
menampung produk-produk lokal (Anonim, 2006). Berdasarkan sumber dari
Dinas Peridustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten, wilayah perdagangan
di Kabupaten Klaten dikelompokkan menjadi 5 wilayah perdagangan atau
UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah), yaitu
1. Wilayah UPTD I : Kota
2. Wilayah UPTD II : Delanggu
3. Wilayah UPTD III : Jatinom
4. Wilayah UPTD IV : Pedan
5. Wilayah UPTD V : Jogonalan
Pengelompokkan wilayah perdagangan atau UPTD tersebut akan
diambil lima pasar yang mewakili masing-masing wilayah. Pengambilan
sampel lokasi juga berdasarkan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang
mewakili setiap wilayah UPTD, karena dapat mencerminkan banyaknya
konsumen. Kelima pasar tradisional yang akan dipilih menjadi tempat
penelitian sebagai berikut:
1. Wilayah UPTD I : Pasar Klaten III Lantai
2. Wilayah UPTD II : Pasar Delanggu
3. Wilayah UPTD III : Pasar Jatinom
4. Wilayah UPTD IV : Pasar Masaran
5. Wilayah UPTD V : Pasar Prambanan
Nama pasar dan jumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten
Klaten dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 6. Nama Pasar dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional di Kabupaten Klaten
Wilayah Nama Pasar Jumlah pedagang
I 1. Pasar Klaten III Lantai 1056
10. Pasar Totogan 104
13. Pasar Cokrokembang 341
Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.
C. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode convenience sampling. Pada pengambilan sampel dengan cara ini sampel diambil berdasarkan ketersedian elemen dan kemudahan untuk
mendapatkannya atau sampel terpilih karena sampel tersebut ada pada tempat
dan waktu yang tepat (Durianto dkk, 2001). Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah konsumen yang membeli ikan bandeng segar di pasar-pasar
tradisional yang telah ditentukan.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan dasar
confident level sebesar 95%. Menurut Djarwanto dan Pangestu (1994), pengambilan sampel menggunakan confident level sebesar 95%, dikarenakan besarnya populasi tidak diketahui, maka dianggap proporsi populasi tidak
diketahui. Apabila dalam suatu penduga proporsi menggunakan sampel
dengan keyakinan (1-α) dan besarnya error tidak melebihi suatu harga tertentu maka rumus (E) dapat digunakan untuk menentukan besarnya sampel yang
harus diambil, dapat dirumuskan sebagai berikut :
(
)
Karena besarnya populasi tidak diketahui, maka P (1-P) juga tidak diketahui,
f (P) = P – P2
Jadi besarnya sampel jika digunakan confident level 95% dan kesalahan yang terjadi adalah 0,1 adalah :
N = 96,04 dibulatkan menjadi 100 sampel
Berdasarkan perhitungan dari rumus di atas, jumlah sampel yang
dijadikan responden dalam penelitian ini adalah 100 responden yang tersebar
di lokasi pasar tradisional di Kabupaten Klaten yang telah ditentukan.
Pembagian responden pada kelima pasar tradisional di Kabupaten Klaten
adalah menurut perbandingan jumlah pedagang ikan bandeng segar yang
terdapat di lima pasar tradisional tersebut yaitu secara proporsional.
Pembagian responden untuk masing-masing pasar tradisional dapat dilihat
pada Tabel 7.
Tabel 7. Pembagian Jumlah Responden Pada Pasar Tradisional Kabupaten Klaten
No. Pasar Tradisional Jumlah Pedagang Ikan Bandeng Segar
Sumber : Survei dan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Klaten, 2008.
Tabel 7 menunjukkan jumlah responden masing-masing di lima pasar
tradisional tersebut yaitu Pasar Klaten III Lantai sebanyak 31 responden, Pasar
Masaran sebanyak 15 responden dan Pasar Prambanan 31 responden. Dengan
pembagian responden seperti diatas diharapkan dapat mewakili seluruh
wilayah Kabupaten Klaten.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
responden yang terkait dengan penelitian, baik melalui wawancara
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan
maupun observasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh dengan cara
mencatat laporan atau dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan
dengan penelitian, yaitu Data Jumlah Pemasukan Ikan Bandeng Segar dari
Daerah Lain ke Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Pendapatan Per
Kapita Penduduk Kabupaten Klaten tahun 2004-2008, Data Nama Pasar
dan Jumlah Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Klaten tahun 2008.
Data-data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian,
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bagian Pengelolaan Pasar
Kabupaten Klaten.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti dan
kegiatan konsumen dalam melakukan pembelian.
2. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara berpatokan, merupakan wawancara secara langsung kepada
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (kuesioner)
3. Pencatatan
Teknik pengumpulan data dengan cara mencatat data yang
diperoleh dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian, baik dari
hasil wawancara maupun hasil pengamatan langsung di lapangan.
F. Metode Analisis Data
Sikap konsumen terhadap produk ikan bandeng dapat diketahui
dengan menggunakan Analisis Sikap Angka Ideal (Ideal-Point Model). Pada prinsipnya, model angka ideal memberikan informasi mengenai evaluasi
konsumen terhadap apa yang dirasakan (yang sesungguhnya) oleh konsumen
dan apa yang diinginkan (yang ideal) oleh konsumen. Model ini mengukur
gap (perbedaan) antara yang ideal dengan apa yang sesungguhnya dirasakan
konsumen.
1. Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan Bandeng
Segar
Analisis Analisis Kualitas Ideal Konsumen Terhadap Atribut Ikan
Bandeng Segar dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kualitas Ideal = | Ii―Xi |
Dimana :
Ii = perfomansi ideal konsumenterhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i
Sifat ideal terhadap atribut ikan bandeng segar adalah jika hasil
kualitas ideal (selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap
atribut) semakin kecil atau semakin mendekati nol maka atribut sebuah
produk sesuai dengan keinginan atau minat konsumen.
2. Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar
Analisis Sikap konsumen Terhadap Ikan Bandeng Segar dengan
menggunakan analisis model angka ideal dirumuskan sebagai berikut :
Ab =
å
= n
i 1
Wi Ii - Xi
Ab = sikap keseluruhan terhadap kepentingan yang diberikan responden
terhadap atribut i
Wi = tingkat kepentingan yang diberikan responden terhadap atribut i Ii = performansi ideal konsumen terhadap atribut i
Xi = kepercayaan konsumen terhadap atribut i n = jumlah atribut yang dievaluasi oleh konsumen
Ab adalah sikap keseluruhan konsumen terhadap suatu produk
yang akan digambarkan oleh angka dari nol sampai jumlah tertentu.
Semakin kecil skor Ab (mendekati nol), artinya perbedaan antara apa yang
diharapkan (yang ideal) dengan sesungguhnya semakin dekat. Dengan
kata lain produk tersebut semakin disukai konsumen. Sebaliknya jika skor
Ab semakin besar, artinya masih ada gap yang lebar antara apa yang
diinginkan dengan apa yang dirasakan konsumen.
Wi menggambarkan evaluasi terhadap kepentingan suatu atribut.
Konsumen diminta untuk menyatakan pilihan dalam skala. Sedangkan Ii
menyatakan keinginan performansi ideal dari atribut yang dievaluasinya.
Langkah kemudian adalah mengukur komponen Xi, yaitu memberikan
penilaian aktual suatu atribut produk seperti yang dirasakan konsumen.
Keidealan suatu produk dinilai dengan cara melihat skor atau point
selisih antara performansi ideal dan kepercayaan terhadap atribut. Semakin
kecil atau semakin mendekati nol selisih antara performansi ideal dengan
kepercayaan maka atribut tersebut semakin ideal. Kriteria sikap konsumen
dinilai dengan menggunakan skala linear numerik dengan rumus :
(
)
Skala Ii Wi
x =
å
-1Skala linear numerik :
0 £ Ab < x sangat baik
x £ Ab < 2x baik
2x £ Ab < 3x netral
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Alam
Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 110o26’14” sampai
110o47’51” Bujur Timur (BT) dan 7o32’19” sampai 7o48’33” Lintang Selatan
(LS) dengan luas wilayah sebesar 65.556 ha. Letak Kabupaten Klaten cukup
strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan
salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal
sebagai kota pelajar serta kota wisata.
Secara administratif Kabupaten Klaten terbagi dalam 26 kecamatan
dengan 401 desa atau kelurahan. Batas-batas administratif Kabupaten Klaten
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta)
Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)
Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Klaten merupakan kabupaten yang memiliki topografi
atau ketinggian tempat 0 - 2.500 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
yang terdapat di Kabupaten Klaten dapat dibedakan menjadi lima jenis tanah
antara lain : tanah Litosol, tanah Regosol Kelabu, tanah Grumusol Kelabu
Tua, tanah Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua dan tanah Regosol
Coklat Kekelabuan.
Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan
musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun. Musim kemarau di
Kabupaten Klaten biasanya pada bulan April sampai September sedangkan
musim hujan terjadi bulan Oktober sampai Maret. Curah hujan rata-rata
adalah 275 mm dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu
472 mm dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yaitu 65 mm.
Temperatur udara rata-rata 28 – 30 o Celsius dengan kecepatan angin rata-rata
dataran rendah dan tanah bergelombang. Bagian barat laut merupakan
pegunungan, bagian dari sistem Gunung Merapi.
B. Keadaan Penduduk
1. Perkembangan Penduduk
Perkembangan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh adanya
kelahiran, kematian dan migrasi. Perkembangan penduduk di Kabupaten
Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 - 2008
Rata-rata 1.291.713,4 4.639,4 0,36
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Klaten dari tahun ke tahun selalu meningkat. Jumlah penduduk
selama lima tahun (2004-2008) terus mengalami peningkatan.
Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Klaten rata-rata 4.639,4 jiwa atau
0,36 % per tahun. Dengan adanya peningkatan jumlah penduduk ini maka
akan berpengaruh pada konsumsi bahan makanan salah satunya ikan
bandeng segar akan semakin meningkat.
2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 yang
tersebar di setiap kecamatan adalah 1.300.494 jiwa. Jumlah penduduk di
Kabupaten Klaten berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dapat
Tabel 9. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008
Jenis Kelamin Kelompok
Umur (th) Laki-laki Perempuan
Jumlah Persentase
Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif yaitu umur 15 - 64 tahun lebih besar daripada penduduk usia non
produktif yang terdiri dari kelompok umur 0 - 14 tahun dan ≥ 65 tahun.
Persentase terbesar penduduk di Kabupaten Klaten adalah kelompok usia
produktif. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dapat terlaksana dengan baik.
Untuk menghitung besarnya Angka Beban Tanggungan dapat
digunakan perumusan sebagai berikut:
= 49,4 % (ABT di Kabupaten Klaten)
Berdasarkan perhitungan nilai ABT di Kabupaten Klaten diketahui
bahwa nilai ABT di Kabupaten Klaten sbesar 49,4 %, artinya setiap 100
orang usia produktif menanggung 49 orang usia non produktif. Menurut
Saragih (2009), semakin tinggi Angka Beban Tanggungan maka akan
mengakibatkan pendapatan yang dinikmati untuk konsumsi belum
maksimal. Pendapatan yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan
konsumsi dan daya beli masyarakat menjadi berkurang karena pendapatan
tersebut harus dibagi untuk menanggung hidup penduduk untuk usia non
produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan akan memberikan
kesempatan pada penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas
Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat
diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2008
berjumlah 1.300.494 jiwa yang terdiri dari 635.528 jiwa penduduk
laki-laki dan 664.966 jiwa penduduk perempuan. Untuk mengetahui besarnya
sex ratio atau perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan digunakan perumusan sebagai berikut:
= 95,57 %
Berdasarkan perhitungan nilai sex ratio diketahui bahwa besarnya nilai sex ratio di Kabupaten Klaten adalah 95,57 %, artinya dalam 100 orang penduduk perempuan terdapat 96 orang penduduk laki-laki.
Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki dan dalam
penelitian ini juga penduduk yang paling banyak menjadi responden
adalah perempuan yaitu sebanyak 94 responden atau sebesar 94%.
Menurut Sumarwan (2003), perempuan mempunyai kewenangan untuk
memutuskan produk apa yang dibeli untuk dirinya dan keluarganya.
Perempuan masa kini memiliki kualitas sumber daya manusia yang lebih
baik dari generasi sebelumnya. Dengan kualitas yang lebih baik, maka
wanita sebagai konsumen memiliki daya beli yang lebih baik pula.
3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam
pembangunan suatu wilayah untuk kemajuan dalam suatu masyarakat.
Keadaan penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Klaten ditunjukkan
Tabel 10. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Selama Tahun 2008
No Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase(%)
1
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan data Tabel 10 diketahui bahwa sebagian besar
penduduk Kabupaten Klaten berpendidikan tamat Sekolah Dasar (SD)
yaitu sebanyak 381.435 jiwa atau sebesar 29,33 % dari total penduduk.
Sedangkan penduduk yang berpendidikan tamat Diploma I dan Diploma II
adalah yang paling sedikit jumlahnya yaitu 15.216 jiwa atau sebesar
1,17 % dari total penduduk.
Tingkat pendidikan semakin tinggi merupakan modal dalam
pengembangan kualitas sumber daya manusia yang nantinya akan
berpengaruh dalam pembangunan di Kabupaten Klaten. Secara umum
dapat dikatakan bahwa penduduk Kabupaten Klaten memiliki pendidikan
yang masih rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan perbandingan
jumlah penduduk yang belum memenuhi wajib belajar dan yang sudah
memenuhi wajib belajar yaitu 55 % dan 45%. Dengan pendidikan yang
masih rendah ini diharapkan pemerintah lebih memberikan perhatian
dalam pendidikan sehingga dapat meningkat. Tingkat pendidikan yang
tinggi juga akan mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang suatu hal,
termasuk pengetahuan dalam mempertimbangkan atribut-atribut ikan
C. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonmian di Kabupaten Klaten dapat tercermin salah
satunya dari mata pencaharian penduduknya. Mata pencaharian penduduk
suatu wilayah dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia dan kondisi sosial
ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan
pekerjaan dan modal yang ada. Keadaan penduduk menurut lapangan
pekerjaan utama di Kabupaten Klaten ditunjukkan Tabel 11 berikut ini:
Tabel 11. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2008 No Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah (jiwa) Persentase (%)
1.
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan bahwa 26,41% penduduk
Kabupaten Klaten mempunyai mata pencaharian di sektor perdagangan yaitu
sebanyak 150.080 jiwa, sedangkan sektor pertanian menempati urutan kedua
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 145.514 jiwa (25,61 %). Sektor industri menempati urutan ketiga
sebagai lapangan pekerjaan utama penduduk Kabupaten Klaten yaitu
sebanyak 115.580 jiwa (20,35 %).
Menurut Supriyati dkk. (2007), penurunan tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Klaten disebabkan oleh beberapa faktor, setidaknya
ada tiga hal kemungkinan penyebabnya yaitu (1) lahan pertanian yang sempit,
sehingga tidak mampu dijadikan mata pencaharian utama untuk anggota
usahatani, (2) Adanya kesempatan kerja di luar sektor pertanian, dan (3)
keengganan untuk terjun pada sektor pertanian khususnya untuk golongan
muda terdidik karena dipandang tidak menarik sehingga lebih memilih
pekerjaan lain atau menganggur. Salah satu kesempatan kerja sektor non
pertanian yang tersedia adalah perdagangan. Sektor perdagangan cukup
berkembang dan menjadi alternatif usaha utama di luar sektor pertanian. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya sarana dan prasana perekonomian terutama
perdagangan yang dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Sarana Perekonomian di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa sarana perdagangan yang
terdapat di Kabupaten Klaten cukup banyak dan menandai bahwa sektor
perdagangan cukup berkembang di Kabupaten Klaten. Selain kelima sarana
perekonomian di atas, terdapat juga sarana perhubungan sebagai penunjang
dalam kegiatan perekonomian yaitu salah satunya sektor perdagangan.
Tabel 13. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Klaten Tahun 2008
No. Jenis Sarana Perhubungan Jumlah
1. Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Banyaknya kendaraan yang terdapat di Kabupaten Klaten maka
masyarakat akan lebih mudah dalam melakukan mobilitas. Dimana mobilitas
penduduk tidak hanya dilakukan dengan kendaraan pribadi tetapi juga dengan
kendaraan umum yang ada. Dengan banyaknya kendaraaan umum yang
kesulitan dalam melakukan mobilitas dalam melakukan kegiatan
perekonomian termasuk kegiatan di sektor perdagangan.
Tabel 14. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2008 No. Jenis Sarana Perhubungan Panjang Jalan (km) Persentase (%) 1.
Sumber : BPS Kabupaten Klaten (2008)
Tabel 14 menunjukkan bahwa sarana perhubungan di Kabupaten
Klaten sangat baik yaitu dilihat dari jenis permukaan jalan yang sebagian
besar sudah berupa aspal menunjukkan bahwa sarana perhubungan di
Kabupaten Klaten semakin lancar. Begitu pula dengan kondisi jalan yang
sebagian besar sudah dapat dikatakan baik karena sudah diaspal sepanjang
706,12 Km dan tidak berlubang. Selain itu mempunyai pola jaringan jalan
berbentuk pola gride, pola ini merupakan pola jalan yang relatif datar. Pola jaringan jalan ini mempunyai keuntungan distribusi lalu lintas dapat merata
(tidak memusat) dan efisien pelayanannya terutama pada daerah (wilayah)
sepanjang jalan utama (arteri) (Watiningrum, 2005). Sehingga dengan makin
lancarnya sarana perhubungan di Kabupaten Klaten maka masyarakat akan
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Pasar konsumen terdiri dari seluruh individu-individu dan rumah tangga
yang membeli atau membutuhkan barang dan jasa untuk keperluan pribadi.
Konsumen akhir merupakan individu-individu yang melakukan pembelian
untuk memenuhi kebutuhan pribadinya atau konsumsi rumah tangganya
(Dharmmesta dan Handoko, 1997).
Karakteristik responden dalam penelitian ini dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
pengeluaran konsumsi per bulan, dan jumlah anggota keluarga. Karakteristik
responden tersebut dapat disajikan sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin Responden
Di bawah ini disajikan banyaknya responden dalam penelitian, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 15. Karakteristik Responden Ikan Bandeng Segar Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase(%)
1 Perempuan 94 94
2 Laki-laki 6 6
Jumlah 100 100
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden dengan jenis
kelamin perempuan lebih dominan daripada responden laki-laki.
Responden perempuan berjumlah 94 orang dengan persentase 94% dan
responden laki-laki 6 orang dengan persentase 6% orang responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kegiatan rumah
tangga termasuk didalamnya adalah berbelanja kebutuhan pangan,
terutama ikan bandeng segar masih dominan dilakukan oleh perempuan.
Perempuan sebagai penentu menu keluarga (terutama dalam pemilihan
atribut-atribut ikan banding segar) cenderung lebih sering melakukan