I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokatis serta bertanggung jawab Maunah (2009). Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran Rusman (2014: 1)
Pembelajaran merupakan proses yang kompleks, yang terdiri atas fungsi dan bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain serta diselenggarakan secara logis untuk mencapai keberhasilan belajar menurut Kemp dalam Rusmono (2012: 6). Keberhasilan dalam belajar bila siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan dalam kegiatan belajarnya Rusmono (2012: 6). Agar tecapainya tujuan dalam pembelajaran dan memperoleh hasil belajar yang optimal, maka seorang guru harus memperhatikan model pembelajaran yang hendak digunakan dalam proses belajar mengajar, karena pada dasarnya model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
guru menggunakan metode ceramah, pemberian tugas, dan sedikit tanya jawab, siswa lebih banyak diberikan catatan atau teori. Lulusan SMK dituntut untuk produktif, untuk itu siswa tidak hanya membutuhkan teori saja namun juga praktik. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat pencapaian siswa pada ulangan harian materi menyajikan format teks dalam dokumen web yang masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan yaitu 75. Hanya 18,25% siswa yang dinyatakan tuntas atau mencapai KKM dan 81,25% orang memperoleh nilai <75 dikatakan tidak tuntas karena belum mencapai nilai KKM.
Berdasarkan pemasalahan diatas peneliti mencoba menerapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusman (2014: 229) Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternative model pembelajaran yang memungkinkan dikembangannya keterampilan befikir siswa (penalaran, komunikasi, dan koneksi) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul :”UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA MATA PELAJARAN PEMROGRAMAN WEB KELAS X MULTIMEDIA A DI SMK NEGERI 2 BANJARMASIN ”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
2. Bagaimana hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman web dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kelas X Multimedia A SMK Negeri 2 Banjarmasin?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Objek yang diteliti adalah siswa kelas X Multimedia A SMK Negeri 2 Banjarmasin Tahun pelajaran 2016-2017.
2. Mata pelajaran yang diteliti adalah Pemrograman Web pada materi menyajikan format teks dalam dokumen web.
3. Model pembelajaran yang digunakan adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
1.4 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui aktivitas siswa pada mata pelajaran pemrograman web dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kelas X Multimedia A SMK Negeri 2 Banjarmasin.
2. Mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran pemrograman web dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) kelas X Multimedia A SMK Negeri 2 Banjarmasin.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Keilmuan
Penelitian ini diharapkan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pada aspek pembelajaran pemrograman web dengan menggunakan model Pembelajaran. Berbasis Masalah (PBM).
1. Manfaat Praktis a. Manfaat Bagi Guru
menyenangkan. Sebagai model pembelajaran baru untuk mempermudah guru dalam proses belajar mengajar.
b. Manfaat Bagi Siswa
Dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan jobsheet diharapkan dapat membantu siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan antusias sehingga dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam mempelajari pemrograman web yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa. c. Manfaat Bagi Peneliti
Diharapkan dapat memberikan wawasan bagi peneliti mengenai model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantan jobsheet yang nantinya bisa diterapkan kepada peserta didik saat terjun di dunia pendidikan sebagai pengajar.
d. Manfaat Bagi Sekolah
II. Tinjauan Pustaka 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Kamus Besar Bahasa Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Thobroni, (2015) mendifinisikan kata “pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan “pembelajaran” berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Menurut Kimble dan Garmezy sebagaimana dikutip oleh Thobroni, ( 2015), pembelajaran adalah suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang-ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah.
Smith dan Ragem dalam Rusmono (2012:6) mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas penyampaian informasi dalam membantu siswa mencapai tujuan, khususnya tujuan-tujuan belajar, tujuan siswa dalam belajar. Dalam kegiatan belajar ini guru dapat membimbing, membantu, dan mengarahkan siswa dalam belajar, atau suatu cara bagaimaa mempersiapkan pengalaman belajar bagi siswa.
Delapan fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gegne dalam Rusman (2014: 139-140).
(1) Motivasi, fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
(3) Pemerolehan, individu memberikan makna/ mempresepsi segala informasi yang sampai pada dirinya shingga terjadi proses penyimanan dalam memori siswa.
(4) Penahanan, menahan informasi / hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang.
(5) Ingatan kembali, mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan.
(6) Generalisasi, menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
(7) Pelakuan, perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pmbelajaran.
(8) Umpan balik, individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukan.
2.1.2 Tujuan Pembelajaran
Suprijono (2014:5) mengemukakan bahwa tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effects. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik “menghidupi” (live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.
2.1.3 Karakteristik Pembelajaran
Menurut Brown sebagaimana dikutip oleh Thobroni,( 2015) memerinci karakteristik pembelajaran sebagai berikut.
(1) Belajar adalah menguasai atau “memperoleh”.
(2) Belajar adalah mengingat-ingat informasi atau keteampilan.
(4) Belajar melibatkan perhatian aktif dasar dan betindak menurut peristiwa-peristiwa di luar serta di dalam organisme.
(5) Belajar itu bersifat permanen, tetapi tunduk pada lupa.
(6) Belajar melibatkan berbagai bentuk latihan, mungkin latihan yang ditopang dengan imbalan dan hokum.
(7) Belajar adalah suatu perubahan dalam perilaku.
Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari yang cenderung besifat pemanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi yang kemudian disimpan dalam memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya, keteampilan tersebut diwujudkan secara praktis dan keaktifan siswa dalam merespons dan bereaksi terhadap peristiwa- peristiwa yang terjadi pada diri siswa dalam merespon dan bereaksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa ataupun lingkungannya.
Ciri-ciri belajar senada juga diungkapkan oleh Burhanuddin dan Wahyani (2007:15-16), yaitu sabagai berikut.
(1) Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).
(2) Perubahan perilaku relatif permanen.
(3) Perubahan perilaku tidak harus segera diamati pada saat proses belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
(4) Perubahan peilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman. (5) Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan. 2.1.4 Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2014: 5-6), hasil belajar adalah pola-pola bantuan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut.
tidak memerlukan manupulasi symbol, pemecaan maslah maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-analisis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivasi kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah.
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objeck berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menggunakan dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
2.1.5 Evaluasi hasil belajar a. Pengertian Evaluasi
Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar ( Dimyati dan Mudjiono 2013 : 200).
b. Fungsi dan Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.
Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya di fungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini, diantaranya :
a. Untuk diagnostik dan pengembangan.Yang dimaksud
pengembangan adalah penggunaan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar sebagai dasar pendiagnosisan kelamahan dan keunggulan siswa beserta sebab - sebabnya (Arikunto, 1990:10 ; Nurkancana 1986: 4), berdasarkan pendiagnosisan inilah guru mengadakan pengembangan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Untuk seleksi. Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar seringkali digunakan sebagai dasar untuk menentukan siswa-siswa yang paling cocok untuk jenis jabatan atau jenis pendidikan tertentu. Dengan demikian hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar digunakan untuk seleksi (Arikunto, 1990:9 ; Nurkancana 1986: 5-6).
c. Untuk kenaikan kelas. Menentukan apakah seorang siswa dapat dinaikkan ke kelas yang lebih tinggi atau tidak, memerlukan informasi yang dapat mendukung keputusan yang dibuat guru. Berdasarkan hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar siswa mengenai sejumlah isi pelajaran yang telah disajikan dalam pembelajaran, maka guru dapat dengan mudah membuat keputusan kenaikan kelas berdasarkan ketentuan yang berlaku.
2.1.6 Aktivitas Belajar
Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu factor penting yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan satu indicator adanya keinginan siswa untuk belajar.
Menurut Sardiman (2011:22)belajar merupakan suatu proses interaksi antar diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribasi, fakta, konsep atau teori. Dapat dijelaskan bahwa kegiatan belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan aktivitas belajar adlah segala sesuatu yang dilakukan oleh siswa baik fisik maupun mental dalam proses pembelajaran atau suatu bentuk interaksi antar guru dan siswa untuk memperoleh suatau perubahan tingkah laku yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor dalam rangka untuk mencapai tujuan belajar.
Aktivitas yang diutamakan dalam pembelajaran adalah aktivitas yang dilakukan oleh siswa, sedang peran guru hanya sebagai fasilisator. Siswa berperan aktif melakukan aktivitasdalam proses pembelajaran malalui diskusi, kerja kelompok maupun bertanya dan lempar gagasan. 2.1.7 Jenis-jenis Aktivitas
Adapun jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang digolongkan oleh Paul B Diedric dalam Sardiman (2011:10) adalah sebagai berikut.
1) Visual activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar,
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan : uraian, percakapan,
diskusi, music, pidato.
4) Writing activities, misalnya menulis carita, karangan, laporan, angket, menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan
percobaan, membuat kontruksi, bermain, berkebun, beternak.
7) Mental activities, misalnya menanggapi, menyimak, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan
8) Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.
Aktivitas siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah yang diamati dalam penelitian ada Sembilan aspek dan termasuk dalam jenis-jenis aktivitas diatas sebagaimana Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 1 Pengamatan Aktivitas Siswa
No Aspek aktivitas yang diamati 1 2 3 Siswa 4 5 Dst
1 siswa mendengarkan dan
menyimak dengan baik tujuan dan motivasi belajar yang disampaikan guru (Visual
activities dan Listening
activities)
2 siswa melaksanakan perintah
guru untuk membentuk
kelompok sesuai petunjuk guru (Listening activities)
3 siswa melakukan identifikasi terhadap masalah yang ada. (Mental activities)
4 siswa mengerjakan LKK
masing-masing. (Oral
activities dan Mental
activities)
5 siswa tidak malu-malu untuk bertanya kepada guru jika ada
materi yang kurang
dipahaminya. (Oral activities)
6 siswa berperan aktif dalam
mengikuti diskusi (Listening
activities dan Mental
activities)
7 siswa mampu
mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya kepada
kelompok lain. (Writing
activities)
8 siswa berani mengungkapkan
pendapat pada saat berdiskusi. (Oral activities dan Mental activities)
9 siswa mampu menarik
kesimpulan mengenai materi
pembelaaran yang telah
dipelajarinya. (Mental
activitis)
2.1.8 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Perubahan cara pandang siswa sebagai objek menadi subjek pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan pembelajaan yang inovatif.
aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya keterampilan berfikir siswa ( penalaran, komunikasi, dan koneksi ) dalam memecahkan masalah adalah pembelajaran berbasis masalah
Definisi Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Tan dalam (Rusman 2014 : 229) menyatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berfikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah menguji, dan mengembangkan kemampuan berfikirnya secara berkesinambungan.
Bout dan Feletti dalam (Rusman 2014:230) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Mergetson dalam (Rusman 2014:230) juga mengemukakan bahwa kurikulum PBM memebantu meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola piker yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Tan dalam (Rusman 2014 : 232) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang dilakukan untuk melakukan konfirmasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk mengahadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa
b. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah dari Ibrahim dalam Rusman (2014:242) diuraikan sebagai berukut.
(3) Penyelidikan autentik;
(4) Menghasilkan produk atau karya yang kemudian dipamerkan; (5) Kerja sama
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis masalah yaitu: dimulai dengan pengajuan masalah, adanya keterkaitan antar disiplin, kemudian dilakukan penyelidikan masalah autentik, menghasilkan hasil kerja (laporan) serta mempresentasikannya dan adanya kerjasama antar anggota kelompok.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Aris (2016:131) memaparkan langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
(1) Guru mejelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
(2) Guru membantu siswa mendifinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,tugas, jadwal, dll)
(3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.
(4) Guru membantu siswa dalam perencanaan serta menyiapkan berbagai karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
(5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
penyelesaian masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada tabel 1 berikut.
Tabel 2. Tahap pembelajaran berbasis masalah
Tahap Pembelajaran Perilaku Guru
Tahap 1 :
Mengorgansasikan siswa kepada
masalah
Guru menginformasikan tujuan-tujuan
pembelajaran, mendeskripsikan
kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang mereka pilih sendiri
Tahap 2 :
Mengorgansasikan siswa untuk belajar Guru membantu siswa menggunakan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dangan masalah itu Tahap 3 :
Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi
Tahap 4 :
Menggunakan dan mempresentasikan hasil karya serta pameran
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dalam menyiapkan hasil karya yang sesuai sperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka
Tahap 5:
Menganalisis dan mengefaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Rusmono, 2012)
d. Keunggulan Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Aris Shoimin (2016:132) kelebihan model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah :
(1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata.
(3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
(4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok
(5) Siswa trbiasa menggunakan su,ber-sumber pengetahuan baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi
(6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. (7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah
dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
(8) Kesulitan belajar siswa secara individu dapat diatasi melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
2.1.9 Pembelajaran Pemrograman Web
Web merupakan media informasi berbasis jaringan komputer yang dapat diakses di mana saja, kapan saja, dengan biaya relatif murah. Web merupakan bentuk implementasi dari bahasa pemrograman web (Web Programming). Sejarah perkembangan bahasa pemrograman web diawali dengan munculnya HTML (HyperText Markup Language), yang kemudian dikembangkan dengan munculnya CSS (Cascading Style Sheet) yang betujuan untuk memperindah tampilan website dengan perintah-perintah atau kode bahasa pemrograman CSS.
membuat truktur dasar HTML, menerapkan elemen-elemen dasar HTML untuk memformat halaman web seperti elemen table, elemen frame, dan menerapkan link untuk berbagai fungsi pada halaman web. Semua pokok bahasan ini dipelajarai di kelas X pada semester satu. Dari berbagai pokok bahasan yang akan di pelajari siswa kelas X pada mata pelajaran pemrograman web, maka model pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar nantinya. Model yang akan diterapkan adalah model pembelajaran berbasis masalah.
2.1.10 Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2013:135) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.
Menurut Arikunto (2013:110) Penelitian Tindakan Kelas, terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya sebagai berikut :
Penelitian – kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan suatu aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan – sesuatu gerak tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas.
Ada beberapa orang ahli yang menekuni penelitian tindakan ini ( Arikunto, 2013 : 130) diantaranya :
a. Model yang dikembangkan Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu :
1) Perencanaan atau planning. 2) Tindakan atau acting. 3) Pengamatan atau observing. 4) Refleksi atau reflecting.
Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.
Gambar 1 Model Kurt Lewin
b. Kemmis dan Mc Taggart
kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi- mencermati apa yang sudah terjadi.
Gambar 2 Model Kemmis dan Mc Taggart
2.1.11 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas maka hipotesis tindakan dari penelitian ini adalah “upaya meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) pada mata pelajaran pemrograman web kelas X Multimedia A di SMK Negeri 2 Banjarmasin ”.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Hasil penelitian yang Relevan
1. Putu Kartika Widya Swari dkk, (2015) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah menunjukan hasil yang positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa TKJ pada mata pelajaran pemrograman web. Hal ini dibuktikan pada ketuntasan belajar siklus I sebesar 11% dan pada siklus II sebesar 100%. Hal ini diikuti dengan kenaikan nilai rata-rata yaitu siklus I 73 dan pada siklus II menjadi 85.
menunjukkan hasil positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa TKJ pada mata pelajaran jaringan dasar. Hal ini dibuktikan pada ketuntasan belajar siklus I sebesar 44,82% dan pada siklus II sebesar 93,10%. Hal ini diikuti dengan kenaikan nilai rata-rata yaitu siklus I 74,31 dan pada siklus II menjadi 85,00.
III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2013:135) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru ke kelas atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran. Berikut adalah gambar siklus
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini meliputi siswa kelas X Multimedia A SMK Negeri 2 Banjarmasin tahun pelajaran 2016/2017
Objek penelitian adalah hasil belajar dan aktivitas siswa pada mata pelajaran pemrograman web pada materi menyajikan format teks dalam dokumen web 3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Kegiatan pada siklus I dan siklus II terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Rincian dari tahapan-tahapan tindakan dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah:
1. Mempersiapkan materi tentang menyajikan format teks dalam dokumen web.
2. Mempersiapkan dan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam setiap siklus.
3. Merancang Observasi aktivitas belajar siswa untuk melihat keaktifan siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
4. Menyiapkan perangkat tes untuk mengukur kemampuan siswa dalam
b. Tindakan
Kegiatan ini duilakukan oleh peneliti sesuai proses pembelajaran yang telah direncanakan (dalam rencana pembelajaran). Pelangsanaan penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus.
1. Memberikan pretest siklus I kepada siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran.
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
3. Mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan membagi kelompok belajar 3-4 orang dalam satu kelompok.
4. Memberikan siswa tugas untuk membaca bahan ajar (LKS) dan menyajikan masalah tentang menyajikan format teks dalam dokumen web.
5. Membantu siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai agar mendapatkan penjelasan dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
6. Membantu siswa menyajikan hasil karya berupa laporan, presentasi kelompok, dan lain-lain.
7. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah terhadap langkah-langkah pemecahan masalah yang muncul dan dihadapi oleh siswa
c. Observasi
Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pengambilan data untuk memantau sejauh mana efek tindakan yang dilakukan terhadap siswa dapat berjalan secara efektif dan mencapai tujuan yang dikehendaki serta menunjang pembelajaran yang berlangsung kondusif. Observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran barlangsung. d. Refleksi
perubahan yang terjadi selama tindakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah.. hasil analisis data yang dilaksanakan pada tahap ini digunakan sebagai acuan perbaiakan untuk melaksanakan siklus II.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpuan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Tes
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa terhadap materi menyajikan format teks dalam dokumen web. Pre-test digunakan untuk mengetahui penguasaan awal terhadap materi menyajikan format teks dalam dokumen web, sedangkan post-test digunakan untuk mengukur tingkat hasil belajar setelah diberi tindakan. Tes praktik digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan siswa selama pembelajaran.
b. Observasi
c. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang peristiwa pembelajaran yang berlangsung dengan cara merekam semua kejadian di kelas, seperti halnya saat siswa diberikan model pembelajaran berbasis masalah oleh guru. Dokumentasi, merupakan dokumen-dokuman penting atau foto-foto tentang kegiatan pembelajaran yang berlangsung selama proses pembelajaran.
3.5 Teknik Analisis Data 1. Penilaian Aktivitas Siswa
Teknik pengukuran aktivitas siswa dalam penelitian ini yang digunakan adalah dengan memberikan checklist pada tiap pertanyaan, maka cara pemberian tanda pada masing-masing butir adalah sebagai berikut:
Checklist (v) = dilaksanakan Checklist (-) = tidak dilaksanakan
Pada perhitungan persentase aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:
= × 100% Keterangan :
A= persentase siswa yang melakukan aktivitas per aspek f= frekuensi yang melakukan aktivitas per aspek
N = Jumlah siswa
Analisis aktivitas siswa menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang mengacu pada table berikut.
Tabel 1 Persentase Aktivitas Siswa
Setelah lembar observasi diisi oleh pengamat (observer), maka peneliti dapat menemukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perhitungan modus statistika.
2. Pengukuran hasil belajar
Analisis terhadap hasil tes belajar siswa dilakukan dengan analisis kuantitatif dengan menentukan rata-rata nilai tes. Rata-rata nilai tes diperoleh dari penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada dikelas, dengan rumus :
=
∑∑Keterangan :
= nilai rata-rata (mean) ∑ = jumlah data ke-i
∑ = Jumlah Siswa (Suharsimi Arikunto,2013:272)
Setelah dicari rata-ratanya kemudian dilakukan pengelompokan hasil belajar siswa berdasarkan skor dengan menggunakan kualifikasi keberhasilan belajar sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kualifikasi Keberhasilan Belajar
Angka Huruf Kualifikasi
80 < ≤100
Pada perhitungan persentase hasil belajar siswa yang digunakan rumus sebagai berikut.
= × 100% Keterangan :
P = angka persentase
N = Number of Cases (jumlah frekuensi / banyaknya individu) (Sudijono, 2011:43)
3.6 Indikator Keberhasilan