• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PROFIL KOTA TANGERANG SELATAN"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB

2

(2)

1.1. Wilayah Administrasi

Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten pada koordinat 106”38’ –106”47’ Bujur Timur dan 06”13’30” –06”22’30” Lintang Selatan yang secara administratif terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan dan 54 (lima puluh empat) kelurahan.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten, luas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah seluas 147,19 Km2 atau 14.719 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang

 Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta

 Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor & Kota Depok

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang.

Wilayah Kota Tangerang Selatan di antaranya dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggarahan dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat. Letak geografis Kota Tangerang Selatan yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta pada sebelah utara dan timur memberikan peluang Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu kota strategis di sekitar ibukota Negara. Selain itu juga merupakan daerah yang memiliki posisi strategis dari sisi ekonomi karena menjadi daerah yang secara geografis menghubungkan wilayah Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.

Luas wilayah masing-masing kecamatan tertera dalam Tabel I.1, dimana Kecamatan dengan wilayah paling luas adalah Kecamatan Pondok Aren dengan luas 2.988 Ha atau 20,30% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan, sedangkan Kecamatan dengan luas paling kecil adalah Kecamatan Setu dengan luas 1.480 Ha atau 10,06% dari luas keseluruhan Kota Tangerang Selatan.

Tabel 0-1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)

1 Serpong 2,404 16,33%

2 Serpong Utara 1,784 12,12%

3 Ciputat 1,838 12,49%

4 Ciputat Timur 1,543 10,48%

5 Pamulang 2,682 18,22%

6 Pondok Aren 2,988 20,30%

7 Setu 1,480 10,06%

Kota Tangerang Selatan 14,719 100,00%

(3)

Luas wilayah masing-masing kelurahan dengan luas di atas empat ratus hektar terletak di Kecamatan Pamulang, yaitu Pondok Cabe Udik dan Pamulang Barat, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Paku Jaya. Kelurahan dengan luas wilayah di bawah seratus lima puluh hektar terletak di Kecamatan Serpong, yaitu Cilenggang dan Serpong, dan di Kecamatan Serpong Utara, yaitu Jelupang. Kelurahan dengan luas wilayah paling besar adalah Pondok Cabe Udik dengan luas 483 Ha sedangkan kelurahan dengan luas wilayah paling kecil adalah Jelupang dengan luas 126 Ha.

(4)
(5)

1.2. Potensi Wilayah Kota Tangerang Selatan

1.2.1.Potensi Fasilitas Perekonomian

Semenjak sembilan tahun terbentuk, Kota Tangerang Selatan sudah memiliki beberapa kawasan industri dan perdagangan. Luas yang disediakan untuk zona industri di Kota Tangerang Selatan adalah seluas 2218,31 hektar dengan 2386 unit industri yang termanfaatkan. Sedangkan luas yang disediakan untuk kawasan industri adalah seluas 1284 hektar dengan 1614 unit industri yang termanfaatkan.

Kawasan perdagangan di Kota Tangerang Selatan terbagi menjadi dua, yaitu kawasan dengan skala kota dan lokal serta kawasan perdagangan jasa. Luas yang disediakan untuk kawasan perdagangan skala kota dan lokal adalah seluas 1050 hektar, sedangkan untuk kawasan perdagangan jasa seluas 1224,79 hektar. 3502,31 hektar dengan 2386 unit perusahan. Terdaftar ada 12 (dua belas) pasar tradisional yang berada di tanah milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan.Selengkapnya mengenai Pasar Daerah/Tradisional Di Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 0-2. Pasar Daerah/Tradisional Di Kota Tangerang Selatan

No. Nama pasar Luas areal

1 Pasar Ciputat 5,670 Ciputat 816 PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

2 Pasar Jombang 6,095 Ciputat 386 PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

3 Pasar Serpong 8,730 Serpong 837 PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

4 Pasar Bintaro Sektor 2 2,600 Ciputat Timur 135 PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

5 Pasar Ciputat Permai 1,000 Ciputat 55 PD. Pasar Niaga Kerta Raharja & PT. Tritama Nila Griya

6 Pasar Gedung Hijau 3,395 Serpong Utara 3 PT. Alam Sutera Reality, TBK & PD. Pasar Niaga Kerta Raharja

7 Pasar Modern BSD 30,000 Serpong 730 PT. BSD

8 Pasar Segar Graha Raya Bintaro

10,250 Serpong Utara 644 PT. Wahana Jaya Sentosa

9 Pasar Delapan 34,945 Serpong Utara 208 PT. Alam Sutera Reality, TBK

10 Pasar Modern Bintaro Jaya

17,000 Pondok Aren 492 PT. Bintaro Jaya

11 Pasar Jengkol 1,500 Setu 40 PemKot Tangerang Selatan

12 Pasar Kita 17,000 Pamulang (Baru) -

(6)

Selain kawasan perindustrian dan perdagangan, Kota Tangerang Selatan juga memiliki kawasan pergudangan di Taman Tekno, dalam kawasan Taman Tekno saat ini ada kurang lebih 1.696 perusahaan. Lahan kawasan pergudanganpun terbagi menjadi dua, yaitu lahan yang disediakan untuk kawasan pergudangan, sebesar 2218,31 hektar dengan perusahaan 2.386 unit dan lahan yang disediakan untuk zona gudang, sebesar 4,2 Ha.

1.2.2.Potensi Perdagangan dan Jasa

Pasar tradisional pemerintah seluruhnya berada di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, Ciputat dan Kecamatan Ciputat Timur. Fasilitas perdagangan jasa lain-pun tidak merata yang sebagian besarnya tersebar di Kecamatan Serpong, Ciputat Timur dan Kecamatan Pamulang. Kecamatan dengan fasilitas perdagangan dan jasa yang paling sedikit adalah Kecamatan Setu. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 0-3. Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang Selatan

No. Kecamatan

Sumber: RKPD Kota Tangerang Selatan, 2017

1.2.3.PotensiEkonomiKreatif

(7)

Gambar 0-2. Grafik Jumlah Usaha SE 2016 (ribu) dan Pertumbuhannya terhadap SE2006 (%)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2017

Dilihat dari jenis usaha, 100.271 usaha atau 94,80 persen merupakan usaha menengah kecil (UMK) dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 116.096 orang, dan sisanya sebanyak 5.502 usaha atau 5,20 persen adalah usaha menengah besar (UMB) dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 234.478 orang.

Gambar 0-3. Grafik Jenis Usaha di Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017

Jumlah usaha menurut kategori lapangan usaha yang terbanyak adalah usaha perdagangan, yaitu sebesar 44.196 jenis usaha atau 41,78 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 109.456 orang. Jenis usaha urutan kedua adalah usaha akomodasi dan rumah makan, yaitu sebesar 26.910 jenis usaha atau 25,44 persen dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 53.136 orang.Adapun jumlah usaha paling sedikit dibandingkan jenis usalaha lain di Kota Tangerang Selatan adalah pertambangan, hanya sebesar 3 jenis usaha dengan penyerapan jumlah tenaga kerja sebesar 303 orang. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.4berikut ini.

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000

UMK Tenaga Kerja UMB Tenaga Kerja

100,271 116,096

5,502

234,478

(8)

Tabel 0-4. Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Kategori Lapangan Usaha Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi 2016

Kategori Jumlah

Usaha UMK UMB

Jumlah Tenaga

Kerja UMK UMB

Kategori B pertambangan 3 1 2 303 25 278

Kategori C Industri 8.071 7766 305 57.667 21481 36186

Kategori D Listrik, Gas 29 15 14 909 34 875

Kategori E Air 178 169 9 502 360 142

Kategori F Konstruksi 670 437 232 11.803 3903 7865

Kategori G Perdagangan 44.196 41924 2272 109.456 75003 34453

H. Pengangkutan dan Pergudangan 3.610 3260 350 13.281 4386 8895

Kategori I Akomodasi dan Rumah Makan 26.910 26449 461 53.136 45270 7866

Kategori J Infokom 3.107 2859 248 7.940 4051 3889

Kategori K Jasa Keuangan 753 226 527 14.131 1531 12600

Kategori L Real Estate 6.983 6699 184 11.058 7835 3223

Kategori M,N Prof & Persewaan 2.280 1853 427 16.514 5826 10688

Kategori P Jasa Pendidikan 1.867 1701 166 26.188 18235 7953

Kategori Q Jasa Kesehatan 987 915 72 8.576 3549 5027

Kategori R, S, U Hiburan & Jasa Lainnya 6.130 5897 233 19.145 14165 4980

Jumlah 105.774 350.609

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan, 2017

1.2.4.Potensi Pengembangan Kota Tangerang Selatan

(9)

Kota Tangerang Selatan dilalui oleh Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/ JORR) yang sekarang sudah terkoneksi baik dari Tangerang – Merak ataupun Tol JORR 2.

Selain infrastruktur jalan tol yang sudah eksis, juga direncanakan akan dibangun beberapa ruas jalan tol. Salah satunya yang sudah terealisasi adalah ruas jalan tol Kunciran - Serpong. Ruas jalan tol ini akan melintasi wilayah-wilayah yang berada di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan. Prasarana dan sarana penunjang lain yang menjadi potensi investasi yang dikembangkan di Kota Tangerang Selatan, antara lain:

a. KERETA API. Sebagai sarana transportasi massal, kereta api merupakan andalan masyarakat Kota Tangerang Selatan yang menghubungkan Kota Rangkasbitung - Kota Tangerang Selatan - Kota Jakarta dan sudah dengan jalur rel ganda (double track). Stasiun kereta rel listrik (KRL) berjumlah 5 buah dan tersebar di tiga kecamatan yaitu Serpong, Ciputat dan Ciputat Timur. Wilayah Kota Tangerang Selatan yang dilalui oleh lintasan rel KRL antara lain wilayah Serpong (Stasiun Pasar Serpong), Stasiun Rawa Buntu (BSD), Stasiun Jurang Mangu (Pondok Aren), Ciputat (Stasiun Jombang) dan Ciputat Timur (Stasiun Pondok Ranji). Kereta rel listrik yang melintas adalah KRL penumpang dan kereta api barang. Dalam rancangan RTRW, direncanakan pengembangan fasilitas “park and ride” yaitu lahan parkir kendaraan yang terletak pada fasilitas transportasi publik seperti stasiun kereta dan terminal. Fasilitas tersebut memudahkan para penglaju

(commuter) yang memiliki kendaraan pribadi untuk berpindah ke transportasi

publik.

b. BIS ANTAR KOTA – ANTAR PROPINSI. Sarana Transportasi ini juga merupakan penggerak mobilitas masyarakat Kota Tangerang Selatan sebagai sarana utama dalam kegiatan yang menghubungkan Kota Tangerang Selatan dengan Kota Jakarta dan kota-kota lainnya. Saat ini juga sudah beroperasi feeder Bus Transjakarta dengan trayek BSD – Jakarta, Pondok Aren (Bintaro Jaya) – Jakarta dan BSD – Balaraja.

(10)

sungai yang airnya cukup melimpah yaitu Sungai Cisadane, Sungai Pesanggrahan, dan Sungai Kali Angke. Selain itu, masih terdapat sembilan situ dan danau yang memiliki kadar dan kapasitas air yang layak diolah. Untuk itu, Pemerintah Kota Tangerang Selatan diharapkan memiliki instalasi pengolahan air minum yang langsung dikelola atau di bawah pengawasan pemerintah daerah.

d. PEMBANGUNAN PERMUKIMAN VERTIKAL. Dengan kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan yang mencapai 10.484 jiwa/km2, maka akan semakin sulit untuk membangun permukiman yang memakai lahan luas. Sehingga dimungkinkan kawasan permukiman super blok seperti apartemen, kondominium, rusunawa, flat dan sejenisnya untuk dikembangkan karena letak Kota Tangerang Selatan yang berdekatan dengan DKI Jakarta dan dengan akses mudah dari berbagai arah. Pengembangan permukiman vertikal menjadi salah satu alternatif yang dapat membangun kawasan permukiman modern dengan infrastruktur yang memadai dan fasilitas pendukung masyarakat perkotaan modern.

e. KAWASAN JASA DAN PERDAGANGAN TERPADU. Di sepanjang koridor Jl Pahlawan Seribu, BSD City Serpong mulai banyak bermunculan gedung-gedung baru yang megah. Pusat perbelanjaan, apartemen, hotel, pusat hiburan dan kuliner, pusat perkantoran, rumah sakit, pusat pendidikan telah dibangun. Lahan untuk pembangunan office tower dan sarana penunjang lain juga tersedia. Oleh karena itu, sangatlah prospektif apabila para investor dapat menanamkan modalnya dalam rangka pengembangan kawasan ini.

Kawasan Bintaro juga telah berkembang dan menjadi salah satu kawasan yang diperhitungkan oleh para investor. Berbagai infrastruktur di kawasan SCBD Bintaro Jaya berupa gedung perkantoran, pusat belanja, rumah sakit, pusat pendidikan telah berdiri di kawasan ini. Untuk memperlancar arus lalu lintas, di bundaran Bintaro Sektor IX telah dibangun fly over yang menghubungkan simpul-simpul bisnis dan jasa, termasuk jasa pendidikan, dengan dibangunnya Universitas pembangunan Jaya.

Bidang Jasa dan perdagangan juga terus dikembangkan dikawasan Ciputat-Pamulang. Sebagai kawasan Pusat Pendidikan skala nasional dengan adanya UIN Syarif Hidayatullah dan Universitas Terbuka, maka daerah Ciputat dan Pamulang dapat dikembangkan sebagai kawasan jasa pendidikan.

(11)

kesenian Kota Tangerang Selatan dan dapat digunakan juga untuk berbagai kegiatan pameran, rapat atau forum pertemuan resmi skala nasional dan internasional. Pembangunannya dapat dibangun secara terpadu dengan dilengkapi fasilitas office tower atau hotel bintang lima yang dapat dimanfaatkan juga sebagai tempat penyewaan ruang kantor.

Sektor Industri dan Pergudangan. Melihat luas lahan yang tersedia, Pemerintah Kota Tangerang Selatan dalam arah dan tujuan pembangunan, tidak menempatkan sektor industri dan pergudangan sebagai andalan. Saat ini peruntukan lahan untuk industri hanya 1,14 % saja dari luas lahan Kota Tangerang Selatan, atau sekitar 16,67 hektar. Industri yang dikembangkan pun ditujukan kepada green industry dan ramah lingkungan. Pemilihan industri yang cocok untuk itu adalah industri yang tidak mempunyai banyak limbah kimia. Industri pembuatan produk dari bahan setengah jadi seperti pembuatan bola di Pondok Cabe, atau industri garmen serta industri perakitan lainnya yang ramah lingkungan adalah salah satu contoh yang bisa dikembangkan. Selain itu, dengan adanya fasilitas pergudangan di Taman Tekno BSD dan kawasan Multiguna Serpong Utara, melengkapi sarana investasi penanaman modal pada sektor industri maupun pergudangan yang ramah lingkungan.

Pengembangan Ekonomi Kreatif. Kreatif ekonomi memiliki potensi yang sangat besar dalam ekonomi saat ini. Inti perekonomian saat ini sedang mengalami pergeseran dari ekonomi berbasis sumber daya alam kepada ekonomi yang berbasis pengetahuan dan inovasi. Hal ini juga sejalan dengan kecenderungan perkembangan “Ekonomi Hijau” atau “Bisnis Hijau” yang menjadikan keberlanjutan lingkungan sebagai hal yang utama di samping pertumbuhan dan keuntungan. Tangerang Selatan sebagai kota yang tidak memiliki sumber daya alam melimpah namun memiliki sumber daya manusia dengan kualitas yang cukup baik, penduduk berusia muda, dan komunitas kreatif, memiliki potensi besar untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai tulang punggung ekonominya.

1.2.5.Potensi Wisata

Di Tangerang Selatan terdapat beberapa lokasi kunjungan wisata. Jenis wisata yang tawarkan beraneka ragam di antaranya wisata alam, wisata budaya, wisata belanja.

(12)

pengamatan burung (birdwatching) hingga pertunjukan dongeng. Terdapat juga penginapan lengkap dengan kafe dan kolam renang. Wisata Kampung Maen merupakan wisata di Family Park Alam Sutera Serpong Utara perpaduan antara dunia pendidikan dan hiburan anak, dimana proses edukasi disajikan dalam bentuk permainan/ games yang interaktif.

Selain itu, juga terdapat taman/ hutan kota di Serpong yang juga dimanfaatkan sebagai lokasi rekreasi, seperti hutan kota di wilayah BSD, taman kota yang terdapat di Jl. Letnan Sutopo dekat Sekolah Al-Azhar BSD dan taman kota yang terletak di Taman Tekno, Buaran dekat MAN Insan Cendekia.

Wisata air, seperti kolam renang, pemancingan, taman air tersebar di berbagai wilayah, seperti Family Park Kampung Aer di Alam Sutera Serpong Utara, Ocean Park di BSD Serpong, Wisata Air Pulau situ Gintung Ciputat Timur, serta kolam renang dan pemancingan yang terdapat di banyak kecamatan. Hampir di semua kecamatan juga terdapat situ-situ yang dapat dijadikan tempat rekreasi namun sebagian besar masih harus ditata ulang.

1.3. Demografi dan Urbanisasi

1.3.1.Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk Kota Tangerang Selatan dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,76% pertahunnya. Pada tahun 2012, pertumbuhan penduduk mencapai 3,63%, naik pada level 4,05% pada tahun 2016.Secara absolut jumlah penduduk di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 sebanyak 1.342.618 orang, hingga tahun 2016 mencapai angka 1.543.209orang. Meningkatnya jumlah penduduk tersebut menyebabkan kepadatan penduduk semakin meningkat pula, pada tahun 2012 sebanyak 9.122 jiwa/km2 menjadi 10.484 jiwa/km2 pada tahun 2016. Jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya setiap tahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 0-1. Jumlah Penduduk serta Laju Pertumbuhan Pertahun

No. Kecamatan

(13)

5 Ciputat Timur 184.304 190.415 193.484 197.960 202.386 2,52 2,52 2,31 3,07

6 Pondok Aren 316.025 331.644 341.416 353.904 366.568 3,87 3,87 4,00 4,27

7 Serpong Utara 133.471 142.328 148.494 155.998 163.755 5,26 5,26 5,59 5,51

Jumlah 1.342.618 1.405.170 1.443.403 1.492.999 1.543.209 3,63 3,63 3,74 4,05

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.3.2.Jumlah Penduduk Miskin dan Persebaran Penduduk

Dengan tingkat kemiskinan sebesar 1,67%, jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 sejumlah 26,38 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada tahun yang sama sejumlah 657,74 ribu jiwa. Dengan demikian, kemiskinan di Kota Tangerang Selatan memberikan kontribusi sebesar 4,0 % terhadap total jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada tahun 2016. Pada Grafik 2.1 disajikan posisi relatif jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Provinsi Banten.

Gambar 0-4. Posisi Relatif Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Banten, Tahun 2016

Sumber : Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2017

Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan sejumlah 21,01 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan mengalami

Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Menurut Kabupaten/Kota

Provinsi Banten, Tahun 2016

(14)

jiwa. Namun pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan mengalami kenaikan cukup banyak menjadi 25,40 ribu jiwa, kondisi kenaikan ini berlanjut sampai tahun 2016 yaitu sebesar 26,38 ribu jiwa. Grafik 2.2 menunjukkan perkembangan jumlah penduduk miskin di Kota Tangerang Selatan yang memiliki tren yang naik dalam kurun tahun 2010 – 2016.

Gambar 0-5. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010-2016

Sumber : Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kota Tangerang Selatan, 2017

1.3.3.Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Lima Tahun Kedepan

Untuk menghitung proyeksi penduduk 5 (lima) tahun kedepan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pt = Po (1 + r )t

Keterangan:

Pt = jumlah penduduk pada tahun t Po = jumlah penduduk pada tahun awal r = angka pertumbuhan penduduk t = waktu (5 tahun)

Proyeksi perkembangan penduduk Kota Tangerang Selatan 5 tahun kedepan, menggunakan rata-rata angka pertumbuhan penduduk masing-masing kecamatan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 yang diasumsikan sama setiap tahunnya. Perhitungan proyeksi penduduk Kota Tangerang Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.6a, Tabel 2.7b dan Tabel 2.8c di bawah ini:

Tabel 0-2a. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

No

. Kecamatan

Jumlah Penduduk (Jiwa) Proyeksi

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

1 Setu 69.159 72.727 75.002 77.881 80.811 83.851 87.006 90.279 93.676 97.200

21.01 20.14 18.70 25.40 25.40 25.89 26.38

1.000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Pers

en

Perkembangan Penduduk Miskin (Jiwa) Kota Tangerang Selatan

Tahun 2010-2016

(15)

2 Serpong 143.777 151.899 157.252 163.915 170.731 177.830 185.225 192.927 200.950 209.306

3 Pamulang 296.463 308.272 314.931 323.957 332.984 342.263 351.800 361.602 371.678 382.035

4 Ciputat 199.419 207.885 212.824 219.384 225.974 232.762 239.754 246.956 254.374 262.015

5 Ciputat Timur

184.304 190.415 193.484 197.960 202.386 206.911 211.537 216.267 221.102 226.045

6 Pondok Aren 316.025 331.644 341.416 353.904 366.568 379.685 393.272 407.344 421.921 437.019

7 Serpong Utara

133.471 142.328 148.494 155.998 163.755 171.898 180.445 189.418 198.837 208.724

Jumlah 1.342.61

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

Tabel 0-3b. Jumlah Kepala Keluarga Saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

No. Kecamatan

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

Tabel 0-4c. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan kepadaatan saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun

No. Kecamatan

Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Orang/Ha)

(16)

2012-2 Serpong 0,06 0,04 0,04 0,04 60 63 65 68 71

3 Pamulang 0,04 0,02 0,03 0,03 111 115 117 121 124

4 Ciputat 0,04 0,02 0,03 0,03 108 113 116 119 123

5 Ciputat Timur 0,03 0,02 0,02 0,02 119 123 125 128 131

6 Pondok Aren 0,05 0,03 0,04 0,04 106 111 114 118 123

7 Serpong Utara 0,07 0,04 0,05 0,05 75 80 83 87 92

Jumlah 0,34 0,20 0,25 0,24 626 655 672 695 718

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.4. Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan

1.4.1.Perkembangan PDRBdan Potensi Ekonomi

Struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari distribusi persentase PDRB kelompok lapangan usaha yang terdiri dari kelompok lapangan usaha primer, kelompok lapangan usaha sekunder dan kelompok lapangan usaha tersier. Kelompok lapangan usaha primer terdiri dari lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian. Kelompok lapangan usaha sekunder terdiri dari lapangan usaha Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik, Gas; Pengadaan Air; Konstruksi. Kemudian kelompok lapangan usaha tersier terdiri dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan; Real Estat; Jasa Perusahaan; Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya.

Selama periode 2012-2016, struktur lapangan usaha sebagian masyarakat Kota Tangerang Selatan berada dikelompok lapangan usaha tersier yang terlihat dari besarnya kenaikan/penurunan peranan masing-masing kelompok lapangan usaha ini terhadap pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan. Pada tahun 2016, kelompok lapangan usaha tersier memberikan sumbangan sebesar 73,93 persen, sekunder sebesar 25,81 persen dan primer sebesar 0,26 persen. Kelompok lapangan usaha tersier pada tahun 2016 mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu dari 73,36 persen naik menjadi 73,93 persen, sedangkankelompok lapangan usaha primer dan sekunder tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun 2015, kelompok primer dari 0,28 persen tahun 2015 turun menjadi 0,26 persen, sedangkan kelompok sekunder tahun 2015 sebesar 26,36 persen turun menjadi 25,81 persen.

(17)

lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motorsebesar 16,51 persen dan lapangan usaha Konstruksi sebesar 15,45 persen. Informasi dan Komunikasi sebesar 11,19 persen, Industri Pengolahan sebesar 10,19, dan Jasa Pendidikan sebesar 8,52 persen.Sementara peranan lapangan usaha lainnya secara keseluruhan menyumbang sebesar 20,34 persen.

Gambar 0-6. Kontribusi PDRB Menurut Sektor Lapangan Usaha di Kota Tangerang Selatan (persen), 2016

Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

Tabel 0-5. Peranan PDRB Kota Tangerang SelatanMenurut Lapangan Usaha (persen), 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,30 0,29 0,29 0,28 0,26

B Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

C Industri Pengolahan 11,84 11,69 11,57 11,15 10,19

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,11 0,12 0,14 0,13

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04

F Konstruksi 13,55 14,47 14,80 15,03 15,45

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

18,63 18,06 17,76 17,17 16,51

H Transportasi dan Pergudangan 2,70 2,91 3,12 3,17 3,24

I Penyediaan Akomodasi dan

(18)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

L Real Estat 16,46 16,81 16,45 17,29 17,81

M,N Jasa Perusahaan 3,12 3,30 3,46 3,56 3,71

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

1,21 1,21 1,25 1,29 1,35

P Jasa Pendidikan 8,19 8,30 8,31 8,42 8,52

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

4,58 4,37 4,17 4,06 4,10

R,S,T,U Jasa lainnya 2,95 3,13 3,12 3,00 3,03

Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara

Perekonomian Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2016 mencapai 6,98 persen, sedangkan tahun 2015 sebesar 7,20 persen, hal ini disebabkan karena terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan usaha Listrik dan Gas sebesar 13,21 persen, disusul oleh lapangan usaha Jasa Perusahaan serta usaha Konstruksi dengan laju pertumbuhannya masing-masing sebesar 9,57 persen dan 9,20 persen. Sedangkan seluruh lapangan usaha ekonomi PDRB yang lain pada tahun 2016 mencatat pertumbuhan yang positif kecuali industri pengolahan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -0,33 persen.

Tabel 0-6. Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kota Tangerang SelatanMenurut Lapangan Usaha (persen), 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -2,59 -1,65 3,04 2,10 0,10

B Pertambangan dan Penggalian - - - - -

C Industri Pengolahan 0,72 8,34 6,95 3,82 -0,33

D Pengadaan Listrik dan Gas 12,00 10,37 5,63 1,29 13,21

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,85 5,59 6,35 5,03 6,21

(19)

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,50 6,35 4,42 5,76 4,75

H Transportasi dan Pergudangan 9,42 10,93 12,44 8,36 8,13

I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum

5,10 6,13 7,75 6,47 7,61

J Informasi dan Komunikasi 18,26 10,98 16,32 10,15 9,12

K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,74 7,81 8,43 8,58 7,77

L Real Estat 9,41 11,62 8,19 8,54 8,71

M,N Jasa Perusahaan 9,03 9,83 11,20 10,36 9,57

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib

4,57 2,22 10,09 8,72 8,41

P Jasa Pendidikan 3,54 4,69 5,71 8,18 7,90

Q Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial

4,18 1,51 2,72 4,12 7,47

R,S,T,U Jasa lainnya 1,75 6,61 4,16 5,78 7,84

Produk Domestik Regional Bruto 8,66 8,75 8,05 7,20 6,98

Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara

Indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu salah satunya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara atau daerah.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan tingkat aktivitas perekonomian yang menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat. Dengan demikian diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor produksi juga ikut meningkat.

(20)

perkembangan indeks implisit PDRB) sebesar 1,33 persen, maka dapat dikatakan telah terjadi perbaikan pendapatan masyarakat Kota Tangerang Selatan pada umumnya. Jika disertai dengan pemerataan pendapatan, hal tersebut dapat secara langsung memperbaiki tingkat daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli inilah yang akan menjadi salah satu faktor utama penggerak perekonomian di Kota Tangerang Selatan.

Bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lainnya di provinsi Banten maka Kota Tangerang Selatan mempunyai LPE paling tinggi mulai tahun 2012 sampai dengan 2016. Tahun 2016 LPE Kota Tangerang Selatan sebesar 6,98 persen, diikuti oleh Kota Serang sebesar 6,22 persen, Kabpaten Lebak sebesar 5,70 persen, Kabupate Pandeglang sebesar 5,49 persen,Kabupaten Tangerang sebesar 5,32 persen dan Kota Cilegon sebesar 5,05 persen serta Kabpaten Serang sebesar 5,00 persen. Jika dibandingkan dengan LPE Provinsi Banten maupun Indonesia, terdapat pebedaan yang cukup berarti. Tahun2016 LPE Provinsi Bnaten sebesar 5,26 persen sedangkan LPE angka Nasional sebesar 5,02 persen.

Tabel 0-7. Laju Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota ProvinsiBanten Tahun 2012-2016 (persen)

Catatan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara

Gambar 0-7. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dan Nasional Tahun 2012-2016 (persen)

2012 2013 2014 2015*) 2016**)

1 Kab. Pandeglang 5,81 4,72 4,93 5,96 5,49

2 Kab. Lebak 5,11 6,30 5,83 5,80 5,70

3 Kab. Tangerang 6,17 6,41 5,37 5,36 5,32

4 Kab. Serang 5,42 6,04 5,39 5,02 5,00

5 Kota Tangerang 7,07 6,52 5,15 5,37 5,30

6 Kota Cilegon 7,70 6,69 4,62 4,78 5,05

7 Kota Serang 7,42 7,30 6,86 6,29 6,22

8 Kota Tangsel 8,66 8,75 8,05 7,20 6,98

6,83 6,67 5,51 5,40 5,26

6,03 5,58 5,02 4,88 5,02

No. Kab/Kota LPE (%)

(21)

Sumber : Indikator Ekonomi Kota Tangerang Selatan Dalam Angka , 2017

1.4.2.Pendapatanper Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Bila PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu indikator yang dinamakan PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk. Pada tahun 2016, secara agregat PDRB per kapita Kota Tangerang Selatan mencapai 38,10 juta rupiah atau senilai US$ 2.822,10, meningkat 4,95 persen bila dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 36,52 juta rupiah (US$ 2.690,37). Peningkatan tersebut, lebih rendah bila dibandingkan dengan peningkatan pada tahun-tahun sebelumnya selama periode 2012-2015 berturut-turut sebesar 8,10 persen, 9,65 persen, 9,16 persen, dan 8,23 persen.

PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. Kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi produk barang/jasa sangat dipengaruhi oleh pendapatan per kapita. Apabila diperhatikan perkembangan daya beli masyarakat yang diasumsikan setara dengan peningkatan pendapatan per kapita yang dikoreksi oleh angka inflasi (Gambar 3), maka daya beli masyarakat di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,05 persen, lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 1,08 persen. Namun, kondisi perubahan daya beli tahun 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode 2012-2014.

Tabel 0-8. PDRB per Kapita Kota Tangerang Selatan, 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015* 2016**

(22)

Indeks Perkembangan

Persentase penduduk miskin atau tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 sebesar 1,67 persen. Tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2016 tersebut lebih baik dibandingkan tingkat kemiskinan di Provinsi Banten pada tahun yang sama karena berada di bawah tingkat kemiskinan di Provinsi Banten sebesar 5,42 persen beritu pula jika dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sebesar 10,86 persen. Tingkat perbandingan Kabupaten atau Kota lainnya di Provinsi Banten maka Kota Tangerang Selatan adalah yang paling sedikit.

Gambar 0-8. Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016

Sumber : BPS Kota Tangerang Selatan Tahun 2017

Jika dilihat kondisinya dari waktu ke waktu, tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2011 tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan sebesar 1,67 persen. Empat tahun berikutnya tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan naik menjadi 1,69 persen pada tahun 2015. Kenaikan tersebut hanya bersifat sementara karena tahun 2016 tingkat kemiskinan di Kota Tangerang Selatan kembali menurun dan penurunan ini terus berlanjut hingga tahun 2016.

1.4.3.Kondisi Lingkungan Strategis

Topografi (Ketinggian dan Kemiriangan)

Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah danmemiliki topografi yang relatif datar dengankemiringantanah rata- rata 0–3%, sedangkan ketinggian wilayah antara 0–25 m dpl. Untuk kemiringan garis besar terbagi dari 2 (dua) bagian, yaitu: Kemiringan antara 0–3% meliputi: Kecamatan Ciputat,

21.0060 20.1440 18.700 25.400 25.400 25.8900 26.3800

1.67

(23)

Kecamatan Ciputat Timur, Kecamatan Pamulang, Kecamatan Serpong dan Kecamatan Serpong Utara dan Kemiringan antara 3–8% meliputi : Kecamatan Pondok Aren dan Kecamatan Setu.

Sedangkan ketinggian wilayah Kota Tangerang Selatan berada di antra 14,8-29,88 diatas permukaan laut (DPL), sebagaimana terlihat pada Tabel 2.3 berikut:

Tabel 0-9. Ketinggian wilayah menurut Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, 2016

No. Kecamatan Tinggi DPL (m) Persentase (%)

1 Setu 14,8 10,06

2 Serpong 24,04 16,33

3 Pamulang 26,82 18,22

4 Ciputat 18,38 12,49

5 Ciputat Timur 15,43 10,48

6 Pondok Aren 29,88 20,30

7 Serpong Utara 17,84 12,12

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017

Geologi dan Jenis Tanah

Kota Tangerang Selatan merupakan daerah yang relatif datar. Beberapa kecamatan memiliki lahan yang bergelombang, seperti diperbatasan antara Kecamatan Setu dan Kecamatan Pamulang serta sebagian di Kecamatan Ciputat Timur. Kondisi geologi Kota Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah.

Dilihat dari sebaran jenis tanahnya, pada umumnya di Kota Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara umum cocok untuk pertanian/ perkebunan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya makin banyak yang berubah penggunaannya untuk kegiatan lainnya yang bersifat non-pertanian. Untuk sebagian wilayah seperti Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, jenis tanah ada yang mengandung pasir khususnya untuk wilayah yang dekat dengan Sungai Cisadane.

Keadaan Iklim

(24)

matahari, curah hujan dan rata-rata kecepatan angin. Temperatur udara rata-rata berada disekitar 26,4°C-28,2°C dengan temperatur udara minimum berada di 23,9°C dan temperatur udara maksimum sebesar 33,9°C. Rata-rata kelembaban udara adalah 98%, Hari hujan tertinggi pada bulan Januari, dengan hari hujan sebanyak 25 hari. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 4 m/detik, dan kecepatan maksimum rata-rata 12,3 m/detik. Sebagaimana terlihat pada Gambar grafik 2.3 dan Tabel 2.4 berikut ini

Gambar 0-9. Grafik Curah Hujan Menurut Stasiun Klimatologi Pondok Betung Kota Tangerang Selatan (mm) Tahun 2016

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017

Tabel 0-10. Rata-rata Suhu dan Kelembaban Udara Menurut Bulan di Kota Tangerang Selatan, 2016

Bulan

Suhu Udara Temparatur (0C)

Maks Misn Rata-rata

Januari 33,6 25,4 28,1

Februari 32,3 25,1 27,4

Maret 34,2 25,4 28,2

April 34,2 25,5 28,6

Mei 33,5 25,6 28,5

18 23

15 20

18 17 17

21 22 22 21 20

0 5 10 15 20 25

(25)

Juni 33,6 24,8 28,0

Sumber : Kota Tangerang Selatan Dalam Angka, 2017

1.4.4.Risiko Bencana Alam

Risiko Bencana Alam yang diperkirakan akan masih sulit diantisipasi terutama menjelang datangnya musim hujan adalah bencana banjir. Hal tersebut diakibatkan oleh banyak faktor, terutama pendangkalan dan penyempitan sungai dan dari faktor alam yaitu curah hujan yang tinggi kemudian beberapa aliran sungai berawal dari Bogor dan Depok yang memberikan sumbangan terhadap potensi bencana.

Curah hujan yang semakin meningkat dalam kurun waktu tahun 2017telah mengakibatkan bencana di Kota Tangerang Selatan seperti bencana Banjir, Tanah Longsor dan Angin Kencang. Adapun rincian kejadian bencana sebagai berikut:

Jenis

- - Melakukan pembersihan lokasi

(26)

Sumber : BPBD Kota Tangerang Selatan, Tahun 2018

Status darurat bencana selama kurun waktu tahun 2017 di Kota Tangerang Selatan masih dalam skala kecil yaitu berupa genangan dan limpasan air sungai, dimana ketika air sungai surut genangan air yang terjadi ikut surut. Belum sampai dikatakan status darurat bencana karena daerah yang terkena banjir masyarakat masih bisa beraktifitas dan masyarakat belum diungsikan ketempat penampungan sementara. Begitu pula dengan bencana lainnya seperti Longsor, Angin Kencang dan Pohon Tumbang. Dengan demikian Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2017 belum pernah mengeluarkan status darurat bencana.

Antisipasi Daerah dalam menghadapi kemungkinan bencana dengan cara memprediksikan kemungkinan terjadinya bencana di wilayah Kota Tangerang Selatan memang bukan suatu hal yang mudah, namun demikian belajar dari pengalaman dan kejadian-kejadian yang pernah terjadi sebelumnya, maka pemerintah daerah telah mengambil langkah-langkah antisipatif yang dimaksudkan agar organisasi perangkat daerah yang menangani bencana memiliki kemampuan dan kesiapan menghadapi dan menanggulangi korban bencana, kapanpun itu terjadi. Selain itu juga pemerintah daerah memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam upaya antisipasi dan penanggulangan bencana melalui pembentukan komunitas siaga bencana dan pembinaan relawan.

Beberapa upaya dimaksud diantaranya melakukan koordinasi dengan BPBD Provinsi Banten dan BNPB serta kerjasama dengan OPD terkait dalam memfasilitasi penanggulangan bencana. Peningkatan kapasitas SDM dan invetarisasai sarana yang dimiliki oleh pemerintah daerah telah dilakukan, hal ini dimaksudkan agar SDM daerah memiliki keterampilan dan kesiapan dalam melaksanakan tugas serta mampu memanfaatkan sarana pendukung yang ada. Selain itu juga telah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat di 7 (tujuh) wilayah kecamatan tentang penanggulangan bencana terutama bencana alam. Selebihnya, masyarakat secara swadaya juga memiliki kesiapan sendiri di lingkungan masing-masing melalui adat keguyubannya sendiri-sendiri, dan bagi yang tinggal di perumahan-perumahan besar, system antisipasi dan penanggulangan bencana juga disiapkan oleh pengembang masing-masing. Hal ini dapat dilihat dari sistem drainase dan wilayah resapan air yang terencana diwilayahnya serta akses jalan yang baik sehingga memudahkan jalur evakuasi korban dan mobilisasi kendaraan penanggulangan bencana.

1.4.5.Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Ciptakarya

(27)

Air adalah sumber kehidupan bagi manusia adapun pemanfaatannya dipergunakan untuk berbagai keperluan baik untuk rumah tangga maupun keperluan lainnya.

Daerah pelayanan air bersih di Kota Tangerang Selatan terdiri dari:

1. Daerah perumahan yang air bersihnya dilayani oleh developer sendiri seperti di perumahan Bintaro melalui pompa deepwell

2. Pabrik / Industri yang dilayani oleh PDAM Kabupaten Tangerang, karena di Kota Tangerang Selatan belum mempunyai instalasi pengolahan air bersih.

Pada perumahan penduduk ketersediaan air bersih tidak mengalami masalah masih mudah didapat hanya tingkat kedalaman air yang semakin berubah menjadi semakin dalam untuk mendapatkan air bersih melalui pemasangan pompa, biasanya kedalaman pompa yang dipasang adalah 5 – 10 meter. Persyaratan kualitas Air Minum dan Air Bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. : 416/MENKES/PER/IX/1990 terdiri dari 3 parameter :

 Fisika : Tidak (berbau, berasa, berwarna).

 Kimia : pemeriksaan terhadap kandungan senyawa anorganik yaitu : Ai, As, Fe, Fi, Ci, CaCO3, Mn, NO3, NO2, Ag, SO4, Cu, Zn.

 Mikrobiologi/Bakteriologik : pemeriksaan terhadap bakteri coliform.

Guna memenuhi kebutuhan air bersih Kota Tangerang Selatan memanfaatkan sumber air tanah dengan memanfaatkan mesin air, pompa tangan atau sumur gali, sedangkan beberapa perumahan skala besar pemenuhan air bersih dilayani dengan sistem perpipaan.

b. Kondisi Air Limbah

Dalam hal fasilitas tempat buang air besar, sebagian besar rumah telah memiliki tempatnya sendiri, hanya sebagian kecil saja rumah yang tidak mempunyai tempat buang air besar.

Sanitasi air limbah domestik mencakup saluran pembuangan dan buangan rumah tangga baik yang berasal dari WC, kamar mandi maupun dapur. System pengolahan air limbah domestic yang digunakan di Kota Tangerang Selatan yaitu system pengolahan secara individu di masing – masing rumah atau sering disebut

(28)

Tabel 0-5. Cakupan Layanan Air Limbah Domestik saat ini di Kota Tangerang Selatan

No. Kecamatan

Total Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Perkotaan

BABS

Cubluk / Tangki Septik Individual Tidak Layak

Akses Layak

SPALD Setempat SPALD - Terpusat

Skala Individual Skala Komunal

IPALD Permukiman

IPALD - Perkotaan

IPALD Kawasan Tertentu Berbasis masyarakat Berbasis institusi

KK KK KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK %

394519 394519 6929,70858 1,8% 603 0,2% 363280,8 92,1% 25140 6,4% 1387 0,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

1 Setu 20203 20203 485,062525 0,1% 362 0,1% 18213,51 4,6% 2708 0,7% 987 0,3% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

2 Serpong 40979 40979 600,2334 0,2% 56 0,0% 37434,77 9,5% 937 0,2% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

3 Pamulang 85492 85492 1312,14143 0,3% 26 0,0% 78300,45 19,8% 397 0,1% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

4 Ciputat 58140 58140 1104,65525 0,3% 31 0,0% 53965,32 13,7% 3211 0,8% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

5 Ciputat Timur 51682 51682 859,8739 0,2% 17 0,0% 47354,49 12,0% 1425 0,4% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

6 Pondok Aren 95086 95086 1751,93433 0,4% 68 0,0% 88157,9 22,3% 3848 1,0% 400 0,1% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

7 Serpong Utara 42937 42937 815,80775 0,2% 43 0,0% 39854,36 10,1% 12614 3,2% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0% 0 0,0%

(29)

Tabel 0-6. Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik

- Tangki septik komunal >10KK unit

- IPAL Komunal unit 9 9

2 IPAL Kawasan/Terpusat

- kapasitas M3/hari

- sistem

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, 2017

Dapat diketahui bahwa jumlah IPAL komunal yang dibangun di Kota Tangerang Selatan berjumlah 9 unit yang berada di Kecamatan Setu 5 unit, dan di Kecamatan Pondok Aren 4 unit.

Kelembagaan dan Peraturan

Pengelolaan dan pengembangan bidang-bidang prasaranadan sarna permukiman dilakukan oleh tiap-tiap dinas, yaituDinas Pekerjaan Umum Dinas Kesehatan Dinas Bangunan dan Penataan Ruang dan Bappeda.

c. Kondisi Persampahan

Pengelolaan persampahan idealnya merupakan kegiatan bersama, masyarakat dari tingkat rumah tangga hingga pemerintah daerah. Pengelolaan sampah dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan meliputi pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan pemrosesan akhir sampah. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) telah ditetapkan salah satu target yang akan dicapai adalah peningkatan kualitas pengelolaan TPA menjadi sanitary landfill untuk Kota Metropolitan dan Kota Besar, serta controlled landfill untuk Kota Sedang dan Kota Kecil.

(30)

memiliki Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) di Cipeucang. Namun luasanTPA yang baru mencapai 5,3 Ha belum optimal dalam menampung sampah yang semakinhari semakin tinggi tumpukannya. Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) 3Rberjumlah 41 unit yang tersebar di 7 kecamatan menjadi bagian solusi penanganan sampah,namun pemberdayaan kelompok pengelolanya belum optimal dalam mengelola sampahmulai dari tingkat lingkungan. Namun demikian keberadaan 21 Bank sampah sangatmembantu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah mulaidari tingkat rumah tangga. Kedepan peningkatan peran dan jumlah TPST3R, Bank sampah,TPA Cipeucang, TPA Regional dan Kerjasama pengelolaan sampah dengan swastamenjadi hal penting harus segera diwujudkan di lima tahun kedepan.

Berdasarkan indikator bidang lingkungan hidup, maka tingkat perhatianterhadap aspek lingkungan hidup cukup mengalami peningkatan. Persentasepenanganan sampah pada tahun 2013 sebesar 35% meningkat menjadi 50%.Peningkatan ini jelas didukung oleh jumlah komunitas yang terlibat dalam pengelolaansampah yang pada tahun 2013 dan 2014 berjumlah 7 komunitas. Termasuk jugaPengelolaan sampah kerja sama Swasta dan daerah sekitar, dimana terjadi peningkatan0% untuk tahun 2013 dan 1% untuk tahun 2014. Namun di sisi yang lain, penanganansampah perkotaan relatif stabil 40% untuk tahun 2013 dan 2014.

Kondisi lain, meskipun telah dibangun transfer depo sampah atau TPS di kompleks Perumahan Permata Pamulang, namun fasilitas tersebut kurang dioptimalkan, saat ini masih memanfaatkan lahan dibelakang lokasi TPS tersebut untuk membuang sampah yang berfungsi sebagai TPA. Yang lebih memprihatinkan bahwa lokasi TPA tersebut berada tepat di pinggir sungai sehingga sampah-sampah tersebut sebagian terbuang ke dalam sungai yang mencemari dan akan menyebabkan terjadinya banjir. Beberapa diantara sampah tersebut juga dibakar dan dipilah oleh pemulung. Lokasi pemukiman tersebut adalah di dekat Perumahan Puri Serpong.

TPA yang melayani Kota Tangerang Selatan beroperasi tidak sebagaimana ketentuan yang berlaku dan fasilitas di TPA hanya mampu melayani area pelayanan sebesar 30%.

(31)

yang dapat digunakan kembali, (4) sampah yang dapat di daur ulang, dan (5) sampah lainnya. Kemudian pemerintah daerah wajib menyediakan fasilitas berupa TPS atau TPST 3R sebagai sarana pengumpulan sampah yang telah dipilah oleh masyarakat.

Beberapa alternatif jalan keluar dalam pengelolaan sampah rumah tangga yaitu pertama dengan membiasakan masyarakat memilah sampah. Kedua hasil pemilahan untuk sampah kering dan bernilai ekonomi dapat dikelola melalui Bank Sampah skala kota. Ketiga sampah yang mudah terurai atau organik diolah menjadi kompos, kompos ini dapat dimanfaatkan oleh kota itu sendiri. Keempat residu akan ditransformasikan dari TPS ke TPA dan akan diproses dengan menggunakan teknologi untuk mendapatkan energi listrik, sehingga yang akan dilakukan dalam proses landfill di TPA hanya berupa abu saja. Dengan demikian akan memperpanjang masa pakai TPA yang disediakan. Pada saat ini pemrosesan di TPA masih dilakukan secara konvensional, bahkan sampah plastik ikut terkubur yang secara umum hancurnya bertahun- tahun bahkan puluhan tahun sehingga mempercepat penuhnya TPA.

Tabel 0-7. Timbulan Sampah per Kecamatan

No

Sumber : SSK Kota Tangerang Selatan, 2017

Kelembagaan dan Peraturan

(32)

Tabel 0-8. Penanganan Sampah Saat Ini di Kabupaten/Kota

No. Kecamatan

Total Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Perkotaan

2,50 liter/orang/hari

Sampah dikelola Mandiri

Sampah Tereduksi 3R (TPS3R/TPST/Bank

Sampah)

Sampah Terangkut ke TPA (langsung dan

tidak langsung)

Sampah Tidak

Terproses T O T A L

KK KK (m3/hari) % (m3/hari) % (m3/hari) % (m3/hari) % (m3/hari) %

394519 394519 0,0 0,00% 4,0 0,10% 0,10 0,00% 3941,14 99,90% 3945,19 100%

1 Setu 20203 20203 0 0,00% 3,7 0,09% 0,00 0,00% 198,38 5,03% 202,03 100%

2 Serpong 40979 40979 0 0,00% 0,2 0,00% 0,00 0,00% 409,62 10,38% 409,79 100%

3 Pamulang 85492 85492 0 0,00% 0,1 0,00% 0,06 0,00% 854,78 21,67% 854,92 100%

4 Ciputat 58140 58140 0 0,00% 0,1 0,00% 0,04 0,00% 581,31 14,73% 581,40 100%

5 Ciputat Timur 51682 51682 0 0,00% 0,0 0,00% 0,00 0,00% 516,82 13,10% 516,82 100%

6 Pondok Aren 95086 95086 0 0,00% 0,0 0,00% 0,00 0,00% 950,86 24,10% 950,86 100%

7 Serpong Utara 42937 42937 0 0,00% 0,0 0,00% 0,00 0,00% 429,37 10,88% 429,37 100%

(33)

d. Kondisi Drainase

Dalam pelaksanaan pembangunan sistem drainase wilayah, pada prinsipnya harus dapat efisiens sehingga sistem drainase yang dikembangkan adalah sistem kombinasi antara jaringan drainase sistem tertutup serta jaringan drainase sistem terbuka, yaitu:

a. Sistem Jaringan Terbuka. Sistem saluran drainase terbuka direncanakan menggunakan saluran dengan bentuk saluran trapesium dengan lining yang pengalirannya dilakukan secara gravitasi. Keuntungan menggunakan sistem terbuka ini adalah biaya pembangunan jaringan lebih murah, teknologi pembangunan lebih sederhana, serta biaya pemeliharaan lebih sedikit. Sedangkan kerugian sistem ini, yaitu limpasan air kembali lagi mengalir ke jalan dan harus hati-hati terhadap kemungkinan terperosok ke saluran ini karena sistemnya terbuka (terutama pada malam hari).

b. Sistem Jaringan Tertutup. Sistem ini dibuat di bawah jalan dengan membuat perkerasan pada saluran seperti saluran terbuka hanya permukaannya ditutup. Sistem tertutup ini dibangun sebagai terusan agar sistem terbuka tidak terpotong apabila sistem terbuka memotong jaringan jalan.

Berdasarkan LKPJ Kota Tangerang Selatan Tahun 2014, kondisi panjang saluran drainasedan gorong-gorong yang berkondisi baik meningkat, dari 45% tahun 2013 menjadi50% pada tahun 2014. Sejalan dengan hal itu wilayah rawan banjir yang ditanganimeningkat dari 45% pada tahun 2013 menjadi 55% pada tahun 2014. Meskipun terdapat peningatan di beberapa bagian, namun bencana yang sering terjadi (rutin) adalah banjir. Berdasarkan dokumen RKPD Kota Tangerang Selatan Tahun 2016, lokasirawan banjir misalnya terdapat di sepanjang beberapa sungai yang mengalir di KotaTangerang Selatan. Potensi bencana limpasan air dari situ seperti yang pernah terjadidengan Situ Gintung akibat jebolnya tanggul juga masih ada, karena terdapat beberapa situyang permukaannya lebih tinggi dibandingkan wilayah permukiman.

Dalam hal banjir, di Kota Tangerang Selatan terdapat 31 blok rawan banjir yangumumnya berlokasi di sekitar sungai, yaitu Kali Angke, Kali Serua, Kali Pasanggrahan,Kali Ciputat, dan Kali Kedaung. Penanganan titik banjir sudah tertangani 23 blok banjir diakhir Tahun 2015. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa penanggulangan banjir masihmenjadi permasalahan kedepan.

(34)
(35)

Gambar

Tabel 0-1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Kota Tangerang Selatan
Tabel 0-2. Pasar Daerah/Tradisional Di Kota Tangerang Selatan
Tabel 0-3. Sebaran Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kota Tangerang Selatan
Gambar 0-2. Grafik Jumlah Usaha SE 2016 (ribu) dan Pertumbuhannya terhadap SE2006 (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

DKI Jakarta bagian Tengah, Timur, Tenggara, Barat Laut, Utara dan Timur Laut, Kota Tangerang Selatan bagian Barat Laut, Kota Tangerang, Kab Tangerang bagian Tengah, Timur, Barat

DKI Jakarta, Kota/Kab Tangerang, Kota Serang, Kab Serang bagian barat,selatan dan tenggara, Kab Pandeglang bagian barat daya dan timur laut, Kab Lebak bagian barat dan utara.

 Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Sari.  Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Natar.  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Negara Ratu.  Sebalah timur

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tingginya tingkat perekonomian Kota Tangerang Selatan karena wilayahnya yang berbatasan langsung dengan ibukota Jakarta dan Sumber

 Sebelah Timur : berbatasan dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah  Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya Secara

Batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Selatan, sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya, sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Subulussalam dan

Secara geografis dari bagian utara, selatan, timur dan barat Kota Tomohon.. dikelilingi atau berbatasan dengan Kabupaten Minahasa.Secara umum

Kecamatan Koto Tangah secara geografis berbatasan dengan: 1 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman 2 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara 3