1
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TWO STAY TWO STRAY (TSTS)
PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOMPETENSI DASAR BUKTI TRANSAKSI DI KELAS X AK1 SMK NEGERI 1 BATUDAA
KABUPATEN GORONTALO.
Nurdian
Jurusan S1 Pendidikan Ekonomi Universitas Negeri Gorontalo 2013
Pembimbing 1 : Drs. Maha Atma Kadji, M.Si Pembimbing 2 : Roy Hasiru, S.Pd., M.Pd
ABSTRAK
Tujuan penelitian adalah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi Di Kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo. Subjek yang dikenakan tindakan adalah siswa Kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo tahun pelajaran 2012/2013. selama proses pembelajaran guru terlebih dahulu menerangkan materi sesuai dengan kurikulum yang dijalankan setelah itu siswa dibagikan kelompok dan diberikan LKS untuk menguji sejauh mana pengatahuan atau ingatan siswa terhadap materi yang telah diajarkan tersebut. Berdasarkan analisis data maka diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi, yakni pada siklus I menunjukan nilai rata-rata kelas mencapai 68.18% dan ketuntasan klasikal sebesar 57.58%. Pada Siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 80% dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 85%. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “jika guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif Two Stay two Stray (TSTS) maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X AK1 pada mata pelajaran Akuntansi di SMK Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo dapat di terima”.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Model pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS).
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan kebutuhan primer pada saat ini, apalagi sebagian besar masyarakat sudah menyadari pentingnya pendidikan dalam menata masa depan yang lebih baik. Oleh karena itu setiap negara senantiasa berusaha memajukan bidang pendidikan, disamping bidang yang lain dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dan berkualitas serta berusaha mengejar kemajuan negara lain. Satu dari sekian banyak masalah di era
2
global yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masalah di bidang pendidikan. Masalah yang belum teratasi pada saat ini terutama masalah yang berhubungan dengan kualitas hasil pendidikan. Seiring dengan kemajuan di bidang pendidikan, maka secara perlahan-lahan telah terjadi perubahan paradigma pendidikan, diterimanya pendekatan, metode, dan model pembelajaran baru yang inovatif; munculnya kesadaran bahwa informasi/pengetahuan dapat diakses lewat berba-gai cara dan media oleh peserta didik; teknologi pembelajaran berbasis teknologi infor-masi (TI) mulai diterapkan; orientasi pendidikan bukan hanya pada pengembangan sum-ber daya manusia (human resources development), tetapi juga pada pengembangan kapabilitas manusia (human capability development); diperkenalkannya e-learning; depen-dence ke independence; individual ke team work oriented; dan large group ke small class.
Namun demikian kita masih melihat adanya pembelajaran di sekolah-sekolah yang berpusat pada guru dimana guru masih aktif sebagai pemberi informasi dan mendominasi pembelajaran di kelas, sedangkan peserta didik pasif sebagai penerima informasi, meski-pun paradigma pendidikan yang baru sudah mengarahkan pada student centered. Selain itu pembelajaran masih menekankan pada hafalan dan drill-drill (latihan) yang kemung-kinan besar disebabkan banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Meskipun peserta didik tidak lagi dianggap objek pembelajaran, tetapi kenyataannya materi pembelajaran masih sangat ditentukan oleh guru. Di sebagian besar sekolah, masih terlihat kurang mengoptimalkan pengembangan kapabilitas peserta didik, baik yang menyangkut cipta, rasa, dan karsa, serta peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk berpikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif.
Keberhasilan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai unjung tombak. Guru sebagai pengelola proses dituntut persiapannya yang serba lengkap. Selain menguasai metode-metode mengajar dan menguasai materi, seorang guru juga harus menguasai pengetahuan lain yang dapat menunjang jauh lebih luas daripada hanya sekedar materi yang diajarkan, karena gurulah yang secara langsung berhubungan dengan siswa dalam proses belajar mengajar.
3
Model pembelajaran yang diterapkan dalam mata pelajaran akuntansi tentunya akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya aktivitas belajar siswa. Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang materinya berisikan perhitungan-perhitungan yang tentunya akan lebih membutuhkan waktu untuk latihan soal daripada mendengarkan ceramah dari guru. Tapi walaupun demikian bukan berarti ceramah dalam mata pelajaran akuntansi diabaikan. Disinilah peran guru dituntut untuk menyeimbangkan dan menerapkan model pembelajaran yang dianggap efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kenyataan seperti itu, maka sudah saatnya bagi guru untuk mencoba mengembangkan melalui
pengembangan model-model pembelajaran yang benar-benar mampu
mengaktifkan dan menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan sekaligus menyenangkan. Dengan demikian peserta didik akan merasakan kebermaknaan belajar bagi hidup dan kehidupannya dan akhirnya meaningful learning akan terwujud.
Berdasarkan observasi awal di sekolah SMK Negeri 1 Batudaa di Kelas X AK1, di peroleh keterangan bahwa di dalam proses belajar mengajar kemampuan siswa pada pelajaran Akuntansi Kompetensi dasar Bukti Transaksi masih relatif rendah terlihat dari kepasifan belajar siswa, diketahui bahwa metode pembelajaran yang diterapkan masih menggunakan metode ceramah dan latihan soal. Metode pembelajaran semacam ini membuat siswa kurang semangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada saat proses belajar mengajar siswa tampak bosan, mengantuk, sering tidak memperhatikan penjelasan guru, dan siswa cenderung menyontek hasil pekerjaan temannya dalam mengerjakan latihan soal karena kurangnya tanggung jawab individu yang dimilikinya. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi sehingga mengakibatkan kejenuhan siswa, begitupun guru-gurunya masih menggunakan model pembelajaran ceramah dan belum menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS).
Inilah salah satu alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini dan ingin mecoba menerapkan model pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS). Kepada siswa dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
4
Pembelajaran Akuntansi di sekolah jika hanya disampaikan melaui model ceramah akan sangat sulit diterima oleh peserta didik dan sangat membosankan. Dalam hal ini diperlukan seorang guru yang mampu mengembangkan model-model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Oleh karena itu, dalam konteks kurikulum yang berlaku saat ini di
sekolah, membelajarkan peserta didik tidak cukup hanya dengan
memberitahukan akan tetapi mendorong peserta didik untuk melakukan suatu proses melalui berbagai aktivitas yang dapat mendukung terhadap pencapaian kompetensi yang diharapkan. Model pembelajaran dalam pendidikan secara teoritis sebenarnya dapat dipilih dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif yang tersedia. Untuk itu hendaknya para guru mempunyai kemampuan di dalam memilih model yang tepat untuk setiap pokok bahasan yang akan diajarkan.
Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menyiapkan dan merancang model-model pembelajaran yang akan dilakukan seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat dan kemajuan teknologi yang ada. Hal ini dilakukan untuk melihat bahwa di kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo dalam model pembelajaran yang diterapkan perlu adanya perubahan terhadap pelajaran Akuntansi, yang pada prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kearah proses belajar mengajar yang baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat mewujudkan tujuan tersebut adalah model pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS). Dalam model pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan siswa diantaranya dapat berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok.
Adapun yang menjadi permasalahan mendasar dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo bahwa disetiap kelas siswa heterogen, dan rata-rata respon siswa hanya pada anak-anak yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dan kemampuan siswa untuk menangkap apa yang disampaikan guru melalui metode ceramah sangat kurang dipahami oleh siswa. Dari hasil pengamatan pada
5
observasi awal dan wawancara dengan guru Akuntansi kelas X AK1 SMK Negeri
1 Batudaa Kabupaten Gorontalo tahun 2012/2013 dari jumlah siswa 33 orang hanya terdapat 14 orang siswa atau (42,42%) yang mencapai nilai KKM yaitu 75 ke atas, dan 20 orang siswa atau (60,61%) lainnya hanya mencapai nilai 75 ke bawah dan belum mencapai ketuntasan. Hal tersebut tentu merupakan nilai yang tergolong masih rendah. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang di lakukan oleh guru belum memperhatikan tentang pemahaman pengetahuan yang diperoleh siswa itu sendiri.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan mengangkat judul : “Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kompotensi Dasar Bukti Transaksi Di Kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo”.
Belajar, merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka, belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Akan tetapi, hubungan guru dengan siswa adalah hubungan fungsional dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Menurut Purwanto ( 2008:49) hasil belajar atau perubahan perilaku yang menimbulkan kemampuan dapat berupa hasil utama pengajaran (instructional effect) maupun hasil sampingan pengiring ( nunturant effect). Hasil utama pengajaran adalah kemampuan hasil belajar yang memang direncanakan untuk diwujudkan dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran. Sedang hasil pengiring adalah hasil belajar yang dicapai namun tidak direncanakan untuk dicapai. Misalnya setelah mengikuti pelajaran siswa menyukai pelajaran matematika yang semula tidak disukai karena siswa senang dengan cara mengajar guru.
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Manusia mempunyai
6
potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik dan diubah perilakunya yang meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar mengusahakan perubahan perilaku dalam domain-domain tersebut sehingga hasil belajar merupakan perubahan perilaku dalam domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oreiented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
Tujuan dalam penelitian adalah untuk mengetahui apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Model Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Mata Pelajaran Akuntansi Kompotensi Dasar Bukti Transaksi Di Kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) artinya penelitian berbasis kelas. Dalam penelitian kelas ini diperoleh manfaat berupa perbaikan praktis yang menjadi penanggulangan berbagai permasalah belajar peserta didik dan kesulitan mengajar guru. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Batudaa. Desa Dunggala kecamatan batudaa Kabupaten Gorontalo. Subjek penelitian adalah 33 siswa kelas X AK1 tahun ajaran 2012/2013. Siswa yang terpilih menjadi subjek dalam penelitian ini memiliki kemampuan rendah, sedang, hingga berkemampuan tinggi pada mata pelajaran Akuntansi.
7 Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini ada 3 macam variabel yang digunakan yaitu variabel input, output, dan variabel proses.
1. Variabel Input
Variabel input pada penelitian ini adalah kemampuan pembelajaran Akuntansi. Kondisi awal menunjukan bahwa ketika diberikan pembelajarn Akuntansi, peserta didik belum memahaminya sehingga kemampuan masih rendah. Untuk itu perlu adanya perubahan tehnik dalam pembelajaran Akuntansi agar peserta didik mampu meningkatkan hasil belajarnya. Target dari pembelajarn Akuntansi yaitu siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya.
2. Variabel Proses
Variabel proses merupakan kondisi tahap selanjutnya dalam pembelajaran Akuntansi dan memahami mata pelajaran yang diajarkan oleh guru sehingga perlu adanya tehnik pembelajaran yang insentif terhadap pemahaman pengetahuan Akuntansi.
3. Variabel Output
Variabel Output merupakan target dari pembelajaran Akuntansi yaitu siswa mampu mengembangkan kemampuan dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, Observasi, dan refleksi”.
Adapun kriteria keberhasilan untuk setiap siklus adalah jika seluruh objek penelitian: a) dapat memahami materi yang sedang dipelajari, b) dapat menyelesaikan persoalan yang terkait dengan materi yang dipelajari, c) senang dan aktif mengikuti pembelajaran, d) memperoleh skor pada tes akhir tindakan minimal 75.
8
a. Memohon persetujuan Kepala Sekolah untuk memperoleh persetujuan
melakukan penelitian.
b. Memohon dan persetujuan guru-guru yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan tindakan kelas terutama dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS (Two Stay Two Stray)
c. Merencanakan pembelajaran dengan metode Two Stay Two Stray (TSTS)
Menyiapkan/mengembangkan skenario pembelajaran
d. Mengadakan observasi dalam rangka mengidentifikasi masalah
e. Menyusun rencana penelitian secara menyeluruh yang meliputi siklus tindakannya.
f. Menyiapkan perangkat antara lain:
1. RPP
2. Buku sumber / referensi
3. LKS
g. Membuat lembar observasi dan tes hasil belajar serta mendiskusikan kriteria acuan dalam lembar observasi dan tes hasil belajar
h. Menyiapkan sumber belajar
i. Menetapkan / menyusun format tehnik penilai 2. Tahap pelaksanaan tindakan
Prosedur pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,
setiap siklus dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai.
Skenario/rancangan Pelaksanaan tindakan dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Membuat langkah demi langkah kegiatan yang akan dilakukan
b. Kegiatan apa yang seharusnya dilakukan seorang guru c. Kegiatan seperti apa yang diharapkan siswa
d. Perincian tentang jenis media pembelajaran yang akan digunakan
e. Menyiapkan instrumen yang akan di gunakan untuk pengumpulan
data/pengamatan disertai dengan penjelasan rinci bagaimana
menggunakannya
9
Tahap pemantauan/observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dan proses pembelajaran guru. Observasi lakukan oleh guru observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, sedangkan evaluasi tertulis dilakukan pada akhir siklus pembelajaran.
4. Tahap Analisis dan Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap hasil evaluasi data kaitannya dengan indikator kinerja siklus pembelajaran. Evaluasi atau penilaian dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) yang akan dilaksanakan pada akhir siklus pembelajaran.
Teknik Analisis Data
Penelitian tindakan ini dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 75% dan 80% siswa telah mencapai batas nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan untuk mata pelajaran Sains, yaitu sebesar 75.
Menurut Arikunto (2006:45) Analisis data dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X AK1 SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan jumlah siswa 33 dan guru mitra 1 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yang diawali dengan observasi awal terhadap subjek penelitian sebagai data awal yang menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini. Setelah dilaksanakan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS), diperoleh hal-hal sebagai berikut:
Pelaksanaan Penelitian Siklus I
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus. Rancangan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, Observasi, dan refleksi.
10
Pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran dilakukan oleh guru mitra yang bertindak sebagai pengamat dalam penelitian ini. Lembar pengamatan kegiatan guru ini terdiri dari 30 aspek pembelajaran yang telah direncanakan dan setiap aspeknya diamati oleh guru pengamat. Untuk siklus I kriteria penilaian disajikan dalam tabel 5 berikut ini.
Tabel 5 : Hasil Observasi Guru Terhadap Kegiatan Peneliti Pada Siklus I
No Kriteria Aspek Jumlah Presentase 1. Sangat Baik 7 23.33 % 2. Baik 12 40 % 3. Cukup 10 33.33% 4. 5. Kurang Tidak Baik 1 - 3.33 % - Jumlah 30 100
2. Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus I
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pembelajaran oleh siswa dilakukan dalam penilaian 26 aspek. Setiap aspek yang dinilai menggunakan kategori sangat baik (SB), baik (B), cukup (C), kurang (K), dan tidak baik (TB). Adapun hasil pengamatan siklus I terhadap kegiatan yang dilakukan oleh siswa dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6 : Hasil Observasi Peneliti Terhadap Kegiatan Siswa Pada Siklus I
No Kriteria Aspek Jumlah Presentase
1. Sangat Baik 3 11.54% 2. Baik 12 46.15 % 3. Cukup 7 26.92% 4. Kurang 4 15.38% 5. Tidak Baik - - Jumlah 26 100
3. Evaluasi Hasil Belajar Siswa
Untuk melihat ketuntasan ataupun daya serap siswa, maka pada akhir pembelajaran siklus I dilakukan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis. Tes
11
yang diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi sebanyak 5 butir soal essay dengan skor maksimal yang dapat dicapai siswa adalah 10 sampai 50. Dimana analisis penelitian dapat diperoleh data hasil belajar siswa sebagaimana yang terlihat pada uraian tabel berikut :
Tabel 7 : Analisis Evaluasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I
Nilai Jumlah Siswa Presentase
(%)
≥75 19 57.58%
<75 14 42.42 %
Jumlah 33 100
4. Refleksi Hasil Tindakan
Tujuan dari refleksi adalah untuk memperoleh gambaran apakan tindakan yang dilaksanakan telah sesuai dengan apa yang diharapkan, dalam hal ini meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi. Refeksi ini dilakukan dengan cara melihat hasil observasi dan hasil belajar siswa melalui tes tertulis sebagaimana dikatakan diatas. Dari refleksi yang dilakukan pada siklus I, ditemukan bahwa masih terdapat beberapa kelemahan-kelemahan yang belum mencapai keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti dengan menggunakan model pemebelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS).
Pelaksanaan Penelitian Siklus II
Hasil observasi guru terhadap kegiatan peneliti dalam proses
pembelajaran. Kegiatan observasi ini dilakukan oleh guru observer yang waktu pelaksanaannya bersamaan dengan pelaksanaan tindakan oleh peneliti.
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus II
Lembar pengamatan kegiatan guru terdiri dari 30 aspek yaitu 7 aspek (23.33%) mencapai kriteria sangat baik, 18 aspek (60%) mencapai kriteria baik, 5 aspek (16.67%) mencapai kriteria cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
12
No Kriteria Aspek Jumlah Presentase
1 Sangat Baik 7 23.33% 2 Baik 18 60% 3 Cukup 5 16.67% 4 Kurang - - 5 Tidak Baik - - Jumlah 30 100
2. Hasil Pengamatan Kegiatan siswa Siklus II
Keberhasilan tindakan siklus II untuk pengamatan kegiatan siswa dilakukan
pada saat proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti yang meliputi 26
aspek yaitu 5 aspek (19.23%) memperoleh kriteria sangat baik, 16 aspek
(61.54%) memperoleh kriteria baik dan yang memperoleh kriteria cukup 5 aspek
(19.23%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Hasil Observasi Peneliti Terhadap Kegiatan Siswa Pada Siklus I
No Kriteria Aspek Jumlah Presentase
1 Sangat Baik 5 19.23% 2 Baik 16 61.54% 3 Cukup 5 19.23% 4 Kurang - - 5 Tidak Baik - - Jumlah 26 100
3. Hasil Belajar Siswa Siklus II
Peneliti melakukan evaluasi dengan menggunakan tes tertulis pad akhir
pembelajaran siklus II. Tes yang diberikan kepada siswa untuk mengevaluasi
sebanyak 5 butir soal essay dengan skor maksimal yang dicpai siswa 10 sampai
100. Berdasarkan analisis penelitian diperoleh data hasil belajar siswa sebagai
13
Tabel 10 : Analisis Evaluasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Nilai Jumlah Siswa Presentase (%)
≥75 28 85%
<75 5 15.15%
Jumlah 33 100%
4. Refleksi Hasil Penelitian
Dari hasil refleksi siklus II di atas maka dapat di simpulkan bahwa tindakan
yang dikenakan sudah berhasil dan oleh sebab itu sudah tidak perlu lagi tindakan
siklus selanjutnya.
PEMBAHASAN
Dengan melalui model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray
(TSTS), dimaksudkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Ukuran
keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah indikator kinerja yang
jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 75 atau tuntas belajar adalah dari
(42,42%) meningkat menjadi 80%.
Hal ini dapat dilihat dari data hasil penelitian yang dilaksanakan pada
siklus I, siswa yang memperoleh nilai minimal 75 atau tuntas adalah adalah 19
orang siswa (57.58%) dan daya serap siswa mencapai 68.18%. Disamping itu
kualifikasi pembelajaran menunjukan bahwa dari 30 aspek yang diamati pada
hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses
pembelajaran, ternyata 19 aspek (63.33%) yang memperoleh kualifikasi sangat
baik dan baik. Dan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa pada siklus
I dari proses pembelajaran, ternyata 15 aspek (57.69%) yang memperoleh
14
Dari hasil perbaikan strategi pembelajaran tersebut, maka pada siklus II
telah terjadi perubahan, baik dari segi hasil belajar maupun proses pembelajaran.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain :
1. Jumlah siswa yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 75 pada observasi awal adalah 14 orang siswa (42.42%), siklus I adalah 19 orang siswa (57.58%), pada siklus II meningkat menjadi 28 orang siswa (85%). 2. Daya serap siswa pada siklus I sebesar 68.18% dan pada siklus II
meningkat menjadi 80.30%.
1. Dari 30 aspek yang diamati pada hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 19 aspek (63.33%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 83.33%
2. Dan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa ada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 15 aspek 58% yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 80.77%.
Berdasarkan deskripsi data tersebut diatas, jelas bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan baik pada siklus I. Pada siklus II inilah peningkatan hasil belajar siswa telah mencapi ukuran tingkat keberhasilan penelitian atau indikator kinerja yang telah ditentukan. Oleh karena itu penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Akuntansi dengan materi Pengelolaan dok. Adm transaksi di kelas
X Ak1 SMK Negeri I Batudaa Kabupaten Gorontalo dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS), terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, berdasarkan hipotesis tindakan:“Jika guru dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan pendekatan model pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AK1 pada mata pelajaran Akuntansi di SMK Negeri 1 Batudaa kabupaten gorontalo teruji dengan benar dan dapat terbukti meningkat.
15 SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dikemukakan simpulan peneliti sebagai berikut : Model pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa yakni dari 33 orang Jumlah siswa yang tuntas belajar atau memperoleh nilai minimal 75 pada observasi awal adalah 14 orang siswa (42.42%), siklus I adalah 19 orang siswa (57.58%), pada siklus II meningkat menjadi 28 orang siswa (85%). Daya serap siswa berdasarkan tahapan penelitian yakni pada siklus I mencapai 68.18% dan pada siklus II meningkat menjadi 80.30%. Kualifikasi pembelajaran meningkat dari 30 aspek yang diamati pada hasil pengamatan guru terhadap kegiatan peneliti pada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 19 aspek (63.33%) yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 83.33%. Dan hasil pengamatan peneliti terhadap kegiatan siswa ada siklus I dari proses pembelajaran, ternyata 15 aspek 57.69% yang memperoleh kualifikasi sangat baik dan baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 80.77%. SARAN
Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut :Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan atau sosialisasi bagi guru mengenai model-model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Arikunto, dkk, 2009. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara
Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan Pembelajaran,Jakarta:PT Rineka Cipta
Een, ruhama (2012) Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Program Keahlian Akuntansi Smk N 1
16
Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta.
Hamalik Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT Bumi Aksara
Hanafiah Nanang dan Suhana Cucu, 2009. Konsep Strategi
Pembelajaran,Bandung:PT Refika Aditama Isjoni, 2009. Cooperative Learning, Bandung : AFABETA
Somantri Hendi, 2005. Memahami Akuntansi SMK seri A., Bandung : Armico Sudjana Nana, 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-fakto Yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT Rineka Cipta
Slavin, E Robert, 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media
http://www.google.com/search?q=jenis+jenis+bukti+transaksi+&de=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls:0rg.mozilla