• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N P 2 A 0 UMUR 28 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS DI RUANG POLI KEBIDANAN DI RSUD CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N P 2 A 0 UMUR 28 TAHUN DENGAN FLOUR ALBUS DI RUANG POLI KEBIDANAN DI RSUD CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.N P

2

A

0

UMUR 28 TAHUN

DENGAN FLOUR ALBUS DI RUANG POLI KEBIDANAN

DI RSUD CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

TAHUN 2016

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

ROSITA

NIM:13DB277130

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2016

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ny.N P2A0 Umur 28 tahun dengan “Flour Albus Di Ruang Poli kebidanan Rsud ciamis” Sepenuh Karya saya sendiri .Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara –cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan ilmiah.

Atas pernyataan ini,saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi prodi D III kebidanan STIKES Muhammadiyah ciamis apabila di kemudian hari di temukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis, april 2016 Yang Membuat Pernyataan

ROSITA

Judul :Asuhan Kebidanan Pada Ny.N P2A0 Umur 28 Tahun Dengan Flour Albus Penyusunan : Rosita

NIM : 13DB277130

PENGESAHAN

(3)

sesuai dengan masukan Dewan penguji Pada tanggal 05 juli 2016

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II

Nelly Sunarni,SSTAULIA NIP.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ilahi robbi atas Taufik Rahmat dan hidayahnya. Sehingga penulisan dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan judul”Asuhan Kebidanan pada Ny.N Umur 28 Tahun Dengan Flour Albus Di Ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis .

Laporan Tugas akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan dan Memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis .Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak Kekurangan dan belum sempurna .

Pada kesempatan yang baik ini,Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu Kepada yang Terhormat :

1. DR.H.Zulkarnaen. SH.,MH, Selaku Ketua Badan Harian STIKes Muhammadiyah Ciamis

2. H . Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.MKes, Selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.

3. Heni Heryani, SST.,MKM, Selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan. 4. Nelly Sunarni, SST , selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Aulia Ridia Fauzi, SST , Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu Untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.

6. H. Iif Taufik El Haque,S.Kep, selaku Pembimbing Al-islam Kemuhammadiyahan yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tugas akhir

7. Sri Utami Asmarani, SST , Selaku Dewan Penguji Laporan Tugas Akhir yang telah memberikan saran dan masukannya untuk lebih baik lagi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Bidan Witalia Sri Rahayu, SST,. Selaku Pembimbing lapangan yang telah memberikan arahan dan Bimbingan selama praktik Kebidanan III

(5)

9. Kedua Orang Tua Tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material dan memberikan kasih sayangnya hingga terselesaikannya Laporan Tugas Akhir ini.

10. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas akhir ini, Terimakasih atas Kerjasamanya.

Penulis Berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan tetapi dapat menjadikan insiatif dan merangsang kreatifitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan,Khususnya dalam ilmu Kebidanan. Akhirul Kalam Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar –besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu persatu . Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT Aamin.

Ciamis, April 2016

(6)

ASUHAN KeBIDANAN PADA NY.N P2A0 UMUR 28 TAHUN DeNGAN FLOUR ALBUS

Rosita2Nelly Sunarni3Aulia Ridla Fauzi3 INTISARI

Flour Albus ditemukan pada wanita usia subur yang tidak menjaga

kebersihan atau Higienitas pada sekitar daerah kewanitaan.Dikemukakan bahwa di Indonesia sekitar 75% wanita pernah mengalami keputihan .Keputihan bila lambat ditangani dapat menyebabkan kemandulan ,hamil di luar kandungan, Keputihan juga merupakan gejala awal dari kanker serviks.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada Flour Albus menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan Kebidanan pada Ny.N P2A0 umur 28 tahun dengan Flour Albus ini dilakukan Selama 3 hari.Di Poli Kebidanan Di Rsud ciamis kabupaten ciamis.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan Asuhan Kebidanan pada Flour Albus Di Poli Kebidanan Di Rsud ciamis kabupaten ciamis.

Kata kunci : Flour Albus

Kepustakaan : 20 buku (2001-2015),Internet dan 1 jurnal Halaman :i-xi,47 halaman, 9 lampiran

1 Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen STIKes Muhammadiyah ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

BAB 1 PeNDAHULUAN A.Latar Belakang

(7)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan modemisasi ini telah terjadi perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan kesehatan dan kebersiha, dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan, dimana masyarakat dtuntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ alat tubuh. Salah satu organ tubuh yang penting serta sensitif dan memerlukan perawatan khusus adalah alat reproduksi wanita atau biasa disebut perempuan memiliki alat – alat reproduksi seperti liang senggama, saluran mulut rahim. Pengetahuan dan perawatan yang baik tuba fallofi yang berada di dalam perut. Pengetahuan dan perawatan yang baik merupakan faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi (Cahyani, 2012 hal. 1).

Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intimnya. Tentu perlu disadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada daerah sekitar vagina. Dalam vagina terdapat mikroorganisme (flora normal) yang bila tidak dijaga dapat terganggu keseimbangannya. Bila hal ini terjadi, Bila hal ini terjadi, maka akan timbul gangguan dan keluhan pada daerah tersebut, salah satu gejala

(8)

adanya gangguan adalah timbulnnya keputihan (Manuaba dkk, 2009 halaman 61).

Menurut WHO masalah kesehatan mengenai reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33 % dari jumlah total beban penyakit yang menyerang wanita di seluruh dunia. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan masalah reproduksi pada kaum laik – laki yang hanya mencapai 12,3 pada usia yang sama dengan kaum wanita. Data tesebut menunjukkan bahwa keputihan wanita di dunia, Eropa, dan Indonesia cukup tinggi.

Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75 % wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45 % diantaranya dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih (Medika Holistik, 2008). Di Indonesia sendiri sekitar 75 % wanita pernah mengalami keputihan. Hal tersebut berkaitan erat dengan kondisi cuaca yang lembab sehingga wanita Indonesia mudah terkena keputihan. Karena kondisi inilah mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi tersebut cenderung disebabkan oleh masih minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan untuk menjaga kebersihan terutama kebersihan organ genetaliannya (Dechacare, 2010).

Dari hasil penelitian di Poli Kebidanan RSUD Ciamis pada tahun 2014 didapatkan data wanita usia subur (WUS) dengan jumlah 14 orang.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kesehatan Reproduksi

a. Pengerti kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi menurut WHO (Word Hearlth Organizations) adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (Romauli dan Vindari, 2011 hal. 1).

Menurut ICPD/ International Conference on Population and Development (1994) dalam Romauli dan vindari (2011) definisi kesehatan reproduksi keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit dan kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsi serta proses-prosesnya (Romauli dan vindari, 2011 hal.1).

b. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi dalam Lingkup Kehidupan menurut Purnamaningrum dkk (2009 : 1 ), diantaranya:

(10)

2) Pencegahan dan penanggulangan infeksi salura reproduksi termasuk PMS-HIV/AIDS.

3) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi. 4) Kesehatan reproduksi remaja.

5) Pencegahan dan penanganan infertile. 6) Kanker pada usia lanjut

7) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kankaer servik, mutilasi genital, fistula, dll.

c. Hak – Hak Reproduksi

Komperensi internasional kependudukan dan pembangunan, disepakati hak-hak reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi secara utuh, baik kesehatan rohani dan jasmani menurut Purnamaningrum dkk (2009:3), meliputi:

1) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

2) Hak mendapatkan pelayanan kesehatan tentang seksual dan kesehatan reproduksi yang berkualitas.

3) Hak untuk bebas membuat keputusan tentang hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi tanpa paksaan diskriminasi serta kekerasan.

4) Hak kebebasan dan tanggung jawab dalam menentukan jumlah dan jarak waktu memliki anak.

(11)

5) Hak untuk hidup (Hak untuk dilindungI dari kematian karena kehamilan dan proses melahirkan)

6) Hak atas kebebasan dari keamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksi.

7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasaan, penyiksaan dan pelecehan seksual.

8) Hak mendapatakan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan yang terkait dengan kesehatan reproduksi.

9) Hak atas kerahasiaan pribadi dengan kehidupan reproduksinnya. 10) Hak membangun dan merencanakan keluarga.

11)Hak kebebasan berkumpul dan berpatisipasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

12)Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

2. Keputihan/Fluor Albus(Leukorea)

a. Pengertian Keputihan/Flour Albus(Leukorea)

Flour Albus / Leukorea / Keputihan adalah “nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah” (Wiknjosastro, 2009 hal. 271).

(12)

Keputihan atau Flour Albus merupakan “Sekresi vaginal abnormal pada wanita” (Joseph dan Nugroho, 2010 hal. 30 ).

Keputihan atau flour albus adalah “Kondisi vagina saat mengeluarkan cairan atau lendir menyerupai nanah yang disebabkan oleh kuman” (Prayitno, 2014 hal.45)

Leukorea (Keputihan) yaitu “cairan putih yang keluar dari liang senggama secara umum, Keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor berikut :

1) Penggunaan tisu yang terlalu sering untuk membersihkan organ kewanitaan. Biasannya, hal ini dilakukan setelah buang air kecil ataupun buang air besar.

2) Mengatakan pakaian berbahan sintesis yang ketat sehingga ruang yang ada tidak memadai. Akibatnya, timbulnya iritasi pada organ kewanitaan.

3) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain sehingga memungkinkan adanya bakteri yang dapat mengotori organ kewanitaan.

4) Sering kali bertukar celana dalam atau handuk dengan orang lain sehingga kebersihannya tidak terjaga.

5) Kurangnya perhatian terhadap organ kewanitaan.

6) Membasuh organ kewanitaan ke arah yang salah, yaitu arah basuhan dari belakang ke depan.

(13)

7) Aktivitas fisik yang sangat melelahkan, sehingga daya tahan tubuh melemah.

8) Tidak segera mengganti pembalut ketika mestruasi.

9) Pola hidup yang kurang sehat, seperti kurang olah raga, pola makan yang tidak teratur, atau kurang tidur.

10)Kondisi kejiwaan yang mengalami stress berat.

11)Menggunakan sabun pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan sehingga flora doderteins yang berguna menjaga kesadaran di dalam organ kewanitaan terganggu.

12)Kondisi cuaca, khususnya cuaca lembab di daerah tropis. 13)Sering kali dan berendam di air panas atau hangat. Kondisi

yang sangat justru memberikan peluang yang lebih besar bagi jamur penyebab keputihan untuk tumbuh dengan subur.

14)Tanggal di lingkungan dengan sanitasi yang kotor.

15) Kadar gula yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan jamur penyebab keputihan tumbuh dengan subur.

16) Sering berganti-ganti pasangan ketika berhubungan seksual . 17)Kondisi hormon yang tidak seimbang. Misalnya, terjadinya

peningkatan hormon estrogen pada masa pertengahan siklus menstruasi, saat hamil, atau mendapatkan rangsangan seksual.

(14)

18) Sering menggaruk organ kewanitaan.

19) Infeksi akibat kondom yang tertinggal di dalam organ kewanitaan secara tidak sengaja.

20) Infeksi yang disebabkan oleh benang AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim).

Penyebab paling sering dari keputihan tidak normal adalah infeksi. Organ genetalia pada perempuan yang dapat terkena infeksi adalah (2001:554) infeksi ini dapat disebabkan oleh:

1) Bakteri (Kuman)

a) Nisseria gonorrhea

Bakteri ini menyebabkan penyakit Gonore. Umumnya pada wanita tidak menimbulkan tanda dan gejala. Tanda dan gejala ini bisa dan antenatal dan pemeriksaan IUD, seperti keputihan kental, berwarna kekuningan, nyeri pada pinggul, dan sakit sewaktu menstruasi.

b) Chlamydia trachomatis

Keputihan yang ditimbulkan oleh bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer berwarna putih kekuningan. Bisa menyebabkan penyakit klamidia.

(15)

c) Gardnerella vaginalis

Keputihan yang timbul oleh bakteri ini berwarna putih keruh keabu-abuan, agak lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas pada vagina.

1) Jamur Candida

Candida merupakan penghuni normal rongga mulut, usus besar dan vagina. Bila jamur candida di vagina terdapat dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan vaginitis. Gejala yang timbul keputihan menyerupai keju disertai lecet serta rasa gatal dan iritasi di daerah bibir kemaluan dan berbau khas.

2) Parasit Trikomonas vaginalis

Parasit ini menimbulkan penyakit yang dinamakan trikomoniasis. Infeksi akut akibat parasite ini menyebabkan keputihan yang ditandai oleh banyaknya keluar cairan yang encer, berwarna kuning kehijauan, berbuih menyerupai air sabun dan baunya tidak enak. Parasit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual. b. Gejala Keputihan

Keputihan menjadi salah satu tanda ataun gejala adanya kelainan pada organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat

(16)

berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker) serta adanya benda asing (Prayitno, 2014 hal. 46).

Namun, tidak semua infeksi pada saluran reproduksi wanita memberikan gejala keputihan. Keputihan dapat disebabkan oleh adanya jamur Candida albicans. Gejalanya adalah keputihan berwarna putih susu, bergumpal seperti susu basi, disertai rasa gatal dan kemerahan pada kelamin dan area di sekitarnya (Prayitno, 2014).

Warna cairan yang keluar juga bisa berbeda-beda, seperti berwarna putih jernih, keabu-abuan, kehijauan, atau kekuningan. Tingkat kekentalan cairan juga berbeda-beda mulai dari encer, berbuih, kental, hingga menggumpal seperti kepala susu. Cairan itu dapat berbau busuk meskipun ada cairan keputihan yang tidak berbau (Prayitno, 2014).

c. Klasifikasi Keputihan

1) Keputihan normal (fisiologis)

Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang – kadang berupa mucus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Keputihan fisiologis menurut Wiknjosastro (2009 : 271). Ditemukan pada :

(17)

a) Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari palsenta terhadap uterus dan vagina janin.

b) Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen, keputihan disini hilang sendiri, akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.

c) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dan dinding vagina.

d) Waktu disekitar ovulasi, dengan secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.

e) Pengeluaran secret dari kelenjear-kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri.

2) Keputihan tidak normal (patologis)

Penyebab paling penting dari keputihan patologi ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan keputihan patologis, pada

(18)

adneksitis gejala tersebut dapat timbul (wiknjosastro,2009 hal.271).

Ciri- ciri keputihan patologis menurut Prayitno (2014:50), yaitu:

a) Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau keruh, keputihan yang memiliki warna yang seperti ini bisa jadi merupakan tanda adanya infeksi pada gonorhea. Akan tetapi, hal tersebut harus didukung oleh tanda-tanda lainnya, seperti perdarahan di luar masa menstruasi dan rasa nyeri ketika buang air kecil.

b) Keputihan dengan cairan berwarna putih kekuningan dan sedikit kental menyerupai susu. Jika disertai dengan bengkak dan nyeri di bibir vagina, rasa gatal, serta nyeri ketika berhubungan seksual, keputihan dengan cairan seperti susu tersebut bisa disebabkan oleh adanya infeksi jamur pada organ kewanitaan.

c) Keputihan dengan cairan berwarna cokelat atau disertai sedikit darah. Keputihan semacam ini layak diwaspadai. Sebab, ini sering kali terjadi karena masa mentruasi yang tidak teratur. Apalagi, keputihan tersebut disertai oleh darah dan rasa nyeri pada panggul. Keputihan seperti ini

(19)

bisa jadi merupakan tanda menderita kanker serviks maupun kanker endomentrium.

d) Keputihan dengan cairan berwarna kuning atau hijau, berbusa, dan berbau sangat menyengat. Biasanya, keputihan semacam ini disertai dengan rasa nyeri dan gatal ketika buang air kecil. Ini menandakan kemungkinan terkena infeksi trikomoniasis.

e) Keputihan berwarna pink. Keputihan berwarna ini biasanya terjadi pasca melahirkan.

f) Keputihan dengan warna abu- abu atau kuning yang disertai dengan bau amis menyerupai bau ikan. Keputihan semacam ini menunjukkan adanya infeksi bakteri pada vagina. Biasanya keputihan tersebut juga disertai rasa panas, seperti terbakar, gatal, kemerahan, dan bengkak pada bibir vagina atau vulva

d. Dampak Psikologis

Keputihan juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis penderitanya. Jika keputihan berlangsung lama, maka si penderita bisa malu, sedih atau rendah diri. Bahkan kondisi ini dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan karena takut terkena penyakit kanker. Akibatnya, bisa kehilangan rasa percaya diri mulai menarik diri dari pergaulan sehingga tidak bisa menjalani

(20)

aktifitas sehari-sehari dengan tentang. Sementara itu, bagi yang sudah berumah tangga, kondisi tersebut sangat mempengaruhi pola seksual. Misalnya, suami tidak lagi bergairah untuk menggauli istrinya karena adanya bau tidak sedap dari cairan keputihan atau rasa sakit yang dirasakan istri ketika berhubungan seksual (Prayitno, 2014 hal. 48). Pencegahan Keputihan

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keputihan patologis menurut Azzam (2012 : 86), antara lain:

1) Menjaga Kebersihan, diantaranya:

a) Mencuci bagian vulva setiap hari dan menjaga agar tetap kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan jamur.

b) Saat mentruasi biasakan mengganti pembalut apabila sudah terasa basah dan lembah.

c) Menghindari penggunaan cairan pembersih organ kewanitaan karena hal itu dapat mengganggu pH cairan organ kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau bakteri.

d) Setelah buang air besar, bersihkan dengan air dan keringkan dari arah depan ke belakang untuk mencegah penyebaran bakteri dan anus ke vagina.

(21)

2) Memperhatikan pakaian, diantaranya:

a) Apabila celana dalam yang dipakai sudah terasa lembab sebaiknya segra diganti.

b) Menghindari pakaian dalam atau celana panjang yang terlalu ketat

c) Menggunakan pakaian dalam dari bahan katun. 3) Mengatur gaya hidup, diantaranya:

a) Menghindari seks bebas atau berganti-ganti pasangan tanpa alat pelindung. Karena seks bebas bisa menyebabkan atau menularkan penyakit yang berhubungan dengan alat reproduksi seperti penyakit menular seksual yang ditandai oleh keputihan. Oleh karena itu, seks bebas atau zina dilarang dan didukung oleh ayat Al-Qur’an surat Al-Israa : 32

Artinya : ‘’Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan buruk. ’’(Q.S. Al-Israa / 17 : 32).

b) Rajin berolahraga.

c) Mengurangi makanan tinggi gula dan karbohidrat karena dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri yang merugikan. d) Melakukan pemeriksaan sendiri. Agar tahu apakah terjadi

(22)

merah, kadang disertai bau yang kurang sedap maupun rasa gatal.

B. Manajemen Kebidanan 1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah ‘’suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan’’ (Soepardan, 2007 hal. 69).

Manajemen kebidanan merupakan ‘’proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien’’(Soepardan, 2007 hal.96). 2. Proses Manajemen Kebidanan

Menurut Varney(1994) dalam Soepardan (2007:96), menyatakan langkah-

Langkah dalam manajemen kebidanan,yaitu sebagai berikut: a. Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama dikumpulkan sesuai informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

(23)

1) Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan nifas, bio-psiko-soisospriritual, serta pengetahuan klien.

2) Pemeriksaan penunjang (laboraturium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada formulir pengumpulan data kehamilan, persalinan, dan masa nifas.

Dalam manajemen kolaborasi, bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsulkan kepada dokter, bidan akan melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesual dengan kasus yang dihadapi langkah berikutnya akan menentukan benar tidaknya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya. Oleh karena itu, pendekatan ini harus komprehensif, mencakup data subjektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang sebenarnya serta valid. Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap, dan akurat.

(24)

b. Langkah II: Interpretasi Data Dasar

Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnose atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasi sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduannya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan.

Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.

c. Langkah III: Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensional dan Antisipasi Penanganannya.

Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnose/masalah yang sudah didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/logis.

(25)

d. Langkah IV: Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langk ah ini bersifat antisipasi yang rasional / logis.

Langkah ini mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut alam persalinan.

Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan ini seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaliknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dalam melakukan suatu harus disesuaikan dengan prioritas masalah/kondisi keseluruhan yang dihadapi klien. Setelah bidan merumuskan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnose/masalah

(26)

potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi/darurat yang harus dilakukan untuk segera yang bisa tidak bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan

e. Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh

Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada Langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi

Rencana asushan yang menyeluruh hak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait sosial, ekonomi, kulutural, atau psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan secara efektif.

(27)

Semua Keputusan yang telah disepakati dikembangkah dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini, dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. f. Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan

Aman

Pada langkah k enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, namun ian tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencanan bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya.

g. Langkah VII: Evaluasi

Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah

(28)

terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif seta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP

Menurut Rukkiyah (2013 : 53) pendokumentasian SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif, Objektif, Assesment, Planning. SOAP merupakan catatatn yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip metode merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien.

a. S = Data Subyektif

Data subyektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan

(29)

yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subyektif ini nantinnya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. b. O = Obyektif

Data obyektik merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama adalah pengkajian data, terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam dalam data obyektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

c. A = Analysis atau Assessment

Analysis atau assessment merupakan pendokumentasian hasil analysis dan interpetasi (kesimpulan) dari data subyektif dan obyektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Analysis yang tepat akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat.

d. P = Planning

Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan

(30)

ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lian, antara lain dokter. Dalam planning ini juga mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindkan yang telah diambil untuk menilai efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketetapan nilai tindakan atau asuhan.

4. Keterkaitan antara Manajemen Kebidanan dan Pendokumentasian SOAP

Untuk mengetahui keterkaitan antara manajemen kebidanan Varmey dan sistem pendokumentasian SOAP dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

(31)

7 Langkah Varney 5 Langkah Kompetensi

Bidan

SOAP

Data Data Subjektif dan Objektif Masalah / Diagnosa

Assement /

Diagnosa Assement / Diagnosa Antisipasi Masalah Potensial / Diagnosa Lain Menetapkan Kebutuhan untuk Konsulasi, Kolaborasi

Perencanaan Asuhan Perencanaan Asuhan

Penatalaksanaan Implementasi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Gambar 2.1: Keterkaitan Antara Manajemen Kebidanan dan Sistem Pendokumentasian SOAP.

Sumber: Depkes, RI (2003) dalam Muslihatun, WN. (2010). Alur Pikir Bidan

Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pencatatan Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Kebidanan

(32)

C. Teori Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi Menurut Kepmenkes 938/2007 SOAP.

Menurut Rukiyah (2013 : 53) rancangan format manajemen kebidanan pada kesehatan reproduksi adalah sebagai berikut:

1. Data Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data melaui anamnesa. Tanda gejala subjektif yang diperoleh oleh hasil bertannya pada klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial dan pola hidup). Catatan ini berhungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnose. Data subjektif menguatkan diagnose yang dibuat (Walyani, 2015 hal. 20).

a. Identitas 1) Nama

Untuk mengenai dan mengetahui pasien (Hidayat dan Wildan, 2009 hal.40).

2) Umur

Untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis

(33)

belum siap. Ditulis dalam tahun. Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan keputihan biasanya dialami oleh wanita menarche hingga masa premenopause(Varney, 2006 hal.30). 3) Agama

Untuk memberikan motivasi dan dorongan moril sesuai apa yang dialami (Hidayat dan Wildan, 2009).

4) Suku

Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras (Hidayat dan Wildan, 2009)

5) Pendidikan

Untuk mengetahui latar belakang, tingkat pendidikan dan pengetahuan (Hidayat dan Wildan, 2009)

6) Pekerjaan

Untuk mengetahui status sosial ekonomi (Hidayat dan Wildan, 2009).

7) Alamat

Untuk mengetahui lingkungan, tempat tinggal dan karakteristik masyarakat (Hidayat dan Wildan, 2009)

b. Keluhan Utama

Alasan wanita tersebut mengunjungi tenaga kesehatan di klinik, kantor, kamar gawat darurat, pusat pelayanan persalinan, rumah sakit, atau rumahnya, seperti yang diungkapkan dengan

(34)

kata-katanya sendiri (dapat berhubungan dengan sistem tubuh) (Hidayat dan Wildan, 2009). Pada kasus ini Flour Albus keluhan utama merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya selalu basah dan keluarnya cairan berupa lendir yang kental, berwarna kuning sehingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan merasa sakit panas saat berkemih (Manuaba, 2009).

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat menstruasi meliputi umur menarche, frekuensi menstruasi, lama menstruasi, banyaknya darah yang keluar, gangguan sewaktu menstruasi (Hidayat dan Wildan, 2009).

d. Riwayat Kesehatan

Menurut Hidayat dan Wildan (2009), meliputi: 1) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan mengetahui adakah penyakit dan yang bisa memperberat keadaan klien seperti batuk, pilek, dan demam.

2) Riwayat Kesehatan

Untuk mengetahui apakah pasien menderita penyakit jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, dan epilepsi serta penyakit sistematik lainnya, seperti penyakit kelainan diantaranya, bacterial vaginosis, candidiasis.

(35)

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Untuk mengetahui apakah ada keluarga yang menderita penyakit seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, kandioma akumunasi, dan penyakit keturunan seperti jantung, hipertensi dan diabetes mellitus.

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin. T. (2009) Flour Albus

[Internet]

Tersedia dalam

http://www.abidinblog.blogspot.com[diakes

5 April 2015].

Al-Quran

Hidayat, A. A dan Wildan. M. (2009) Dokumentasi Kebidanan, Jakarta; Salemba Medika.

Azzam, U. (2012) Tahzan untuk wanita haid. Jakarta. Kultum Media.

Badaryati, E. (2012) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pencegahan dan Penanganan

Flour Albus

Cahyani, Y.W. (2012) Karya Tulis Ilmiah Flour Albus [Internet]. Tersedia dalam

stikeskusumahusada.ac.id [diakses 7 April 2016].

Dechecare. (2010). Kesehatan Reproduksi. Tersedia dalam

http://www.Dechecare.com

[diakses

7 April 2016).

Essawibawa. (2011) Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Perdarahan dalam Disfungsional

pada Usia Perimenopause {internet}. Tersedia dalam

http://essawibawa.blogspot.com/2011/08/pud-efekinsomnia.html

[Diakses 12 April]

Joseph, H. K dan Nugroho, M. (2010) Ginekologi dan Obstetri (Obgyn). Yogyakarta: Nuha

Medika.

Keputusan Menteri Kesehatab RI No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan.

Manuaba dkk. (2001) Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.

Jakarta:EGC.

. (2009) Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:EGC Medika Holistik. (2008). Kesehatan Reproduksi. Tersedia dalam www.medikaholistik.com [diaskes 1 April 2016].

Gambar

Gambar  2.1:  Keterkaitan  Antara  Manajemen  Kebidanan  dan  Sistem  Pendokumentasian SOAP

Referensi

Dokumen terkait

nifas dengan preeklampsia berat seperti yang telah diuraikan pada. langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman

sampai 9cm. 3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang. 4) Wanita yang sedang menyusui. 5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi. 2)

Pada kasus ini, penulis tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu maupun janin karena penanganan ibu bersalin

Kunjungan rumah sebanyak dua kali yaitu pada kunjungan rumah pertama, bayi Ny ”M” setelah dilakukan penimbangan berat badan, dan pemantauan tanda- tanda vital,

Pada diagnosa diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus, semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan seperti mengobservasi dan catat warna,

Menjelaskan pada ibu dan keluarga tanda-tanda bahaya pada ibu masa nifas seperti pendarahan lewat jalan lahir, keluar cairan berbau dari jalan lahir, bengkak di wajah,

Evaluasi yang didapat setelah dilakukan asuhan selama bayi dirawat di Ruang Pendet (NICU) RSUD Badung yaitu keadaan umum bayi baik, tangis kuat, gerak aktif, kuning pada

- Bila kultur darah negative tidak ada tanda sepsis setelah 48 jam dan tidak ada gejala yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit bayi bisa dipulangkan7. - beri tahu