• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI TRIKOMONIASIS DI POLI KEBIDANAN RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI TRIKOMONIASIS DI POLI KEBIDANAN RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA GANGGUAN SISTEM

REPRODUKSI

TRIKOMONIASIS

DI POLI KEBIDANAN

RSUD KABUPATEN CIAMIS

TAHUN 2016

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Gelar Ahli Madya Kebidanan

Oleh :

RISKI AMELIA

NIM. 13DB277127

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS

2016

(2)

ii

Judul : Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi

trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2016

Penyusun : Riski Amelia NIM : 13DB277127

PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Sidang LTA

Pada Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis

Oleh: Pembimbing I,

Ayu Endang Purwati, SST NIK. 0432778608052

Ciamis, Juni 2016

Pembimbing II,

Sri Utami Asmarani, SST NIK. 0432779114096

Ciamis, Junii 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi D III Kebidanan,

Heni Heryani, SST., M.KM NIK. 0432778104030

(3)

iii

trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2016

Penyusun : Riski Amelia NIM : 13DB277127

PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan dewan penguji

Pada tanggal, Juni 2016

Penguji I,

Elis Lismayani, SST., SKM., MM NIP. 197401041993012001

Penguji II,

Ayu Endang Purwati, SST NIK. 0432778608052

Mengetahui, Ketua

STIKes Muhammadiyah Ciamis,

H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes NIK. 0432777295008

Ketua

Program Studi D III Kebidanan,

Heni Heryani, SST., M.KM NIK. 0432778104030

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2016“ sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah.

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.

Ciamis, Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan

Riski Amelia

(5)

v Assalamu’alaikum wr. wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi robbi atas, taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis

di Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2016“

Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna.

Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat :

1. Dr. H. Zulkarnaen SH. MH, selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.

2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.

3. Heni Heryani, SST., M.KM, selaku ketua Program Studi D III Kebidanan. 4. Ayu Endang Purwati, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia

meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyususan Laporan Tugas Akhir ini.

5. Sri Utami Asmarani, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

6. Suhanda, S.Ag., S.Kep., M.Kes, selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

7. Direktur RSUD Kabupaten Ciamis yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

8. Bidan-bidan RSUD Kabupaten Ciamis yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

9. Ny. N yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

10. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

(6)

vi

11. Teman-teman satu asrama yang bersedia menukar pikiran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

12. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya.

Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan.

Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT, amin.

Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin Wassalammualaikum wr. wb

Ciamis, Juni 2016

(7)

vii

DI POLI KEBIDANAN RSUD KABUPATEN CIAMIS TAHUN 20161

Riski Amelia2, Ayu Endang Purwati3, Sri Utami Asmarani4

INTISARI

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahterra fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-fungsinya dan prosesnya. Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intimnya. Salah satu gangguan dan keluhan pada daerah tersebut adalah timbulnya keputihan atau leukorea. Di Indonesia kejadian leukorea lebih tinggi yaitu mencapai 70% remaja mengalami leukorea yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa. Berdasarkan data yang di peroleh di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis angka kejadian leukoria pada tahun 2015 sebanyak 79 orang. Komplikasi yang mungkin terjadi pada trikomonasis yaitu infeksi vagina seperti jamur candidia albican, parasit tricomonas, kondilomaaquminata dan herpes serta luka di daerah vagina.

Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasisini dilakukan selama 5 hari dimulai dari tanggal 18-23 April tahun 2016 di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis dilaksanakan dengan baik.

Kata Kunci : Gangguan Sistem Reproduksi, trikomonasis Kepustakaan : 23 buah (2008-2015)

Halaman : i-x, 45 halaman, 7 Lampiran

1 Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

INTISARI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah... 4 C. Tujuan ... 5 1. Tujuan Umum ... 5 2. Tujuan Khusus ... 5 D. Manfaat ... 5 1. Manfaat Teoritis ... 5 2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kehamilan ... 7

1. Kesehatan Reproduksi ... 7

2. Gangguan Reproduksi ... 8

3. Leukorea ... 10

B. Teori Manajemen Kebidanan ... 21

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi ... 24

D. Kewenangan Bidan Berdasarkan Landasan Hukum ... 27

(9)

ix

A. Metode Pengkajian ... 29

B. Tempat dan Waktu Pengkajian ... 29

C. Subjek yang Dikaji ... 30

D. Jenis Data yang Digunakan ... 30

E. Instrumen Pengkajian ... 30

F. Tinjauan Kasus ... 31

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Data Dasar ... 36

B. Interpretasi Data Dasar ... 37

C. Diagnosa Potensial... 38

D. Antisipasi atau Tindakan Segera ... 38

E. Rencana Tindakan ... 38

F. Pelaksanaan ... 39

G. Evaluasi ... 40

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44 LAMPIRAN

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule

Lampiran 2 Riwayat Hidup

Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Balasn Ijin Pra Penelitian

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 6 Daftar Tilik Prosedur Pemeriksaan Ginekologi Lampiran 7 Kartu Bimbingan

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi merupakan tanggung jawab bersama baik itu tenaga kesehatan maupun masyarakat karena dampaknya luas menyangkut berbagai aspek kehidupan. Salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita dan

infertilitas (Baradero dan Dayrit, 2007).

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahterra fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi serta fungsi-fungsinya dan prosesnya (Widyastuti, 2009). Kesehatan reproduksi pada wanita tidak terlepas pada kesehatan organ intimnya. Tentu kita perlu sadari bahwa menjaga kesehatan reproduksi sangat penting. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah menjaga kebersihan atau higienitas, terutama pada daerah sekitar vagina. Dalam vagina terdapat mikroorganisme (flora normal) yang bila tidak dijaga dapat terganggu keseimbangannya. Bila hal ini terjadi, maka akan timbul gangguan dan keluhan pada daerah tersebut, salah satu gejala adanya gangguan adalah timbulnya keputihan (Manuaba, 2009).

Keputihan bisa dikategorikan normal yaitu berkaitan dengan siklus menstruasi, yang terjadi menjelang ataupun setelah menstruasi atau bisa juga keluar saat kita sedang mengalami stress atau kelelahan. Tetapi ada juga jenis keputihan akibat suatu gangguan seperti infeksi parasit, bakteri, jamur atau virus pada vagina. Biasanya keputihan jenis ini bisa bervariasi dalam warna, berbau, dan disertai keluhan seperti gatal, nyeri atau terbakar disekitar vagina (Manuaba, 2009).

Leukorea (fluor albus) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Leukorea (keputihan) merupakan gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita. Gangguan ini merupakan masalah kedua sesudah gangguan haid. Leukorea seringkali

(12)

2

tidak ditangani dengan serius oleh para wanita. Padahal leukorea bisa jadi indikasi adanya penyakit. Leukorea yang fisiologis terjadi pada saat seorang perempuan terangsang sistem birahinya menjelang menstruasi, sesudah menstruasi, atau ditengah-tengah siklus, jumlahnya tidak begitu banyak, berwarna jernih, putih (kadang-kadang meninggalkan bekas kuning di celana dalam), tidak berbau dan tidak disertai keluhan seperti gatal, nyeri, bengkak pada alat kelamin. Kebanyakan leukorea yang berbau dan warnanya kuning harus diwaspadai karena beresiko timbulnya penyakit atau infeksi genitalia (Wahyudi, 2010).

Penyebab leukorea terkait dengan cara kita merawat organ reproduksi. Dapat juga diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu bakteri, jamur, virus, parasit, benda asing, neoplasma atau keganasan pada alat genetalia dan iritasi. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patalogik. Para wanita harus waspada terhadap gejala leukorea. Kejadian

leukorea akibat kesalahan cara perawatan vagina dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan akan menimbulkan berbagai penyakit infeksi genitalia diantaranya vulvitis (infeksi vulva), vaginitis kandidiasi (leukorea

kental bergumpal dan terasa sangat gatal), servisitis dan endometritis (infeksi pada lapisan dalam dari rahim) (Manuaba, 2009).

Penelitian Afriani (2005, dalam Prasetyowati, 2009) yang dilakukan di SMAN 1 Kota Salatiga diperoleh 76% remaja mengalami

leukorea normal, sedangkan 23% remaja mengalami leukorea tidak normal. Sedangkan hasil penelitian Farah (2009) tentang kejadian leukorea

pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1 Jepara didapatkan dari 80 remaja terdapat 44 (62,5%) mengalami leukorea. Sebanyak 36 (52,5%) yang mengalami leukorea karena tidak tahu cara membersihkan alat genitalianya dengan baik dan benar.

Lebih dari 70% remaja menganggap leukorea (keputihan) adalah hal yang biasa yang lumrah terjadi seiring bertambahnya usia dan siklus menstruasi, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genital pada remaja putri sangat kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai celana ketat dan mereka cenderung memilih celana dalam yang berbahan ketat dari serat sintetik atau nilon (Ratna 2010).

(13)

Adapun hadist yang dapat mewakili kebersihan yang akan berdampak pada keputihan adalah hadist kebersihan, karena kebersihan diri dapat mencegah terjadinya keputihan.

ا ُّب ِحُي ٌميِرَك َةَفاَظَّنلا ُّبِحُي ٌفيِظَن َبِّيَّطلا ُّبِحُي ٌبِّيَط يلاَعَت َ َّاللَّ َّنِإ

َمَرَكْل

:ىدمريتلا هاور( ْمُكَتَيِنْفَأ اوُفِّظَنَف َدوُجْلا ُّبِحُي ٌداَوَج

7272

)

Artinya : Sesungguhnya Allah SWT. Itu baik, Dia menyukai kebaikan. Allah itu bersih, Dia menyukai kebersihan. Allah itu mulia, Dia menyukai kemuliaan. Allah itu dermawan ia menyukai kedermawanan maka bersihkanlah olehmu tempat-tempatmu (H.R. at- Tirmizi :2723).

Dari hadist tersebut secara tidak langsung sebagai isyarat bahwa menjaga kebersihan adalah sangat penting dan utama dalam menjaga kesehatan salah satunya dalam mencegah keputihan.

Menurut penelitan pengetahuan keputihan di kalangan remaja masih terbatas 40% remaja mengetahui tentang pencegahan dan gejala

leukorea (keputihan) 60% remaja masih menganggap keputihan hal yang biasa dan tidak mengetahui bahaya tentang leukorea (keputihan). Menurut Kusmanto (2012), leukorea dapat disebabkan karena penggunaan antiseptik yang berlebihan. Antiseptik tersebut dapat menyebabkan populasi bakteri di daerah vagina bisa ikut mati. Selain itu, kebiasaan menggunakan produk pencuci kewanitaan yang berlebihan dapat meningkatkan keasaman daerah vagina. Penelitian yang telah dilakukan menyebutkan 3 dari 4 wanita di sana pernah mengalami keputihan akibat penggunaan sabun pembersih vagina yang berlebihan.

Data penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami leukorea paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya mengalami leukorea sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia kejadian leukorea semakin meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2012, 50% wanita Indonesia pernah mengalami leukorea, kemudian pada tahun 2013 60% wanita pernah mengalami leukorea, sedangkan pada tahun 2014, hampir 70% wanita di Indonesia pernah mengalami leukorea setidaknya sekali dalam hidupnya (Prasetyowati, 2015).

(14)

4

Di Indonesia kejadian leukorea lebih tinggi yaitu mencapai 70% remaja mengalami leukorea yang disebabkan oleh jamur dan parasit seperti cacing kremi atau protozoa (Trichomonas vaginalis). Angka ini berbeda tajam dengan Eropa yang hanya 25% saja, karena cuaca di Indonesia yang lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans

yang merupakan salah satu penyebab leukorea (Dianis, 2010). Komplikasi yang mungkin terjadi pada leukorea yaitu infeksi vagina seperti jamur candidia albican, parasit tricomonas, kondiloma aquminata dan herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks (Sibagariang, 2010).

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi leukorea

atau keputihan adalah dengan dilaksanakan kegiatan penyuluhan, seminar, dan diskusi tentang kesehatan reproduksi salah satunya mengenai leukorea. Berdasarkan data yang di peroleh di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis angka kejadian leukoria pada tahun 2015 sebanyak 79 orang. Permenkes No. 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik dalam pasal 12 menyebutkan bahwa bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan dasar tentang tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.

Melihat masih tingginya angka gangguan reproduksi dengan

trikomonasis, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang asuhan kebidanan pada gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan suatu rumusan masalah yaitu “bagaimana asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis”.

(15)

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan asuhan kebidanan pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian data dasar pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis. b. Melakukan interpretasi data dasar pada kasus gangguan

sisetem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

e. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

f. Melaksanakan penatalaksanaan serta asuhan dengan efisien, aman, pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

g. Melakukan evaluasi pada kasus gangguan sistem reproduksi

trikomonasis di Poli Kebidanan RSUD Ciamis.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada kasus gangguan ssitem reproduksi

(16)

6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus gangguan sistem reproduksi trikomonasis.

b. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan dalam asuhan kebidanan pada kasus gangguan sistem reproduksi

trikomonasis.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus gangguan sistem reproduksi

trikomonasis. d. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan informasi dalam memberikan pelayanan pada kasus trikomonasis, sehingga mutu pelayanan kebidanan pada masa yang akan datang lebih ditingkatkan lagi. e. Bagi Pasien

Membantu dalam hal memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus dengan ganguan sistem reproduksi

trikomonasis sehingga klien dapat mengerti dan melaksanakannya di rumah.

(17)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kesehatan Reproduksi

a. Definisi Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya (Taufan, 2010).

b. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi

Fungsi dan proses reproduksi tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja, dewasa hingga masa pasca usia reproduksi (Taufan, 2010).

Menurut Taufan (2010) adapun masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga meliputi :

1) Praktek tradisional yang berakibat buruk semasa anak-anak (seperti mutilasi, deskriminasi, nilai anak-anak, dsb.) 2) Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan

besar dimulai sejak masa kanak-kanak yang seringkali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual dan tindakan seksual yang tidak aman).

3) Tidak terpenuhinya kebutuhan ber KB biasanya terkait dengan isu aborsi tidak aman.

4) Mortalitas dan morbiditas ibu dan anak (sebagai kesatuan) selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas yang diikuti dengan malnutrisi, anemia, berat bayi lahir rendah.

5) Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.

(18)

8

6) Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit menular seksual.

7) Sindrom pre dan post menepouse dan peningkatan resiko kanker organ reproduksi.

8) Kekurangan hormone yang menyebabkan osteoporosis dan masalah ketuaan lainnya.

2. Gangguan Reproduksi a. Pengertian

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin atau organ reproduksi wanita cukup baik, yaitu asam basanya. Sekalipun demikian, sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering tidak terbendung dan menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi atu keadaan abnormal alat kelamin adalah leukorea (Manuaba, 2009).

b. Sebab-sebab gangguan reproduksi

Gangguan reproduksi disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon, cacat anatomi saluran reproduksi (defek kongenital), gangguan fungsional, kesalahan manajemen atau infeksi organ reproduksi. Gangguan reproduksi yang biasa terjadi, misal kista endometriosis yang banyak dialami wanita yang memiliki kadar follicle stimulating hormone (FSH) dan hormon luteinizing (LH) tinggi (Nugroho, 2012).

c. Macam-macam gangguan reproduksi 1) Gangguan menstruasi

Gangguan menstruasi terdiri dari : a) Amenore

Tidak datangnya haid atau menstruasi selama beberapa bulan, kadang dialami oleh wanita muda yang tidak hamil.

(19)

9

b) Dismenorhoe

Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah dan punggung serta biasanya terasa seperti kram. c) Menoragia

Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada awalnya berada dibawah label perdarahan uterus difungsional. d) Menometroragia

Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat insiden bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi.

e) Oligomenore

Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.

f) Sindrom pramenstruasi

Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan saat siklus menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara

menarche dan menopause. 2) Nyeri abdomen dan panggul

a) Nyeri akut

Kemampuan untuk mengenali dan menangani nyeri abdomen akut secara akurat merupakan keahlian penting dalam perawatan kesehatan wanita.

b) Nyeri kronis

Wanita yang mengalami nyeri panggul kronis adalah orang yang sering kali mengunjungi pemberi layanan kesehatan dalam jangka waktu yang lama.

(20)

10

3) Kista ovarium

Berbagai macam massa ovarium jinak dapat ditemukan oleh bidan baik pada saat pemeriksaan panggul atau dari hasil pemeriksaan ultrasonografi. 4) Tumor / kanker pada endometrium

Wanita yang didiagnosis mengalami kanker endometrium setiap tahunnya, tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kanker serviks. Kemungkinan terjadi paling sering pada wanita berusia lebih dari 50 tahun.

5) Infeksi saluran genital seperti Candidiasis Vulvovagina Pada umumnya disebabkan oleh Candida Albicans, gambaran klinisnya sendiri adalah adanya rabas berwarna putih, kental, berwarna seperti keju dan dapat juga encer atau bersifat cair yang secara umum disebut leukorea

(Nugroho, 2012). 3. Leukorea

a. Pengertian

Leukorea (fluor albus) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2009).

Leukorea adalah satu nama penyakit reproduksi kaum wanita, yang berupa keluarnya cairan berwarna putih dari vaginanya.

Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah (Sibagariang, at al, 2010).

Kesimpulan dari definisi leukorea diatas yaitu suatu cairan putih yang keluar dari liang vagina secara berlebihan dan tidak berupa darah, biasanya terjadi pada siklus menstruasi, sebelum menstruasi dan setelah menstruasi, atau pada saat wanita terangsang birahinya.

(21)

11

b. Jenis-jenis Leukorea

Menurut Manuaba (2009), leukorea dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya leukorea normal (fisiologis) dan leukorea abnormal (patologis). Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke-10 – 16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual. Leukorea abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan kelamin).

Ada 2 jenis leukorea yang dijelaskan oleh Sibagariang, et al (2011), yaitu:

1) Leukorea Fisiologis

Leukorea fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan leukorea

patologis banyak mengandung leukosit. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ yakni: hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma dan kelenjar sedangkan progesteron akan mengakibatkan fungsi sekresi.

Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi, saat terangsang, hamil, kelelahan, stress dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Leukorea ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal. 2) LeukoreaPatologis

Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya luka. Luka ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas.

(22)

12

Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida Albikan, parasit Tricomonas. E.Coli,

Staphylococcus. Treponema Pallidum, Kondiloma aquiminata dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat menganggu, seperti berubahnya cairan yang bewarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina (Asri, 2003 dalam Sibagariang, et al. 2010).

c. Patogenesis Leukorea

Leukorea merupakan gejala dimana terjadinya pengeluran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Leukorea

merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi leukorea yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri dan virus maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang, et al. 2010).

d. Penyebab Leukorea

Leukorea yang fisiologis dapat disebabkan oleh:

1) Pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin sehingga bayi baru lahir sampai umur 10 hari mengeluarkan leukorea.

(23)

13

3) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.

4) Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi.

5) Mukus serviks yang padat pada masa kehamilan sehingga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masuk ke rongga uterus.

Leukorea patologis terjadi karena disebabkan oleh : 1) Infeksi

Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi, yakni :

a) Jamur

Jamur yang sering menyebabkan leukorea

ialah Kandida Albikan. Penyakit ini disebut juga Kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa faktor predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain :

(1) Pemakai obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama

(2) Kehamilan

(3) Kontrasepsi hormonal

(24)

14

(5) Menurunya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis

(6) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat.

Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal seperti butiran tepung. Keluarnya cairan terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadang-kadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan. Terlihat

leukorea yang berwarna putih, kental. bergumpal seperti butiran tepung melengket di dinding vagina. b) Bakteri

(1) Gonokokus

Penyakit ini disebut dengan Gonerhoe dan penyebab penyakit ini adalah bakteri Neisseria Gonorhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang bepasangan disebut diplokokus dalam sitoplasma sel. Gonokokus yang purulen mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epital dan menimbulkan reaksi radang. Gejala yang ditimbulkan adalah leukorea yang berwarna kekuningan atau nanah, rasa sakit pada waktu berkemih maupun saat senggama.

(25)

15

(2) Klamidia Trakomatis

Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular seksual. Klamidia adalah organisme intraselular obligat, pada manusia bakteri ini umumnva berkoloni secara lokal di permukaan mukosa. Termasuk mukosa serviks. Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan dan infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria.

(3) Grandnerella

Menyebabkan peradangan vagina tak spesifik, biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina membentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, bau amis, berwarna keabu-abuan. Gejala klinis yang ditimbulkan ialah leukorea yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyaman di perut bagian bawah.

(4) Treponema Pallidum

Penyebab penyaltit kelamin sifilis, ditandai kondilomalata pada vulva dan vagina. Kuman ini berbentuk spiral, bergerak aktif. c) Parasit

Parasit yang sering menyebabkan leukorea

adalah Trikomonas vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas biasanya parasit ini terdapat di uretra

(26)

16

dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah leukorea

yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan panas.

d) Virus

Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan Herpes simpleks. HPV sering ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal.

2) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan

Adanya fistel vesikovaginalis atau rektovaginalis

akibat cacat bawaan, cedera persalinan dan radiasi kanker genitalia atau kanker itu sendiri.

3) Benda asing

Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan.

4) Neoplasma jinak

Berbagai tumor jinak yang tumbuh ke dalam lumen, akan mudah mengalami peradangan sehingga menimbulkan leukorea.

5) Kanker

Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibat dari pembusukan dan perdarahan akibat pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar. 6) Fisik

Tampon, trauma dan IUD. 7) Menopause

Pada Menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya

(27)

17

harmon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta.

Sedangkan menurut Manan (2011), leukorea secara umum disebabkan oleh:

1) Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis; 2) Sering menggunakan WC umum yang kotor, terutama

WC duduk;

3) Tidak mengganti panty liner;

4) Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus kearah depan;

5) Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain; 6) Kurang menjaga kebersihan vagina;

7) Kelelahan yang amat sangat; 8) Stress;

9) Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi; 10) Memakai sembarangan sabun untuk membasuh vagina,

atau menggunakan sabun yang berlebihan untuk pembersih vagina;

11) Tinggal di daerah tropis yang lembab; 12) Lingkungan sanitasi yang kotor;

13) Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat);

14) Sering berganti pasangan dalam berhubungan seks; 15) Hormone tidak seimbang; dan

16) Sering menggaruk vagina. e. Gejala Leukorea

Menurut Saydam (2012), gejala yang dapat diamati adalah cairan atau lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina. Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun adakalanya banyak sekali. Kadang-kadang diikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar dari vagina itu sedikit,

(28)

18

jernih dan tidak berbau. Namun adakalanya berbau tidak sedap. Jika cairan dari vagina berlebihan keadaan tersebut biasanya sering disebut dengan leukorea.

Selama kehamilan, menjelang haid, pada saat ovulasi, dan akibat dari rangsangan seksual yang berlebihan, vagina cenderung lebih banyak cairan. Namun gejala tersebut masih dianggap normal dan biasa saja bagi seorang perempuan.

Ada beberapa gejala yang ditimbulkan oleh kuman penyakit berbeda-beda, yaitu (Manan, 2011) :

1) Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.

2) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.

3) Biasanya leukorea yang normal tidak disertai rasa gatal. Keputihan juga dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi atau alat kelamin luar. 4) Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu

hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta atau ari-ari.

5) Gadis muda kadang-kadang juga mengalami leukorea

sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.

f. Pencegahan Leukorea

Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya leukorea, yaitu (Manan, 2011) :

1) Menjaga kebersihan genitalia, membersihkan vagina dengan air bersih yang mengalir dengan cara mengusap dari depan ke belakang;

(29)

19

2) Minimalisir penggunaan sabun antiseptik karena dapat menggangu keseimbangan pH vagina;

3) Menghindari penggunaan produk berbentuk bedak karena akan memicu pertumbuhan jamur;

4) Memastikan vagina selalu dalam keadaan kering saat berpakaian;

5) Menggunakan celana dalam yang kering dan menyerap keringat.

6) Menghindari penggunaan celana yang ketat, karena akan mengganggu masuknya udara ke organ vital;

7) Mengganti pembalut tepat waktu minimal 3 kali sehari. g. Dampak Leukorea bagi Kesehatan Wanita

Leukorea, walaupun tidak mengandung bahaya maut (kecuali pada karsinoma servisis uteri), cukup mengganggu penderita, baik fisik maupun mental (Sarwono, 2010).

Dalam jangka waktun lama, jika leukorea tidak diobati maka dapat menimbulkan komplikasi, antara lain infertilitas dan radang penyakit panggul. Sedangkan pada wanita hamil, keputihan dapat menyebabkan kelahiran prematur dan berat badan bayi yang rendah (Aulia, 2012).

Pada wanita disarankan untuk tidak menganggap remeh atau biasa adanya pengeluaran cairan leukorea sehingga dianjurkan untuk pemeriksaan khusus atau rutin sehingga dapat menetapkan secara dini penyebab leukorea (Manuaba, 2009).

h. Penatalaksanaan Leukorea

Untuk menghindari komplikasi yang serius dari

leukorea, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala

leukorea berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung darah atau hitam serta berbau busuk.

Penatalaksanaan leukorea tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan

(30)

20

obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan rnenghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi leukorea biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk leukorea

yang ditularkan melaluihubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan.

Selain itu, dianjurkan untuk selalu rnenjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnyaleukorea yaitu dengan (Sibagariang, et al. 2010) :

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina.

(31)

21

6) Hindari penggunaan bedak talcum atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dan sebagainya. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

B. Teori Manajemen kebidanan

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008). 2. Manajemen Kebidanaan Langkah 7 Varney

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney adalah sebagai berikut : a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

1) Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan

pemeriksaan tanda-tanda vital.

3) Pemeriskaan penunjang (laboratorium).

b. Langkah II : Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

(32)

22

c. Langkah III : Antisipasi Diagnosis atau Masalah Potensial. Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosia yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting didalam melakukan asuhan yang aman.

d. Langkah IV : Tindakan Segera dan Kolaborasi.

Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan juga harus merumuskan tindakan emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.

e. Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan.

Kebidanan pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, agama, kultur atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu, harus berdasarkan rasional yang relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teoritis.

(33)

23

f. Langkah VI : Implementasi Tindakan.

Asuhan kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.

g. Langkah VII : Evaluasi.

Tindakan asuhan kebidanan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengakajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)

Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu:

a. Subjektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney.

b. Objektif

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.

(34)

24

c. Analisa data

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa/ masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d. Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5,6,7 varney.

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi

1. Data Subjektif a. Identitas

1) Nama : pada kasus trikomonasis nama berfungsi untuk mengetahui identitas klien dan membedakannya dengan klien lainnya yang memiliki kasus yang sama. Selain itu dibutuhkan nama suami atau seseorang dalam keluarga klien yang bertanggung jawab sebagai pengambil keputusan.

2) Umur : untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis belum siap. Ditulis dalam tahun, pada kasus gangguan sistem reproduksi ibu dengan Flour Albus ini biasanya dialami oleh wanita menarche hinnga masa menopause (Varney, 2008).

3) Agama : untuk memudahkan pemberian dukungan spiritual.

4) Pendidikan : Untuk memudahkan memberi KIE sesuai dengan tingkat pendidikan.

5) Pekerjaan : Untuk mengetahui aktivitas dan tingkat sosial ekonomi keluarga

6) Alamat : ditanyakan karena mungkin memiliki nama yang sama dengan alamat yang berbeda.

(35)

25

b. Keluhan utama

Pada kasus trikomonasis, pasien merasa tidak nyaman sehubungan pakaian dalamnya selalu basah dan keluarnya cairan berupa lender yang kental, berwarna kuning hingga keabu-abuan, gatal dan berbau dari kelaminnya dalam jumlah yang banyak, ruam pada kulit dan merasa sakit panas saat berkemih (Manuaba, 2009).

c. Riwayat menstruasi

Kapan pertama kali haid, lamanya haid, siklus haid, banyaknya ganti pembalut per hari (normalnya 2-5 kali ganti/hari), jenis dan warna darah haid yang kemudian dibandingkan dengan perdarahan saat ini yakni kapan perdarahan dimulai, lama dan jumlah perdarahan, ciri khas darah yang hilang (misalnya warna, konsistensi, gumpalan) dan kapan pola abnormal tersebut mulai terjadi (Manuaba, 2010). d. Riwayat obstetri

Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu perlu untuk ditanyakan guna mengetahui apakah pasien seksual aktif atau masih virgin sehingga dapat dibedakan dalam penatalaksanaannya (Manuaba, 2010).

e. Riwayat kesehatan

Perlu diperhatikan adanya penyakit metabolik, penyakit endokrin, dan penyakit menahun yang dicurigai sebagai penyebab dari perdarahan (Wiknjosastro, 2010).

f. Pola kebiasaan sehari-hari 1) Nutrisi

Mengetahui seberapa banyak nya asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak pada pasein.

2) Pola istirahat

Untuk mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur malam.

(36)

26

3) Pola kebersihan

Pada kasus trikomonasis biasanya sering ditemukan pasien yang memiliki pola kebersihan yang jelek.

4) Pola eliminasi

Pada kasus trikomonasis terkadang ibu merasa panas pada saat kencing.

5) Pola aktivitas

Untuk mengetahui aktifitas pasien. g. Riwayat sosial

Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan trikomonasis

sekarang ini. Pada kasus gangguan sistem reproduksi

trikomonasis ini biasanya didapatkan data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan keadaannya.

2. Data Objektif

Data yang dikaji pada klien dengan trikomonasis yakni: a. Keadaan umum

Pengkajian pada kasus dengan trikomonasis ini terdiri dari pemeriksaan umum seperti pemeriksaan status kesadaran dan keadaan umum klien untuk mengetahui apakah klien dalam keadaan tabil atau tidak (Anwar, dkk., 2011).

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada kasus trikomonasis, data yang menjadi fokus utama yaitu pengeluaran pervaginam berupa cairan kental berwarna putih keruh dan berbau (Wiknjosastro, 2010).

3. Analisa Data

Analisa data yang dapat ditegakkan pada kasus pasien dengan gangguan reproduksi trikomonasis adalah Nn…/Ny… umur…

dengan trikomonasis. 4. Penatalaksanaan

Pada langkah ini penatalaksanaan yang diberikan pada pasien dengan trikomonasis dilakukan secara efisien dan aman.

(37)

27

Pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan sitem reproduksi dengan

trikomonasis adalah sebagai berikut :

a. Jelaskan pada ibu tentang penyakit yang dideritanya.

b. Diskusikan dengan ibu tentang tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.

c. Observasi keadaan umum dan TTV.

d. Jelaskan bagaiman cara membersihkan daerah pribadi dan genitalianya agar tetap bersih dan kering.

e. Anjurkan kepada klien untuk meningkatkan personal hygiene. f. Jelaskan untuk tidak sering menggunakan pencuci vagina. g. Beri dukungan moral dan spiritual.

h. Rencana pemberian obat.

i. Anjurkan ibu untuk memeriksakan dirinya ke dokter agar ibu dapat memperoleh penanganan lebih lanjut secepatnya.

D. Kewenangan Bidan Berdasarkan Landasan Hukum

Kewenangan bidan dalam melakukan asuhan diatur dalam Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. Bidan memiliki kewenangan memberikan pelayanan sesuai dengan :

Pasal 9

Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

1. Pelayanan kesehatan ibu; 2. Pelayanan kesehatan anak;

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Kewenangan bidan dalam pengelolaan kasus gangguan reproduksi dengan leukorea bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya sesuai dengan pasal 12, yang isinya :

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan. dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk :

(38)

28

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi khususnya pada kasus

leukorea. Sehingga bidan harus memiliki pengetahuan dasar tentang tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi keputihan (leukorea), perdarahan tidak teratur (menometroragia) dan penundaan haid.

E. Tinjauan Islam

Masalah keputihan umum dialami oleh para wanita, terutama yang berada di daerah dengan tingkat kelembaban tinggi seperti di Indonesia. Para ahli menyatakan bahwa keputihan ada yang terjadi dalam keadaan normal, di mana -maaf- vagina memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna, dan jumlahnya tak berlebihan. Keputihan seperti ini banyak disebabkan oleh masalah hormonal, sehingga terjadi misalnya, saat stres, menjelang dan setelah haid, kelelahan, saat terangsang, hamil, atau mengonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.

Ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan tidak normal, yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental, lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas. Dalam khazanah Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah ةرفص) atau cairan putih kekeruhan (kudrah ةردك). Terkait dengan kedua hal ini, di kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu „Athiyyah radhiallahu „anha berkata:

ئْياش اة ارْفُّصلا او اة ار ْدُكْلا ُّدُعان الَ اَّنُك

ا

Artinya : “Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan kekuningan) sama dengan haidh”.

(39)

44

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abani, Muhammad N. (2012). Shahih Sunan At Tirmidzi. Jakarta : Pustaka Azzam.

Aghe. 2009. Leukorea atau Keputihan. Te rs e d ia d a lam http://www.leukorea/keputihan.com [diakses 29 April 2016].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI, Cetakan 13. Jakarta : Rineka Cipta.

Baradero, M dan Dayrit, M. (2007). Seri Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC.

Kusmanto. (2012). Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Penggunaan Sabun Antiseptik Daun Sirih dengan Kejadian Leukorea di SMAN 19 Garut tahun 2012. Karya Tulis Ilmiah.

Manan. (2011). Basmi Keluhan-keluhan Kesehatan Harian dnegan Obat-obatan Alami. Yogjakarta: Flash Books.

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. . (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Notoamodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nugroho. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika.Jakarta.

Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010. tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan.

Prasetyowati, dkk. (2009). Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Keputihan pada Siswi SMU Muhamadiyah Metro tahun 2009. Jurnal Kesehatan Merto Sai Wawai Volume II No. 2 Edisi Desember 2009, ISSN: 19779-469X.

Purwoastuti, E., Walyani, E. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Putriani. (2010), Faktor-Faktor yang Mempengruhi Pengetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi di SMAN 1 Mojogedang. Universitas Diponegoro. Ratna. A. (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta: Salemba

(40)

45

Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Saydam. (2012). Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Bandung: Pustaka Reka Cipta..

Sibagariang, dkk. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media.

Varney. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Wahyudi. (2010). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: UNFA.

Widyastuti, Yani dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya. Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menyatakan bahwa Alokasi Dana Desa berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi (PDRB). Hasil penelitian menyatakan bahwa Alokasi Dana Desa

Dari temuan dan analisa yang penulis temukan selama proses pengolahan data, penulis dapat menemukan banyak sekali hal yang tidak terduga dalam hal

Perencanaan dalam arti luas adalah suatu proses dalam mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang dilkukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pada hakikatnya,

Adapun yang menjadi masalah penelitian ini adalah “Apakah faktor kualitas produk, kualitas pelayanan, desain produk, harga dan kepercayaan berpengaruh terhadap loyalitas

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas bahwa Raspberry Pi bisa diaplikasikan untuk mengolah data citra digital yang akan diaplikasikan pada deteksi embrio telur itik

Pihak Kedua memiliki kewenangan untuk setiap saat menghentikan siswa dari keikutsertaannya dalam pelaksanaan PRAKERIN apabila siswa terbukti melakukan tindakan pelanggaran

Penelitian Zuhdi (2010) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan perawat dan kualitas pelayanan kesehatan, dan terdapat pengaruh

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama kuliah.i. Kedua orang tua,