• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIP)"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA (LAKIP)

TAHUN ANGGARAN 2017

DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DIEKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

(2)

ii

Sebagai wujud penerapan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan akuntabel serta untuk memenuhi kewajiban sebagaimana diatur dalam TAP MPR No. IX Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Presiden RI Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Tugas pokok dan fungsi yang dilaporkan pada laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini sebagai salah satu cara untuk evaluasi yang obyektif, efisien dan efektif terhadap kinerja direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan tidak terlepas dari hasil kerja keras seluruh pegawai, unit-unit lintas program dan lintas sektor yang terkait.

Capaian kinerja yang diperoleh pada tahun 2017 ini tidak terlepas dari dukungan seluruh pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, baik bidang teknis maupun non-teknis serta adanya dukungan dari stakeholders/mitra kerja. Akhir kata, melalui laporan ini diharapkan pencapaian kinerja pada masa mendatang dapat lebih ditingkatkan, baik perbaikan pelaksanaan tugas maupun melalui penyempurnaan perencanaan kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan masukkan untuk perbaikan dimasa mendatang, dan semoga buku laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, Januari 2018

(3)

iii

Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Kesehatan, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan bagian dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yang mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan persiapan perumusan kebijakan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitas pelayanan kesehatan.

Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan didalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang merupakan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 (Revisi No.422/2017) adalah Terwujudnya Peningkatan Akses Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat, maka Direktorat Fasilitas Pelayanan kesehatan bertugas untuk menjamin meningkatnya Sarana Prasarana dan peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai standar.

Dalam rangka menjalankan tugas pokok dan fungsinya tersebut Direktorat fasiltas Pelayanan Kesehatan menetapkan sejumlah Indikator sasaran yang akan dicapai pada tahun 2017 yaitu :

1. 1400 Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar;

2. 14 RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya;

3. 130 RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar;

4. 97 RSUD yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatannya;

5. 10 Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi penguji Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan sesuai standar;

6. 3 Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center (RMC).

(4)

iv

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasiltas Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2017 merupakan bukti tertulis serta wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan sepanjang tahun 2017.

Pencapaian target kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dibagi dalam dua kategori yaitu pelaksanaan tupoksi dan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan. Pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, tetapi menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah melalui dana APBN/P, APBD, Dana Hibah maupun BLU, BLUD serta sumber-sumber lainnya. Indikator Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 lebih diutamakan pada pembinaan sarana prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan agar sesuai standar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari sisi mutu, keamanan dan keselamatan.

Pencapaian indikator kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan sepanjang Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut :

1. Dari target 2800 Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar telah tercapai sebanyak 3210 Puskesmas (akumulasi 2016-2017);

2. Sebanyak 14 RS Rujukan Nasional sesuai SK Menteri Kesehatan telah ditingkatkan sarana prasarananya melalui APBN untuk RS Rujukan Nasional milik Pusat dan Dana DAK untuk RS Daerah;

3. 130 RS Rujukan Regional dan Propinsi yang ditunjuk dengan SK Menteri Kesehatan telah memenuhi sarana prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar melalui APBN untuk RS Rujukan Nasional milik Pusat dan Dana DAK untuk RS Daerah, tercapai 129 RS;

4. 97 RSUD yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatannya melalui Dana DAK;

5. Dari target sejumlah 10 Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan, pada akhir tahun 2017 telah terpenuhi sebanyak 21 Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan baik di

(5)

v

Pemerintah maupun Swasta yang mampu memberikan pelayanan sesuai standar;

6. Dari target 3 Dinas Kesehatan Propinsi telah terpenuhi 6 Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center (RMC).

Dalam mencapai indikator tersebut, strategi yang dilaksanakan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah :

1. Menguatkan kebijakan bidang sarana, prasarana dan peralatan kesehatan; 2. Membina, mengawasi, melaksanakan peningkatan mutu, keamanan dan

keselamatan sarana prasarana dan peralatan kesehatan;

3. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana dan peralatan kesehatan dengan prioritas di RS Rujukan Nasional, Rujukan Regional, Propinsi dan Puskesmas di Daerah Tertinggal dan Perbatasan;

4. Meningkatkan dan mengembangkan Balai Pengujian dan Kalibrasi (BPFK) dan Institusi Penguji lain;

5. Meningkatkan kapasitas organisasi dan SDM Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

6. Peningkatan kerjasama lintas sektor, lintas program dan institusi terkait terutama dalam perijinan teknis (KLH, Bapeten, BATAN, PU, LKPP dan Kementerian/ Lembaga Lainnya);

7. Meningkatkan koordinasi program sekaligus menggalang komitmen dengan pemerintah daerah dalam pembangunan Puskesmas di daerah perbatasan dan tertinggal;

8. Pengembangan model dan prototype Puskesmas perbatasan dan RS Rujukan serta penyediaan ambulance transport dalam rangka meningkatkan akses layanan di kawasan timur Indonesia;

9. Pengembangan sistem manajemen sarana dan prasarana kesehatan dan alat kesehatan berbasis elektronik (ASPAK) dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi;

(6)

vi

10. Mendorong Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota untuk membentuk Regional Maintenance Center;

11. Mengembangkan unit pelayanan kalibrasi di Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota, Rumah Sakit, dan Swasta;

12. Mendukung penyelenggaraan ASIAN GAMES 2018 dengan menyediakan ambulance gawat darurat berkelas internasional (High roof-Long Chasis).

Keberhasilan pelaksanaan program di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2017, tercipta atas kerjasama dari semua pihak baik dari internal atau eksternal. Keberhasilan yang dicapai oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2017 didukung oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Penetapan Dokumen Pelaksanaan Kegiatan atau DIPA Satuan Kerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

2. Kepemimpinan di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 yang memberikan dukungan secara penuh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas; 3. Adanya koordinasi dan dukungan komitmen dari pemangku kepentingan, baik

dari lintas program dan lintas sektor di pusat dan daerah;

4. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dari seluruh pejabat struktural, pejabat fungsional dan jabatan fungsional umum di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2017 adalah belum optimalnya pelaksanaan komitmen lintas sektor di daerah dalam mendukung capaian target. Selain itu tantangan yang dihadapi adalah perubahan anggaran pada tahun berjalan, baik yang disebabkan oleh efisiensi maupun penambahan anggaran melalui refocusing dan APBNP.

Laporan Tahunan ini merupakan sebagai bentuk pertanggungjawaban baik program maupun keuangan setelah mengakhiri tahun anggaran 2017 agar semua program yang telah dilaksanakan bisa dievaluasi untuk peningkatan kualitas program Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan di tahun berikutnya.

(7)

vii

Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan baik dari mutu dan keselamatan senantiasa menjadi prioritas bagi kami, oleh karena itu saran atau masukan dari semua pihak sangat kami harapkan demi peningkatan kualitas program Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan dalam penyusunan perencanaan tahunan, bahan evaluasi pelaksanaan program, penyempurnaan pelaksanaan kegiatan yang akan datang, serta penyempurnaan kebijakan yang Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2017.

Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan laporan tahunan ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat.

(8)

viii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 3

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi ... 3

1.4 Sistematika Penulisan/ Ruang Lingkup Penulisan ... 4

1.5 Struktur Organisasi ... 5

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1 Perencanaan Kinerja ... 6

2.1.1. Tantangan ... 2.1.2. Program Kegiatan Tahun 2017 ... 8 9 2.2 Perjanjian Kinerja ... 12

2.3 Definisi Operasional Perjanjian Kinerja ... 14

2.4 Target Kinerja dan Capaian Indikator 2017 ... 15

2.5 Aspak ... 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1 Pengukuran Pencapaian Kinerja ... 32

3.2 Analisis Pencapaian Kinerja ... 35

3.3 Analisi Kinerja ... 48

3.4 Kinerja Pencapaian Kegiatan Pendukung Indikator ... 55

3.5 Kinerja Pencapaian Kegiatan Pendukung Indikator ... 56

3.6 Perbandingan Antara Target Dan Capaian ... 64

3.7 Analisis Atas Effisiensi Penggunaan Sumber Daya ... 70

3.8 Sumber daya ... 70

3.9 Realisasi Anggaran dan Kegiatan ... 77

(9)

ix LAMPIRAN-LAMPIRAN :

Perjanjian Kinerja

Daftar Puskesmas sesuai Target dan Capaian Daftar RS Rujukan Nasional

Daftar RS Rujukan Regional

Daftar RS Target capaian dengan kriteria khusus Daftar RMC

Daftar BPFK/Institusi Penguji

Daftar RS yang memiliki Instalasi Kalibrasi

Daftar RS Penerima Ambulance gawat Darurat Asian Games Pernyataan Penetapan Kinerja Tahun 2017

Laporan SAK Tahun 2017

Laporan SIMAK BMN Tahun 2017 Kekuatan Personil Direktorat

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah:

a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; b. Meningkatnya pengendalian penyakit;

c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;

d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan;

e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta; f. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional:

a. Pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat;

b. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko.

Dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Ditjen. Pelayanan Kesehatan yaitu meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat dengan indikator dalam RPJMN 2015-2019 yaitu :

(11)

2

1. Jumlah kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi dan;

2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional.

Maka kegiatan Direktorat fasilitas Pelayanan Kesehatan diarahkan untuk mampu meningkatkan mutu dan kualitas sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan indikator capaian yaitu :

1. Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar;

2. Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya;

3. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar;

4. Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus (RSUD diluar RS Rujukan regional dan Propinsi dan Nasional);

Dan untuk mendukung upaya tersebut maka pada tahun 2017 ditambahkan dengan indikator baru yaitu :

5. Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan sesuai Standar

6. Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center

Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatansebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan negara wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Hal ini sejalan dengan upaya reformasi birokrasi untuk menyelenggarakan negara yang bersih dan berwibawa serta memiliki kinerja yang baik (Good Governance) dan selaras dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 1999 dan Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010.

(12)

3

Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan akan menyampaikan laporan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja selama tahun anggaran 2017 untuk mempertanggungjawabkan kesesuaian pelaksanaan program yang dilaksanakan dengan tujuan dan sasaran program dalam mencapai hasil yang diharapkan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat fasilitas Pelayanan Kesehatan merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 dan Penetapan Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2017.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan ini disusun sesuai dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2017 yang harus dipertanggungjawabkan oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

1.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Sesuai dengan Peraturan Menkes Nomor : 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan Perumusan kebijakan dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

2. Penyiapan Pelaksanaan kebijakan dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

(13)

4

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya; 5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang dibidang fasilitas pelayanan

kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN/ RUANG LINGKUP PENULISAN

Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan, tugas pokok dan fungsi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, serta sistematika penyajian laporan.

2. Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan 3. Bab III Akuntabilitas Kinerja

Menguraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan / kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah antisipatif yang akan diambil.

4. Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan kinerjanya.

(14)

5

STRUKTUR ORGANISASI

DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN TAHUN 2017

KEPALA SEKSI PERALATAN Sugiarto, ST,Msi NIP. 196212251987031002

KJF

KEPALA SEKSI SARANA DAN PRASARANA Dra. Rahmi Purwakaningsih, M.Kes

NIP. 196805071993032002 KEPALA SUBDIT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

PRIMER Ir. Rakhmat Nugroho, MBAT

NIP. 196405021986031002

KEPALA SUBDIT

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA

Ir. Hanafi, MT NIP.

KEPALA SUBDIT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

RUJUKAN dr. Mujaddid, MMR NIP. 196505261998031003

KEPALA SEKSI PERALATAN Agung Nugroho, ST,M.Si NIP. 197310071998031002 KEPALA SEKSI PERALATAN

dr. Andry Chandra, MARS NIP. 197812022006041001

KEPALA SEKSI SARANA DAN PRASARANA

Ir. Noverita Dewayani NIP. 196511101996032003

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA Teti Ratnawati, S.Sos, MM NIP. 196104271981102001

KEPALA SEKSI SARANA DAN PRASARANA R.Muhammad Kosim, SKM, MPH

NIP. 196407061988031002 DIREKTUR

FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Dr. Andi Saguni, MA NIP. 197201172000121001

(15)

6

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. PERENCANAAN KINERJA

Renstra merupakan dokumen perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019. Renstra berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun.

Visi dan Misi Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera. e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

(16)

7

c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.

e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

f. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor

strategis ekonomi domestik.

h. Melakukan revolusi karakter bangsa.

i. Memperteguh ke-BHINEKA-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Salah satu agenda Nawacita yang terkait langsung dengan Kementerian Kesehatan adalah agenda ke 5 yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Untuk mewujudkan agenda tersebut dilaksanakan Program Indonesia Sehat yang didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/ 52/2015.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pela- yanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedang- kan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (bene t), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.

(17)

8

Dalam rangka mencapai target dan sasaran pada renstra, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menetapkan rencana aksi program pelayanan kesehatan tahun 2015-2019 untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Merujuk pada Rencana Aksi Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2015-2019, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan telah menyusun Target Indikator Kinerja 5 (lima) tahunan (2015-2019) yang berisi kegiatan dan strategi untuk meningkatkan sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan berkualitas. Untuk mewujudkan hal tersebut dijabarkan oleh pemerintah dalam RKP dan diterjemahkan oleh Kementerian Kesehatan dalam Renja KL setiap tahunnya.

2.1.1. Tantangan

Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat, Kementerian Kesehatan dihadapkan pada perubahan yang cepat baik tingkat lokal dan global dibidang kesehatan, diantaranya meningkatnya penyakit

emerging - re emerging (double burdan), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan, tuntutan global (GHSA, WHO), perhelatan Internasional (asean games) hal tersebut menuntut Kementerian Kesehatan untuk selalu mengikuti perubahan dan menjawab tuntutan tantangan global tersebut.

Tantangan dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dibidang pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan diantaranya sebagai berikut :

1. Tantangan Supply side :

a. terbatasnya jumlah institusi penguji dan kalibrasi untuk melayani 2500 RS dan 9700 Puskemas di Indonesia. Saat ini institusi penguji dan kalibrasi milik pemerintah terdiri dari 4 balai yaitu Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta, Surabaya, Makassar dan Medan, 2 loka pengamanan fasilitas kesehatan (LPFK) di Banjarbaru danloka pengamanan fasilitas kesehatan (LPFK) di Surakarta dan 2unit pengamanan fasilitas kesehatan (UPFK) di Jayapura dan unit pengamanan fasilitas kesehatan (UPFK) di

(18)

9

Palembang.Beberapa institusi penguji milik pemerintah daerah mulai didirikan namun belum terlembaga dengan baik, serta institusi swasta yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

b. Terbatasnya tenaga pengelola sarana prasarana dan alat kesehatan yang berkompeten di Rumah Sakit.

c. Tidak adanya tenaga pengelola sarana prasarana dan alat kesehatan yang berkompetendi Puskesmas.

2. Adanya program prioritas nasional yang memerlukan adanya dukungan sarana prasarana dan alat kesehatan dalam pelaksanaannya. Program program tersebut antara lain : Program Indonesia Sehat - Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Dokter Layanan Primer (DLP), Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS), Peningkatan akses dan mutu fasyankes di lokus prioritas (perbatasan, tertinggal, pariwisata), Flying Health Care (FHC).

3. Kebutuhan masyarakat atas keamanan kenyamanan dan kehandalan bangunan di fasyankes.

4. Kebutuhan akan peralatan kesehatan yang aman dan bermutu.

5. Kebutuhan masyarakat pada Fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar fasilitas pelayanan kesehatan yang aman, nyaman dan laik pakai dan mendukung pencapaian akreditasi seperti perijinan alat radiasi pengion (x-ray) dari Bapeten, standar teknis dan perizinan incinerator, dsb.

6. Kebutuhan regulasi pendukung program fasilitas pelayanan kesehatan dimana banyak pedoman dan standar yang perlu disusun dan dimutakhirkan, serta mendukung kebutuhan program.

7. Kebutuhan data sarana prasarana dan peralatan di Indonesia khususnya fasilitas kesehatan milik pemerintah untuk mendapatkan gambaran utuh pemenuhan dan kondisi dalam rangka pemenuhan.

2.1.2. Program Kegiatan Tahun 2017

Berdasarkan rencana aksi dan tantangan program fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, disusun perencanaan dan kegiatan setiap tahunnya yang direfleksikan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian RKAKL yang fokus dan responsif, diantaranya

(19)

10

merencanakan program untuk kegiatan yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2017 seperti yang tercantum dalam tabel di bawah ini :

Tabel Program-Kegiatan Tahun 2017

NO KOMPONEN RUANG LINGKUP KEGIATAN

1 Penyusunan NSPK

1. Standarisasi spesifikasi peralatan kesehatan di Puskesmas

2. Pengembangan sistem rujukan online

3. Standarisasi laboratorium kalibrasi rumah sakit 4. Modul pelatian pemeliharaan SPA Puskesmas

2 Workshop 1. Workshop validasi data ASPAK serta perencanaan kebutuhan pemenuhan standar dan akreditasi

2. Workshop Prasarana Pengelolaan Limbah B3 dalam rangka Akreditasi RS

3. Workshop Manajemen Fasilitas dan Keselamatan peralatan Medis dan Utilitas

3 Rapat Koordinasi Teknis

1. Pertemuan evaluasi pemenuhan standar SPA bagi Puskesmas calon akreditasi

2. Pertemuan evaluasi SPA di Sarkes CTKI 3. Rakontek Pengelolaan SPA di Rumah Sakit

4. Pertemuan Pembahasan persiapan pembangunan RS Vertikal di Maluku

4 Pendampingan / Bimbingan Teknis

1. Percepatan pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan di Fasyankes Prioritas

2. Desk perencanaan sarana, prasarana dan alat pada DAK Penugasan, Afirmasi dan Reguler.

3. Pembinaan Sarkes Pemeriksa CTKI

4. Manajemen Penyiapan Public Health Improvement 5. Bimtek Pemenuhan standar SPA di Rumah Sakit Rujukan

(20)

11

NO KOMPONEN RUANG LINGKUP KEGIATAN

6. Penguatan Dinas Kesehatan dalam pengujian dan kalibrasi dan pembinaaan jejaring laboratorium

7. Bimbingan teknis institusi penguji alat kesehatan.

8. Penguatan Dinas Kesehatan dalam pembinaan jejaring laboratorium.

9. Bimbingan teknis fasilitas pelayanan kesehatan laboratorium kesehatan

5 Monitoring & Evaluasi

1. Monev Puskesmas tertinggal

2. Penilaian pemenuhan SPA di fasyankes rujukan

3. Permasalahan teknis pada kejadian sentinel di fasyankes (kebakaran, lift anjlok dsb)

6 Sosialisasi & Advokasi

1. Sosialisasi pedoman teknis pembangunan dan peningkatan fungsi puskesmas pebatasan

2. Validasi Data ASPAK (Pusat & Dekonsentrasi)

7 Pengadaan Barang & Jasa mendukung program

1. Renovasi ruangan kerja

2. Update /pengembangan SI ASPAK

3. Sewa jasa AAMI & HPCS dalam mendukung penyusunan standarisasi

4. Pemenuhan peralatan kesehatan puskesmas (Set Lensa uji coba untuk refraksi mata dan EKG)

5. Pengadaan ambulans transport untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan primer di Puskesmas

6. Pengadaan Ambulan untuk Asian Games

7. Pengadaan konsultan Penyusunan Prototype Puskesmas perbatasan dan daerah tertinggal

(21)

12

8. Perangkat pengolah data dan pencetakkan buku 9. Pemenuhan Dashboard ASPAK

NO KOMPONEN RUANG LINGKUP KEGIATAN

1. Pengadaan perencanaan Maket RS UPT Vertikal di Ambon

2. Pengiriman kendaraan bermotor roda dua pengadaan tahun 2016

8 Dukungan Manajemen/ kesekretariatan

3. Honorarium pengelola anggaran

4. Penyusunan RKAKL, SIMAK BMN, SAI, LAKIP, Review Itjen

5. Perjalanan dinas pimpinan 6. Diklat SDM

Dalam perjalanannya rencana kegiatan tersebut dapat di ubah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan pelayanan kesehatan.

2.2. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan suatu pernyataan tekad, janji dan kesanggupan yang akan dicapai oleh pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja kepada atasan langsung yang memberikan amanah/ tanggung jawab/ kinerja untuk mewujudkan suatu target kinerja yang telah di tetapkan.

Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut. Penetapan dan pernyataan kinerja dilakukan setiap tahun untuk menjamin terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis yang termuat dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan.

Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan selaku penanggung jawab indiktor kinerja telah menandatangani perjanjian kinerja tahun 2017 yang telah ditetapkan oleh Direktur

(22)

13

Jenderal Pelayanan Kesehatan selaku pemberi amanah/ tanggung jawab/ kinerja. Berikut perjanjian kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun 2016-2017 termasuk usulan indikator perubahan / revisi Renstra sebagaimana pada tabel berikut:

Tabel Perjanjian Kinerja Mengacu Renstra 2015-2019

No Indikator Tercantum dalam Dokumen Target Satuan 2016 2017 2018 2019 1

Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar

1,2,3,4, 1400 2800 3600 6000 Puskesmas (Akumulasi)

2

RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana dan prasarananya

1,2,3,4, 14 14 14 14 RS

3

RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA sesuai standar

1,2,3,4, 130 130 130 130 RS

4

RS Daerah yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) memenuhi standar dengan kriteria khusus

1,2,3,4, 96 97 147 47 RS

5

Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan sesuai standar

Revisi

Renstra 0 10 10 10 Unit

6

Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Revisi Renstra 0 3 3 3 Dinas Prop/Kab/ Kota

(23)

14 Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center 7

Jumlah UPT Vertikal dan RS Rujukan Regional yang memiliki KSO

1,2,3,4, 10 0 0 0 RS

Keterangan :

• Indikator Nomor 5 dan 6 merupakan usulan indikator Revisi Renstra dalam rangka memperkuat supply side pengujian dan kalibrasi. Indikator tersebut baru dilaksanakan tahun 2017

• Indikator nomor 7 pada tahun 2017 sudah tidak ada 2.3. DEFINISI OPERASIONAL PERJANJIAN KINERJA

1. Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya adalah Jumlah RS Rujukan Nasional yang di tingkatkan sarana prasarananya adalah 14 RS Rujukan Nasional melalui ketetapan Menkes (Kepmenkes No. HK. 02.02/MENKES/390/2014) yang mendapatkan dana APBN /DAK dan ditunjukkan adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya (tidak kumulatif).

2. Jumlah RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah

Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah 110 RS Rujukan Regional dan 20 RS Rujukan Propinsi melalui ketetapan SK Dirjen BUK NO. HK.02.03/I/0363/2015 yang mendapatkan alokasi APBN/DAK dalam rangka pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat kesehatan dan ditunjukkan adanya peningkatan pemenuhannya (tidak kumulatif).

3. Jumlah RS daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus adalah Rumah Sakit Daerah kelas C dan D (RS di luar RS Rujukan Regional dan Provinsi) dengan kriteria akreditasi khusus yang ditingkatkan sarana, prasarana, dan alat kesehatannya melalui DAK/TP (untuk mendorong pencapaian akreditasi).

(24)

15

4. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah

Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sesuai Permenkes 75 Tahun 2014 dengan pemenuhan lebih besar atau sama dengan 60% berdasarkan data ASPAK.

5. Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan / Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan Sesuai Standar adalah

BPFK /Institusi Penguji yang mampu memberikan pelayanan pengujian/ kalibrasi sesuai permenkes no. 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi.

6. Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang mengembangkan Unit pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional / Regional Maintenance Center adalah

Unit Pemeliharaan fasilitas kesehatan regional/Regional Maintenance Center adalah unit yang sudah memiliki penetapan dari kepala daerah (kumulatif)

2.4. TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR TAHUN 2017

Perjanjian kinerja tahun 2017 mengacu pada indikator Renstra 2015-2019 sebagaimana tabel berikut:

Tabel target dan capaian indikator Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2017:

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN

1 Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA) sesuai standar

130 RS

129

2 Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya

14 RS

14

3 Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan prasarana dan alat (SPA) sesuai standar

2800 Puskesmas

3210

4 Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dan dengan kriteria khusus

97 RS

(25)

16

5 Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fsilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan sesuai standar

10 Unit

21

6 Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center

3 Dinkes

6

2.5. ASPAK

ASPAK yaitu Aplikasi Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan yang dikembangkan dalam rangka inventarisasi sarana prasarana dan peralatan di fasilitas pelayanan kesehatan. ASPAK telah dilaksanakan selama 3 (tiga) tahun terakhir terutama diwajibkan bagi fasilitas pelayanan kesehatan miliki swasta.

Dasar pelaksanaan ASPAK yaitu :

1. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan E-government.

2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007 tentang Pengembangan SIKNAS Online).

3. Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.02/I/3500/2014 tentang tentang Pengajuan usulan perencanaan dan penganggaran tahun 2016.

Aspak dinilai sebagai salah satu inovasi Kementerian Kesehatan karena dapat memberikan manfaat untuk mendukung program strategis Kementerian Kesehatan dan dijadikan pertimbangan / dasar pengambilan keputusan.

(26)

17

(Perlu Komitmen untuk mengisi secara lengkap)

16

Gambar : Infografis ASPAK sebagai salah satu Inovasi Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Melalui penerapan ASPAK, pemerintah mendapatkan informasi terkait penilaian dan/ atau kesiapan sarana, prasarana dan alat kesehatan di suatu fasilitas kesehatan dalam menunjang pelayanan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pendekatan kompetensi fasilitas kesehatan, dimana tidak hanya diperlukan ketersediaan SDM, namun demikian ketersediaan dan keandalan sarana, prasarana dan alat kesehatan merupakan infrastruktur dan input penting agar mutu pelayanan terjamin secara komprehensif. Tujuan dan manfaat ASPAK antara lain :

1. Tersedianya data sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seluruh Indonesia.

2. Tersedianya informasi pemetaan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan seluruh Indonesia yang memenuhi standar.

3. Membantu dalam proses penyunan perencanaan kebutuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di setiap Puskesmas, Kabupaten, Rumah Sakit dan Provinsi.

(27)

18

Dalam hal ASPAK sebagai tolak ukur kesesuaian dan penilaian standar fasilitas kesehatan, komponen standar sarana, prasarana dan alat kesehatan mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam peraturan menteri. Acuan peraturan dimaksud yaitu:

1. Standar sarana prasarana dan peralatan Puskesmas mengacu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas,

2. Standar sarana prasarana dan peralatan Rumah Sakit mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit.

3. Standar pengujian dan kalibrasi institusi penguji mengacu pada Permenkes 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi.

Berdasarkan acuan tersebut, ASPAK mengambarkan secara kuantitatif kelengkapan pemenuhan sarana, prasarana dan alat kesehatan yang bermanfaat dalam pengukuran kualitas, penguatan perencanaan, serta perizinan.

Mengingat besarnya manfaat ASPAK, maka ASPAK menjadi startegis dalam fungsinya menunjang program – program nasional terkait seperti akreditasi, perizinan, perencanaan, pencatatan aset dsb.

Daya ungkit ASPAK dalam menunjang berbagai output dan sistem informasi lain di Kementerian Kesehatan dan lintas sektor dapat tergambar pada infografis dibawah ini:

(28)

19

Gambar : Infografis Hubungan ASPAK dengan Program & Sistem Informasi Lain

Harapannya melalui ASPAK, Pemerintah mendapatkan gambaran output pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas kesehatan, baik di tingkat kabupaten, provinsi, regional hingga tingkat nasional yang dapat diukur dari waktu ke waktu. ASPAK sebagai tolak ukur keberhasilan pencapaian kinerja program sekaligus sebagai bahan evaluasi dalam menyusun strategi dalam upaya peningkatan kompetensi fasiltas pelayanan kesehatan dari sisi pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan sesuai standar. E-MONEV RS ONLINE SIPERMON INTEROPERABILITY ASPAK SIMAK BMN KOMDAT E-INFO ALKES E-RENGAR AKREDITASI PENETAPAN KELAS

PERENCANAAN ASET ( E-RENGAR, E-PLANNING) PERIJINAN ( BALIS ) REGISTRASI TER IN TE GR AS I

A S P A K

E-WATCH E-KATALOG

PENGEMBANGAN

ASPAK

(29)

20

ROAD MAP ASPAK

22 2015 2016 2017 2018 2019 Start 2008 ENTERPRISE ASPAKUpdate Standar Acuan Puskesmas sesuai PMK 75 2014Update Standar Acuan RS sesuai PMK 56 2014

Interoperability dengan Aplikasi

Lain dg Unit Utama Lain

Interoperability dengan

SIM-BPFK, modul kalibrasi, Balis, Bapeten, Pengawasan Alkes e-watch

PMK Tentang ASPAK

Penyusunan Master Plan/Business

Proses Enterprise ASPAK

Modul Informasi data Vendor Alkes

Update Standar Acuan Labkes dan Klinik

Pengembangan Enterprise

ASPAK, Menjadi Aplikasi Bidang SPA di Kementerian Kesehatan

Upgrading Infrastruktur

Penyempurnaan

Nomenklatur SPA

Update Standar Acuan

Apotek, Optik dan Fasyankes Lainnya

Interoperability dengan

Aplikasi e-katalog dan SABMN

ERP, ASPAK terkoneksi ke semua data di bidang kesehatan, menyimpan, mengelola, memberikan informasi yang diperlukan untuk perencanaan, kebijakan di bidang SPA

(30)

21

BAB III.

AKUNTABILITAS KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator program dalam Rencana Strategis sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan masing-masing indikator yang telah direncanakan. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator yang menjadi dasar perencanaan program dan strategi pada tahun berikutnya yang lebih berhasil guna dan berdayaguna.

Akuntabilitas kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memiliki program dan kegiatan dalam rangka mendukung outcome Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu diarahakan pada peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan yang hal ini direpresentasikan dengan kinerja pencapaian akreditasi fasilitas kesehatan baik Puskesmas dan Rumah Sakit hingga 2019 sesuai indikator dalam RPJMN 2015-2019 yaitu :

1. Jumlah kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi, dan 2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi

nasional

Untuk mencapai target yang ditetapkan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menyusun rencana aksi 2015-2019 untuk menterjemahkan indikator lebih teknis dan operasional bagi Unit Eselon 2 di lingkungan Ditjen Pelayanan Kesehatan. Peta strategis dalam rencana aksi tergambar dalam peta strategis dibawah ini.

(31)

22

Gambar : Peta Strategi (Rencana Aksi) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2015-2019

(32)

23

Berdasarkan tujuan diatas, tugas dan fungsi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan yaitu menunjang penguatan dalam hal pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar guna mendukung pencapaian akreditasi fasilitas kesehatan. Hubungan tata kerja Unit Eselon 2 di lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan seperti terlihat pada skematik di bawah ini:

Gambar : Tata Kerja Ditjen Yankes

Berdasarkan hubungan tata-kerja tersebut di atas, maka indikator program fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2015 – 2019 yaitu menyiapkan fasilitas kesehatan agar memenuhi standar sarana prasarana dan alat kesehatan. Indikator program fasilitas pelayanan kesehatan yaitu:

1. Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar.

2. Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya.

3. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar.

4. Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus (RSUD diluar RS Rujukan Regional, Provinsi dan Nasional).

DIT. PKP DIT .PKR DIT. KESTRAD DIT.

FASYANKES DIT. MAY

KEPATUHAN FASYANKES TERHADAP STANDAR INPUT DAN PROSES PEMENUHAN KEBUTUHAN SARPRAS FASYANKES PENYELENGGARAAN YANKES MEMPERSIAPKAN FASYANKES SIAP DIAKREDITASI PEMETAAN/ REGISTRASI FASYANKES

(33)

24

5. Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu Memberikan Pelayanan sesuai Standar.

6. Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center.

Indikator Nomor 5 & 6 merupakan inisiatif / usulan baru yang sangat penting sebagai penunjang indikator Nomor 1 s.d 4 dalam hal meningkatkan supply side institusi Penjaminan Mutu. Harapannya bahwa pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan akan tercapai baik secara kuantitatif maupun kualitiatif.

Berdasarkan tupoksi, tata kerja dan indikator program fasilitas pelayanan kesehatan, maka Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyusun peta strategi sebagai acuan rencana aksi program fasilitas pelayanan kesehatan tahun 2015-2019:

Gambar : Peta Strategi (Rencana Aksi) Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2015-2019

(34)

25

Peta Stategis Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan disusun untuk mengurai isu-isu atau variabel terkait sekaligus melihat korelasi dalam kerangka mendukung sasaran yang ditetapkan. Peta Strategi Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat membantu mengembangkan framework yang logis sebagai acuan dalam menyusun strategi, program/kegiatan utama dan antara dari mulai sumber daya (input), proses strategis, output hingga outcome.

Berdasarkan dengan peta strategi di atas, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan menterjemahkan setiap komponen kedalam bentuk program dan kegiatan tahun 2017. Adapun hubungan program dan kegiatan tahun 2017 dalam konteks framework peta strategis sbb:

Tabel

Akuntabilitas Peta Strategi Fasyankes dengan Kegiatan Tahun 2017

NO KOMPONEN PETA STRATEGI KEGIATAN 2017

I Penguatan sumber daya Realisasi kegiatan

1 Tersedianya SDM Kompeten & Berbudaya Kinerja

Pelaksanaan peningkatan kapasitas bagi staf dan pejabat Dit. Fasyankes.

2 Tersedianya Regulasi Standar SPA Fasyankes

Penyusunan NSPK tahun 2017 :

1. Pedoman standarisasi spesifikasi peralatan kesehatan di Puskesmas 2. Pedoman Standarisasi laboratorium

kalibrasi rumah sakit

3. Penyusunan modul pelatihan pemeliharaan SPA Puskesmas

4. Penyusunan standar bangunan (prorotype) Puskesmas Perbatasan dan daerah tertinggal.

3 Tersedianya data distibusi, pemenuhan & gap SPA di fasyankes

Penyediaan data distribusi dan penilaian gap SPA di fasyankes melalui sistem ASPAK. Tahun 2017 dilaksanakan kegiatan :

(35)

26

1. Workshop Validasi Data ASPAK serta perencanaan Kebutuhan Pemenuhan Standar dan Akreditasi melalui dana dekonsentrasi.

2. Pengembangan dashboard ASPAK yang lebih fungsional termasuk sistem GIS

II Proses Strategis Realisasi kegiatan

1 Tersedianya sistem rujukan pemeliharaan, pengujian dan kalibrasi SPA

Sistem rujukan pemeliharaan dikembangkan untuk memperkuat fungsi pemeliharaan di fasyankes melalui pembentukan institusi/uni RMC, unit kalobrasi RS, sister Lab maupun perizinan. Hal ini sangat penting sehingga diusulkan dalam indikator inisiatif baru yaitu mendorong terbentuknya RMC di Dinas Provinsi, dan peningkatan kualitas institusi pengujian dan kalibrasi. Tahun 2017 dilaksanakan:

1. Penguatan peran Dinas Kesehatan dalam pengujian dan kalibrasi dan pembinaaan jejaring laboratorium.

2. Pelaksanaan bimbingan teknis institusi penguji alat kesehatan, termasuk pembinaan perizinan.

2 Terwujudnya Sistem Pengelolaan/ Manajemen Fasilitas Kesehatan di fasyankes

Tujuan strategi ini untuk meningkatkan kemampuan manajemen dalam melakukan pengelolaan SPA. Pada tahun 2017 dilaksanakan kegiatan:

1. Workshop Prasarana Pengelolaan Limbah B3 dalam rangka Akreditasi RS 2. Workshop Manajemen Fasilitas dan

Keselamatan peralatan Medis dan Utilitas 3. Bimbingan teknis fasilitas pelayanan

(36)

27

4. Pelaksanaan Rakontek Pengelolaan SPA Rumah Sakit (bagi Dinas Kesehatan Provinsi sebgai pembina wilayah)

3 Terwujudnya integrasi sistem pengawasan SPA pre-market dan post market

Produk sarana, prasarana dan alat kesehatan dapat dijamin keandalan, kemanan dan keselamatannya melalui siklus life cycle

produk dari mulai diproduksi hingga penghapusan. Untuk itu, perlu ada kolaborasi pemegang program antara Ditjen Yankes (post market) dengan Ditjen Farmalkes (pre market). Yang dilakukan tahun 2017 :

1. Implementasi integrasi data ASPAK dengan sistem pengawasan alat kesehatan (e-watch) yang dikembangkan Ditjen. Farmalkes.

2. Kegiatan investigasi kejadian tidak diinginkan (KTD) alat kesehatan di fasilitas kesehatan.

Melalui kegiatan diatas, Kemenkes dapat memantau dan mengawasi keandalan, kemanan dan keselamatan produk secara komprehensif.

4 Terwujudnya sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan SPA

Terwujudnya sistem kolaborasi pendidikan tenaga kesehatan SPA dengan pelayanan merupakan kunci sukses pelaksanaan program. Hal ini terutama mengatasi keterbatasan lulusan / supply side tenaga fisikawan medis dan juga tenaga elektromedik di fasilitas kesehatan. Disamping itu, Dit. Fasyankes bersama profesi memberikan program kurikulum pengembangan program studi dan tahun 2017 ditunjuk sebagai pembina dan penilai

(37)

28

jabfung profesi radiografer, dan tenaga elektromedik (SK Dirjen Yankes No. HK.02.02/I/4013/2017 tgl 19 September 2017 ttg Tim Pembentukkan Tim Pelaksana Uji Tingkat Pusat Uji Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan Perawat, Perawat Gigi, Perekam Medis, Radiografer, Teknisi Elektromedis Tahun 2017-2020.

5 Terwujudnya program inovasi pengembangan SPA (green, teknologi sistem informasi)

Program inovasi sangat diperlukan sebagai strategi untuk meningkatkan kinerja program dan hasil. Adapun inovasi yang dilaksanakan tahun 2017:

1. Implementasi Lomba Green Hospital 2017. Dimana program ini mempopulerkan rumah sakit ramah lingkungan dan efisien dalam penggunaan sumber daya. Dikembangkan dalam bentuk lomba yang kreatif sehingga diharapkan mendorong rumah sakit lain untuk menerapkan prinsip-prinsip Green Hospital.

2. Pemanfaatan sistem informasi dalam hal ini mengembagkan validitas data ASPAK. 3. Pengembangan Prototype Puskesmas

Perbatasan yang modern dan iconic. Hal ini sangat strategis sehingga mengubah tampilan dan fungsi fasilitas kesehatan lebih layak dibanding negara tetangga. 6 Optimalisasi penilaian teknologi dalam

pemenuhan barang & jasa e-katalog dan KPS

Dalam penerapan penilaian teknologi:

1. Dit Fasyankes bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam menilai produk pengolah limbah ramah lingkungan. Dalam hal ini, terutama diarahakan pada

(38)

29

rekomendasi produk yang masuk dalam E-Katalog.

2. Begitu pula dengan alat kesehatan, Dit Fasyankes bersama dengan Ditjen Farmalkes melakukan pengkajian terhadap alat kesehatan yang masuk ke indonesia melalui Ijin Edar dan SAS. Untuk menambah referensi dalam pengkajian, tahun 2017 Dit Fasyankes berlangganan jurnal Healthcare Product Comparison System (HPCS) dan

Association for the Advancement of Medical Instrumentation handbook.

3. Dalam proses E-Katalog, Dit Fasyankes secara aktif terlibat dalam proses penilaian dimana menjadi anggota Kelompok Kerja bersama-sama LKPP (ST Deputi Bidang Monitoring – Evaluasi & Pengembangan Sistem Informasi No. 3355/D.2/SPT/06/2017 tgl 13 Juni 2017).

7 Terwujudnya pengembangan

sertifikasi kompetensi bagi penyedia / konsultan

Sistem sertifikasi sedang dikembangkan dengan proses terbentuknya asosiasi.

8 Terwujudnya Kemitraan LS/LP (Bapeten, KLH dsb) yg berdaya guna dlm strategi pemenuhan persyaratan teknis SPA & lingkungan

Bentuk kemitraan lintas sektor / lintas program tahun 2017 yaitu:

1. Sinkronisasi penguatan fasilitas kesehatan Puskesmas wahana DLP. 2. Penanaganan permasalahan teknis pada

kejadian sentinel di fasyankes (kebakaran, lift anjlok dsb)

3. Implementasi Nota Kesepahaman antara Bapeten dan Kementerian Kesehatan tentang Pembinaan dan Pengawasan

(39)

30

Pemanfaatan Tenaga Nuklir Bidang Kesehatan

(No.HK.03.01/MENKES/106/2017).

4. Kemitraan dengan LKPP dalam proses penilaian dan kebutuhan produk E-Katalog.

5. Integrasi sistem post market Ditjen Yankes dengan pre-market yang dikembangkan Ditjen Farmalkes.

6. Pertemuan evaluasi SPA di Sarkes CTKI, melibatkan Ditjen Kesmas, asosiasi, BNP2TKI, dan Pemda.

9 Terwujudnya Sistem perencanaan anggaran pemenuhan SPA yang terintegrasi

1. Penerapan integrasi ASPAK dan sistem perencanaan (eplanning) dalam proses usulan anggaran bersumber DAK/APBN. 2. Desk perencanaan sarana, prasarana dan

alat pada DAK Penugasan, Afirmasi dan Reguler.

10 Tertatanya sistem perizinan fasyankes tk. Pertama, kedua dan ketiga yang terintegrasi

1. Pembinaan Sarkes Pemeriksa CTKI 2. Integrasi data sistem registrasi RS Ditjen

Yankes (RS Online) dengan ASPAK. 3. Implementasi perizinan institusi

pengujian dan kalibrasi.

III Output Realisasi Kegiatan

1 Terwujudnya pemenuhan SPA Sesuai Standar

Output dari program fasyankes yaitu terpenuhinya sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar baik kuantitas maupun kualitasnya. Mengacu pada kebijakan program Ditjen Yankes, maka tahun 2015-2019 sasaran pemenuhan standar diarahakan pada Puskesmas (tertinggal, perbatasan), RS Rujukan Nasional, Provinsi,

(40)

31

Regional, dan RS Kriteria Khusus. Untuk itu, kegiatan pada tahun 2017 yaitu:

1. Percepatan pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan di Fasyankes Prioritas (workshop)

2. Sosialisasi pedoman teknis pembangunan dan peningkatan fungsi puskesmas pebatasan

3. Pertemuan evaluasi pemenuhan standar SPA bagi Puskesmas calon akreditasi 4. Monev Puskesmas tertinggal

5. Bimbingan teknis dan penilaian pemenuhan SPA di fasyankes rujukan. 2 Terwujudnya ketercukupan jumlah

dan distribusi fasyankes

Selain mendorong pemenuhan standar fasilitas kesehatan, Dit. Fasyankes dalam upaya pemerataan distribusi fasilitas kesehatan diantaranya mendirikan RS UPT baru di Maluku (Ambon), Selain itu maupun pemenuhan sarana alat dan ambulans dalam mendukungan kebijakan dan kegiatan nasional lainnya. Adapun kegiatan tahun 2017 yaitu:

1. Pengadaan ambulans transport untuk peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan primer di Puskesmas (Papua) 2. Pemenuhan peralatan kesehatan

puskesmas (Set Lensa uji coba untuk refraksi mata dan EKG)

3. Kegiatan penyusunan dan review dokumen perencanaan Pembangunan RS UPT (baru) di Maluku

4. Manajemen Penyiapan Public Health Improvement

(41)

32

5. Dukungan pemenuhan Ambulans Gawat Darurat Asian Games.

OUTCOME

Fasyankes Yang Terstandar dan Siap Akreditasi

Berdasarkan framework peta strategis Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan diharapkan tergambar benang merah terhadap realisasi kegiatan yang dilaksanakan, dengan sasaran program dan indikator yang telah ditetapkan baik oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, maupun dalam kerangka mendukung indikator program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan keseluruhan.

Yang digunakan untuk mendukung akuntabilitas penilaian kinerja program yaitu bersumber data kuantitatif Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK), tersedianya anggaran (DAK, APBN dsb) dalam rangka pemenuhan SPA sesuai standar, serta kualitas kegiatan yang dilaksanakan oleh subdirektorat terkait (jumlah peserta, ketepatan peserta, kualitas materi dsb).

3.1. PENCAPAIAN HASIL KINERJA

Tabel

Target Indikator dan Capaian Program Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN

1 Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA) sesuai standar

130 RS

129 RS

2 Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya

14 RS

14 RS 3 Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan

prasarana dan alat (SPA) sesuai standar

2800 Puskesmas

3210 Puskesmas 4 Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dan

dengan kriteria khusus

97 RS

97 RS

(42)

33

5 Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fsilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan sesuai standar

10 Unit

21 Unit

6 Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center

3 Dinkes

6 Dinkes

3.1.1. Strategi pelaksanaan kegiatan

Pengukuran Kinerja dilakukan untuk membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam kurun waktu Januari sampai dengan Desember 2017.

Pengukuran pencapaian sasaran dilihat :

a. berdasarkan kualitas pelaksanaan kegiatan Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang penjabarannya dilaksanakan oleh sub-direktorat setiap tahun anggaran dan kaitannya dalam menunjang pencapaian indikator terkait. b. berdasarkan perhitungan pencapaian target indikator Rencana Strategis

program Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Perhitungan mengacu pada definsi operasional yang ditetapkan.

c. berdasarkan tingkat pencapaian kuantitatif pemenuhan standar sarana prasarana dan peralatan kesehatan baik di Puskesmas, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya melalui Aplikasi Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan atau ASPAK.

d. Berdasarkan ketersediaan anggaran di fasilitas kesehatan yang memadai dalam kaitannya bahwa ketersediaan anggaran perlu dikawal dalam rangka pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat kesehatan, baik bersumber DAK maupun sumber lainnya

Dalam pengukuran kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan diuraikan berdasarkan Indikator Renstra dan Renja-KL, untuk mencapai sasaran dimaksud beberapa

(43)

34

kegiatan telah dilaksanakan dalam mencapai indikator yang telah ditetapkan. Kegiatan pada Direktorat Fasilitas kesehatan seperti dinyatakan pada bab sebelumnya, dibagi dalam 2 kategori yaitu :

1. Pelaksanaan Tugas pokok dan fungsi sesuai dengan permenkes 64 tahun 2015 yaitu melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitas pelayanan kesehatan

2. Mendorong pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas kesehatan sesuai standar.

Berikut adalah infografis tentang gambaran kegiatan Direktorat fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam pencapaian target indikatornya. Kegiatan pemenuhan standar Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar : Infografis Pelakasanaan Kegiatan Peningkatan Pemenuhan Standar SPA di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

DESK/PEMBAHASAN USULAN SPA MELALUI DAK FISIK

SOSIALISASI & PENGEMBANGAN APLIKASI ASPAK RAKONTEK LINTAS SEKTOR WORKSHOP PERSIAPAN PEMENUHAN SPA DANA DAK FISIK

BIMTEK /MONEV SPA FASYANKES

1. Melalui Dana Dekon

2. Pengembangan fungsionalitas ASPAK 3. Integrasi ASPAK dgn E-Watch, BALIS, SIM

BPFK

1. Pada pertemuan penyusunan RKA-KL (Pagu sementara, definif dan indikatif)

2. Menilai kelayakan harga, jenis, spesifikasi & utilitas SPA

3. Pembahasan prioritas pemenuhan SPA

1. Pembinaan pengelolaan limbah RS pada nilai PROPER Merah-Hitam

2. Desk persyaratan perizinan Insinerator

3. Sosialisasi NSPK & persyaratan teknis lintas sektor lainnya (BAPETEN, Dinas PU, Damkar dsb)

1. Dilaksanakan terintegrasi

2. Verifikasi Data ASPAK & penilaian kualitas pengelolaan SPA Fasyankes

3. Integrasi pada proses akreditasi (workshop, survey simulasi) 4. Pembinaan perizinan operasional (perpanjangan / Baru)

1. Dilaksanakan di 3 Wilayah/Regional 2. Workshop standar MFK dalam mendukung

akreditasi

PERHITUNGAN TOTAL COST PEMENUHAN GAP SPA TK NASIONAL (CEILING) ON TOP

1. Dasar pengalokasian Pagu Nasional Bid Kes 2. Dasar perencanaan prioritas programMenu DAK 3. Data base unit cost SPA Fasyankes

(44)

35

Kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan diarahkan kepada upaya pembinaan dan pengelolaan SPA sesuai tugas pokok fungsinya serta mendorong fasilitas kesehatan untuk pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan standar. Secara skematis upaya yang dilakukan tingkat pusat adalah adalah Penyusunan NSPK, Workshop, Rapat Koordinasi Teknis, Pendampingan/Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi, Sosialisasi dan Advokasi, Pengadaan Barang dan Jasa mendukung program, Dukungan Manajemen/Kesekretariatan.

Adapun kegiatan yang dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah yaitu pembinaan dan pemenuhan sumber daya fisik melalui anggaran Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Sinergi dan koordinasi ini diharapkan dapat memberikan daya ungkit untuk peningkatan pemenuhan standar yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan prioritas nasional.

3.1.2. Strategi Pendanaan

Pelaksanan kegiatan dalam pencapaian indikator tidak dapat dilepaskan pada kebutuhan anggaran. Strategi dalam pendanaan sangat diperlukan mengingat untuk pemenuhan SPA sesuai standar di Fasyankes tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pemenuhan SPA di Fasyankes di dapatkan dari berbagai sumber seperti, APBN, APBD, BLU, Dana Alokasi Khusus, Hibah Luar Negeri, Dana Dekonsentrasi dan lain sebagainya. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan berperan dalam pembinaan teknis pemanfaatan anggaran untuk pemenuhan SPA di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3.2. ANALISA PENCAPAIAN KINERJA

Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan, Indikator kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah :

3.2.1. Pencapaian Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar

(45)

36 Definisi Operasional :

Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah 110 RS Rujukan Regional dan 20 RS Rujukan Provinsi melalui ketetapan SK Dirjen BUK NO. HK.02.03/I/0363/2015 yang mendapatkan alokasi APBN/DAK dalam rangka pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat kesehatan dan ditunjukkan adanya peningkatan pemenuhannya (tidak kumulatif).

Cara perhitungan :

110 RS Rujukan Regional dan 20 RS Rujukan Provinsi yang mendapatkan dana APBN/DAK dan diukur peningkatan/pemenuhan SPA-nya.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk mewujudkan pencapaian indikator ini, meliputi;

a. Mengawal usulan perencanaan RS Rujukan Regional dan Provinsi prioritas mendapatkan alokasi DAK Fisik Penugasan dalam rangka pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan.

b. Pembahasan usulan DAK Rumah Sakit Rujukan Regional dan Provinsi pada saat desk/Rakontek DAK. Kegiatan ini untuk menjamin agar dana DAK yang diterima oleh RS sesuai dengan kebutuhan prioritas. Catatan untuk RS Rujukan Regional & Provinsi daerah DKI dipenuhi hanya melalui APBD (tidak melalui DAK).

c. Setelah memastikan ketersediaan anggaran, maka untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dari fisik yang dibeli/dipenuhi dilaksanakan

Workshop Manajemen Fasilitas dan Keselamatan Peralatan Medis dan Utilitas, dan

d. Pelaksanaan bimbingan teknis pemenuhan Standar SPA di Rumah Sakit Rujukan.

(46)

37

Sampai dengan 31 Desember 2017, pencapaian target indikator sebanyak 129 RS terdiri dari 109 Rumah Sakit Rujukan Regional, dan 20 Rumah Sakit Rujukan Provinsi terpenuhi, dari target 130 Rumah Sakit. Realisasi indikator Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar sebesar 99,2% atau 129 dari 130 RS. Capaian ini dikonfirmasi secara objektif dengan peningkatan prosentase pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan di RS Rujukan Regional dan Provinsi berdasarkan data ASPAK Tahun 2017 dan Tahun 2018.

Rumah sakit Rujukan Regional yang tidak mendapatkan alokasi DAK Fisik 2017 yaitu RSUD Embung Fatimah Batam. Hal tersebut disebabkan satker yang bersangkutan tidak mengusulkan DAK. Berdasarkan data ASPAK tahun 2017 dan tahun 2018, RSUD Embung Fatimah Batam tidak menunjukkan adanya peningkatan pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan.

3.2.2. Pencapaian Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya :

Definisi Operasional :

Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya adalah 14 RS Rujukan Nasional melalui Keputusan Menkes (Kepmenkes No. HK. 02.02/MENKES /390/2014) yang mendapatkan dana APBN/DAK dan

100 100 16.36 100 100 16.36 0 20 40 60 80 100 120

SARANA PRASARANA ALKES

Perbandingan Kelengkapan SPA RS Embung Fatimah Batam Tahun 2017 dan 2018

TAHUN 2017 TAHUN 2018

Gambar

Tabel Program-Kegiatan Tahun 2017
Tabel Perjanjian Kinerja Mengacu Renstra 2015-2019
Tabel target dan capaian indikator Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2017:
Gambar : Infografis ASPAK sebagai salah satu Inovasi Program Fasilitas Pelayanan  Kesehatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian di atas, maka judul penelitian yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab menurunnya pelaksanaan budaya Begawi Cakak Pepadun

Untuk itu, dalam bagian pertama akan dijelaskan munculnya gerakan reformasi, pemahaman masyarakat indonesia tentang reformasi,di mana gereja-gereja di indonesia menjadi bagian

Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Tradisional dalam mencapai indikator Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019 adalah pemberdayaan masyarakat

(delapan) laporan, sehingga persentase pencapaian kinerja menjadi 114% (seratus empat belas persen). Berikut adalah pengukuran kinerja untuk untuk Dana Rewards Hasil

Capaian kinerja Direktorat Jenderal Imigrasi pada program tersebut adalah tercapainya sasaran program/outcome Direktorat Jenderal Imigrasi Tahun 2017 yaitu meningkatnya

Pada variasi rasio mol reaktan didapatkan pada rasio mol 1 : 1,5 dengan nilai pH dan tegangan permukaan menurun berbanding terbalik dengan bilangan asam dan

Pada periode pembangunan jangka menengah 2015-2019, konsep Tol Laut diimplementasikan diantaranya untuk tujuan peningkatan kinerja transpor- tasi laut melalui perbaikan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iftia Putri Utami yang berjudul “Pengaruh Akuisisi terhadap Profitabilitas Perusahaan Bidder di BEI” menunjukkan bahwa tidak