• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Perencananan Pembangunan Daerah Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Jl. Jend. A. Yani 51 Km. 39,95 Martapura 70614 Telp/Fax : 0511 4721394 & 0511 4723384 http://banjarkab.bps.go.id

E-mail bps6303@gmail.com

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

Jl. Jend. A. Yani 51 Km. 39,95 Martapura 70614

Badan Perencananan Pembangunan Daerah

Dom

estik

R

egional B

ruto

K

abu

paten Ba

njar

Tah

un

2

01

0

2

01

1 & Pe

rkiraan 2

01

2

Publikasi ini menyajikan gambaran tentang

PDRB Kabupaten Banjar menurut lapangan

usaha tahun 2010 – 2011 dan perkiraan tahun

2012

Melalui publikasi ini, pembaca akan diantarkan

pada ulasan mengenai :

Pertumbuhan Ekonomi

Struktur Ekonomi

PDRB per kapita

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

menurut lapangan usaha tahun 2010 – 2011 dan

perkiraan tahun 2012, disusun oleh Seksi

Neraca Wilayah dan Analisis Statistik pada

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar,

merupakan

organisasi

resmi

yang

mengkoordinasikan

dan

melaksanakan

kegiatan statistik di daerah dengan tugas utama

menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah

dan masyarakat

(2)

B

B

A

A

P

P

P

P

E

E

D

D

A

A

-

-

B

B

P

P

S

S

K

KA

AB

BU

UP

PA

AT

TE

EN

N

B

BA

AN

NJ

JA

AR

R

K

K

e

e

r

r

j

j

a

a

s

s

a

a

m

m

a

a

:

:

(3)

Katalog BPS

: 930208.63.03

Nomor Publikasi : 63035.10.01

Naskah

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Gambar Kulit

: Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik

Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar

(4)

V I S I :

Pelopor data statistik terpercaya untuk semua (the

agent of trustworthy statistical data for all)

M I S I :

a.

memperkuat

landasan

konstitusional

dan

operasional lembaga statistik untuk

penyeleng-garaan statistik yang efektif dan efisein;

b. menciptakan insan statistik yang kompeten dan

professional, didukung pemanfaatan teknologi

informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan

Indonesia;

c. meningkatkan

penerapan

standar

klasifikasi,

konsep dan definisi, pengukuran, dan kode etik

statistik yang bersifat universal dalam setiap

penyelenggaraan statistik;

d. meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik

bagi semua pihak; dan

e. meningkatkan

koordinasi,

integrasi,

dan

sinkronisasi kegiatan statistik yang diselenggarakan

pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem

Statistik Nasional (SSN) yang efektif dan efisien.

(5)

BUPATI BANJAR

Jln. Jend. A. Yani No. 2 Telp. (0511) 4721210 Martapura 70611 Kal - Sel

KATA SAMBUTAN

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi “Produk Domestik regional Bruto Kabupaten Banjar

Tahun 2010 – 2011 dan Perkiraan Tahun 2012” yang disusun setiap

tahun secara berkala oleh Bappeda dan BPS Kabupaten Banjar.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan sebagai indikator makro ekonomi yang didalamnya memuat berbagai data mengenai pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi daerah, pendapatan per kapita serta indikator lain yang sangat berguna untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan dibidang ekonomi serta sebagai salah satu tolok ukur tingkat kesejahteraan masyarakat.

Harapan saya, terbitnya publikasi ini dapat dimanfaatkan dengan baik serta dijadikan dasar dalam penyusunan kebijakan dan penentuan skala prioritas pembangunan khususnya di wilayah Kabupaten Banjar.

Akhirnya saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada BAPPEDA Kabupaten Banjar dan BPS Kabupaten Banjar beserta jajarannya dan semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini.

Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan meridhoi segala usaha dan pengabdian kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Martapura, September 2012

BUPATI BANJAR,

(6)

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjar Tahun 2010-2011 dan Perkiraan Tahun 2012 merupakan kelanjutan penerbitan sebelumnya yang dilakukan secara rutin oleh BPS Kabupaten Banjar dalam upaya untuk memenuhi berbagai kebutuhan data makro khususnya dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan di tingkat Kabupaten Banjar.

Angka–angka yang disajikan dalam publikasi ini umumnya dalam satuan/besaran rupiah dan persentase, baik angka sektoral, agregasi maupun angka perkapita. Ragam angka yang disajikan antara lain meliputi nilai tambah per sektor ekonomi, struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan nilai PDRB per kapita. Khusus tahun 2012 yang disajikan adalah angka estimasi/perkiraan berdasarkan metode statistik yang ada.

Meskipun telah diupayakan kelengkapan dan penyempurnaan data serta percepatan penyajian, namun masih dirasa belum dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen data secara menyeluruh. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan publikasi yang akan datang.

Kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan publikasi ini sejak pengumpulan data sampai buku ini diterbitkan kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Akhirnya semoga publikasi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkati dan meridhoi segala usaha dan pengabdian kita. Amin.

Martapura, September 2012

KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KEPALA BAPPEDA KABUPATEN BANJAR, KABUPATEN BANJAR,

EDY RAHMADI, SP, MP MUHAMMAD RUSDI, ST. MT

(7)

KATA SAMBUTAN . . . i

KATA PENGANTAR . . . ii

DAFTAR ISI . . . iii

BAB I PENDAHULUAN . . . 1

1.1 LATAR BELAKANG . . . 1

1.2 ARTI DAN KEGUNAAN . . . 2

BAB II KONSEP DAN DEFINISI . . . 5

2.1 PENGERTIAN DASAR . . . 5

2.1.1 Konsep Domestik & Regional . . . 5

2.1.2 Produk Domestik & Regional . . . 5

2.1.3 Pendapatan Regional & Daerah . . . 6

2.1.4 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku . . . 7

2.1.5 PDRB Atas Dasar Harga Konstan . . . 7

2.1.6 Pendapatan Regional & Per kapita . . . 8

2.1.7 Pendapatan Regional Berlaku/Konstan . . . 8

2.2 METODE PENGHITUNGAN PDRB . . . 9

2.2.1 Pendekatan Produksi . . . 10

2.2.2 Pendekatan Pendapatan . . . 10

2.2.3 Pendekatan Pengeluaran . . . 11

2.2.4 Metode Alokasi . . . 11

2.3 PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN . . . 12

2.4 CARA PENYAJIAN . . . 15

BAB III URAIAN SEKTORAL . . . 16

3.1 PERTANIAN . . . 16

(8)

3.3 INDUSTRI PENGOLAHAN . . . 17

3.4 LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM . . . 18

3.5 BANGUNAN/KONSTRUKSI . . . 19

3.6 PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN . . . 19

3.6.1 Perdagangan Besar & Eceran . . . 19

3.6.2 Hotel . . . 20

3.6.3 Restoran . . . 20

3.7 PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI . . . 21

3.8 KEUANGAN, SEWA BANGUNAN DAN JASA PERUSAHAAN . . . 22

3.8.1 Keuangan . . . 22

3.8.2 Sewa Bangunan . . . 22

3.8.3 Jasa Perusahaan . . . .. 23

3.9 JASA-JASA . . . 23

3.9.1 Pemerintahan dan Hankam . . . .. 23

3.9.2 Jasa Swasta . . . 24

BAB IV PEREKONOMIAN KABUPATEN BANJAR 25 4.1 NILAI NOMINAL PDRB 2010-2012 . . . 25

4.2 STRUKTUR EKONOMI . . . . . . 28

4.3 PERTUMBUHAN EKONOMI KAB.BANJAR . . . 31

4.4 PDRB PER KAPITA . . . 38

4.5 INDEKS HARGA IMPLISIT . . . 44 TABEL-TABEL PDRB KABUPATEN BANJAR 2010-2012 47

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan/usaha untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara adil dan merata. Untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut tidaklah mudah, karena mencakup berbagai aspek dan multi dimensi. Proses pembangunan memerlukan jangka waktu yang panjang dan perencanaan yang matang.

Berkaitan dengan hal tersebut, data statistik mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyusunan suatu perencanaan pembangunan ekonomi daerah, diantaranya sebagai bahan analisis untuk menentukan arah tujuan dan sasaran pembangunan. Selain itu, data statistik juga diperlukan untuk melakukan evaluasi terhadap hasil dan implikasi dari suatu kebijakan dan program yang telah dilaksanakan.

Pertumbuhan ekonomi regional merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi yang tercipta dari kinerja dunia usaha diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap variabel lain, seperti menurunnya tingkat kemiskinan, bertambahnya lapangan pekerjaan, meningkatnya kesejahteraan penduduk dan sendi-sendi kehidupan lain yang terpengaruh oleh pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi tidak selamanya dampak positif yang diharapkan dari tumbuhnya ekonomi mampu dicapai dengan baik. Masih banyak faktor lain yang mempengaruhinya, disamping pertumbuhan

(10)

ekonomi itu sendiri dapat memberikan gambaran yang semu dari peningkatan kesejahteraan penduduk.

Untuk mengetahui besarnya peningkatan pendapatan masyarakat dan seberapa jauh pergeseran ekonomi di suatu daerah juga dibutuhkan data statistik khususnya data tentang pendapatan regional secara berkala. Data statistik pendapatan regional bisa digunakan oleh berbagai pihak khususnya pemerintah yang berkepentingan mengetahui hasil-hasil pembangunan di bidang ekonomi dengan segala implikasinya.

1.2. ARTI DAN KEGUNAAN

Hasil penghitungan pendapatan regional pada dasarnya merupakan pencerminan dari nilai barang dan jasa yang telah di produksi oleh unit-unit produksi/perusahaan selama satu tahun. Dengan mengetahui nilai barang dan jasa yang dapat diproduksi, berarti mencerminkan sikap produktivitas yang dapat dicapai secara menyeluruh maupun sektoral, sehingga bisa terlihat seberapa jauh sumber-sumber tersebut dimanfaatkan. Namun hasil penghitungan pendapatan regional secara keseluruhan kadang-kadang tidak dapat memberikan gambaran nyata dari kondisi real masyarakat di daerah tersebut. Karena adanya sektor-sektor tertentu yang mempunyai kontribusi cukup besar namun tidak menyentuh masyarakat banyak, yang dapat mempengaruhi penilaian kita akan kondisi masyarakat di suatu daerah.

Besarnya pertumbuhan ekonomi hanya dihitung dari nilai tambah dunia usaha tanpa melihat pemilik dari faktor-faktor produksi itu sendiri. Jika faktor produksi dari seluruh kegiatan usaha yang ada di Kabupaten Banjar adalah milik penduduk Kabupaten Banjar, maka pertumbuhan ekonomi akan

(11)

dapat dinikmati oleh penduduk Kabupaten Banjar. Tetapi sebaliknya, jika faktor produksi banyak dikuasai oleh penduduk luar Kabupaten Banjar maka pertumbuhan ekonomi justru akan banyak dinikmati oleh penduduk bukan dari Kabupaten Banjar. Disamping itu, pertumbuhan ekonomi yang terjadi dapat mendorong perekonomian regional kalau nilai tambah dari dunia usaha dimanfaatkan untuk penanaman modal pada dunia usaha yang ada di Kabupaten Banjar.

Karena pengertian pertumbuhan ekonomi dapat memberikan gambaran yang semu, sudah selayaknya orientasi pembangunan ekonomi lebih ditekankan pada peningkatan kesejahteraan penduduk dan pemerataannya. Pengertian pembangunan bukan hanya sekedar menaikan PDB atau PDRB saja, tapi lebih diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

Untuk memantau perkembangan pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Banjar, diperlukan indikator-indikator dan data yang merupakan kompilasi dari berbagai sumber. Penyediaan data-data statistik berupa indikator-indikator tersebut mutlak diperlukan guna pemantauan dan pemberian masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan yang bersifat strategis.

Salah satu data statistik yang dapat digunakan untuk melihat hasil dari perencanaan yang dilakukan dapat dilihat dari PDB (Produk Domestik Bruto) untuk tingkat nasional dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) untuk wilayah/region propinsi/kabupaten/kota. Dengan mengamati nilai PDRB tersebut maka dapat diketahui kinerja perekonomian berbagai sektor

(12)

lapangan usaha, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai salah satu alat bantu untuk membuat perencanaan.

Untuk mengetahui lebih jauh keadaan perekonomian Kabupaten Banjar di tahun 2011 dan estimasi tahun 2012, maka seperti biasa BPS Kabupaten Banjar bekerja sama dengan BAPPEDA Kabupaten Banjar menerbitkan publikasi PDRB yang berisi table-tabel pokok, tabel turunan dan angka agregatif PDRB beserta analisis singkat beberapa variabel seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Perekonomian, dan PDRB per kapita.

(13)

BAB II

KONSEP DAN DEFINISI

2.1. PENGERTIAN DASAR

Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini selalu berkaitan dengan pengertian produk domestik regional bruto , produk domestik regional neto, pendapatan regional dan pendapatan per kapita. Untuk memudahkan para pemakai data dalam memahami istilah yang lazim dipakai pada proses penghitungan pendapatan regional tersebut maka pada bagian ini akan diuraikan beberapa istilah dimaksud.

2.1.1. Konsep Domestik dan Regional

Wilayah perekonomian yang akan diselidiki untuk membuat suatu penghitungan pendapatan nasional adalah suatu negara, sedang untuk membuat suatu penghitungan pendapatan regional adalah suatu daerah dari suatu negara. Pengertian daerah disini adalah Provinsi atau Kabupaten/Kota dan Kecamatan.

Transaksi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi dalam wilayah domestik suatu daerah, dan transaksi yang dilakukan oleh masyarakat (resident) dari daerah tersebut.

2.1.2. Produk Domestik dan Produk Regional

Semua produk barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan ekonomi yang beroperasi di wilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor produksinya berasal dari atau dimiliki oleh penduduk daerah tersebut, merupakan produk domestik daerah yang bersangkutan. Pendapatan yang timbul oleh karena adanya kegiatan produk tersebut merupakan pendapatan domestik. Yang dimaksud dengan wilayah domestik suatu

(14)

daerah adalah meliputi daratan dan lautan yang berada di dalam batas-batas geografis daerah tersebut. Wilayah administratif suatu daerah merupakan wilayah domestik daerah tersebut.

Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negeri, demikian juga sebaliknya faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk daerah tersebut ikut serta dalam proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut.

Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari dan ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka timbul perbedaan antara produk domestik dan produk regional.

Yang dimaksud dengan produk regional adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang diterima dari luar daerah/negeri dikurang dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah.

2.1.3. Pendapatan Regional dan Pendapatan Daerah

Pengertian pendapatan regional sering dikacaukan dengan pendapatan daerah. Pendapatan Regional sebenarnya adalah jumlah seluruh nilai neto barang dan jasa yang dihasilkan suatu daerah dalam waktu tertentu, atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh

(15)

pendapatan yang diterima oleh factor produksi. Sedangkan Pendapatan

Daerah adalah besarnya penerimaan pemerintah dalam bentuk pajak dan

non pajak dari masyarakat.

Dalam kenyataannya pendapatan yang dihasilkan oleh suatu daerah belum tentu akan dinikmati/digunakan oleh masyarakat daerah tersebut dan sebaliknya ada pendapatan yang dinikmati oleh masyarakat yang berasal dari daerah lainnya. Untuk melihat produktivitas suatu daerah dicerminkan dalam produk domestik dan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari pendapatan regional setelah diperhitungkan aliran pendapatan yang keluar-masuk daerah tersebut.

2.1.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga

Berlaku

Angka PDRB atas dasar harga berlaku adalah merupakan

penjumlahan nilai tambah (value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian dari suatu wilayah.

Nilai tambah merupakan gabungan komponen faktor pendapatan yang terdiri dari upah/gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan termasuk pajak tidak langsung neto. Dengan menghitung nilai tambah dari masing-masing sektor ekonomi dan menjumlahkannya akan diperoleh PDRB atas dasar harga berlaku.

2.1.5. Produk Domestik Regional Neto (PDRN) Atas Dasar Harga

Berlaku

PDRN adalah nilai komponen penyusutan dari PDRB yang sudah dikeluarkan. Penyusutan yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) nya

(16)

barang-barang yang ikut serta dalam proses produksi. Jika seluruh nilai susut barang-barang modal semua sektor lapangan usaha dijumlahkan maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud.

2.1.6. Pendapatan Regional dan Pendapatan Per kapita

Secara teoritis PDRN merupakan pendapatan yang sebenarnya diterima (income received) oleh seluruh penduduk yang tinggal di wilayah tersebut, yang pada akhirnya merupakan pendapatan regional bagi wilayah tersebut. Dalam proses penghitungan pendapatan regional selama ini dianut suatu anggapan (asumsi), bahwa pendapatan/keuntungan yang berasal dari luar wilayah dan yang mengalir ke luar wilayah, dianggap saling meniadakan atau menghapuskan (cancel out). Pada penghitungan pendapatan nasional , angka-angka mengenai pendapatan/keuntungan yang berasal dari luar negeri dan yang mengalir ke luar negeri dapat diturunkan dari neraca pembayaran luar negeri (balance of payment).

Dengan berpedoman pada anggapan tadi, maka untuk sementara PDRN dianggap sebagai pendapatan regional. Apabila pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk keadaan pertengahan tahun, maka hasilnya akan merupakan pendapatan per kapita wilayah itu.

2.1.7. Pendapatan Regional Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas

Dasar Harga Konstan

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah pada

(17)

kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun dan disajikan dalam dua versi penilaian yaitu :

1. Atas dasar harga berlaku, yaitu apabila semua produksi barang

dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat perubahan struktur ekonomi suatu wilayah dan menghitung besarnya PDRB per kapita. Pendapatan regional yang masih mengandung inflasi ini disebut pendapatan regional atas dasar harga berlaku (ar current price)

2. Atas dasar harga konstan, yaitu apabila semua produksi barang

dan jasa dinilai dengan harga pada tahun tertentu yang dipilih sebagai tahun dasar. Penilaian ini dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, karena data ini mencerminkan pertumbuhan produksi barang dan jasa secara riil (tidak ada lagi pengaruh perubahan harga) dari satu tahun ke tahun berikutnya. Pendapatan regional yang unsur inflasinya sudah ditiadakan ini disebut pendapatan regional atas dasar harga konstan (ar constant price).

2.2. METODE PENGHITUNGAN PDRB

Dalam proses penghitungan PDRB selama ini dikenal dengan empat metode pendekatan yang digunakan, yakni ;

a. Metode pendekatan dari segi produksi (production approach) b. Metode Pendekatan dari segi pendapatan (income approach) c. Metode pendekatan dari segi pengeluaran (expenditure approach) d. Metode alokasi (allocation method)

(18)

Penggunaan atau penerapan salah satu dari ke empat metode pendekatan tersebut sangat ditentukan oleh jenis atau struktur biaya yang tersedia. Baik yang berhasil disediakan dari catatan instansi/lembaga penyedia data maupun yang dapat diperoleh dari hasil survei.

2.2.1. Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB dihitung dengan melakukan penjumlahan nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah/region pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha,yaitu :

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. Pertambangan dan Penggalian.

Industri Pengolahan. Listrik dan Gas. Konstruksi.

Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pengangkutan dan Komunikasi.

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Jasa-jasa

2.2.2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB dihitung dengan melakukan penjumlahan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah/region pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan, semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak

(19)

tak langsung lainnya. Dalam pengertian Produk Domestik Regional Bruto, termasuk juga penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung netto. Jumlah seluruh komponen pendapatan tersebut disebut Nilai Tambah Bruto (NTB). Kemudian penjumlahan NTB seluruh sektor lapangan usaha akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.2.3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDRB dihitung dengan melakukan penjumlahan semua pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukkan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah/region. Ekspor netto disini adalah ekspor dikurangi impor.

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut memberikan jumlah yang sama antara jumlah pengeluaran dengan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksinya.

2.2.4. Metode Alokasi (Allocation Method)

Ketiga metode pendekatan yang telah diuraikan sebelumnya merupakan metode langsung. Karena konsepsi dasar yang digunakan memungkinkan secara langsung dilakukan penghitungan nilai tambah. Sedangkan motode alokasi disebut dengan motode tidak langsung, karena penggunaan metode dari sisi alokasi pada dasarnya disebabkan oleh keadaan keterbatasan data struktur biaya yang diperoleh dari sumbernya

(20)

sangat tidak memungkinkan bila dengan menerapkan salah satu pendekatan secara langsung.

Salah satu contoh sederhana yang perlu menggunakan metode alokasi misalnya; satu unit produksi mempunyai kantor pusat yang berada di wilayah lain, sedangkan kantor cabangnya berada pada wilayah yang hendak dihitung angka PDRB nya. Dari informasi yang diperoleh bahwa kantor cabang tersebut langsung menyampaikan datanya ke kantor pusat, maka pada akhirnya penghitungan nilai tambah tidak dapat dilakukan.

Oleh karena itu upaya pemecahan hambatan tadi dapat dilakukan dengan menggunakan jenis-jenis indikator yang mempunyai hubungan erat dengan peranan dari kantor cabang tadi dalam hal pembentukan produksi/keuntungan secara keseluruhan, misalnya indikatornya adalah volume produksi atau jumlah tenaga kerja dan sebagainya.

2.3. PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN

PDRB selain dihitung atas dasar harga berlaku, juga dihitung berdasarkan harga konstan. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan PDRB secara riil, bukan karena adanya kenaikan harga. Penghitungan atas dasar harga konstan ini berguna antara lain dalam perencanaan ekonomi, dimana untuk menilai pertumbuhan ekonomi baik secara keseluruhan maupun sektoral dan untuk melihat perubahan struktur suatu daerah.

Ada empat cara yang dikenal untuk menghitung nilai tambah atas dasar harga konstan, yaitu :

(21)

a. Revaluasi

Metode ini dilakukan dengan cara menilai jumlah produksi/output dan biaya antara tahun berjalan dengan harga tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara.

Dalam prakteknya, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara yang digunakan, karena mencakup komponen input yang sangat banyak, disamping data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu, biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas dasar harga konstan masing-masing tahun dengan rasio tetap biaya antara terhadap output pada tahun dasar.

b. Ekstrapolasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat berupa indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan ataupun indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap cocok dengan jenis kegiatan yang dihitung.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap perhitungan output atas dasar harga konstan kemudian dengan menggunakan rasio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

(22)

c. Deflasi

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku dengan indeks harga masing-masing tahun. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan indeks lainnya yang dianggap lebih cocok menggambarkan perkembangan harga dari produk suatu sektor.

Indeks harga di atas dapat pula dipakai sebagai inflator dalam keadaan dimana nilai tambah atas dasar harga yang berlaku justru diperoleh dengan mengalikan nilai tambah atas dasar harga konstan dengan indeks harga tersebut.

d. Deflasi Ganda

Dalam deflasi berganda ini, yang dideflasi adalah output dan biaya antaranya, sedangkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk penghitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks harga perdagangan besar sesuai dengan cakupan komoditinya, sedangkan indeks harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.Kenyataannya sangat sulit melakukan deflasi terhadap biaya antara, disamping karena komponennya terlalu banyak juga dikarenakan indeks harganya belum tersedia secara baik. Oleh karena itu dalam penghitungan harga konstan, deflasi berganda ini belum banyak dipakai.

(23)

2.4. CARA PENYAJIAN

Publikasi PDRB Kabupaten Banjar disajikan , yaitu PDRB menurut sektor/lapangan usaha. Pembagian sektor dari PDRB menurut lapangan usaha tersebut adalah :

1. Pertanian

2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Bangunan

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa

Penyajian PDRB menurut lapangan usaha dibedakan dalam dua bentuk, yaitu :

a) Penyajian atas dasar harga berlaku, yaitu PDRB dinilai atas dasar harga berlaku pada masing-masing tahun, baik pada saat menilai jumlah produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB.

b) Penyajian atas dasar harga konstan 2000, PDRB dinilai seluruhnya dengan harga tahun dasar. Karena setiap tahun dinilai dengan harga yang sama (harga tahun dasar), maka perkembangan PDRB dari tahun ke tahun semata-mata adalah karena perkembangan produksi riil, bukan disebabkan oleh kenaikan harga.

(24)

BAB III

URAIAN SEKTORAL

Uraian sektoral yang disajikan pada bagian ini mencakup ruang lingkup dan definisi dari masing-masing sektor secara garis besar, cara-cara perhitungan nilai tambah bruto baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber datanya.

3.1. PERTANIAN

Sektor pertanian terdiri dari lima subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan dan hasil-hasilnya, subsektor kehutanan dan subsektor perikanan.

Secara umum, data produksi yang digunakan dalam penghitungan nilai tambahnya diperoleh dari instansi yang terkait, seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan, Dinas Kehutanan dan Dinas Perikanan. Sedangkan data harga yang digunakan untuk penilaian produksi sebagian diperoleh dari data hasil survei BPS Kabupaten Banjar dan data harga dari instansi terkait tersebut.

Pada penghitungan nilai tambah atas harga berlaku sektor ini semuanya menggunakan pendekatan produksi, sedangkan nilai tambah atas harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan metode revaluasi.

3.2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

Sektor ini mencakup kegiatan-kegiatan penggalian, pengambilan segala macam pemanfaatan seperti benda non biologis barang-barang

(25)

tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik yang berupa benda padat, benda cair maupun gas. Sektor ini terbagi menjadi tiga subsektor yaitu subsektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas), subsektor pertambangan tanpa migas dan subsektor penggalian.

Data produksi dan harga subsektor pertambangan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu setiap jenis produksi dengan harganya kemudian dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan hasil survei yang dilakukan oleh BPS. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 hitung dengan cara revaluasi.

3.3. INDUSTRI PENGOLAHAN

Sektor ini mencakup industri besar dan sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Pembagian subsektor ini didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri. Untuk kegiatan industri dengan tenaga kerja lebih dari 100 orang digolongkan industri besar, kemudian industri dengan tenaga kerja antara 20–99 orang digolongkan industri sedang, industri dengan tenaga kerja 5–19 orang merupakan industri kecil serta industri dengan tenaga kerja antara 1–4 orang digolongkan sebagai industri rumah tangga.

Data output, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari survei lengkap Industri Besar dan Sedang yang dilakukan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik. Data hasil survei tersebut dikompilasi untuk menghitung output dan biaya antaranya agar dapat

(26)

diperoleh NTB atas harga berlaku. NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode deflasi menggunakan indeks harga barang-barang industri.

Sedangkan data output, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku untuk industri kecil dan rumah tangga diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS antara lain Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR). NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan metode deflasi seperti yang dilakukan untuk industri besar sedang.

3.4. LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM

Sektor ini hanya terdiri dari subsektor listrik dan subsektor air minum. Subsektor listrik ini mencakup kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Non PLN. Sedangkan subsektor air minum mencakup kegiatan produksi air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum.

Data produksi, rata-rata tarif listrik PLN diperoleh dari PLN Distribusi Kalimantan Selatan, sedangkan data output, biaya antara dan nilai tambah bruto listrik non PLN diperoleh dari estimasi berdasarkan survei yang dilakukan BPS. Sementara itu data output, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku subsektor air minum diperoleh langsung dari hasil survei lengkap perusahaan air minum yang dilaksanakan setiap tahun oleh Badan Pusat Statistik.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi.

(27)

3.5. BANGUNAN/KONSTRUKSI

Sektor ini mencakup segala kegiatan pembangunan fisik (konstruksi), baik berupa gedung, jalan, jembatan dan konstruksi lainnya. Data output, biaya antara dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari Survei Konstruksi dan hasil Sensus Ekonomi, serta data Realisasi Pengeluaran Pembangunan Pemerintah Kabupaten Banjar maupun Pemerintah Desa, yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik tiap tahun, dijadikan dasar untuk mengestimasi nilai tambah bruto sektor konstruksi.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan deflatornya IHPB barang-barang bangunan.

3.6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 3.6.1. Perdagangan Besar dan Eceran

Penghitungan nilai tambah bruto subsektor perdagangan dilakukan dengan cara pendekatan arus barang, yaitu dengan memperkirakan berapa besarnya barang-barang hasil pertanian, pertambangan/penggalian dan industri yang diperdagangkan. Besarnya barang-barang yang diperdagangkan dihitung dengan cara mengalikan output sektor pertanian, pertambangan/ penggalian dan industri dengan marketed surplus ratio (rasio margin perdagangan).

Output subsektor perdagangan besar dan eceran diperoleh dengan cara mengalikan nilai barang yang diperdagangkan tadi dengan rasio margin perdagangannya. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan output perdagangannya.

(28)

Data marketed surplus ratio diperoleh dari Tabel Input-Output Nasional sedangkan rasio biaya antara terhadap output diperoleh dari Survei Khusus Sektoral (SKS). Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung sama dengan seperti uraian di atas, tetapi terhadap nilai output atas dasar harga konstan 2000 dari sektor pertanian, pertambangan/ penggalian dan industri serta impor .

3.6.2. Hotel

Subsektor ini mencakup hotel-hotel baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam kamar terjual dengan rata-rata output per malam kamar terjual. Data jumlah malam kamar terjual diperoleh dari survei hotel bulanan sedangkan rata-rata output per malam kamar terjual dan rasio biaya antara terhadap output diperoleh dari Survei Khusus Sektoral. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara mengurangi biaya antara terhadap nilai output.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Perdagangan Besar.

3.6.3. Restoran

Nilai tambah bruto subsektor ini diperkirakan dengan cara mengalikan jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja, kemudian hasilnya dikurangi biaya antara. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara terhadap output dengan nilai restoran.

(29)

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks produksi dari kegiatan tersebut.

3.7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Secara garis besar sektor ini terbagi menjadi kegiatan angkutan jalan raya, angkutan air, angkutan udara, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Data beberapa indikator kegiatan ini diperoleh dari pengumpulan data sekunder sektoral seluruh kecamatan. Untuk kegiatan angkutan, nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan produksi dimana output dihitung dengan cara mengalikan indikator yang sesuai dengan rata-rata output per jenis indikator. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks dari masing-masing indikator yang sesuai.

Untuk kegiatan telekomunikasi, nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku pos dan giro diperoleh dengan cara mengalokasikan output pos dan giro dengan alokator jumlah pengiriman surat, wesel, paket yang diperoleh dari PT. Pos Indonesia Kabupaten Banjar, sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku Telkom diperoleh dengan cara mengalokasikan output Telkom Propinsi Kalimantan Selatan dengan alokatornya adalah jumlah pulsa otomat dan menit interlokal, dikurangi biaya antaranya.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim, wesel dan barang yang dipaketkan untuk pos dan giro

(30)

serta indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah pulsa otomat dan menit interlokal untuk telekomunikasi.

3.8. KEUANGAN, SEWA BANGUNAN DAN JASA PERUSAHAAN 3.8.1. Keuangan

Sektor ini mencakup kegiatan Bank, Asuransi, Koperasi Simpan Pinjam dan lembaga keuangan lainnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh langsung dari Bank Indonesia, ditambah dengan nilai tambah bruto yang didapat dari indikator lembaga keuangan lainnya seperti Asuransi, Koperasi Simpan Pinjam dan lain-lain dikalikan dengan output per indikatornya yang didapat dari Survei Khusus Sektoral. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan deflasi dengan deflatornya Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.

3.8.2. Sewa Bangunan

Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa yang berhubungan dengan proses penggunaan rumah/bangunan sebagai tempat tinggal oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri serta bangunan bukan tempat tinggal.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga khususnya pengeluaran mengenai sewa rumah per kapita dikalikan penduduk. Sedangkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan deflatornya IHK komponen tempat tinggal.

(31)

3.8.3. Jasa Perusahaan

Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa perusahaan seperti notaris, advokat, persewaan alat, konsultan teknik, periklanan dan lain-lain. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian antara indikator jumlah tenaga kerja dan jumlah perusahaan dikalikan dengan output per indikator masing-masing dikurangi dengan biaya antaranya. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya jumlah tenaga kerja dan jumlah perusahaan.

3.9. JASA-JASA

3.9.1. Pemerintahan dan Hankam

Sektor ini mencakup kegiatan pemerintahan dalam menyediakan jasa pelayanan umum kepada masyarakat. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan pendapatan, yaitu dengan menjumlahkan upah/gaji pegawai pemerintah daerah kabupaten dan Pemerintahan Desa serta pegawai pemerintah pusat dan Hankam yang ada di Kabupaten Banjar ditambah besarnya penyusutan.

Data upah/gaji dari pegawai pemerintah kabupaten dan pegawai pemerintah desa diambil berdasarkan data dari hasil Survei Keuangan Daerah K-2 dan K-3 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik. Sementara itu, nilai tambah pegawai pemerintah pusat dihitung dengan cara alokasi dari angka propinsi.

(32)

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya indeks tertimbang jumlah pegawai negeri golongan dan ruang kepangkatan.

3.9.2. Jasa Swasta

Sektor ini mencakup kegiatan jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dan rumah tangga. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi rata-rata output per tenaga kerja dikalikan dengan tenaga kerja dikurangi biaya antara.

Biaya antara diperoleh dari rasio biaya antara terhadap output dikalikan output. Data output per tenaga kerja dan rasio biaya antara diperoleh Survei Khusus Sektoral, sedangkan jumlah tenaga kerja didasarkan pada hasil pengumpulan data sekunder sektoral seluruh kecamatan.

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 untuk jasa sosial dan kemasyarakatan dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan ekstrapolatornya menggunakan data jumlah tenaga kerja, sedangkan untuk jasa hiburan dan kebudayaan serta jasa perorangan dengan rumah tangga dihitung dengan cara deflasi dengan deflatornya IHK aneka barang dan jasa.

(33)

BAB IV

TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BANJAR

Indikator ekonomi yang akan diuraikan dalam tinjauan perekonomian Kabupaten Banjar 2009-2011 dan perkiraan Tahun 2012 meliputi nilai nominal PDRB, struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita dan Indeks Harga Implisit.

Khusus untuk data PDRB 2010 adalah merupakan angka yang telah diperbaiki hasil penghitungan tahun 2011, sedangkan PDRB 2011 adalah masih bersifat sementara. Untuk data PDRB 2012 sifatnya merupakan angka perkiraan dengan menggunakan metode statistik yang ada.

Berikut diuraikan tinjauan ekonomi Kabupaten Banjar berdasarkan beberapa indikator sebagai berikut:

4.1. NILAI NOMINAL PDRB 2010–2012

Salah satu kegunaan angka nominal PDRB adalah melihat kinerja perekonomian suatu daerah. Nilai PDRB tinggi menunjukkan kinerja perekonomian tersebut cukup berhasil, sebaliknya PDRB rendah menunjukkan lemahnya kinerja perekonomian. Tinggi rendahnya kinerja perekonomian suatu daerah tergantung pada kemampuan daerah tersebut dalam mengelola sumber daya alam yang dimiliki melalui suatu proses produksi dengan menggunakan teknologi tertentu. Oleh karena itu, besar kecilnya PDRB suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumber daya yang ada dan faktor-faktor produksi yang terdapat di daerah tersebut.

(34)

PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Penyajian atas dasar harga berlaku dimaksudkan untuk memperoleh gambaran besaran nilai tambah yang bisa dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, sedangkan atas dasar harga konstan dimaksudkan untuk melihat secara riil besaran nilai tambah yang dihasilkan setelah pengaruh kenaikan harga dihilangkan.

Tabel 1.

PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2008-2012

Tahun

Harga Berlaku Harga Konstan

Rupiah (000) Pertumb (%) Rupiah (000) Pertumb (%)

(1) (2) (3) (4) (5) 2008 5 293 653 092 16,58 3 007 649 739 6,94 2009 6 148 811 632 16,15 3 193 543 959 6,18 2010 6 942 098 168 12,90 3 344 304 960 4,72 2011*) 7 869 270 461 13,36 3 551 558 467 6,20 2012**) 8 625 762 484 9,61 3 775 982 030 6,32 *) Angka Sementara **) Angka Perkiraan

Menurut hasil perhitungan atas dasar harga berlaku, dari nilai tambah yang diciptakan, perekonomian Kabupaten Banjar tahun 2011 mampu menghasilkan PDRB sebesar Rp7,87 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun

(35)

2010 yang mencapai Rp6,94 triliun. Sedangkan untuk tahun 2012, berdasarkan perhitungan sementara nilai PDRB Kabupaten Banjar diperkirakan mencapai Rp8,63 triliun.

Pada Tabel 1 tersebut juga menggambarkan nilai PDRB atas dasar harga konstan, dimana pada tahun 2011 mencapai Rp3,55 triliun, sedangkan pada tahun 2012 diperkirakan naik menjadi Rp3,78 triliun. Dengan kata lain PDRB tahun 2011 tumbuh 6,20 persen, sedangkan untuk 2012 diperkirakan tumbuh sebesar 6,32 persen.

500 1.000 1.500 2.000 2.500 2010 2011 2012 MILIAR RUPIAH

PDRB KABUPATEN BANJAR ADH BERLAKU TAHUN 2010-2012

(36)

4.2. STRUKTUR EKONOMI

Identifikasi potensi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dengan segala aspeknya. Namun demikian secara spesifik struktur ekonomi yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor ekonomi tadi mempunyai korelasi dan ketergantungan yang komprehensif dalam berproduksi. Secara umum, struktur ekonomi menggambarkan besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam penciptaan PDRB suatu daerah. Disamping itu, struktur ekonomi juga dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan suatu daerah terhadap suatu sektor. Sektor ekonomi yang mempunyai peranan yang cukup besar, akan menjadi andalan bagi daerah. 886 573 223 21 210 779 179 134 339 929 606 235 23 221 834 190 145 368 987 633 247 24 234 897 199 155 401 Pe rta nia n Pe ta m ba ng an In du st ri Lis trik Ko ns tru ks i Pe rd ag an ga n An gk ut an Ke ua ng an Ja sa -J as a 2010 2011 2012

PDRB KABUPATEN BANJAR ADH KONSTAN TAHUN 2010 - 2012

(37)

Besarnya dominasi sektor ekonomi yang menjadi motor penggerak perekonomian Kabupaten Banjar Tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada struktur perekonomian regional Kabupaten Banjar seperti tercantum pada Tabel 2.

Kontribusi sektor pertanian dalam PDRB Kabupaten Banjar yang sebelumnya selalu menempati peringkat pertama, sejak 2010 tergeser posisinya oleh sektor perdagangan. Pada tahun 2011, sektor perdagangan memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,70 persen dengan nominal sebesar Rp1,86 triliun. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun 2010 yang share-nya mencapai 23,47 persen dengan nominal Rp1,63 triliun. Sedangkan untuk tahun 2012 diperkirakan akan memberikan kontribusi

Pertanian 21,71 Petambangan 21,51 Industri 5,72 Listrik 0,78 Konstruksi 5,99 Perdagangan 23,70 Angkutan 5,46 Keuangan 4,09 Jasa-Jasa 11,05

STRUKTUR EKONOMI 2011

(38)

sebesar 23,99 persen dengan nominal sebesar Rp2,07 triliun. Sub sektor yang sangat menunjang penciptaan NTB sektor ini adalah sub sektor perdagangan besar dan eceran, dimana pada tahun 2011 kontribusi sub sektor ini sekitar 20,69 persen. Sedangkan untuk sub sektor lainnya yakni restoran/rumah makan dan perhotelan memberikan kontribusi masing-masing hanya sebesar 2,97 persen dan 0,04 persen saja.

Tabel 2.

Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar ADH Berlaku Tahun 2010-2012 No Sektor 2010 2011*) 2012**) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 22,15 21,71 22,15 2. Pertambangan / Penggalian 21,09 21,51 20,55 3. Industri Pengolahan 5,75 5,72 5,78 4. Listrik dan Air Bersih 0,78 0,78 0,80 5. Bangunan/Konstruksi 6,22 5,99 5,90 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 23,47 23,70 23,99 7. Pengangkutan / Komunikasi 5,64 5,46 5,46 8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perush. 3,99 4,09 4,09 9. Jasa-jasa 10,91 11,05 11,29

PDRB dengan pertambangan 100,00 100,00 100,00

*) Angka Sementara **) Angka Perkiraan

(39)

Sektor pertanian yang menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap penciptaan nilai tambah PDRB Kabupaten Banjar 2011, memberikan share sebesar 21,71 persen dengan nominal Rp1,71 triliun. Kontribusi yang diberikan sektor pertanian ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 22,15 persen. Menurunnya kontribusi di sektor pertanian ini terutama karena berkurangnya share yang diberikan oleh sub sektor tabama khususnya tanaman padi, dimana komoditi tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sektor pertanian. Pada 2012, sektor pertanian diperkirakan akan memberikan share sebesar 22,15 persen.

Kontribusi terbesar ketiga terhadap total PDRB tahun 2011 masih ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian yaitu sekitar 21,51 persen dengan sumbangan sub sektor pertambangan non migas sebesar 16,12 persen dan sub sektor penggalian sekitar 5,39 persen.

Sektor jasa-jasa berada pada peringkat ke empat dengan peranan sekitar 11,05 persen. Peranan yang paling dominan ditunjang oleh sub sektor pemerintahan umum yaitu 10,00 persen, sedangkan peranan sub sektor swasta berkisar 1,05 persen saja.

4.3. PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BANJAR

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran keberhasilan pembangunan, terutama dalam bidang ekonomi. Perkembangan sektor ekonomi yang terbentuk dari laju pertumbuhan akan memberikan gambaran

(40)

tentang tingkat perubahan ekonomi yang terjadi, dimana pergerakan laju pertumbuhan ini merupakan indikator penting untuk mengetahui hasil pembangunan yang telah dicapai dan berguna untuk menentukan arah dan sasaran pembangunan dimasa yang akan datang. Disamping digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi, angka ini juga memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian yang terjadi pada suatu periode tertentu telah menghasilkan tambahan pendapatan bagi penduduknya.

Hal ini dapat dijelaskan karena pertumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa (output).

PDRB atas dasar harga konstan secara berkala digunakan untuk melihat fluktuasi pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang positif menunjukan adanya peningkatan aktivitas perekonomian, sedangkan pertumbuhan yang negatif berarti adanya penurunan kegiatan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan oleh indek berantai PDRB atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar periode 2010 – 2012, secara umum semua sektor tumbuh positif yaitu berkisar antara 1,75 persen sampai 8,85 persen, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh negatif di tahun 2010. Secara lebih rinci, data mengenai pertumbuhan ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar mencapai 6,20 persen. Dari sembilan sektor, ada lima sektor yang

(41)

pertumbuhannya berada diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar, yaitu sektor listrik dan air bersih; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan sektor jas-jasa.

Tabel 3.

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Banjar ADH Konstan Tahun 2010-2012

No. Sektor 2010 2011*) 2012**)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 4,73 4,81 6,29

2. Pertambangan dan Penggalian 1,75 5,83 4,45 3. Industri Pengolahan 6,43 5,34 5,08 4. Listrik dan Air Bersih 6,53 6,26 6,18 5. Bangunan/Konstruksi 6,50 5,39 5,84 6. Perdagangan, Restoran Dan Hotel 4,88 7,09 7,45 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7,87 6,33 4,64 8. Keuangan, Persewaan, Jasa Perush. -2,23 8,11 6,37

9. Jasa-jasa 8,69 8,64 8,85

PDRB tanpa pertambangan 5,45 6,35 6,61

PDRB dengan pertambangan 4,72 6,20 6,32

*) Angka Sementara **) Angka Perkiraan

Pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya hasil tambang batubara yang cukup signifikan setelah tahun sebelumnya terjadi penurunan produksi. Peningkatan kinerja di sektor pertambangan ini juga berimbas pada

(42)

membaiknya kinerja sektor perdagangan, yang tumbuh cukup tinggi di tahun 2011 ini yaitu mencapai 7,09 persen.

Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar diperkirakan relatif stabil, bahkan cenderung meningkat, yakni mencapai 6,32 persen. Hal ini disebabkan oleh kinerja sektor pertanian khususnya sub sektor tabama yang diperkirakan tumbuh signifikan di tahun 2012.

Setelah melihat gambaran struktur perekonomian dan pertumbuhan perekonomian Kabupaten Banjar selama kurun waktu tahun 2010-2012, tentunya pemerintah Kabupaten Banjar perlu membuat prioritas kebijakan. Penentuan prioritas kebijakan diperlukan agar pembangunan daerah dapat lebih terarah serta berjalan secara efektif dan efisien, dibawah kendala

4,81 5,83 5,34 6,26 5,39 7,07 6,33 8,11 8,64 6,29 4,45 5,08 6,18 5,84 7,45 4,64 6,37 8,85 - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 PERTANIAN PETAMBANGAN INDUSTRI LISTRIK KONSTRUKSI PERDAGANGAN ANGKUTAN KEUANGAN JASA-JASA

(43)

keterbatasan anggaran dan sumber daya yang dapat digunakan. Untuk menentukan prioritas kebijakan ini, khususnya kebijakan pembangunan ekonomi, diperlukan analisis ekonomi (struktur ekonomi) daerah secara menyeluruh. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah Tipologi Klassen. Dengan menggunakan teknik Tipologi Klassen dapat diketahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Selain itu teknik ini dapat digunakan untuk mengelompokkan daerah kabupaten/kota dalam provinsi menurut struktur pertumbuhannya.

Tipologi Klassen dengan pendekatan sektoral mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah (ri) dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang menjadi acuan (r) dan membandingkan pangsa sektor suatu daerah (ki) dengan nilai rata-ratanya di tingkat yang lebih tinggi (k). Dimana kategori pengelompokannya adalah jika (ri)  (r) dan (ki)  (k) maka sektor digolongkan sektor maju dan tumbuh pesat, jika (ri)  (r) dan (ki) < (k) maka sektor digolongkan sektor berkembang, jika (ri) < (r) dan (ki)  (k) maka sektor digolongkan sektor maju tapi tertekan dan jika (ri) < (r) dan (ki) < (k) maka sektor digolongkan sektor relatif tertinggal.

Berdasarkan hasil pengelompokkan sektor perekonomian Kabupaten Banjar dibandingkan dengan Provinsi Kalimantan Selatan, diketahui bahwa sektor-sektor yang masuk dalam kelompok sektor maju dan tumbuh pesat adalah sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa-jasa. Kemudian, untuk kelompok sektor berkembang terdiri sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan yang masuk dalam kelompok sektor maju tapi

(44)

tertekan adalah sektor pertanian dan sektor listrik dan air bersih. Terakhir adalah kelompok sektor yang relatif tertinggal yaitu sektor pertambangan dan penggalian dan sektor angkutan dan komunikasi.

Tabel 4

Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Kabupaten Banjar dan Provinsi Kalimantan Selatan

Rata-rata Selama Tahun 2000-2011

Sektor

Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan

Pertumbuhan ekonomi (ri) (%) Kontribusi (ki) (%) Pertumbuhan ekonomi (r) (%) Kontribusi (k) (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Pertanian 2,94 25,62 4,94 22.11

2. Pertambangan dan Penggalian 5,72 19,58 5,88 22.15

3. Industri Pengolahan 5,99 5,79 1,06 11.47

4. Listrik & Air Bersih 4,10 0,73 6.18 0.57

5. Bangunan 8,47 5,84 6.66 5.92

6. Perdagangan, Restoran & Hotel 6,16 23,22 5.38 15.17

7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,99 5,12 6.65 8.58

8. Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 11,26 3,98 8.32 4.35

9. Jasa-jasa 7,88 10,11 6.69 9.67

Total 5,48 100,00 5,17 100,00

Dari hasil analisis di atas, dikaitkan dengan kegiatan perencanaan untuk pengembangan ekonomi Kabupaten Banjar di masa mendatang antara lain dapat dilakukan dengan strategi pengembangan secara bertahap yang dibagi dalam beberapa periode dan skala prioritas dari sembilan sektor tersebut. Menurut periode waktunya, misalnya pengembangan dapat

(45)

dilakukan dalam tiga tahap yaitu prioritas pengembangan ekonomi untuk jangka pendek (1–5 tahun), jangka menengah (5–0 tahun) dan jangka panjang (10–25 tahun).

Untuk periode jangka pendek bagaimana pemerintah Kabupaten Banjar mengupayakan sektor maju tapi tertekan (sektor pertanian dan sektor listrik dan air bersih) menjadi sektor yang lebih maju dengan mendorong pertumbuhannya lebih cepat lagi, serta meningkatkan sektor yang sudah maju (sektor perdagangan dan jasa-jasa) untuk lebih maju lagi. Jangka menengah, pemerintah Kabupaten Banjar mengupayakan sektor yang berstatus berkembang (sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor keuangan) menjadi sektor maju dengan memperbesar porsi outputnya pada perekonomian Kabupaten Banjar. Kemudian, menjadikan sektor tertinggal (sektor pertambangan dan sektor angkutan dan komunikasi) menjadi sektor berkembang. Dengan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh sektor tertinggal, sehingga ditemukan solusi yang tepat untuk kebijakan pengembangan sektor tersebut.

Selain itu, implikasi kebijakan yang dapat dilakukan antara lain dengan prioritas alokasi anggaran, fokus pada sektor tertentu dan memberikan stimulus dana untuk mendorong kontribusi sektor tersebut.

(46)

4.4. PDRB PER KAPITA

Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator kesejahteraan rakyat, dimana pendapatan per kapita ini dapat didekati dengan PDRB per kapita. Namun demikian, PDRB per kapita ini tidak secara langsung dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan/kemakmuran suatu kelompok masyarakat.

PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun pada tahun yang sama. Dengan demikian, PDRB per kapita sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya dua variabel tersebut. Dengan kata lain, jika nilai PDRB besar sedangkan jumlah penduduknya sedikit maka PDRB per kapitanya akan menjadi besar, sebaliknya apabila nilai PDRB kecil sedangkan jumlah penduduknya banyak maka PDRB per kapitanya akan menjadi kecil.

Angka PDRB per kapita dinilai dengan dua cara, yaitu PDRB per kapita atas harga harga berlaku dan PDRB per kapita atas harga konstan. PDRB per kapita atas harga berlaku dapat menggambarkan NTB per kapita yang masih dipengaruhi harga komoditi yang dihasilkan. PDRB per kapita atas harga konstan adalah pertumbuhan nyata ekonomi per kapita, umumnya digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur ekonomi rakyat secara keseluruhan dalam arti luas. Artinya berapa banyak barang-barang riil dan jasa-jasa yang dihasilkan untuk keperluan konsumsi dan investasi per penduduk. Walaupun terjadi peningkatan pertumbuhan angka PDRB per kapita akan tetapi hal ini belum dapat

(47)

menggambarkan tingkat penyebaran pendapatan masyarakat di setiap strata ekonomi.

Pada tahun 2011, PDRB per kapita di Kabupaten Banjar baik atas dasar harga berlaku maupun atas harga konstan mengalami peningkatan. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp15,23 juta atau naik sebesar 11,20 persen dibandingkan tahun 2010. Sedangkan atas dasar harga konstan, PDRB per kapita sebesar Rp6,87 juta atau naik sebesar 4,18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tahun 2012 PDRB per kapita harga berlaku diperkirakan juga mengalami kenaikan yakni sekitar 7,54 persen, namun secara riil pertumbuhan PDRB per kapita tahun 2012 diperkirakan hanya sekitar 4,31 persen.

2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 2008 2009 2010 2011 2012 10.824 12.345 13.697 15.231 16.380 6.150 6.412 6.598 6.874 7.170 ADHB ADHK

(48)

PDRB per kapita atas dasar harga berlaku yang tinggi, tidak berarti bahwa kemampuan daya beli masyarakat juga sebesar itu. Sebab angka tersebut dihitung berdasarkan harga berlaku yang di dalamnya terkandung unsur kenaikan harga barang dan jasa, artinya dengan PDRB per kapita pada tahun 2011 sekitar Rp15,23 juta masih terkandung unsur inflasinya (inflatornya). Berdasarkan harga berlaku PDRB per kapita tahun 2011 meningkat 11,20 persen namun secara riil sebenarnya PDRB per kapita tumbuh 4,18 persen. Sedangkan perkiraan pada tahun 2012, PDRB per kapita harga berlaku sebesar Rp16,38 juta.

Tabel 5. PDRB per Kapita Kabupaten Banjar Tahun 2008–2012

Tahun

Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan PDRB per kapita Pertum-buhan (%) PDRB per kapita Pertumbuh an (%) (1) (2) (3) (4) (5) 2008 10.824 14,44 6 149 4,97 2009 12.345 14,04 6 412 4,24 2010 13.697 10,95 6 598 2,91 2011*) 15.231 11,20 6 874 4,18 2012**) 16.380 7,54 7 170 4,31 *) Angka Sementara **) Angka Perkiraan

Inflasi Kota Banjarmasin tahun 2011 yang mempengaruhi angka PDRB berlaku tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.

(49)

Tabel 6. Inflasi Kota Banjarmasin dan Nasional 2011 -0,34 0,8 0,01 -0,23 0,51 0,49 0,03 1,53 0,17 -0,06 0,47 1,07 -0,5 0 0,5 1 1,5 2 Banjarmasin Nasional

No. B u l a n Banjarmasin Nasional

(1) (2) (3) (4) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Tahun 2011 -0,34 0,80 0,01 -0,23 0,51 0,49 0,03 1,53 0,17 -0,06 0,47 1,07 3,98 0,89 0,13 -0,32 -0.31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 3,79

INFLASI KOTA BANJARMASIN DAN NASIONAL TAHUN 2011

(50)

Untuk memudahkan melihat posisi regional Kabupaten Banjar diantara Kabupaten/Kota lainnya, digunakan Diagram Empat Kuadran (Plot Scatter diagram) seperti berikut yang dapat menggambarkan hubungan antara laju pertumbuhan ekonomi dengan PDRB per kapita. Pada plot tersebut, sumbu horisontal menunjukan PDRB per kapita, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi.

Laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita provinsi Kalimantan Selatan dijadikan sebagai angka rata-rata, maka titik koordinat pada plot tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kuadran.

Kuadran I adalah kuadran yang menggambarkan Kabupaten/Kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan PDRB per kapita lebih tinggi dari angka Propinsi.

Kuadran II adalah kuadran yang menggambarkan Kabupaten/Kota yang mempunyai laju pertumbuhan ekonomi lebih rendah tetapi PDRB per kapitanya lebih tinggi dari angka Propinsi.

Kuadran III adalah kuadran yang menggambarkan Kabupaten/kota yang mempunyai pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita lebih rendah dari Propinsi.

Kuadran IV adalah kuadran yang menggambarkan Kabupaten/Kota yang mempunyai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan PDRB per kapita lebih rendah dari angka Propinsi.

(51)

Dari diagram di atas diketahui bahwa Kabupaten Banjar ternyata berada pada posisi kuadran IV bersama dengan 5 Kabupaten/Kota lainnya, yaitu Kabupaten Tanah Laut, Tapin, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, dan Kota Banjarmasin. Ini berarti keenam Kabupaten/Kota tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dari Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2011.

Perbedaan posisi kabupaten/kota ini menunjukkan perbedaan potensi yang ada di setiap kabupaten/kota, sektor mana yang lebih berpotensi menghasilkan nilai PDRB dapat dilihat dari struktur ekonomi masing-masing sektor per kabupaten/kota.

Jika memperhatikan nilai PDRB Kabupaten Banjar yang dikurangi penyusutan dan pajak tidak langsung maka nilai pendapatan regional Kabupaten Banjar tahun 2011 mencapai Rp7,161 triliun, dan tahun 2012

4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 16.000 18.000 20.000 22.000 24.000 26.000 28.000 30.000 32.000 34.000 36.000

LAJU PERTUMBUHAN DAN PDRB PER KAPITA ADH BERLAKU TAHUN 2011

Banjarmasin Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin H.S.Selatan H.S.Utara H.S.Tengah Tabalong Tanah Bumbu Balangan

Banjarbaru Kalimantan Selatan

I

II III

(52)

diperkirakan menjadi Rp7,836 triliun. Dengan asumsi bahwa pendapatan dari faktor produksi yang dimiliki oleh orang di luar Kabupaten Banjar (pendapatan yang di bawa keluar) dengan pendapatan dari faktor produksi yang berada di luar tetapi dimiliki oleh orang Kabupaten Banjar (pendapatan yang di bawa masuk) adalah sama, maka pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Banjar tahun 2011 adalah sebesar Rp13,86 juta, sementara tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp14,88 juta.

4.5. INDEKS HARGA IMPLISIT

Dalam perkembangan ekonomi, masalah tingkat harga merupakan variabel penting yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta daya beli (purchasing power) masyarakat. Pertumbuhan yang tinggi tidak akan membawa dampak terhadap kesejahteraan masyarakat kalau tingkat harga meningkat lebih tinggi.

Dengan berkembangnya perekonomian berarti semua komponen nilai tambah, termasuk upah dan gaji sebagai balas jasa faktor produksi tenaga kerja mengalami kenaikan serta keuntungan pengusaha juga meningkat, andaikata harga barang relatif stabil maka akan terjadi kenaikan daya beli. Dengan kenaikan daya beli berarti di masyarakat terjadi perbaikan kesejahteraan.

Indeks Harga Implisit (IHI) merupakan indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan perubahan harga barang yang diproduksi suatu wilayah atau tingkat inflasi di tingkat produsen pada suatu wilayah pada tahun tertentu dengan perbandingan terhadap tahun dasar. Data indeks implisit diperoleh dengan membandingkan nilai PDRB atas dasar

Gambar

Tabel 5. PDRB per Kapita Kabupaten Banjar  Tahun 2008–2012
Tabel 6. Inflasi Kota Banjarmasin dan Nasional 2011  -0,34  0,8  0,01  -0,23  0,51  0,49  0,03  1,53  0,17  -0,06  0,47  1,07 -0,500,511,52BanjarmasinNasional

Referensi

Dokumen terkait

Meski pasal peralihan dalam RUU tersebut mengatur tentang penyesuaian yang dilakukan selama jangka waktu 3 tahun, ketentuan tersebut hanya dapat ditafsirkan

Hasil penelitian yang disusun dalam bentuk Buku ini semoga dapat berguna dalam memandu masyarakat dan berbagai pihak dalam mengembangkan sumber energi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dan referensi petugas kesehatan di Puskesmas Siulak Mukai khususnya perawat untuk memberikan pendidikan

Menembak merupakan sasaran akhir setiap bermain. Penguasaan terhadap teknik ini mempunyai peranan. yang penting dalam permainan bola basket, sebab tembakan merupakan kunci utama

Seperti kebanyakan bangsa kucing, harimau Sumatera memiliki cakar yang tajam dimana cakar tersebut digunakan untuk mencengkeram mangsa.. Selain itu cakaran juga digunakan

Rumah susun (rusun) Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Pemanasan Pada

Tabung baja dipakai sebagai bagian luar dari kolom kompo~it tabung baja beton, dipakai tabung baja dengan ukuran 6 em x 6 em, tebal 0.2 em dan dengan panjang