• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi - Witah Nur Aini BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi - Witah Nur Aini BAB II"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan Kesehatan 1. Definisi

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan seperangkat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan dicapai Nyswander (1947) dikutip oleh Maulana (2009). Proses ini didasarkan pada prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang memberi kemudahan untuk belajar dan perubahan perilaku, baik bagi tenaga kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan remaja. Disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Hal tersebut juga menunjukan bahwa pendidikan kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena melibatkan berbagai istilah atau konsep seperti perubahan perilaku dan proses pendidikan (Maulana, 2009).

2. Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan dapat diperhatikan sebagai berikut (Maulana, 2009):

(2)

b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.

c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar

Faktor – faktor tersebut dapat dikelompokan dalam (Susilo, 2011) : a. Faktor internal

1) Faktor fisiologis

Kondisi fisiologis yang mempengaruhi proses dan hasil belajar masih dibedakan menjadi 2 macam :

a) Keadaan jasmani

Keadaan jasmani yang dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, keadaan jasmani yang lelah, akan lain pengaruhnya dengan yang tidak lelah.

b) Keadaan fungsi – fungsi jasmani tertentu, terutama panca indera. Berfungsinya panca indera akan merupakan syarat proses belajar itu berlangsung baik, terutama mata dan telinga.

2) Faktor psikologis

(3)

a) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

b) Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.

c) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orangtua, guru dan teman – teman.

d) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru.

e) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.

f) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pelajaran. b. Faktor eksternal

1) Faktor non sosial

Kondisi non sosial ini tidak terlalu banyak, diantaranya udara, suhu udara, cuaca, waktu, tempat dan alat – alat yang dipakai. Semua faktor – faktor non sosial supaya diatur sedemikian rupa sehingga dapat membantu proses belajar secara maksimal.

2) Faktor sosial

(4)

didekat ruang ujian atau seseorang sedang belajar dikamar, seseorang atau lebih keluar masuk kamar tersebut. Kehadiran orang yang tidak langsung atau dapat disimpulkan kehadirannya, misalnya potret dapat merupakan representasi dari seseorang atau suara lagu – lagu juga dapat merupakan representasi dari kehadiran seseorang, biasanya faktor – faktor tersebut mengganggu konsentrasi.

4. Metode pengajaran a. Kelas

Metode pengajaran adalah alat dan cara dalam pelaksanaan strategi belajar mengajar. Sedangkan strategi belajar mengajar adalah pola umum perbuatan guru dan siswa dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Macam – macam metode pengajaran kelas (Susilo, 2011) :

1) Ceramah

Penyampaian bahan pelajaran dengan cara komunikasi verbal. Keuntungan : ekonomis, jumlah pendengar banyak, informasi ilmu pengetahuan, meningkatkan motivasi. Kerugian : mahasiswa pasif – guru aktif, tidak sesuai untuk pengembangan attitude dan psikomotor, tidak untuk kognitif tingkat tinggi.

2) Tanya jawab

(5)

3) Diskusi

Adalah suatu proses pertukaran informasi, mempertahankan pendapat atau penyelesaian masalah oleh minimal dua orang. Keuntungan metode ini adalah peserta didik menjadi aktif.

4) Kerja kelompok

Merupakan suatu proses belajar mengajar yang menghendaki keaktifan peserta didik. Aspek – aspek kelompok perlu diperhatikan yaitu tujuan jelas, interaksi harus ada dan merata, kepemimpinan ditujukan untuk mencapai tujuan.

5) Simulasi

Adalah suatu proses belajar mengajar dengan berbuat seolah – olah. Simulasi bertujuan melatih ketrampilan, memperoleh pemahaman dan menyelesaikan masalah. Bentuk –bentuk simulasi antara lain : role play, psiko drama, sosio drama dan permainan. 6) Demonstrasi

Adalah metode belajar mengajar dengan memperhatikan sesuatu, bertujuan menyelesaikan masalah tentang cara mengatur, mengerjakan dan membuat.

7) Problem based learning

(6)

8) Self directed learning

Adalah suatu proses dimana peserta didik mengambil atau mempunyai inisiatif, dengan atau tanpa bantuan orang lain dalam menentukan kebutuhan belajarnya, merumuskan tujuan, mengidentifikasi sumber – sumber daya manusia dan material untuk pembelajaran, memilih dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang tepat dan mengevaluasi hasil pembelajaran (Knowles, 1975) dikutip oleh (Susilo, 2011)

b. Klinik

Sebagai ilustrasi bahwa pada tujuan mata ajar mengukur tanda – tanda vital, tujuan belajar kliniknya adalah mengukur suhu dan tekanan darah, menghitung denyut nadi, evaluasi hasil yang didapat secara catat dan laporkan hasil tindakan.

Berdasarkan kepentingannya kegiatan praktek dilaksanakan sebagai berikut (Susilo, 2011) :

a. Laboratorium pendidikan

Disuatu kampus yang dilengkapi dengan material stimulasi bagi peserta didik keperawatan untuk melakukan praktek sekalipun bukan pada situasi sebenarnya.

b. Laboratorium klinik

(7)

dengan klien untuk tujuan mendapatkan ketrampilan intelektual dan psikomotor.

5. Langkah – langkah perencanaan pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan cara yang tepat membantu masyarakat mempelajari apa yang harus mereka kerjakan sendiri dan bagaimana mengerjakannya untuk mencapai derajat kesehatan yang lebih baik (Maulana, 2009) :

a. Analisis sasaran atau menentukan prioritas pengajaran

Sebelum melaksanakan proses belajar mengajar, hendaknya kita mengidentifikasi aspek epidemiologi dan aspek perilaku sasaran berhubungan dengan penyakitnya. Hal ini bertujuan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang akan diajarkan dan perilaku yang tidak perlu diiajarkan. Perilaku yang akan diajarkan selanjutnya dirumuskan dalam bentuk tujuan khusus.

b. Identitas pelajaran

1) Mengidentifikasi area atau pesan pokok atau topik. 2) Sasaran (individu, kelompok, keluarga dan masyarakat). 3) Tempat.

(8)

c. Menentukan tujuan 1) Tujuan umum

Tujuan umum merupakan tujuan yang akan dicapai setelah menyelesaikan setiap pokok bahasa atau satuan bahasa tertentu dalam suatu bidang studi.

2) Tujuan khusus

Tujuan yang dibuat harus menggambarkan tingkah laku sasaran yang dapat diamati dan dapat diukur oleh pemberi materi. d. Menentukan isi atau materi

Komponen materi atau bahan pelajaran berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan instruksional khusus atau tujuan khusus.

B. Fisiologi Ibu Nifas 1. Definisi

Masa nifas atau postpartum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil (Ristiyaningsih, 2014).

Dalam masa nifas terdapat tahapan-tahapan nifas antara lain sebagai berikut (Rukiyah, 2011) :

(9)

b. Puerperium intermedial : masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital, kira-kira antara 6-8 minggu.

c. Remot puerperium : waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

2. Fisiologi pada periode pascapartum

Periode pascapartum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau trimester ke-4 kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik (Bobak, 2004). a. Perubahan sistem reproduksi (Bobak, 2004) :

1) Uterus

1. Proses involusi

(10)

normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis.

2. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat setelah melahirkan, terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascaprtum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Selama 1-2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (Pitosin) secara intravena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir. Dianjurkan ibu membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan oksitosin. 3. Afterpains

(11)

teregang (misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri pada bagian abdomen, ini karena keduanya merangsang kontraksi uterus. 4. Lokia

Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama peurperium, karena perubahan warnanya, nama deskriptif lokia berubah (Helen, 2007) :

(1) Lokia rubra

Lokia rubra berwarna merah, ini adalah lokia pertama yang mulai keluar segera setelah melahirkan dan berlanjut selama 2 – 3 hari pertama pascapartum. Lokia rubra mengandung darah dan jaringan desidua.

(2) Lokia serosa

Lokia serosa berwarna merah muda, lokia ini berhenti sekitar 7 – 8 hari kemudian berganti dari warna merah muda, kuning atau putih hingga transisi menjadi lokia alba. Lokia serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit.

(3) Lokia alba

(12)

lokia alba putih krem terutama mengandung leukosit dan sel desidua.

2) Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserasi kecil sampai kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada hari ke-4 sampai ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2. Muara serviks eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan, tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah, sering disebut seperti mulut ikan. Laktasi menunda produksi estrogen yang mempengaruhi mucus dan mukosa.

3) Vagina dan Perineum

(13)

dan lebih besar dari biasanya. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar minggu ketiga pascapartum (Helen, 2007). Pada masa postpartum seorang ibu akan rentan terhadap infeksi, tetapi sangat kecil kemungkinan jika luka perineum dirawat dengan baik. Hal ini akan meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi (Simamora, 2009). Faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka menurut Smeltzer (2002) dikutip oleh Simamora (2009) yaitu : a) Faktor Eksternal :

(1) Tradisi

Di Indonesia ramuan peninggalan nenek moyang untuk perawatan pasca persalinan masih banyak digunakan, meskipun oleh kalangan masyarakat modern. Misalnya untuk perawatan kebersihan genital masyarakat tradisional menggunakan daun sirih yang direbus dengan air kemudian dipakai untuk cebok. Penggunaan ramuan obat untuk perawatan luka dan teknik perawatan luka yang kurang benar merupakan penyebab terlambatnya penyembuhan (Marison, 2003).

(2) Pengetahuan

(14)

(3) Sarana prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

b) Faktor Internal a. Usia

Penyembuhan luka lebih cepat terjadi pada usia muda daripada orangtua. Orang yang sudah lanjut usianya tidak dapat mengatasi stress seperti trauma jaringan atau infeksi. b. Cara perawatan

Perawatan yang tidak benar menyebabkan infeksi dan memperlambat penyembuhan. Karena perawatan yang kasar dan salah dapat mengakibatkan kapiler darah baru rusak dan mengalami perdarahan (Herawati, 2010).

c. Perubahan sistem pencernaan

(15)

air besar yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.

Hal-hal yang harus diketahui ibu selama menjalani masa nifas : 1) Aktivitas

Aktivitas yang cukup sangat dianjurkan, dan tidur siang harus dilakukan untuk memulihkan tenaga ibu.

2) Mobilisasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring kekanan dan kekiri untuk mecegah terjadinya perdarahan.

3) Nutrisi

Makanan ibu nifas harus bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayuran dan buah – buahan yang berfungsi sebagai berikut (Ambarwati, 2008) :

a) Sumber tenaga (energi) untuk pembakaran tubuh, zat gizi sebagai sumber karbohidrat yang terdiri dari beras, jagung dan ubi.

b) Sumber pembangun (protein) protein diperlukan untuk pertumbuhan dan pengganti sel – sel yang rusak atau mati.

(16)

4) Hygiene Personal

Kebersihan diri membantu ibu mengurangi sumber infeksi. Mandi setiap hari sangat dianjurkan setelah ibu cukup kuat beraktivitas untuk melakukan hygiene personal. Hygiene personal dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan pada ibu, misalnya mengganti pembalut setiap 4 – 6 jam.

5) Hubungan Seksual

Hubungan seksual tidak boleh dilakukan segera setelah melahirkan karena involusi uteri belum kembali normal dan kemungkinan luka episiotomi belum pulih.

6) Istirahat

(17)

C. Tingkat Pengetahuan 1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, penciuman, pendengaran dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam mengambil keputusan dan dalam berprilaku (Nikmatiah, 2015).

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” penginderaan manusia

tentang suatu objek tertentu. Proses pengindraan manusia terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan peraba melalui kulit. Pengetahuan atau dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007) dikutip oleh (Nikmatiah, 2015).

a. Menurut Notoatmodjo (2007) yang dikutip oleh Nikmatiah 2015, pengetahuan mempunyai 6 tingkat sebagai berikut :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima.

2) Memahami (comprehension)

(18)

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Menunjukan pada suatu kemampuan dalam melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation)

(19)

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan (2010) adalah :

a. Pendidikan

Bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi (Wawan & Dewi, 2010).

b. Pekerjaan

Pekerjaan digunakan dalam suatu tugas atau aktivitas yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi. Pekerjaan seseorang sering dikaitkan pula dengan tingkat penghasilannya. Jenis pekerjaan misalnya : Tidak bekerja/IRT, Swasta, Wiraswasta, PNS, Buruh, Tani dan lain-lain (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang bekerja akan berinteraksi dengan orang lain sehingga mendapatkan berbagai macam informasi yang dapat menambah pengetahuannya dan pengalaman seseorang (Notoatmodjo, 2007).

c. Umur

(20)

d. Pengalaman pengetahuan

Pengetahuan dapat berasal dari pengalaman, baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman yang berasal dari orang lain, pengalaman dianggap pengetahuan yang paling benar.

e. Ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga yang status ekonomi baik akan lebih tercukupi bila dibanding dengan keluarga yang status ekonominya rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk dalam kebutuhan sekunder.

f. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat berpengaruh dalam perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

g. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

h. Paparan Media Massa dan Informasi

(21)

memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak daripada yang tidak pernah terpapar media sama sekali (Notoatmodjo, 2007). 3. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Budiman dan Riyanto (2013). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan penilaian dimana setiap jawaban benar dari masing – masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasil prosentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

N =

Keterangan :

N = nilai pengetahuan SP = skor yang didapat

SM = skor tertinggi maksimum

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interpretasikan, sebagai berikut :

(22)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2010), Pender, N. J (2008) Pendidikan kesehatan tentang perawatan ibu nifas

Tingkat pengetahuan ibu nifas

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1.Pengalaman 2.Pendidikan 3.Kepercayaan 4.Pekerjaan

5.Dukungan keluarga 6.Umur

(23)

E. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

B. Hipotesis

Hipotesis kerja (Ha) adalah rumusan hipotesis dengan tujuan untuk membuat ramalan tentang peristiwa yang terjadi apabila suatu gejala muncul. Sedangkan hipotesis nol (Ho) dibuat untuk menyatakan sesuatu kesamaan atau tidak adanya suatu perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok atau lebih mengenai suatu hal yang di permasalahkan (Notoatmodjo, 2012) Ha : Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang fisiologi reproduksi

ibu nifas terhadap tingkat pengetahuan di RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Ho : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang fisiologi reproduksi ibu nifas terhadap tingkat pengetahuan di RSUD Dr. R Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.

Pendidikan kesehatan tentang fisiologi reproduksi ibu nifas

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan Sarana Air bersih dan Sanitasi dilingkungan Sekolah - Penyediaan sarana pembuangan sampah (Tong sampah dan TPS u/ Sekolah). Pemeliharaan rutin/berkala sarana

Nurmansyah, (2011 : 184) mengatakan ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan diantaranya : Motivasi, Pendidikan, Disiplin

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Antenatal Care di Puskesmas Sematang Borang Kota

Pada percobaan fosfor dan nitrogen, dilakukan tiga macam percobaan, dengan tujuan untuk dapat memahami dan mengetahui bebrapa karakteristik yang dimiliki oleh

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang manfaat pemberian formula rehidrasi oral berbasis beras (FROBB/ oralit beras) terhadap lama sakit anak usia 6-24 bulan yang

Pada saat peraturan ini mulai berlaku, Peraturan LPSK Nomor 1 Tahun 2009 tentang Kode Etik, Peraturan LPSK Nomor 2 Tahun 2009 tentang Disiplin Pegawai dan Peraturan LPSK Nomor 4

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap uji efektivitas beberapa bahan peningkat penetrasi terhadap laju difusi krim pemutih ekstrak daun murbei maka

(1) Barang siapa dengan sengaja melakukan kegiatan tanpa mempunyai kuasa pertambangan tanpa mempunyai IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan Pasal