• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Keluarga...Yahya Rahman Lubis ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Curahan Tenaga Kerja dan Pendapatan Keluarga...Yahya Rahman Lubis ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS CURAHAN TENAGA KERJA DAN PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH

Analysis of Worktime Allocation and Family Income of Dairy Farmers Yahya Rahman Lubis*, Achmad Firman**, Hasni Arief**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad

e-mail : yahyarahmanl@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian mengenai analisis curahan tenaga kerja dan pendapatan keluarga peternak sapi perah dilakukan pada peternak sapi perah di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 hingga 31 Mei 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah curahan tenaga kerja dan pendapatan keluarga, dan pengaruh dari jumlah curahan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga peternak sapi perah. Metode penelitian yang digunakan adalah survey melalui pendekatan kuantitatif yang selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Responden dalam penelitian ini adalah 30 orang peternak sapi perah yang berada di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Rata-rata kepemilikan ternak responden di daerah tersebut yakni sebanyak 2 ekor induk laktasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah rata-rata curahan tenaga kerja yang dikeluarkan responden ialah sebesar 75,61 HKP/bulan, dan jumlah rata-rata pendapatan keluarganya ialah sebesar Rp 2.741.597/bulan. Curahan tenaga kerja memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga peternak sapi perah di Kelurahan Cipageran. Setiap peningkatan curahan tenaga kerja sebesar 1 HKP/bulan meningkatkan pendapatan sebesar Rp 30.967/bulan.

Kata Kunci: Curahan Tenaga Kerja, Pendapatan Keluarga, Peternakan Sapi Perah.

ABSTRACT

Research on the analysis of the work time allocation and family income of dairy farmers conducted on dairy farmers in Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi. This research had been conducted on 16 to 31 May 2016. The purpose of this study were to determine the amount of the work time allocation and family income, and the effect of the amount of the work time allocation to the family income of dairy farmers. The research method used the survey method through a quantitative approach, that further data were analyzed using simple regression analysis. The respondents in this study were 30 dairy farmers who located in Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Cimahi. The livestock average ownership of respondents in that area is as many as two dairy cattles which in lactation period. The results showed that the average of work time allocation by respondents were at 75.61 HKP / month, and the average number of family incomes is Rp 2.741.597/ month. The work time allocation has a significant effect on the family income of dairy farmers in Cipageran. The increasing in work time allocation of 1 HKP / month and then increasing the revenue by Rp 30 967 / month.

(2)

PENDAHULUAN

Upaya pengembangan usaha peternakan di daerah pedesaan merupakan salah satu upaya pembangunan masyarakat pedesaan itu sendiri. Sub-sektor peternakan, khususnya usaha ternak sapi perah memiliki peran yang penting dalam perekonomian Indonesia. Usaha budidaya sapi perah sendiri memiliki peluang usaha yang cukup tinggi karena belum mampu nya produksi susu segar dalam negeri (SSDN) untuk memenuhi konsumsi susu nasional yang tinggi, dimana kondisi saat ini menunjukkan bahwa produksi SSDN baru dapat memenuhi kebutuhan konsumsi susu nasional sebesar 30%, daan 70% lainnya dipenuhi melalui impor (Firman, 2010). Disamping itu, peternakan sapi perah rakyat masih mempunyai keterbatasan-keterbatasan dalam menjalankan usahanya, antara lain dalam hal tingkat pendidikan dan keterampilan serta menggabungkan beberapa faktor produksi. Keterbatasan-keterbatasan ini menjadikan peternak sapi perah rakyat dalam menjalankan usahanya tanpa memperhitungkan besarnya modal yang dipergunakan, biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk operasional usahanya dan pendapatan yang diperoleh (Santoso, dkk., 2015).

Pengelolaan usaha sapi perah oleh peternak rakyat cenderung kurang baik, hal tersebut tentunya menyebabkan rendahnya kualitas dan kuantitas produksi susu yang dihasilkan. Selanjutnya, harga jual yang diterima peternak tersebut tergolong rendah mengingat kualitas susu yang dihasilkan juga rendah, sehingga akan berdampak terhadap pendapatan yang diterima oleh peternak tersebut. Besarnya pendapatan yang diterima peternak akan mempengaruhi pola konsumsi atau pengeluaran rumah tangga peternak yang mana kondisi tersebut turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga peternak tersebut (Agusta, dkk., 2014). Upaya peningkatan kesejahteraan bagi peternak di pedesaan tidak bisa dipisahkan dari keluarga peternak itu sendiri. Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat, jika ingin meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka harus dimulai dari tingkat keluarganya terlebih dahulu. Demikian halnya untuk peningkatan kesejahteraan peternak, maka dapat dimulai dari tingkat keluarga peternak, karena pada umumnya masalah kesejahteraan lebih merupakan suatu permasalahan yang dihadapkan pada suatu keluarga.

Secara umum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, peternak tidak dapat mengandalkan pendapatan dari usaha ternaknya saja dan akan melakukan penganekaragaman (diversifikasi) usaha keluarga untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Usaha keluarga yang dilakukan oleh peternak pada umumnya akan berbeda-beda dari setiap peternak. Biasanya peternak akan melakukan usaha keluarga yang sesuai dengan aset yang dimilikinya seperti halnya skill atau keterampilan, kepemilikan alat, lahan, dan modal. Biasanya dalam melaksanakan kegiatan usaha tambahan, peternak tentu harus meningkatkan curahan tenaga

(3)

kerja, baik itu untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarga lainnya agar dapat lebih produktif dan meningkatkan pendapatan keluarga. Adapun untuk analisis curahan tenaga kerja dihitung berdasarkan jumlah jam kerja yang dikerahkan oleh setiap anggota keluarga terhadap suatu usaha. Dengan menjalankan usaha tambahan, keluarga peternak diharuskan menambah curahan tenaga kerja dengan harapan pendapatan keluarga mengalami peningkatan. Pendapatan keluarga peternak sendiri merupakan pendapatan keluarga secara keseluruhan yang diperoleh dari usaha ternak sapi perah, usaha tani, serta usaha lainnya yang dihitung dengan satuan Rp/tahun (Hartono, 2005).

METODE PENELITIAN 1. ObjekPenelitian

Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah curahan tenaga kerja dan pendapatan keluarga. Objek penelitian tersebut diperoleh dari subjek penelitian, dimana subjek dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi.

2. Metode Penelitian Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh bersifat kuantitatif dan selanjutnya dianalisis dengan analisis regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS 23.

Penentuan daerah penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive didasari atas pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan satu-satunya daerah sentra penghasil susu dan produk olahannya di Kota Cimahi. Lokasi tersebut juga merupakan daerah urban farming, sehingga hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti.

Teknik penarikan sampel

Responden dalam penelitian ini adalah peternak sapi perah di Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi. Populasi peternak sapi perah yang ada di daerah tersebut adalah sebanyak 60 orang. Jumlah responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 30 responden, dimana hal tersebut sesuai dengan syarat jumlah sampel minimum dalam suatu penelitian yakni sebanyak 30 sampel (Gay dan Diehl, 1992). Penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dimana

(4)

pengambilan anggota sampel dari populasi yang ada dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada pada populasi tersebut (Sugiyono, 2012).

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa obeservasi atau pengamatan langsung dan teknik wawancara dengan menggunakan kuisioner yang disusun menurut kepentingan penelitian. Data yang diperoleh dari responden tersebut berupa data primer. Selain itu, terdapat pula data sekunder yang dikumpulkan melalui studi pustaka dari berbagai instansi seperti BPS, Dinas Peternakan, maupun instansi-instansi lainnya.

3. Operasionalisai Variabel Curahan tenaga kerja (X1)

Curahan tenaga kerja yang dimaksud adalah curahan tenaga kerja keluarga peternak yang berada pada usia produktif, dan tenaga kerja luar keluarga. Perhitungan didasarkan pada jumlah jam kerja yang digunakan oleh tenaga kerja tersebut dalam satuan jam yang dilakukan dalam kurun waktu satu bulan baik itu untuk kegiatan usaha ternak maupun kegiatan usaha lainnya sehingga curahan tenaga kerja dengan satuan HKP/bulan dapat diketahui.

Pedapatan keluarga (Y)

Pendapatan keluarga dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pendapatan yang diterima oleh keluarga peternak sapi perah selama kurun waktu satu bulan, meliputi: penerimaan dari penjualan susu, dan perubahan nilai ternak yang dipelihara; serta pendapatan dari usaha lainnya yang menunjang terhadap pendapatan keluarga.

4. Model Analisis

Analisis pencurahan tenaga kerja

Dalam analisis ketenagakerjaan, penggunan tenaga kerja dinyatakan dalam besarnya curahan tenaga kerja. Standarisasi satuan kerja sangatlah diperlukan dalam analisis terkait ketenagakerjaan. Hal tersebut berguna untuk memudahkan dalam perbandingan penggunaan tenaga kerja. Adapun penyetaraan tenaga kerja menurut Hernanto (1995) dalam Alam (2013) ialah sebagai berikut:

Untuk pria dewasa = 1 Harian Kerja Pria (HKP) = 7 jam / hari Untuk wanita dewasa = 0,7 HKP

(5)

Analisis pendapatan

Pendapatan keluarga merupakan keseluruhan pendapatan yang diterima oleh keluarga peternak sapi perah. Pendapatan tersebut dapat berasal dari usaha ternak sapi perah yang dijalankan, serta penerimaan yang didapat dari usaha-usaha lainnya (Agusta, dkk., 2014). Secara matematis, pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

TP = 𝑛=30𝑖=1 𝑅𝑖 – 𝑛=30𝑖=1 𝐶𝑖 Dimana :

TP = Total pendapatan (Rp/bulan) 𝑅𝑖

𝑛=30

𝑖=1 = Total penerimaan (Rp/bulan) 𝐶𝑖

𝑛=30

𝑖=1 = Total pengeluaran (Rp/bulan) Analisis curahan tenaga kerja dan pendapatan

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana hanya terdiri dari satu variabel terikat dan satu variabel bebas. Untuk menganalisis pengaruh curahan tenaga kerja dan pendapatan keluarga, maka dibuatlah persamaan dalam bentuk regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = a + bX

Dimana :

Y = Variabel terikat, yakni pendapatan keluarga X = Variabel bebas, yakni curahan tenaga kerja a = Konstanta

b = Koefisien regresi dari variabel X Pengujian hipotesis

Pengujian model yang dilakukan yakni dengan menggunakan uji t (t-test), dimana hipotesis yang hendak diuji dalam uji t tersebut yakni sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara curahan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga peternak.

H1 : Terdapat pengaruh signifikan antara curahan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga peternak.

Hipotesis tersebut selanjutnya diuji dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2005) :

𝑡 = 𝑟 𝑛 − 2

(6)

Dimana:

t = Distribusi t r = koefisien korelasi

n = jumlah responden penelitian Adapun kriteria penguji :

thitung < ttabel → Terima Ho thitung > ttabel → Tolak Ho

Jika thitung memiliki nilai yang kurang darittabel maka terima Ho, dimana variabel bebas yang berupa curahan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga peternak. Sementara itu, jika thitung memiliki nilai yang lebih besar dari ttabel maka tolak Ho, artinya variabel bebas yang berupa curahan tenaga kerja berpengaruh nayata terhadap kesejahteraan keluarga peternak.

Keterangan : Proses perhitungan analisis regresi linier sederhana dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

Model atau paradigma tersebut menjelaskan beberapa hal sebagai berikut : 1. Hasil dari t hitung memperlihatkan bahwa adanya pengaruh dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

2. Pengaruh tersebut terjadi karena adanya korelasi antara variabel bebas tersebut dengan variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi merupakan daerah sentra penghasil susu dan produk olahannya yang ada di kota Cimahi. Daerah ini merupakan kelurahan yang paling luas di Kota Cimahi dengan luas wilayah seluas 594, 32 Ha, dengan ketinggian 850 mdpl yang merupakan dataran tinggi yang memiliki suhu dengan kisaran 17,2-22,2 °C. Keberlangsungan usaha peternakan sapi perah di daerah tersebut didukung faktor-faktor yang mendukung peternak untuk menjalankan usaha peternakan sapi perah. Hal-hal yang menjadi faktor-faktor pendukung tersebut yaitu produksi susu yang dihasilkan oleh peternak langsung dijual melalui KUD Sarwamukti dan CV Barokah serta adanya akses jalan yang memudahkan dalam aspek pemasaran. Faktor selanjutnya adalah sumber air di daerah tersebut sangat mencukupi, dan juga daerah tersebut pun telah terpasang instalasi listrik.

(7)

Selain itu ketersediaan pakan yang mudah didapat baik itu pakan utama maupun pakan tambahan mampu mendorong peternak dalam menjalankan kegiatan usahanya.

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang dikaji dalam penelitian ini yaitu umur peternak, pendidikan terakhir peternak, jumlah tanggungan keluarga, dan pengalaman beternak.

Karakteristik umur

Umur produktif dari responden di daerah penelitian berkisar antara usia 15-55 tahun dengan jumlah 25 peternak atau 83,33 %, sedangkan peternak dengan usia >55 tahun mencapai 5 peternak atau sekitar 16,67 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak di daerah setempat berada dalam kategori usia produktif, sehingga peternak tersebut memiliki potensi bekerja untuk mengelola usaha yang dijalankannya masih sangat besar. Tingkat pendidikan

Dominasi tingkat pendidikan pada responden di daerah penelitian adalah pendidikan SD dengan jumlah 17 peternak atau 56,66 %. Jumlah peternak yang tidak dapat menyelesaikan pendidikan SD mencapai 11 peternak atau 36,66 %. Peternak lainnya memiliki tingkat pendidikan SMP sebanyak 2 peternak atau 6,68 %. Tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan masyarakat setempat masih bersifat tradisional. Oleh karena itu diperlukan tenaga ahli untuk memberikan pelatihan guna meningkatkan berbagai pengetahuan, informasi dan inovasi untuk peningkatan produktivitas usaha yang dijalankannya.

Jumlah tanggungan keluarga

Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2-3 orang dengan persentase sebanyak 76,66%. Jumlah tanggungan keluarga dapat mencerminkan jumlah anggota keluarga tersebut yang selanjutnya dapat menggambarkan pula jumlah tenaga kerja keluarga yang dapat dilibatkan dalam kegiatan usaha.

Pengalaman beternak

Pengalaman beternak sangatlah memegang peranan penting bagi peternak untuk melakukan managerial dalam menjalankan usaha ternak yang dijalankan. Semakin banyak pengalaman beternak yang dimiliki, maka kemampuan peternak tersebut pun semakin mumpuni dalam pengambilan keputusan manajemen pemeliharaan.Sebagian peternak setempat memiliki pengalaman beternak dalam kisaran 10-19 tahun dengan persntase sebanyak 46,67%. Pengalaman beternak yang sudah cukup lama tersebut menandakan bahwa kemampuan dan pengetahuan peternak dalam manajemen pemeliharaan dapat dikatakan baik.

(8)

3. Struktur Kepemilikkan Ternak

Struktur ternak yang dipelihara sendiri dikelompokkan berdasarkan kondisi ternak yakni ternak produktif dan non produktif. Struktur ataupun komposisi ternak produktif dan non produktif merupakan hal yang penting untuk diperhatikan guna menjaga efisiensi usaha yang dijalankan. Menurut Djaja (1991), kelangsungan usaha dan kestabilan produksi dapat terjaga apabila peternak memperhatikan komposisi ternak pada usaha sapi perah, dimana komposisinya yaitu 85% ternak produktif dan 15% ternak nonproduktif.

Tabel 1. Rata-Rata Kepemilikan Ternak Responden

No Kondisi Ternak Skala Kepemilikan Ternak Total

1-3 Ekor 4-6 Ekor ≥ 7 Ekor ST 1 Produktif  Laktasi 1 2 4 2  Kering Kandang 0 0 0 0 Total 1 2 4 2 2 Non-Produktif  Dara Bunting 0 1 0 0  Dara 0 1 1 0  Pedet 1 1 2 0  Jantan Dewasa 0 0 0 0  Jantan Muda 0 0 0 0 Total 1 3 3 0 Jumlah 2 5 7 2

Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebagian besar peternak memlihara ternak 1 sampai dengan 3 ekor, dengan demikian dapat dikatakan bahwa skala usaha yang dijalankan berupa skala kecil. Skala usaha yang dijalankan oleh sebagian besar anggota kelompok tersebut dapat dikatakan belum ekonomis. Hal tersebut sejalan denga apa yang dikemukakan oleh Santosa dkk. (2009) yakni usaha sapi perah yang dijalankan dengan skala pemeliharaan 1-4 ekor yang ditunjang dengan pemeliharaan yang bersifat tradisonal dinilai belum ekonomis karena terbatasnya modal peternak dan kesulitan dalam penyediaan pakan yang berkualitas dengan jumlah yang mencukupi. Hal tersebut mengakibatkan usaha budidaya sapi perah belum efisien.

4. Curahan Tenaga

Curahan tenaga kerja adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai dalam menjalankan kegiatan usaha (Soetriono, 2003). Curahan tenaga kerja yang dianalisis dalam

(9)

penelitian ini meliputi curahan tenaga kerja pada usaha peternakan sapi perah, dan curahan tenaga kerja diluar usaha ternak sapi perah yang meliputi usaha tani dan usaha lainnya. Curahan tenaga kerja dapat berasal dari anggota keluarga yang dilibatkan dalam kegiatan usaha sebagai tenaga kerja keluarga ataupun dapat juga berasal dari tenaga kerja luar keluarga.

Tabel 2. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Usaha Ternak Sapi Perah Responden

No Kegiatan Tenaga Kerja Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga Pria Wanita Anak Pria Wanita Anak

...HKP/Bulan... 1 Membersihkan Kandang 3,76 0,22 0,00 0,07 0,00 0,00 2 Memandikan Ternak 1,31 0,54 0,00 0,00 0,00 0,00 3 Memberi Pakan 2,86 0,30 0,00 0,21 0,00 0,00 4 Pemerahan 0,69 1,18 0,00 0,00 0,00 0,00 5 Penyetoran Susu 0,57 0,75 0,00 0,00 0,00 0,00 6 Menyabit Rumput 17,05 0,15 0,00 0,86 0,00 0,00 Jumlah 26,24 3,14 0,00 1,14 0,00 0,00 Rata-Rata HKP/ST/Bulan 9,6 1,2 0,00 0,3 0,00 0,00

Kegiatan usaha ternak sapi perah yang dijalankan peternak setempat sebagian besar didominasi oleh tenaga kerja keluarga. Curahan tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah pun didominasi oleh tenaga kerja pria. Meskipun demikian, tenaga kerja wanita tentunya memiliki peranan tersendiri, khususnya dalam pekerjaan kandang yang berupa kegiatan memandikan ternak dan pemerahan, serta pekerjaan luar kandang yang berupa kegiatan penyetoran susu. Kegiatan menyabit rumput sendiri memiliki angka curahan tenaga kerja yang tinggi karena sebagaimana telah diketahui sapi perah merupakan ternak ruminansia yang mana pakan utamanya yaitu rumput atau hijauan. Sebagai pakan utama, kebutuhan ternak akan rumput tersebut tergolong besar. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap produktivitas ternak itu sendiri. Kondisi tersebut mengharuskan peternak mencurahkan jam kerja yang banyak untuk pemenuhan kebutuhan pakan guna mempertahankan produktivitas ternak yang dipelihara.

Secara umum masyarakat di daerah tersebut melakukan diversifikasi seperti halnya masyarakat pedesaan pada umumnya. Kegiatan usaha yang dilakukan meliputi usaha tani, usaha ternak, dan usaha lainnya di luar sektor pertanian maupun peternakan. Setiap kegiatan usaha memiliki jumlah curahan tenaga kerja yang berbeda-beda.

(10)

Tabel 3. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja diluar Usaha Ternak Sapi Perah Responden Kegiatan Usaha Tenaga Kerja Keluarga Tenaga Kerja Luar Keluarga

Pria Wanita Anak Pria Wanita Anak ...HKP/Bulan...

Usaha Tani 12,14 6,20 0,00 11,43 3,50 0,00

Usaha Non-Tani dan Ternak 7,57 4,30 0,14 0,00 0,00 0,00

Total 19,61 14,50 0,14 11,43 3,50 0,00

Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui rata-rata curahan tenaga kerja diluar usaha ternak sapi perah yang meliputi kegiatan usaha tani dan usaha lain-lain. Usaha lain-lain sendiri terdiri dari kegiatan usaha buruh tani, buruh pabrik, dan kegiatan dagang. Rata-rata curahan tenaga kerja untuk sektor usaha tani lebih tinggi daripada rata-rata curahan tenaga kerja untuk sektor usaha non-tani dan ternak. Hal tersebut disebabkan oleh sumber daya modal yang dimiliki tiap responden, dimana masyarakat memiliki modal tentunya dapat menjalankan usaha tani baik itu dengan menggunakan lahan sendiri maupun lahan sewaan. Sementara itu masyarakat yang mengalami keterbatasan modal biasanya hanya mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki untuk bekerja sebagai buruh tani, buruh pabrik, maupun kegiatan usaha lainnya.

5. Pendapatan keluarga

Pendapatan keluarga merupakan penghasilan keluarga yang berbentuk uang maupun dalam bentuk lain yang dapat diuangkan dari hasil usaha yang dilakukan oleh anggota keluarga. Seiring dengan adanya diversifikasi usaha yang dilakukan oleh keluarga peternak, maka pendapatan pun tidak hanya berasal dari satu kegiatan usaha yang dijalankan saja, melainkan usaha-usaha lainnya yang juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi keluarga itu sendiri. Salah satu sumber pendapatan responden penelitian ini diperoleh dari hasil usaha ternak itu sendiri.

(11)

Tabel 4. Rata-Rata Pendapatan Responden Hasil Usaha Ternak Sapi Perah

No Komponen Kegiatan Usaha Rata-Rata

1 Biaya Tetap

...Rp/Bulan...

Penyusutan Kandang 32.037

Penyusutan Alat 77.574

Jumlah 109.611

2 Biaya Tidak Tetap

Pakan Hijauan 835.000

Konsentrat 680.333

Pakan Tambahan 1.180.667

Vaseline dan Mineral 57.750

Obat-Obatan 12.722

Tenaga Kerja Luar Keluarga 35.000

Jumlah 2.801.472

Biaya Total 2.911.084

3 Penerimaan

Penjualan Susu 3.743.892

Perubahan Nilai Ternak 714.682

Jumlah 4.458.573

Pendapatan 1.547.490

Pendapatan hasil usaha ternak diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi total. Rata-rata biaya produksi total yang dikeluarkan oleh responden untuk menjalankan usaha ternaknya yakni sebesar Rp 2.911.084/bulan. Pakan merupakan komponen terbesar dalam biaya produksi usaha sapi perah. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh peternak setempat mencapai 80% dari total biaya produksi. Menurut Yusdja (2005), biaya pakan pada usaha sapi perah mencapai 62,5% dari total biaya produksi sehingga keuntungan yang diterima oleh peternak juga sangat bergantung dari besaran biaya pakan yang dikeluarkan. Tingginya biaya kebutuhan pakan dipengaruhi oleh fluktuasi harga konsentrat dan pakan tambahan yang berupa ampas tahu di pasaran, serta ketersediaan hijauan di daerah setempat. Sementara itu, penerimaan hasil usaha ternak perah yang dijalankan diperoleh dari hasil penjualan susu dan juga perubahan nilai ternak. Para peternak di daerah Cipageran biasanya menjual susu yang dihasilkan melalui KUD Sarwamukti dan CV Barokah. Harga jual susu yang diterima oleh peternak di daerah setempat yakni sebesar Rp 4.550/liter.

Sebagaimana telah diketahui bahwa sebagiian besar responden dalam penelitian ini melakukan diversifikasi usaha, maka dapat diketahui pula bahwa pendapatan keluarga yang diperoleh bukan hanya berasal dari kegiatan usaha sapi perah saja, melainkan juga berasal dari kegiatan usaha tani, dan kegiatan usaha lainnya.

(12)

Tabel 5. Rata-Rata Pendapatan dan Kontribusi Hasil Usaha terhadap Pendapatan Keluarga Responden

Kegiatan Usaha Biaya Penerimaan Pendapatan Persentase

...Rp/Bulan... ...%...

Usaha Ternak 2.911.084 4.458.573 1.547.490 56,44

Usaha Tani 1.300.921 1.985.694 684.774 24,98

Usaha Non-Tani dan Ternak 1.750.000 2.259.333 509.333 18,58 Total 5.962.005 8.703.600 2.741.597 100,00

Rata-rata pendapatan keluarga responden pada penelitian ini adalah sebesar Rp 2.741.596/bulan. Kegiatan usaha ternak memiliki kontribusi paling besar terhadap

pendapatan keluarga yang mana besarnya kontribusi usaha tersebut yakni 56,44%, lain halnya dengan usaha tani serta usaha non-tani dan ternak yang masing-masing memiliki kontribusi sebesar 24,98% dan 18,58%. Hal yang menyebabkan usaha ternak memiliki kontribusi yang tinggi terhadap pendapatan keluarga yakni kestabilan harga baik itu harga input produksi maupun harga output yang dijual. Lain halnya dengan usaha tani yang mana harga input dan output lebih cenderung fluktuatif sehingga mengakibatkan pendapatan dari usaha tersebut pun lebih rendah.

Sementara itu, kegiatan usaha non-tani dan ternak sebagian besar responden di daerah penelitian berupa buruh tani. Kegitan tersebut tentunya tidak memerlukan banyak input produksi. Modal utama yang diperlukan untuk menjalankan usaha tersebut tentunya berupa tenaga dan kemampuan, sehingga kegiatan usaha tersebut tampak sederhana. hal tersebut tentunya membuat tidak adanya variasi produk yang dihasilkan sehingga pendapatan yang diperoleh pun rendah dan sesuaikan dengan modal yang dikeluarkan.

6. Analisis Curahan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Keluarga

Analisis curahan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga dilakukan untuk mengetahui bagaimana curahan tenaga kerja mempengaruhi jumlah pendapatan yang diterima keluarga peternak setempat. Analisis ini menggunakan metode regresi linier sederhana yang mana untuk mengolah data yang diperoleh meggunakan software SPSS 23. Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk menguji pengaruh bebas terhadap variabel terikat. Variabel-variabel yang terkait dalam analisis ini adalah curahan tenaga kerja sebagai Variabel-variabel bebas, dan pendapatan keluarga sebagai variabel terikat.

(13)

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Curahan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Keluarga Responden Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Sig. B Std. Error t 1 (Constant) 399910,374 565074,954 0,708 0,485 Curahan Tenaga Kerja 30967,312 6698,093 4,623 0,000

Berdasarkan data yang tertera dalam Tabel 6, dapat diketahui nilai konstanta dan nilai dari koefisien regresi yang selanjutnya dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi. Nilai konstanta berdasarkan tabel tersebut yaitu sebesar 399.910,374; dan nilai koefisien regresinya yaitu sebesar 30.967,312. Nilai dari konstanta menggambarkan apabila jumlah curahan tenaga kerja adalah nol, maka pendapatan keluarga tersebut berada pada angka 399.910. Sementara nilai koefisien regresi menggambarkan setiap adanya penambahan curahan tenaga kerja sejumlah 1 HKP, maka terdapat penambahan pendapatan sebanyak Rp 30.967, adapun persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = 399.910 + 30.967 X

Selain itu, data yang tertera pada tabel tersebut pula menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari variabel bebas yakni curahan tenaga kerja terhadap variabel yang berupa pendapatan keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi yang tertera yakni sebesar 0,000. Adanya pengaruh curahan tenaga kerja terhadap pendapatan keluarga peternak didasarkan pada hasil yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan bahwa pendapatan keluarga merupakan prioritas utama bagi peternak untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan juga pemenuhan kebutuhan dalam upaya pengembangan usaha yang dijalankan. Munculnya anggapan bahwa semakin banyak curahan tenaga kerja yang digunakan maka akan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga yang diterima peternak sehingga peternak pun melakukan diversifikasi usaha guna meningkatkan pendapatan keluarganya tersebut.

KESIMPULAN

1. Jumlah curahan tenaga kerja peternak di daerah Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi memiliki rata-rata sebesar 75,61 HKP/bulan yang mana jumlah tersebut

(14)

terdistribusi ke dalam kegiatan usaha ternak, usaha tani, dan usaha non-tani dan ternak yang masing-masing usaha tersebut curahan tenaga kerjanya berjumlah rata-rata sebesar 30,33 HKP/bulan, 33,27 HKP/bulan, dan 12,01 HKP/bulan.

2. Jumlah pendapatan keluarga peternak di daerah Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi memiliki rata-rata sebesar Rp 2.741.597 /bulan yang mana jumlah tersebut terdistribusi ke dalam kegiatan usaha ternak, usaha tani, dan usaha non-tani dan ternak yang masing-masing usaha tersebut pendapatannya berjumlah rata-rata sebesar

Rp 1.547.490 /bulan, Rp 684.774/bulan, dan Rp 509.333 /bulan.

3. Curahan tenaga kerja memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan keluarga peternak di daerah Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, dimana setiap terjadi peningkatan curahan tenaga kerja sebesar 1 HKP/bulan, maka hal tersebut diikuti pula oleh peningkatan pendapatan sebesar Rp 30.967/bulan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Achmad Firman, S.Pt.,M.Si.,sebagai pembimbing utama dan Dr. Hasni Arief, S.Pt., MP.,sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, Quen Tia Mona, Dyah Aring H. Lestari, Suriaty Situmorang. 2014. “Analisis Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga Peternak Sapi Perah Anggota Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan”. Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Lampung.

Alam, Asmirani. 2013. “Curahan Waktu Kerja Keluarga pada Usaha Peternakan Kambig di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah”. Agrinimal Jurnal Ilmu Ternak dan Tanaman Vol. 3 No. 2. Ambon.

Djaja, Wilyan. 1991. “Perhitungan Jumlah Sapi produktif dan Non Produktif”. Buletin PPSKI Nomor 33 Th VII April-Juni 1991.

Firman, Achmad. 2010. Agribisnis Sapi Perah. Bandung: Widya Padjadjaran. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992). Research Methods for Business and Management.

(15)

Hartono, Budi. 2005. “Curahan Tenaga Kerja Keluarga di Usaha Ternak Sapi Perah Kasus di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur”. Buletin

Peternakan Vol. 29(3). Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang. Hernanto, Fadholi. 1995. Ilmu Usaha Tani. Seri Pertanian. Penebar Swadaya. Jakarta

Santosa, dkk. 2009. “Profil Usaha Peternakan Sapi Perah di Indonesia”. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Santoso, Mahmud Arif., Hari Dwi Utami, Bambang Ali Nugroho. 2015. “Analisis Pendapatan

Usaha Peternakan Sapi Perah Rakyat Berdasar Skala Usaha di Desa Boto Putih Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek”. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang.

Soetriono. 2003. Pengantar Ilmu Pertanian. Jember: Bayumedia. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito, Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R dan D. Alfabetha. Bandung. Yusdja, Yusmichad. 2005. “Kebijakan Ekonomi Industri Agribisnis Sapi Perah di Indonesia”.

Analisis Kebijakan Pertanian, September 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor. Vol.3 No.3.

Gambar

Tabel 1. Rata-Rata Kepemilikan Ternak Responden
Tabel 2. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja Usaha Ternak Sapi Perah Responden
Tabel 3. Rata-Rata Curahan Tenaga Kerja diluar Usaha Ternak Sapi Perah Responden   Kegiatan Usaha  Tenaga Kerja Keluarga  Tenaga Kerja Luar Keluarga
Tabel 4. Rata-Rata Pendapatan Responden Hasil Usaha Ternak Sapi Perah
+2

Referensi

Dokumen terkait

positive attribution in motivated student in writing. In that time – space in which learners write in their journals, they are, by the definition of the activity, undergoing

Namun terlepas dari asalah popular atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasi belajar siswa dalam

komunikasi untuk mempresentasikan dirinya di jejaring sosial Instagram, karena mahasiswa ilmu komunikasi Fisip USU memiliki ketertarikan terhadap Instagram dan menggunakan

Kritikannya bahwa ia mengemukakan penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan sejarah merupakan kecendrungan untuk menerima begitu saja berita yang di dapatnya tanpa

Pemaparan latar belakang dan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah ada pengaruh antara strategi pembelajaran kooperatif Think pair

Bagi mengatasi masalah tersebut, beberapa strategi telah dikemukakan antaranya melibatkan penerapan kaedah kontemporari, modul pembangunan semula tanah wakaf,

Setiap kelompok melaporkan secara tertulis pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok (mewakili kelompok). Guru melakukan pemeriksaan terhadap pertanyaan dari tiap-tiap

Data Persentase Jumlah Sperma Mencit Bergerak Maju (Kriteria A) setelah Diberi Perlakuan Maserat Daun Jati Belanda pada 7 hari perwatan... Data Persentase Jumlah