• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIP KARYA SENI MASA KECILKU - ISI Denpasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SKRIP KARYA SENI MASA KECILKU - ISI Denpasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIP KARYA SENI

MASA KECILKU

OLEH :

I KETUT ADI MERDANA

NIM. 2013.02.021

PROGRAM STUDI S-1 SENI KARAWITAN

JURUSAN SENI KARAWITAN

FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN

INSTITUT SENI INDONESIA

(2)

SKRIP KARYA SENI

MASA KECILKU

I Ketut Adi Merdana

Seni Karawitan, Minat Penciptaan, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar, Jl. Nusa Indah, Denpasar, Bali, 80235, Indonesia

E-mail: adiadem32@yahoo.com

ABSTRAK

Garapan ini berjudul MASA KECILKU. Masa kecilku merupakan perjalanan hidup yang terinspirasi dari diri penata sendiri untuk dijadikan karya seni musik yang berbentuk komposisi, tepatnya sebagai persyaratan tugas akhir dari perkuliahan S-1 di Institut Seni Indonesia Denpasar. Masa kecilku yang berlatar belakang kehidupan pribadi mengambil konsep kehidupan keluarga yang terinspirasi ketika penata saat anak-anak. Ketika penata berumbur 4 tahun, penata mempunyai keluarga yang utuh, dimana keutuhan itu membuat kehidupan penata indah, penuh dengan berwarna seakan kasih sayang selaluakan dirasakan dari keutuhan keluarga penata. Namun semuanya menjadi kenangan yang terpendam dalam diri penata ketika ayah penata jatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia. Saat itu penata belum tahu akan makna dari sebuah kematian yang membuat keluarga ini ditinggalkan untuk selamanya. Dikedewasaan ini tepatnya berumbur 21 tahun, penata baru merasakan kesedihan itu yang menjadikan sebuah kenangan pribadi sejak umbur 4 tahun sudah ditinggal oleh sang ayah.

Dari kejadian inilah penata ingin mewujukannya kedalam komposisi musik yang berbentuk inovatif. Meminjam kata Sugono dalam Arik Wirawan yang dikatakan etimologi inovatif berarti bersifat pembaharuan (kreasi baru), bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru (Arik Wirawan,2013:5). Mendengar kata baru, berarti terdapat pembaharuan baik dari segi musik, konsep, ide, maupun media ungkap yang dipergunkan. Dalam karya ini penata membuat alat baru yang merupakan alat permainan anak-anak yang penata olah kembali untuk dijadikan sebuah alat musik, alat tersebut merupakan terompet yang bahan dasarnya dari plastik. Dari kata inovatif ini penata ingin membuat sebuah garapan dengan mempergunakan media pokok yaitu gamelan gaguntangan, dan tambahan alat seperti tingklik pelog tujuh nada, suling kecil, suling sedang dan alat baru terompet dari mainan anak.

Garapan yang berbentuk inovatif ini, tidak meninggalkan unsur tradisi atau pakem-pakem bermain gambelan Bali pada umumnya. Garapan ini juga menggunakan unsur musik seperti: tempo, ritma, dinamika, melodi, dan harmoni. Dari unsur musik inilah penata membuat karya yang inovatif, ritmis, dan melodis. Garapan ini mempunyai 3 bagian yang masing-masing bagiannya mempunyai magsud atau pengungkapan dari ide sehingga mempunyai grafik datar, turun dan naik. Untuk mewujudkan sebuah komposisi ini penata mempergunakan pendukung sebanyak 9 orang termasuk penata sendiri, yang memiliki durasi waktu 13 menit 30 detik.

(3)

ABSTRAK

This title is titled MY SMALL PERIOD. My childhood is a life journey inspired by the self-styled artist to be a compositional piece of musical art, precisely as the final duty requirement of the S-1 lecture at the Indonesian Art Institute of Denpasar. My childhood with a personal background takes on the concept of inspired family life when the child's stylists. When the stylist stays 4 years old, the stylist has a whole family, whereby it makes a beautiful, colorful life full of color as if affection is always felt from the unity of the styling family. But everything becomes a memorable memory in the stylist when the father stylist gets sick until he dies. At that time the stylist did not yet know the meaning of a death that made this family left forever. This dikedewasaan precisely berumbur 21 years old, the new stylist felt the sadness that makes a personal memory since four years old umbur has been left by the father.

From this event stylists want to refer to the musical compositions in the form of innovative. To borrow Sugono's words in ArikWirawan, which is said to be innovative etymology means to be renewed (new creations), to introduce something new (ArikWirawan, 2013: 5). Hearing a new word, there is a renewal of both in terms of music, concepts, ideas, and the media revealed that used. In this work the stylists create a new tool that is a children's game tool that re-styler to be used as a musical instrument, the tool is a trumpet that the basic ingredients of plastic. From this innovative word stylists want to make a cultivation by using the main media of gamelan gaguntangan, and additional tools such as tingklikpelog seven tones, small flutes, medium flutes and new tools trumpet of toys.

This innovative form of cultivation, does not leave the elements of tradition or grip-standard playing gambelan Bali in general. This cultivation also uses elements of music such as: tempo, rhythm, dynamics, melody, and harmony. From this musical element the stylists create innovative, rhythmical, and melodic works. This cultivation has 3 parts which each part has magsud or disclosure of the idea so that it has a graph of flat, down and up. To realize a composition, the stylist uses 9 supporters, including his own stylists, which have a duration of 13 minutes 30 seconds.

(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa anak-anak adalah masa yang sangat indah, di mana pola pikirnya yang belum seperti orang dewasa yang sudah berpikir tentang hari esok, dan sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain. Raut wajah keceriaan muncul di saat anak-anak bermain, saat bermain bersama, saling mengenal, dan berinteraksi antara teman-temannya, sehingga rasa sosial tumbuh dalam diri anak-anak tersebut (Suyasa,2013:1). Kehidupan anak-anak cenderung selalu berdampingan dengan orang sebayanya, di mana teman menjadi salah satu kawan terdekat untuk diajak bermain. Bermain merupakan cara atau jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran, perasaan serta cara mereka mejelajahi dunia lingkungannya (Patmonodewo,2013:112). Dalam permainan anak mampu mengenal yang disebut canda, tawa, gembira, sedih, marah, dan yang lainnya, di mana semua itu merupakan hasil dari sifat anak-anak itu sendiri. Anak dapat menggunakan segala sesuatu yang ada didekatnya untuk bermain atau hanya dengan dirinya sendiri, misalnya dengan jari-jari tangannya (AnitaYus,2011:32). Anak tidak akan pernah merasakan kejenuhan dalam melakukan aktifitas bermain, tidak hanya benda yang menjadi alat permainannya, melainkan lingkungan sekitar, bahkan bagian tubuhnya dapat dijadikan sebagai permainan tersendiri demi kesenangan anak itu.

Bermain merupakan peluang bagi anak-anak untuk melakukan proses pembelajaran, dalam bermain anak-anak mampu belajar tentang apa saja. Belajar tentang kejadian, objek, bahkan menirukan hal yang negatif seperti berkata kasar dan halus, di mana bermain merupakan gudangnya ilmu pengetahuan yang secara tidak sadar dilakukan oleh anak. Anak-anak ketika bermain dapat dikatakan mempunyai sifat yang sementara, di mana canda bisa berubah menjadi permusuhan dan senang bisa berubah menjadi sebuah kesedihan. Tetapi semua hal itu hanya bersifat sementara dan akan baik lagi di kemudian hari.

Terkait dengan hal tersebut di atas, dalam proses penciptaan karya seni karawitan, para seniman karawitan biasanya menggunakan berbagai hal maupun peristiwa sebagai acuan dalam berinspirasi dan berimajinasi seperti misalnya kehidupan sosial masyarakat, fenomena alam, cerita pewayangan, babad dan lain-lain (Satriawan,2016:1). Dari kutipan ini penata ingin mewujudkan karya seni dengan mengangkat sebuah kejadian atau peristiwa yang terjadi pada kehidupan penata saat anak-anak .

Penata yang sekarang sudah berumur 21 tahun mencoba membuat sebuah garapan dengan peristiwa yang mengambil ide masa anak-anak. Inspirasi ini muncul dari kisah perjalanan hidup penata sendiri, ketika penata berusia empat (4) tahun. Saat itu hari-hari begitu berwarna, rasa senang selalu timbul dalam perasaan, canda tawa mengiringi setiap degupan langkah melewati hari-hari, baik itu bersifat jelek, menjengkelkan, bahkan terkadang membuat sedih. Adanya teman, saudara, keluarga, dan kedua orang tua, semua hal itu membuat menjadi lengkap masa kecil penata. Tetapi semuanya berubah ketika ayah (orang tua) jatuh sakit, sampai akhirnya menutup mata untuk meninggalkan dunia ini. Ketika itu, sepenuhnya rasa ketidaktahuan saat menginjak masa anak-anak dengan keadaan atau kekurangan, yang belum mengerti akan makna sebuah kematian, dan belum mampu merasakan rasa sedih dari kepergian ayah selaku orang tua. Perasaan itu kini baru dirasakan di kedewasaan ini, bahwa kehidupan ini sangatlah menyedihkan tanpa lengkapnya orang tua yaitu ayah. Selama ini perasaan itu selalu tertutupi oleh semangat keluarga terutama motivasi sang ibu yang menyemangati hidup harus kuat, ceria, seperti hari-hari sebelumnya. Kesedihan itu tidak terasa oleh motivasi dan semangat sang ibu untuk menjalani hidup. Pengalaman ini yang mendorong penata untuk menyadari hidup itu harus ditatap ke depan dan tidak gentar dengan sebuah peristiwa yang menimpa dalam kehidupan ini, karena pada hakekatnya semua makhluk hidup akan mati sesuai kodratnya masing-masing.

Mencermati dari uraian di atas, penata mencoba menuangkan pengalaman pribadi untuk ditransformasikan ke dalam komposisi yang disebut dengan karya musik, dengan menggunakan media ungkap gamelan gaguntangan.

Gamelan seperti yang dikatakan oleh I Made Bandem ialah sebuah orkestra yang terdiri dari bermacam-macam instrumen yang terbuat dari batu, kayu, bambu, besi, perunggu, kulit, dawai, dan lain-lainya dengan menggunakan laras pelog dan selendro (Bandem, 2013:1).

Gaguntangan berasal dari kata guntang yang memiliki awalan ga dan akhiran an. Alat musik guntang

(5)

(kul-kul), cara memainkannya yaitu dipukul dengan menggunakan panggul yang dilapisi dengan kain, dan tangan kiri mengatur cepat lambatnya suara dari guntang (Udyana, 2016:3). Penjelasan Udyana mengenai instrumen

guntang dapat disebutkan bahwa, gamelan gaguntangan adalah barungan yang diwakili oleh setungguh instrumen yaitu instrumen guntang, di mana instrumennya yang terbuat dari bambu, kemudian dilengkapi dengan instrumen lain yang menjadi satu kesatuan barungan gamelan yang disebut dengan gamelan gaguntangan.

Penata yang kebiasaanya seringkali dalam bermain gamelan gaguntangan menggunakan instrumen

timbung, dalam karya ini menginginkan instrumen timbung sebagai prasarana pada gamelan gaguntangan yang juga fungsinya tidak berbeda dengan instrumen guntang. Timbung merupakan alat yang terbuat dari bambu dengan ukuran, panjang 44cm, lebar 10cm, lubang dimuka kiri 10cm, panjang bilah 42cm, lebar bilah 6cm, dan lubang di bawah bilah 8 x 4cm. Alat timbung ini memiliki fungsi yang sama dengan instrumen

guntang pada barungan gaguntangan yaitu sebagai pembawa tempo.

Sebagaimana dikatakan oleh I Wayan Dibia (2012;140) “ hingga akhir tahun 1960-an dramatari Arja hanya diiringi dengan gamelan gaguntangan. Namun, sejak awal tahun 1972, dengan munculnya Arja Gong di RRI Denpasar, Arja mulai diiringi dengan Gong Kebyar. Mencermati pendapat I Wayan Dibia, tidak berlebihan kiranya jika penata berargumentasi bahwa keberadaan gamelan gaguntangan semakin tergeser oleh popularitas Gong Kebyar. Terpinggirnya gaguntangan membuat penata ingin mencoba menjaga dan melestarikan gamelan gaguntangan agar nantinya gamelan ini tidak punah di masyarakat Bali pada umunya.

Menurut informan Ida Bagus Kuntayana (wawancara 5 Januari 2017) mengatakan gamelan gaguntangan tidak mempunyai laras dalam barungannya. Namun jika ditinjau dari segi instrumennya dapat dikatakan bahwa terdapat instrumen yang mempunyai laras pelog dan selendro, instrumen tersebut yaitu suling. Suling berperan penting didalam barungan gaguntangan selain sebagai melodi pada permainanya, suling juga mampu memperkuat penonjolan karakter dari penembang gaguritan tersebut. Dari penjelasan instrumen suling yang mempunyai laras pelog dan selendro penata dalam mewujudkan karya yang memiliki konsep penyajian musik dengan rasa kebebasan, sangat tertarik untuk menjadikan gamelan gaguntangansebagai media ungkap dalam karya ini.

Penata memilih media ungkap gamelan gaguntangan dikarenakan atas keinginan penata sendiri, dengan menggunakan barungan gamelan gaguntangansebagai media pokok dalam mewujudkan karya komposisi. Adapun alasan lain dikarenakan penata suka bermain suling petit (kecil) saat mengiringi tembang dalam gaguritan gaguntangan, permainannya yang mempunyai rasa kebebasan ketika mengiringi tembang membuat penata sangat tertantang untuk mengolah menjadikan karya musik yang berbentuk inovatif. Ditambahkan juga instrumen lain sebagai pendukung karya ini yang bertujuan menambah kashanah dan memperkaya warna garap seperti : suling kecil empat (4) buah, suling sedang enam (6) buah, terompet (mainan anak) enam (6) buah dan tingklik pelog tujuh nada enam (6) buah.

Sebagai karya kreatif, musik Bali garapan baru tidak lahir karena kebetulan tetapi melalui serangkaian proses yang menuntut kecakapan dan keterampilan dalam bidang musik serta motivasi yang kuat untuk melakukan pembaharuan terhadap tradisi (Sugiartha, 2012: 87). Menyikapi ulasan dari Sugiartha, memang benar karya baru tidak semena-mena lahir tanpa melalui proses atau melalui tradisi yang ada. Walaupun kita ketahui secara definisi karawitan hanya sebatas musik tradisi Indonesia yang berlaraskan pelog dan selendro tetapi jika ditelusuri secara mendalam makna ini dapat memberikan imajinasi dan pemahaman untuk membangun karya cipta karawitan yang inovatif (Garwa, 2009: 20).

Kutipan di atas membuat penata berkeinginan untuk mengolah garapan musik yang inovatif, tentunya tidak terputus dari akar tradisi. Dengan mengambil judul Masa Kecilkudimana dari judul ini mempunyai dua (2) makna yaitu keindahan dimasa kecil dan kesedihan mengingat masa kecil.

B. Ide Garapan

Ide kali ini, penata mencoba membuat garapan melalui pengalaman pribadi ketika penata berusia empat (4) tahun. Saat itu hari-hari begitu berwarna, rasa senang selalu mewarnai perasaan ini, canda tawa mengiringi hari demi hari. Tetapi semuanya berubah ketika ayah terjatuh sakit sampai akhirnya meninggal dunia.

(6)

sang ibu dengan motifasinya hidup harus kuat, ceria, seperti hari-hari sebelumnya. Menyikapi peristiwa ini penata ingin mewujudkannya dalam bentuk karya seni musik inovatif.

C. Instrumentasi

Mewujudkan sebuah karya musik haruslah melalui media ungkap. Media ungkap pada garapan ini yaitu gamelan gaguntangan yang dijadikan sebagai media pokok. Gaguntangan yang digunakan terdiri atas : dua buah kendang kerumpungan (lanang-wadon), kecek, klenang, timbung (sebagai pembawa tempo), gong

pulu (sebagai Gong) , suling, dan satu buah tawa-tawa. Pemilihan alat ini berdasarkan kebutuhan penata dalam mewujudkan karya. Kemudian ditambahkan alat lain seperti : Suling, alat baru yaitu terompet, dan

tingklik pelogtujuh nada.

Adapun rincian alat sebagai mendukung garapan ini yaitu: instrumen suling Bali sebanyak sepuluh (10) buah diantaranya:

a) Suling kecil empat (4) buah, b) Suling sedang enam (6) buah.

Kemudian penata membuat alat baru yang bertujuan untuk memperkaya alat musik dan menambah khasanah dari warna musik yang digarap. Pada tanggal 29 Maret 2017 penata berjumpa dengan Ariawan, dan tidak sengaja mengucapkan kata-kata ingin membuat alat musik yang baru (inovasi). Kemudian I Wayan Ariawan ingat dan memberikan informasi bahwa ada alat musik yang disebut dengan terompet, namun alat itu sering dijadikan alat permainan oleh anak-anak ketika beliau kecil dulu.

Alat terompet ini mempergunakan bahan dari plastik, adapun bahan-bahannya seperti: karet unyil, pipa (paralon), kemasan jajan (toplesastor yang kecil), pipet kecil (sedotan air minum), kemudian plastik bening. Dari bahan-bahan iniliah penata membuat alat terompet dengan menambahkan lobang sebanyak enam (6) pada bagian pipa yang kemudian diberikan lubang kecil untuk menempatkan pipet sedotan pada

toplesastor yang bertujuan mengantarkan angin dari tiupan mulut yang kemudian digetarkan oleh plastik bening yang diikat kencang dengan karet unyil tersebut. Terompet ini bernada diatonis, tepatnya pada terompet sedang yang ukurannya 45cm dalam kunci gitar setandar bermain kunci D, jika terompet di tutup satu lobang. Kemudian terompet panjang yang ukurannya 90cm dalam kunci gitar setandar bermain kunci F#m dengan rincian meliputi:

a) Terompet berukuran sedang empat (4) buah b) Terompet berukuran panjang dua (2) buah

Kemudian ditambahkan alat musik tradisional yaitu tingklil pelog tujuh nada sebanyak 6 buah, yang mempergunakan nada pelog tujuh nada berupa:

a) Pemade dua (2) buah. b) Kantilan dua (2) buah. c) Calung dua (2) buah.

(7)

D. Judul Garapan

Judul dari garapan ini adalah Masa Kecilku. Masa Kecilku megingatkan fenomena yang terjadi di kehidupan penata sendiri, di mana telah kita ketahui masa kecil adalah masa yang sangat indah penuh keceriaan, canda, tawa, penuh dengan kejutan yang menjadi kenangan yang sangat indah. Saat ini penata berusia 21 tahun jika mengingat masa kecil perasaan sedih muncul mengingat tragedi yang dialami oleh orang tua (ayah) yang mengalami penyakit sehingga berujung kematian, dari fenomena tersebut garapan ini penata beri judul “Masa Kecilku” di mana judul ini mempunyai dua (2) makna, yaitu keindahan di masa kecil dan kesedihan mengingat masa kecil.

E. Pendukung dan Durasi Garapan

Mewujudkan karya musik tentunya diperlukan pendukung untuk membantu mewujudkan sebuah karya. Adapun pendukung dalam garapan ini sebanyak sembilan (9) orang (termasuk penata). Delapan (8) pendukung garapan ini di antaranya mahasiswa karawitan semester VI jurusan Karawitan ISI Denpasar, siswa SMK 4 Bangli, dan dari STT Tunggal Arsa Desa Pakraman Kubu. Adapun durasi pada garapan ini yaitu 12 menit 5 detik, yang dipentaskan di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar.

F. Tujuan Garapan

Pembuatan sebuah karya, tentunya memiliki sebuah tujuan. Adapun tujuan garapan ini adalah sebagai obat rindu yang sudah lama ingin disampaikan dari hati kecil yang mendalam, dan penghormatan kepada orang tua atas kebaikan yang telah diberikan semasih hidup, sehingga penata tumbuh dan berkembang sampai sekarang ini. Penata sebagai seniman Karawitan ingin melestarikan alat musik tradisional tingklik

pelog tujuh nada di dalam karya yang berjudul Masa Kecilku. Adapun tujuan kusus dan tujuan umum pada garapan ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum :

1. Untuk menjadikan karya seni musik yang bersumber dari pengalaman pribadi.

2. Untuk melatih olah pikir penata dalam hal berkarya agar menghasilkan karya yang berguna di masyarakat khususnya bagi seni Karawitan Bali.

3. Untuk ikut dalam pelestarian gamelan yang mempunyai klasifikasi yang tradisional khususnya gamelan tingklik pelog tujuh nada dan Gaguntangan.

2. Tujuan Khusus :

1. Untuk membuat sebuah karya, dengan mengangkat pengalaman pribadi yang dituangkan melalui ide ke dalam komposisi masa kecilku.

2. Untuk mewujudkan ide garapan melalui media ungkap Gaguntangan.

3. Untuk membuat musik baru mulai dari menentukan ide, konsep dan mengambil pengalaman lewat proses penyusunan komposisi pada garapan ini.

G. Manfaat Garapan

Komposisi yang dibuat ini dapat memberikan manfaat positif bagi penata dalam mendapatkan ilmu tambahan tentang penggalian ide, penuangannya dan metode pengumpulan data dari sumber pustaka. Manfaat yang dapat ditimbulkan dari karya ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat menambah khasanah seni pertunjukan khususnya seni Karawitan inovatif.

2. Komposisi ini diharapkan menjadi sumber referensi bagi mahasiswa ISI Denpasar yang akan membuat sebuah karya musik selanjutnya.

(8)

H. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ini akan menjelaskan kembali terhadap karya yang dibuat untuk menghindari kesalahan dalam tafsiran garapan tentang batasan-batasan baik dari komposisi musik, bentuk garapan, ide garap, konsep, serta alat. sehingga kerancuan terhindar dari garapan yang berjudul Masa Kecilku di antaranya sebagai berikut.

 Garapan ini berbentuk musik inovatif yang diberi judul Masa Kecilku. Judul ini didapatkan melalui peristiwa yang dialami oleh penata sendiri, tentang kehidupan penata di masa kecil yang memiliki kehidupan yang bahagia, dengan lengkap kedua orang tua. Saat itu penata yang berumbur 4 tahun merasakan kehidupan yang sangat indah, penuh tawa canda dan kasih sayang. Semua hal tersebut berubah di saat ayah penata mengalami penyakit dan berujung kematian. Dari kejadian inilah penata ingin menuangkan rasa rindu terhadap sang ayah dengan mewujudkan garapan musik dengan judul Masa Kecilku. Mengolah unsur-unsur musik sperti harmoni, melodi, tempo, vokal, dinamika, ritma, dan warna suara, dengan media ungkap gamelan Gaguntangan beserta tambahan alat berupa instrumen suling, terompet dan tingklik pelog tujuh nada.

 Adapun rincian media ungkap sebagai pokok yang dipergunakan dalam gamelan Gaguntangan diantaranya:

dua buah kendang kerumpungan (lanang-wadon), satu kecek, Timbung (sebagai pembawa tempo) gong pulu (sebagai finalis/Gong), suling, klenang, dan satu buah tawa-tawa.

 Kemudian ditambahkan alat lain sebagai pendukung dari media pokok gamelan Gaguntangan antara lain suling kecil empat (4) buah, suling sedang enam (6) buah, kemudian alat baru yaitu terompet yang merupakan alat permainan anak-anak yang bernada diatonis tepatnya bermain kunci D dan F#m dengan jumblah enam (6) buah di antaranya: empat (4) buah terompet sedang, dan dua (2) buah terompet panjang, dan tingklik pelog tujuh nada sebanyak enam (6) buah di antaranya: Pemade dua (2)

tungguh, Kantilan dua (2) tungguh dan calung dua (2) tungguh.

(9)

KAJIAN SUMBER

Sebuah proses yang dilakukan harus timbul berdasarkan dorongan dari hati penata atau seniman sendiri untuk mewujudkan karyanya menjadi nyata. Berhasil atau tidaknya wujud sebuah karya seni tergantung dari kesungguhan serta kematangan proses yang dilakukan oleh penatanya. Maka dari itu seorang komposer dalam berproses harus mempersiapkan konsep yang jelas, serta menyusun rencana kerja yang sistematis dan terarah sebagai pijakan dalam berkarya. Untuk dapat menghasilkan karya yang baik, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, maka haruslah didukung dengan beberapa kajian sumber sehingga garapan tersebut dapat terwujud dengan nyata melalui beberapa tahapan di antaranya : sumber tertulis, sumber diskografi, dan sumber informasi dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh yang dianggap dapat dijadikan informan yang notabena dan tentu saja merupakan komponis gamelan. Adapun sumber-sumber tersebut ialah :

A. Sumber Pustaka

Warna Warni Anak, I Wayan Arik Wirawan, 2013, Denpasar, Skrip yang diajukan sebagai syarat mendapatkan stara S-1 Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Mainan Anak, I Gede Bayu Suyasa, 2013, Denpasar, Skrip yang diajukan sebagai syarat mendapatkan stara S-1 Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Shantika, I Wayan Eka Putra Udyana, 2016, Denpasar, Skrip yang diajukan sebagai syarat mendapatkan stara S-1 Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-Kanak, Anita Yus, 2011, Jakarta, dalam buku ini penata mendapatkan tentang tumbuh kembangnya anak-anak saat bermain dan belajar, dari hal bermain membawakan anak itu tumbuh secara bertahap dan tentunya tumbuh dengan baik.

Pendidikan Anak Prasekolah, Soemiarti Patmonodewo, 2013, PT RINEKA, Jakarta. Dalam buku ini dijelaskan mengenai perkembangan anak, saat menginjak sekolah. Dalam dunia prasekolah terdapat juga permainan anak, tetapi mempunyai batasan-batasan dalam permainannya.

Komposisi Karawitan IV, I Ketut Garwa, 2009, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Estetika Karawitan, oleh I Wayan Suweca. Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. 2009. Pada buku ini membahas tentang filsafat keindahan, konsep keseimbangan dan estetika komposisi.

Ubit-Ubitan Sebuah Tehnik Permainan Gambelan Bali, oleh I Made Bandem, STSI Denpasar tahun 1991, berisikan 14 model ubit-ubitan. Buku ini dapat digunakan untuk menjelaskan tehnik permainan berupa bentuk ornamentasi dasar, serta penamaannya, yang akan memudahkan untuk menyebutkan tehnik permainan yang digunakan kususnya ubit-ubitan dalam penulisan deskripsi garapan.

B. Sumber Discografi

Sumber discografi dapat berupa rekaman audio maupun video yang dapat penata peroleh dari koleksi pribadi atau rekaman khusunya berbagai bentuk karya, guna dijadikan sumber inspirasi didalam pembuatan karya inovatif dengan judul Masa Kecilku :

Karya I Made Muliana dengan judul karya Gebog Domas dengan penggunaan media ungkap yaitu gamelan Selonding. Dimana karya ini adalah karya yang bebentuk inovatif, dalam karya ini penata mendapatkan ide untuk membuat karya yang inovatif dengan menggabungkan alat seperti : gamelan

geguntangan, tingklik pelog tujuh nada, terompet, dan suling.

Rekaman VCD Sunari Wakya pada ujian Tugas Akhir di Institut Seni Indonesia Denpasar yang dibawakan oleh Wayan Gede Purnama Gita pada tahun 2016 dengan media ungkap gamelan Gong Suling dengan karya yang inovatif. pada garapan ini penata banyak mendapatkan sebuah inspirasi dari permainan suling atau aksentuasi dalam membuat karya musik.

Rekaman VCD Shantika pada ujian Tugas Akhir di Institut Seni Indonesia Denpasar yang dibawakan oleh I Wayan Eka Putra udnyana pada tahun 2016 dengan menggunakan media ungkap gamelan

(10)

dimainkan menjadi sebuah musik yang inovatif, dan karya ini akan dijadikan sebagai sumber inspirasi di dalam pembuatan karya dengan judul Masa Kecilku.

Rekaman VCD Warna Wani Anak pada ujian Tugas Akhir di Istitut Seni Indonesia Denpasar yang dibawakan oleh I Wayan Arik Wirawan pada tahun 2013. Dari karya ini penata juga banyak mendapatkan inspirasi dalam sajian garapan, di mana dalam karya I Wayan Arik Wirawan penata mendapatkan inspirasi permainan harmoni, dan permainan vokal yang ditata secara baik yang membuat karya tersebut menjadi satu- kesatuan yang indah.

C. Sumber Informan

Wawancara dengan Ida Bagus Kuntayana,wawancara ini dilakukan pada tanggal lima (5) Januari 2017. Pada wawancara ini, penata menanyakan tentang laras yang dimiliki oleh gamelan gaguntangan. Pada wawancara ini beliau mengatakan bahwa gamelan gaguntangan tidak mempunyai laras dalam gamelan

gaguntangan tersebut. Namun jika ditinjau dari segi instrumennya dapat dikatakan bahwa gamelan

gaguntangan mempunyai laras pelog dan selendro, yang dimiliki oleh instrumen suling. Suling berperan penting di dalam barungan gaguntangan selain sebagai melodi pada permainnya, suling juga mampu menciptakan penonjolan karakter dari penembang dipermainan gaguritan.

(11)

PROSES KREATIVITAS

Dalam hal penciptaan karawitan tentunya memerlukan pengolahan materi baik berupa, materi fisik maupun non fisik. Materi fisik dapat berupa alat-alat atau media ungkap, dan juga personil atau keanggotaan yang menjadi pelaksana/pelaku yang mengungkapkan karya berupa komposisi musik dengan penyajian secara langsung, sedangkan materi non fisik berupa komposisi musik dengan penyajian secara (repotoar) yang ditata berdasarkan hasil kreatifitas yang bersumber dari pemikiran penata.

Ide yang termuat di atas, maka untuk mewujudkannya penata menggunakan tiga tahapan. Ketigatahapantersebutyaitu: tahap ekploration (penjajagan), tahap improvisation (percobaan), dan tahap

forming (pembentukan).

A. Tahap penjajagan (Eksploration)

Tahap eksplorasi merupakan tahap yang paling awal atau tahap yang dilakukan sebelum masuk kedalam tahap improvisasi. Dari tahap eksploration dijelaskan tentang ide, media ungkap/instrumen, penentuan pendukung dan tehnik.Dalamprosesnyapenatamelakukansurpai yang sangatmatangdalammewujudkankaryaseniini. Eksploration yang penatalakukanmenjadilangkah paling awaldaridarikegiatankaryaini, denganmelakukanpersetujuankepadapendukung agar benar-benarsiapmenjadipendukungkaryaseniini. Kemudiandilakukanpenyurpaianalat-alat yang digunakansebagai media ungkap yang bertujuanmenjadikankarya yang inovatifdengangaya music kekinian.

B. Tahap Percobaan (Improvisation)

Tahap percobaan merupakan tahap selanjutnya dari tahap eksploration di atas. Dimana pada tahap ini lebih mencari warna suara yang dihasilkan oleh alat dengan penggunaan alat pukul yang dipertimbangkan dengan baik sehingga hasil nada yang dikeluarkan tidak merusak kashanah nada dari alat yang digunakan. Dalam tahap ini sudah mulai berproses baik dari karya dan tulisan, tetapi lebih banyak merenungkan inspirasi yang akan dituangkan ke dalam karya. Dengan mempertimbangkan materi sebagai bahan garap yang memiliki ragam garap yang harmonis dan sistematis.

Garapan ini penata menggunakan media ungkap gamelan gaguntangan sebagai media pokok dengan tambahan alat seperti : suling, terompet, dan tingklik pelog tujuh nada. Pada alat tingklik pelog tujuh nada penata mempergunakan dua buah panggul yaitu sepasang panggul gender wayang untuk satu orang pemain. Sedangkan untuk frekwensi nada yang diperoleh oleh tingklik pelog tujuh nada ini dilakukan dengan penyamaan nada dari suling setandar Gong Kebyar, dengan jumblah bilah tujuh yang memiliki nada diatonis. Kemudian dibuat alat baru yaitu terompet dari mainan anak yang diinformasikan oleh I Wayan Ariawan yang melakukan percobaan pada tanggal 30 maret 2017 dengan membuat nada dengan rasa kebebasan penata sendiri. Nada ini dihasilkan dari pengalaman mendengar, menyuarakan nada, sehingga nada tersebut mempunyai nada yang diatonis tepatnya bermain kunci D pada terompet sedang dan bermain kunci F#m pada terompet panjang. Tidak lupa juga penata sebagai umat yang beragama hindu dalam mewujudkan karya dalam proses pembentukan penata mencari hari baik dalam bahasa Bali disebut “Dewasa ayu”. Penata mengambil hari yang bertepatan diminggu ke III di bulan April 2017. Dalam minggu tersebut terdapat hari yang baik untuk melakukan sebuah awalan dalam proses berkesenian.

C. Tahap Pembentukan (Forming)

Membuat karya atau menyusun karya komposisi musik merupakan hal yang tidak mudah, khususnya bagi penata yang masih mengenyam pendidikan dan bukan komposer yang ulung. Tetapi dari pengalaman penata bermain gambelan dari usia 7 tahun sampai saat ini bukan merupakan penghalang bagi penata untuk berani menunjukan karya kreatifitas sendiri.

(12)

menjadi hidup, berjiwa dengan pengolahan rasa dari musikal tersebut. Gerakan pemain juga mendukung hidupnya sebuah musik yang disajikan, gerakan yang diperhitungkan secara matang membutuhkan proses yang cukup lama. Dimana gerakan akan menghidupkan nuansa musikal yang dibawakan untuk membuat pandangan yang estetis.

D. Deskripsi Karya

Garapan ini adalah garapan yang berbentuk inovatif, dalam garapan ini menggunakan sistem bagian seperti bagian I, bagian II, dan bagian III. Perbagiannya penata uraikan tentang perjalanan hidup ketika masa kecil, dengan menggunakan media ungkap gamelan gaguntangan sebagai media pokok dalam karya ini, kemudian ditambahkan juga beberapa instrumen lain seperti: tingklik pelog tujuh nada, terompet, dan suling bambu yang berukuran sedang dan kecil, dan hasil dari eksplorasi alat mainan anak yang disebut dengan terompet. Penambahan alat ini dilakukan agar menghasilkan warna garap yang sesuai dengan tema garapan.

Bagian I

Bagian I, penata ingin menggambarkan masa kecil yang dipenuhi dengan rasa senang, gembira, ceria, energik dan tentang sifat kekanak-kanakan saat itu. Pada bagian awal karya ini penata menata pola permainan seperti suling,tingklik, vokal, dan kendang. Bagian I ini bertujuan untuk pemusatan perhatian penonton terhadap lagu yang disajikan. Adapun penggarapan dilakukan dengan mengolah permainan dinamika, harmoni, ritma, dan vokal. Permainan saut menyaut diberikan tekanan pada bagian ini terutama diantara alat satu ke alat yang lainya. Pola yang dipergunakan dalam bagian ini seperti poli poni, kekotekan, harmoni/ngempyung, ritma melodi dan tempo ritmis. Melalui tehnik garap seperti tersebut pada bagian ini diharapkan mampu menghadirkan suasana yang menyrupai masa kanak-kanak.

Bagian II

Dalam bagian II ini, penata menggambarkan suasana sedih. Dimana suasana sedih diungkapkan lewat nyanyian atau kidung kematian Indra Wangsa yang diolah sesuai dengan kebutuhan garapan. Dalam lirik kidung Indra Wangsa tersebut berikisan kata-kata atau doa untuk mengantar mayat ke kuburan, kidung ini penata gambarkan sebagai pengantar kematian sang ayah ketika ditinggalkan saat itu. Adapun permainan yang dilakukan seperti tingklik yang menggunakan motif gending angklung sebagai pengiring kidung Indra Wangsa. Kemudian dilakukan permainan suling yang mengalun dengan melodi sedih, dan permainan pola kendang legod bawa yang dikemas sesuai dengan melodi dari lagu . Terdapat juga pola yang dipakai dalam bagian ini yaitu pola leluangan, kekotekan dan penyajian kidung yang bermain didalam melodi angklung.

Bagian III

Dibagian III, penata menceritakan sebuah semangat dalam menjalani hidup yang termotivasi oleh semangat keluarga terutama dari sang ibu yang merubah kesedihan menjadi semangat dalam menjalani hidup. Dimana kehidupan itu harus mempunyai prinsip tak gentar dan teguh disetiap langkah menjalani kehidupan. Dari motivasi tersebut, bagian ini penata mengolahnya dengan permainan musik yang bernuansa semangat atau gembira.

(13)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian tentang garapan inovatif Masa Kecilku yang telah dipaparkan pada bab-bab tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa :

Masa kecilku merupakan suatu bentuk komposisi yang mengangkat tema kehidupandengan latar belakang kehidupan pribadi yang dialami ketika kecil, yang dituangkan dalam bahasa musik. Komposisi karawitan ini merupakan garapan musik inovatif yang bersifat eksprimental, yang menggunakan gamelan

gaguntangan sebagai media pokok dengan tambahan instrumen suling kecil, suling sedang, kemudian tingklik pelog tujuh nada, dan alat baru dari mainan anak yang terompet yang dibuatkan nada sehingga menghasilkan bunyi, yang bermaksud untuk menambah alat musik serta menambah kesan dan unsur kekayaan dalam berkarya musik.

Inovasi dalam garapan ini terletak pada upaya pengolahan dan pengembangan sistem nada, jalinan melodi, tempo, ritme, harmoni, dan dinamika dari pola-pola tradisi yang dikemas dalam bentuk inovatif yang bersifat kekinian. Secara garis besar upaya inovasi menggunakan dan mengembangkan tehnik pukulan yang dikreasikan dan dikemas sesuai dengan kebutuhan tema garapan.

Garapan ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian I, bagian II dan bagian III yang setiap bagiannya mempunyai tujuan dan maksud dalam pengekspresiannya sesuai dengan ide dari garapan ini. Garapan ini dipentaskan di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar, didukung oleh 9 orang pemain termasuk penata sendiri, dengan durasi pementasan garapan 12 menit 5 detik.

B. Saran-saran

Adapun saran-saran dari penata yang ingin disampaikan diantaranya:

Persiapkanlah diri sedini mungkin baik secara fisik maupun mental sehingga pada saatnya nanti benar-benar siap dan matang untuk melangkah dan tidak merasa terbebani serta yang terpenting adalah jangan pernah menunda-nunda waktu dalam berproses. Dalam proses berkarya, kematangan konsep dan ide sudah diperkirakan atau direncanakan sejak dini, karena hal ini merupakan kunci meraih kesuksesan, semakin matang konsep dan ide dalam proses berkarya maka semakin lancar jalan yang dilalui dalam proses berkarya tersebut.

(14)

DAFTAR SUMBER

A.

Daftar Pustaka

Aryasa, I W M. 1984.

Pengetahuan Karawitan Bali.

Denpasar: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali.

Bandem, I Made. 1991,

Ubit-Ubitan Sebuah Tehnik Permainan Gambelan Bali,

Denpasar:

Dilaksanakan Atas Daftar Isian Kegiatan STSI. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud.

. 2013.

Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah.

Denpasar: BP.

STIKOM BALI.

Dibia, I Wayan. 2012,

Geliat Seni Pertunjukan Bali.

Denpasar : Arti Foundation.

Djelantik. 1999,

Estetika Sebuah Pengantar.

Masyarakat Seni Pertunjukan

Indonesia, Bandung.

Garwa, I Ketut. 2009,

Buku Ajar Komposisi IV

. FSP ISI Denpasar,

Denpasar.

Patmonodewo, Soemiarti. 2013.

Pendidikan Anak Prasekolah

. PT RINEKA, Jakarta.

Suweca, I Wayan. 2009,

Estetika Karawitan

. Fakultas Seni Pertunjukan Indonesia Denpasar

Sugiartha, I Gede Arya. 2012,

Kreativitas Musik Bali Garapan Baru.

Denpasar, Institut Seni

Indonesia Denpasar

Suyasa, I Gede Bayu. 2013.

Mainan Anak.

Skrip Karya Seni Karawitan.

Denpasar : Institut Seni Indonesia Denpasar.

Sastriawan, Gede Fajar. 2016.

Suara Malam.

Skrip Karya Seni Karawitan. Denpasar : Institut Seni

Indonesia Denpasar.

Udyana, I Wayan Eka Putra. 2016.

Shantika.

Skrip Karya Seni Karawitan. Denpasar : Institut Seni

Indonesia Denpasar.

Wirawan, I Wayan Arik. 2013.

Warna Warni Anak.

Skrip Karya Seni Karawitan. Denpasar : Institut

Seni Indonesia Denpasar.

(15)

B.

DAFTAR DISKOGRAFI

Wirawan, I Wayan Arik. 2013. “

Warna Warni Anak

” Karya Tugas Akhir (S1), Prodi Karawitan,

Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar.

Gita, I Wayan Gede Purnama. 2016. “

Sunari Wakya

” Karya Tugas Akhir (S1), Prodi Karawitan,

Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar.

Udyana, I Wayan Eka Putra. 2016. “

Shantika

” Karya Tugas Akhir (S1), Prodi Karawitan,

Fakultas Seni Pertunjukan, ISI Denpasar.

Referensi

Dokumen terkait

Sediaan salep pada ketiga dasar salep ekstrak etanol jahe merah mempunyai potensi hanya sedikit merangsang iritasi, yang paling besar daya iritasinya adalah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1). Hubungan secara simultan antara bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan dan empati dengan tingkat kepuasan pemakai

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Partisipasi Pemakai, Pelatihan,

Barang- barang milik/kekayaan negara adalah semua barang-barang milik/kekayaan negara yang berasal/dibeli dengan dana yang bersumber untuk seluruhnya ataupun

LEACH telah menginspirasi berbagai pengembangan protokol routing berbasis hierarchical pada WSN , salah satunya adalah HEED ( Hybrid Energy Efficient Distribute )

Pemodelan wideband effect loss ini dilakukan dengan bantuan software Matlab untuk menghasilkan file trace input yang sesuai dengan pengaruh yang disebabkan oleh

Pada bab ini, Anda akan diajak menerapkan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri dalam pemecahan masalah, melalui menentukan nilai perbandingan trigonometri

Perhitungan KPMM secara konsolidasi dilakukan dengan cara membandingkan modal secara konsolidasi dengan aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) secara