• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005 SKRIPSI"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME

EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

Katarina Srihandayani

NIM 051324019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan skripsi ini kepada:

Hati YESUS yang maha kudus

Kedua orang tuaku Bapak R. Dwinarto dan Ibu M. Sarti

Kekasihku Laurentius Rio Kurniawan

Keluargaku (Pakde, Budhe, Mbak Narti Cs, Mas Tri Cs) dan

semua keluargaku yang turut mendukung dan mendoakan sehingga

(5)

v

MOTTO

“Segala Perkara Dapat Kutanggung Di Dalam DIA

Yang Memberi Kekuatan Kepadaku.”

(FILIPI 4:13)

“Hanya pada ALLAH saja kiranya aku tenang, sebab

dari pada-Nyalah harapanku.”

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, terkecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 22 Juli 2009 Penulis,

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Katarina Srihandayani

Nomor Mahasiswa : 051324019

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari sya ataupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal, 22 Juli 2009 Yang menyatakan,

(8)

viii

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005

Katarina Srihandayani NIM 05134019 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Tujuan penelitian ini untuk: (1) melihat pengaruh harga cengkeh dalam negeri terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia; (2) melihat pengaruh harga cengkeh dunia terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia; (3) melihat pengaruh jumlah produksi terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia; (4) melihat pengaruh konsumsi cengkeh dalam negeri terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia; dan (5) melihat pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia.

Sumber data merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Departemen Pertanian, direktorat Jendral Perkebunan, Badan Pusat Statistik serta literatur lain yang mendukung. Penelitian ini menggunakan teknik analisis dataregresi linear berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Nilai koefisien (R²) diperoleh hasil sebesar 0,975, yang menunjukan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 97,5%, sedangkan sisanya sebesar 2,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis regresi linear berganda menyatakan bahwa variabel independen yaitu, (1) harga cengkeh dalam negeri mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia; (2) harga cengkeh dunia mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia; (3) jumlah produksi cengkeh mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia; (4) konsumsi cengkeh dalam negeri mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia; dan (5) nilai tukar rupiah terhadp dollar Amerika Serikat mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia.

(9)

ix ABSTRACT

FACTORS INFLUENCING THE VOLUME OF CLOVE EXPORT IN INDONESIA IN 1995 – 2005

Katarina Srihandayani 05134019

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purposes of this research are to know the influence of: (1) domestic clove price towards the volume of clove export in Indonesia; (2) world clove price towards the volume of clove export in Indonesia; (3) number of production towards the volume of clove export in Indonesia; (4) domestic clove consumption towards the volume of clove export in Indonesia; and (5) rupiah exchange towards US Dollar toward the volume of clove export in Indonesia.

The secondary data gained from various sources. Some of them are gained from Agricultural Department, General Directory of Plantation, Statistical Center Institution and other supporting literatures. This research used multiple regression linear data analysis. The type of this research was descriptive quantitative research.

The coefficient value (R2) was 97,5%. It shows the influence of independent variable towards dependent variable 97,5%. Meanwhile the residual is 2,5% gained from other factors beyond this research. The conclusion gained from the result of multiple linear regression analysis states that independent variables: (1) domestic clove price influences the volume of clove export in Indonesia, (2) the world clove price influences the volume of clove export in Indonesia; (3) the amount of clove production influences the volume of clove export in Indonesia; (4) the domestic clove consumption influences the volume of clove export in Indonesia; and (5) the exchange rate of rupiah toward US dollar influences the volume of clove export in Indonesia.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat, rahmat dan kekuatan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR

CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005” dengan lancar. Skripsi ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung penulisan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim M. Ed., Ph. D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S. Pd., M. Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan juga sebagai dosen pembimbing II serta selaku Dosen Pembimbing Akademik angkatan 2005 yang telah membimbing dan membantu sampai terselesaikannya skripsi ini.

(11)

xi

4. Bapak Y. M. V. Mudayen S. Pd., yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Joko Wicoyo, M. Si., selaku pembimbing abstrak dalam bahasa inggris.

6. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto dan ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti selaku dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi.

7. Mbak Titin, Mbak Aris dan Pak Wawik yang telah membantu penulis dalam mengurus masalah administrasi selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

8. Bapak R. Dwinarto dan Ibu M. Sarti selaku orang tua penulis yang telah mendukung dalam material maupun spiritual.

9. Laurentius Rio Kurniawan yang telah mendukung dengan doa dan cinta (I will love you forever my dear).

10. Sahabat dan teman-temanku seperjuangan program studi Pendidikan Ekonomi Angkatan 2005 (Primadesta laraningtyas jati, Meri lestari wakerkwa, Kiki sugiyanti, Brigitta tidora, Yoani rinda perdani, Florentina ristri, Josephin

dian dwi martanti, Veronika andriati, Berlia trio listyawati, Dwi martanti,

Nian putriana, Ika kurniawati, Lelly sestyaningrum, Kurnia martikasari, Lesti

wulandari, Ludovina maria, Rinto cahyadi, Antonius sudibyo, Ignasius

(12)

xii

11. Mbak Theresia Susanti dan mbak Meldawati Silalahi yang turut membantu penulisan skipsi ini.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan atau kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. iv

MOTTO……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. vii

ABSTRAK………... viii

ABSTRACK……… ix

KATA PENGANTAR………. x

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL……… xvii

DAFTAR KURVA……….. xvii

DAFTAR BAGAN……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN……… ….. 1

A. Latar Belakang Masalah……….... 1

B. Rumusan Masalah ………... 5

(14)

xiv

D. Tujuan Penelitian……….. 6

E. Manfaat Penelitian……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 9

A. Potensi dan Luas Lahan Cengkeh di Indonesia……….. 9

1. Potensi………... 9

2. Luas Lahan……… 10

B. Jumlah Petani Cengkeh di Indonesia……….. 12

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cengkeh di Indonesia……. 14

1. Harga Cengkeh Nasional……….. 14

2. Harga Cengkeh Dunia………..… 15

3. Jumlah Produksi……… 16

4. Konsumsi………. 18

5. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS……….. 19

D. Penelitian Terdahulu……… 23

E. Kerangka Berpikir……….. 24

F. Hipotesis………. 26

BAB III METODE PENELITIAN……… 28

A. Jenis Penelitian………... 28

B. Jenis dan Sumber Data ………... .. 28

(15)

xv

D. Variabel Penelitian……… 30

E. Teknik Analisis Data………. 30

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……….. 42

A. Analisis Data ……… 42

1. Pengujian Prasyarat Regresi ……….. 42

a. Pengujian Normalitas……….. 42

b. Pengujian Linearitas ……… 45

2. Pengujian Asumsi Klasik ……….. 46

a. Uji Multikolinearitas ……….. 46

b. Uji Heterokedastisitas ……… 49

c. Uji Aoutokorelasi ……… 51

3. Uji Statistik ……… 51

a. Uji F………. 52

b. Uji t ……… 53

c. Uji R²………. . 57

B. Pembahasan ……… 58

BAB V PENUTUP………. 68

A. Kesimpulan ……….. 68

B. Saran ……… 70

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 Persentase luas lahan pertanian untuk cengkebunan………... 10

Tabel II. 2 Luas lahan cengkeh menurut kepemilikan………... 11

Tabel II. 3 Jumlah petani di perkebunan cengkeh menurut propinsi……… 12

Tabel II. 4 Kontribusi produksi cengkeh di daerah-daerah ……… 13

Tabel II. 5 Fluktuasi harga cengkeh di pasar dunia ………... 16

Tabel II. 6 Perkembangan konsumsi cengkeh di Indonesia………... 18

Tabel IV. 1 Descriptive statistic………. 42

Tabel IV. 2 Hasil uji normalitas………. 43

Tabel IV. 3 Hasil uji linearitas………... 45

Tabel IV. 4 Hasil uji multikolinearitas……….. 46

Tabel IV. 5 Hasil uji heterokedastistisitas………. 49

Tabel IV. 6 Hasil uji autokorelasi………. 51

Tabel IV. 7 Hasil uji F……….. 53

Tabel IV. 8 Hasil analisis uji t……….. 54

Tabel IV. 9 Hasil uji R²……… 57

Tabel IV. 10 Harga cengkeh dalam negeri dan ekspor cengkeh………. 59

Tabel IV. 11 Harga cengkeh dunia dan ekspor cengkeh………. 61

Tabel IV. 12 Jumlah produksi cengkeh dan ekspor cengkeh……….. 63

Tabel IV. 13 Konsumsi cengkeh dan ekspor cengkeh……… 65

(17)

xvii

DAFTAR KURVA

(18)

xviii

DAFTAR BAGAN

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, hal itu dilihat dari besarnya sumbangan sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2003-2004 yang menunjukan sumbangan sektor pertanian terhadap PDB sebesar 15,68% (Departemen pertanian/Deptan, 2004). Selain itu, sejak dulu Indonesia juga memiliki banyak tanaman, baik tanaman rempah-rempah maupun tanaman non rempah-rempah.

Kemudian, Indonesia juga banyak mengembangkan jenis tanaman perkebunan yang tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga digunakan sebagai salah satu komoditi ekspor. Salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tetapi juga digunakan sebagai salah satu komoditi ekspor yaitu cengkeh.

Cengkeh menjadi salah satu komoditas ekspor yang sangat penting karena cengkeh memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pendapatan negara. Dalam pangsa pasar, nilai ekspor cengkeh menduduki urutan kelima yaitu sebesar US$12,564 ribu setelah kelapa sawit sebesar US$1.500,481 ribu,

(20)

karet sebesar US$1.228,321 ribu, kakao sebesar US$498,827 ribu, kelapa sebesar US$261,704 ribu (Deptan, 2004).

Selain itu, cengkeh banyak digunakan oleh bangsa-bangsa seperti Eropa dan Asia. Di Eropa dan Asia cengkeh digunakan sebagai bumbu masak dan obat, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Selain itu, cengkeh juga digunakan sebagai bahan rokok kretek serta sebagai bahan dupa di Cina dan Jepang. Sebagai komoditas ekspor, jumlah produksi dan konsumsi cengkeh juga mengalami naik turun seperti halnya komoditas ekspor yang lain.

Dalam hal produksi, selama periode 1995-1997 Indonesia menunjukkan penurunan yaitu dari 90.007 ton menjadi 72.685 ton, kemudian meningkat pada tahun 1998 menjadi 76.471 ton. Namun kemudian mengalami penurunan kembali pada tahun 2000 dan 2006 menjadi sebesar 59.479 ton dan 59.878 ton kemudian meningkat lagi pada tahun 2002 menjadi 79.009 ton.

(21)

Volume ekspor cengkeh Indonesia sejak tahun 1970 sampai dengan tahun 1997 sangat kecil dan stabil pada kisaran rata-rata 632,96 ribu ton per tahun. Namun, karena tingginya kebutuhan akan cengkeh untuk industri rokok kretek menyebabkan Indonesia harus mengimpor cengkeh, sehingga volume impor cengkeh lebih besar dibandingkan volume ekspornya yaitu mencapai puncaknya pada tahun 1975 sebesar 28,95 ribu ton. Untuk meningkatkan volume ekspor cengkeh yang sangat kecil tersebut, pemerintah melakukan usaha peningkatan jumlah produksi cengkeh yang kemudian berdampak pada melimpahnya hasil produksi cengkeh mulai tahun 1988, dan membawa akibat dimana volume ekspor cengkeh melebihi volume impornya. Pada saat panen besar dalam negeri, ekspor cengkeh meningkat seperti yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2003. Volume ekspor tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 20.157 ton (Ditjenbun, 2004).

(22)

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi ekspor adalah jumlah produksi. Ekspor terjadi apabila suatu negara mampu menghasilkan berbagai barang dan jasa yang melebihi jumlah produksi yang diperlukan di dalam negeri dan mengekspor kelebihannya. Jadi, jumlah produksi juga sangat berpengaruh sekali terhadap ekspor.

Faktor lain yang mempengaruhi ekspor cengkeh yaitu harga cengkeh nasional, harga cengkeh dunia, dan konsumsi. Harga cengkeh nasional mempengaruhi ekspor cengkeh karena apabila harga di dalam negeri lebih rendah dari harga di pasar internasional, maka produsen akan cenderung memproduksi untuk kebutuhan ekspor karena mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Namun ketika harga di dalam negeri lebih tinggi dibanding harga di pasar internasional, maka hal ini akan mendorong impor karena membeli lebih murah daripada memproduksi sendiri (Gilarso, 2002).

Seperti halnya harga cengkeh nasional, harga cengkeh dunia juga mempengaruhi ekspor cengkeh. Apabila harga cengkeh di luar negeri lebih tinggi daripada di dalam negeri, maka produsen cengkeh akan cenderung mengekspor cengkeh tersebut daripada dijual di dalam negeri. Seperti pada tahun 1987-1994 harga cengkeh dunia mengalami kenaikan sehingga Indonesia giat melakukan ekspor (Ditjenbun, 2004).

(23)

lebih untuk di konsumsi di dalam negeri. Seperti halnya pada cengkeh, apabila masyarakat dalam negeri (Indonesia) sudah cukup dalam mengonsumsi cengkeh tersebut dan terjadi kelebihan, maka Indonesia akan memilih mengekspor cengkeh tersebut ke luar negeri.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan membahas lebih lanjut tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME EKSPOR CENGKEH DI INDONESIA TAHUN 1995-2005”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh harga cengkeh nasional (dalam negeri) terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005?

2. Bagaimana pengaruh harga cengkeh dunia (luar negeri) terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005?

3. Bagaimana pengaruh jumlah produksi cengkeh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005?

4. Bagaimana pengaruh konsumsi cengkeh dalam negeri terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005?

(24)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, dibatasi dalam harga cengkeh dalam negeri mempengaruhi volume ekspor cengkeh, harga cengkeh luar negeri mempengaruhi volume ekspor cengkeh, jumlah produksi cengkeh mempengaruhi volume ekspor cengkeh, konsumsi cengkeh mempengaruhi volume ekspor cengkeh, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat mempengaruhi volume ekspor cengkeh tahun 1995-2005.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh harga cengkeh nasional (dalam negeri) terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh harga cengkeh dunia (luar

negeri) terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh jumlah produksi cengkeh

terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh konsumsi cengkeh dalam negeri terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. 5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap

(25)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak-pihak antara lain:

1. Bagi Pemerintah

Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan yang menyangkut ekspor cengkeh dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat serta tetap menjaga kelestarian lingkungan hidup.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor cengkeh, serta alat untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor cengkeh.

3. Bagi ilmu Pengetahuan

Sebagai pertimbangan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ekspor cengkeh, serta sebagai tambahan informasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor cengkeh dalam hubungannya dengan pengembangan ekspor cengkeh dan upaya untuk meningkatkan pendapatan negara.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

(26)
(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Potensi dan Luas Lahan Perkebunan Cengkeh di Indonesia 1. Potensi

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk ditanami tanaman, baik tanaman perkebunan maupun tanaman non perkebunan. Salah satu tanaman perkebunan yang sangat berpotensi di Indonesia adalah cengkeh. Potensi dan prospek pengembangan cengkeh di Indonesia mengacu pada pohon industri cengkeh. Potensi tersebut berada di daerah-daerah di Indonesia yang memang sudah menjadi pusat perkembangan cengkeh.

Berikut ini adalah peta yang menunjukkan daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk ditanami cengkeh. Daerah-daerah tersebut yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimanatan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Irian Barat, Papua dan Maluku (www.litbang.deptan.go.id)

(28)

Gambar II. 1

Peta Daerah Potensi Cengkeh di Indonesia

Sumber: Ditjenbun, 2004.

2. Luas Lahan

Luas lahan pertanian cengkeh di Indonesia cukup luas. Namun berdasarkan pengamatan departemen perkebunan Republik Indonesia, pada tahun 1990-2000 luas lahan yang digunakan untuk perkebunan cengkeh sedikit menurun tetapi tetap berkisar 2% dari total luas lahan pertanian Indonesia.

Berikut ini adalah tabel presentase luas lahan pertanian untuk cengkeh tahun 1990-2000.

Tabel II. 1

Presentase luas lahan pertanian untuk cengkeh tahun 1990-2000

Tahun % Lahan Cengkeh terhadap total luas lahan pertanian

1990 2,05

1991 2,54

1992 2,24

1993 2,12

(29)

Tahun % Lahan Cengkeh terhadap total luas lahan pertanian

1995 2,22

Sumber: Departemen Perkebunan, 2004.

Sedangkan berdasarkan kepemilikannya, sebagian besar lahan cengkeh dimiliki oleh petani kecil dan sedikit sekali yang dimiliki oleh swasta dan pemerintah. Pada tahun 2000, lebih dari 90% lahan cengkeh dimiliki oleh petani kecil. Sebagian besar lahan yang diperuntukkan bagi penanam cengkeh 81,6% terdapat di tiga pulau yaitu di pulau Sulawesi seluas 33,8%, Jawa seluas 32,5%, dan Sumatera seluas 15,3% (Ditjenbun, 2004).

Berikut ini adalah tabel luas lahan cengkeh menurut kepemilikan tahun 1992-2000.

Tabel II. 2

Luas lahan cengkeh menurut kepemilikan tahun 1990-2000

Tahun Lahan (Ha)

Petani Kecil Pemerintah Swasta Total

1992 592.446 3.086 12.244 608.350

1993 556.496 2.307 12.143 571.047

1994 520.012 2.221 9.756 534.376

1995 491.563 504 10.420 501.823

1996 479.379 1.914 8.068 491.713

1997 447.549 1.928 7.048 457.542

1998 419.827 1.860 7.048 428.735

1999 420.850 1.860 7.048 429.758

2000 420.975 1.860 7.048 429.883

(30)

B. Jumlah Petani Cengkeh di Indonesia

Karena jumlah luas lahan pertanian cengkeh di Indonesia cukup luas, maka tidak bisa dipungkiri bahwa jumlah petani cengkeh di Indonesia juga cukup banyak. Menurut departemen pertanian tahun 2004, jumlah petani cengkeh pada tahun 1999 adalah sebanyak 1.198.900 orang atau 3,1% (1,3% dari sektor formal) dari total petani di sektor pertanian. Lebih dari separuh petani cengkeh bekerja di dua propinsi yaitu Jawa Tengah 394.464 orang (32,9%) dan Jawa Barat 240.122 orang (20%). Sedangkan pada tahun 2002 menunjukkan bahwa jumlah petani cengkeh pada tahun 2002 adalah sebesar 1.480.000 orang atau meningkat sebesar 23,5% dari periode 1999.

Berikut ini adalah data jumlah petani di perkebunan cengkeh menurut propinsi di Indonesia Tahun 1999.

Tabel II. 3

Jumlah petani di perkebunan cengkeh menurut propinsi di Indonesia Tahun 1999

No Propinsi Jumlah petani (orang) (%)

1 Jawa Tengah 394.464 32,9

2 Jawa Barat 240.122 20,0

3 Sulawesi Tenggara 87.093 7,3

4 Bali 72.088 6,0

5 Sulawesi Selatan 63.919 5,3

6 Maluku 47.377 4,0

7 Aceh 46.624 3,9

8 Jawa Timur 38.582 3,2

9 Sulawesi Tengah 33.260 2,8

10 Lampung 31.140 2,6

11 Nusa Tenggara Timur 30.506 2,5

(31)

No Propinsi Jumlah petani (orang) (%)

13 Bengkulu 23.850 2,0

14 Lain-lain 60.688 5,1

Total 1.198.856 100

Sumber: Departemen Pertanian, 2004.

Dari beberapa daerah produsen cengkeh yang telah disebutkan

sebelumnya, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimanatan Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Irian Barat, Papua dan Maluku, setiap daerah tersebut memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap produksi cengkeh. Dari daerah-daerah tersebut, yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi cengkeh yaitu Sulawesi selatan sebesar 16,36%, peringkat kedua Sulawesi utara sebesar 12,74% dan peringkat ketiga diduduki oleh Sulawesi tengah sebesar 12,32% (Deptan. 2004)

Berikut ini adalah data persentase kontribusi produksi cengkeh di daerah-daerah produsen cengkeh di Indonesia tahun 2001-2005.

Tabel II. 4

Kontribusi produksi cengkeh di daerah-daerah produsen cengkeh di Indonesia tahun 2001-2005

No Daerah Produksi Cengkeh

(%)

1 Sulawesi selatan 16,36

2 Jawa barat 7,35

3 Sulawesi utara 12,74

(32)

No Daerah Produksi Cengkeh (%)

5 Sulawesi tengah 12,32

6 Bali 5,79

7 Jawa timur 9,16

8 Maluku utara 3,72

9 Maluku 9,00

10 Lainnya 16,65

Total 100

Sumber: Departemen pertanian, 2004.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ekspor Cengkeh di Indonesia 1. Harga Cengkeh Nasional (Dalam Negeri)

Tentang harga cengkeh nasional, Deptan (2004) menyatakan sebagai berikut:

Pada periode 1987-1991 harga cengkeh di pasar domestik masih stabil pada kisaran rata-rata Rp5.900,00/Kg. Dengan adanya peningkatan luas areal akibat dampak ekstensifikasi program swasembada cengkeh, produksi cengkeh dalam negeri cukup sehingga pemerintah mengambil kebijakan pengendalian harga dengan cara membentuk Badan Penyangga Pemasaran Cengkeh (BPPC) pada tahun 1992. Melalui BPPC ini, ditetapkan bahwa harga pembelian cengkeh dari tingkat petani adalah sebesar Rp2000,00/Kg sampai Rp3.500,00/Kg. Harga ini dianggap terlalu rendah bagi petani sehingga menurunkan motivasi para petani cengkeh untuk meningkatkan produksinya.

Di lain pihak, kebutuhan cengkeh untuk industri rokok kretek justru semakin meningkat yang disertai dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, sehingga pada tahun 1997 harga cengkeh mulai bergerak naik.

(33)

harga di dalam negeri rendah maka mereka akan cenderung melakukan ekspor.

2. Harga Cengkeh Dunia

Indonesia merupakan produsen cengkeh terbesar di dunia, selain Madagaskar dan Tanzania. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase pangsa pasar yang dimiliki oleh Indonesia yaitu sebesar 63,0%, sedangkan pangsa pasar yang dimiliki oleh Madagaskar adalah sebesar 19,7% dan Tanzania sebesar 12,6%. Karena pangsa pasar cengkeh yang dimiliki oleh Indonesia lebih besar dibandingkan negara-negara lain, oleh karena itu Indonesia dapat mempengaruhi fluktuasi harga cengkeh dunia.

Tentang harga cengkeh dunia, Deptan (2004) menyatakan sebagai berikut:

Harga cengkeh dunia mengalami fluktuasi dan menunjukkan trend naik pada tahun 1987-1994 yang disebabkan pasokan cengkeh dari Indonesia menurun. Pada tahun 1996 terjadi penurunan harga yang drastis hingga mencapai US$ 0,21/Kg. Tetapi seiring dengan pergerakan harga di dalam negeri (Indonesia), terjadi kenaikan harga di pasar dunia karena harga minyak cengkeh di pasar dunia sangat ditentukan oleh harga bunga cengkeh di dalam negeri.

(34)

Berikut ini adalah data fluktuasi harga cengkeh di pasar dunia dari tahun 1987-1994.

Tabel II. 5

Fluktuasi harga cengkeh di pasar dunia dari tahun 1987-1994

Tahun Harga Cengkeh

Sumber: Depertemen Pertanian, 2004.

3. Jumlah Produksi

Tentang produksi, Gilarso (2002:83) menyatakan sebagai berikut:

Produksi adalah mencakup setiap usaha manusia menghasilkan barang dan/atau yang secara langsung atau tidak langsung berguna untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia.

Definisi diatas dapat diringkas menjadi: production creates utility, produksi menghasilkan sesuatu yang (langsung atau tak langsung) berguna, yaitu mampu memenuhi suatu kebutuhan manusia.

(35)

rendah”. Apabila jumlah produksi meningkat, maka ekspor akan cenderung meningkat.

Kurva II. 1

Kurva penawaran barang X

( Sumber: Gilarso, 2002:117)

(36)

4. Konsumsi

Pada dasarnya konsumsi adalah kegiatan menghabiskan nilai guna barang dan jasa. Gilarso (2002:404) menyatakan bahwa “konsumsi adalah penggunaan barang dan jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan manusia. Juga dipakai untuk

pengeluaran masyarakat (para konsumen) untuk membeli

barang/jasa konsumsi”

Konsumsi dapat mempengaruhi ekspor maupun impor, hal tersebut dikarenakan konsumsi merupakan permintaan masyarakat. Permintaan ini akan secara langsung mempengaruhi penawaran yang dihasilkan oleh produsen. Jika permintaan banyak sedangkan penawaran barang tersebut terbatas maka mendorong impor untuk memenuhi seluruh permintaan, tetapi jika permintaan dalam negeri terbatas sedangkan jumlah penawaran barang tersebut banyak, maka lebihnya dari permintaan tersebut akan diekspor.

Berikut ini data perkembangan konsumsi atau data tentang kebutuhan cengkeh di Indonesia tahun 1980-2005.

Tabel II. 6

(37)

Tahun Konsumsi (Ton)

Sumber: Depertemen Pertanian, 2004.

5. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat

Perubahan nilai tukar berpengaruh terhadap ekspor dan impor. Sifat kurs valuta asing sangat tergantung dari sifat pasar. Apabila transaksi jual beli valuta asing dapat dilakukan secara bebas di pasar, maka kurs valuta asing akan berubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran secara langsung akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor, hal ini terjadi karena di dalam nilai kurs. Selain hal di atas juga dipengaruhi oleh perubahan dan permintaan valuta asing.

Berdasarkan uraian di atas, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat dibedakan menjadi dua:

a. Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate)

(38)

pemerintah menetapkan tingkat kurs mata uang negara tersebut dengan mata uang negara lain, dan berusaha untuk mempertahankan dengan berbagai kebijakan. Pertama, tindakan secara langsung berupa pembelian mata uang asing oleh bank sentral apabila kurs di pasar merosot dibawah tingkat yang sudah ditentukan oleh otoritas moneter, maupun melonjak maupun melonjak di atas tingkat yang ditentukan.

Kedua, tindakan langsung berupa penjatahan nilai tukar tetap pada tingkat kurs yang ditetapkan.

(39)

terjadi karena untuk mengimpor suatu negara harus menggunakan nilai tukar rupiah terhadap dollar sebesar Rp15.000 sehingga suatu negara akan lebih memilih menaikan ekspor untuk memperoleh devisa dibandingkan dengan melakukan impor.

Nilai tukar pada saat revaluasi (menaikan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang sengaja dilakukan oleh pemerintah), maka akan menaikan impor dan menurunkan ekspor, hal ini terjadi pada saat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami kenaikan maka nilai ekspor akan turun. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp10.000 (di luar negeri), dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sebesar Rp15.000 (di dalam negeri), maka akan menyebabkan suatu negara memilih mengimpor dari luar negeri dengan biaya yang lebih murah, dibandingkan dengan membeli di dalam negeri dengan biaya yang lebih mahal.

b. Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate)

(40)

sama dengan tingkat kurs keseimbangan, tidak ada masalah surplus atau defisit neraca pembayaran.

Nilai tukar mengambang pada saat depresiasi (penurunan harga dalam valuta domestik dari luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar) maupun apresiasi (kenaikan harga yang dinyatakan dalam valuta domestik dari valuta luar negeri sesuai dengan mekanisme pasar), akan mempengaruhi nilai ekspor dan impor. Pada saat depresiasi maka akan menyebabkan nilai ekspor naik dan menurunkan impor, hal ini dapat terjadi karena nilai tukar rupiah terhadap dollar akan turun. Misalnya nilai dollar terhadap dollar di dalam negeri Rp10.000 dan nilai dollar AS terhadap rupiah di luar negeri Rp15.000 maka akan menaikan ekspor di dalam negeri, hal ini terjadi karena negara lebih memilih mengekspor ke luar negeri karena akan mendapat devisa yang lebih tinggi dibandingkan dengan melakukan impor.

(41)

tukar rupiah terhadap dollar AS di luar negeri sebesar Rp10.000 dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di dalam negeri sebesar Rp15.000 maka suatu negara akan memilih mengimpor dibandingkan dengn mengekspor, kerena akan mendapatkan barang yang lebih murah dibandingakan dengan produksi dalam negeri (Nopirin, 1996:147).

D. Penelitian Terdahulu

(42)

pada tingkat a sampai dengan 10%, variabel harga cengkeh, harga tembakau, luas lahan panen mempunyai pengaruh signifikan terhadap a = 1%, dan uji F sebesar 165,1514 dan Ftabel sebesar 2,92 pada tingkat a = 5%, hal ini menunjukkan bahwa model yang digunakan eksis. Untuk koefisien determinasi (R2) sebesar 0,984501 atau sebesar 98,45% sisanya 1,55% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati. Hasil asumsi klasik tidak ditemukan masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, maupun autokorelasi sehingga model ini dapat digunakan untuk estimasi.

E. Kerangka Berpikir

(43)

seseorang menjual barang atau jasa ke luar negeri (ekspor) dan kalau mau membeli barang dari luar negeri. Dengan demikian jelaslah bahwa tinggi rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sangat besar pengaruhnya terhadap ekspor. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi ekspor adalah jumlah produksi. Ekspor terjadi apabila suatu negara mampu menghasilkan berbagai barang dan jasa yang melebihi jumlah produksi yang diperlukan di dalam negeri dan mengekspor kelebihannya. Jadi, jumlah produksi juga sangat berpengaruh sekali terhadap ekspor. Faktor lain yang mempengaruhi ekspor cengkeh yaitu harga cengkeh nasional, harga cengkeh dunia, dan konsumsi. Konsumsi mempengaruhi ekspor karena apabila jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi di dalam negeri sudah cukup dan terjadi kelebihan, maka negara akan memilih untuk mengekspor jumlah barang atau jasa yang lebih untuk di konsumsi di dalam negeri.

(44)

Bagan II. 1 Kerangka Berpikir

F. Hipotesis

1. Harga cengkeh nasional (dalam negeri) mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

2. Harga cengkeh dunia mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

3. Jumlah produksi cengkeh mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

Harga cengkeh dalam negeri

Harga cengkeh dunia

Jumlah produksi

Konsumsi dalam negeri

Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS

Ekspor cengkeh di Indonesia tahun

(45)

4. Konsumsi cengkeh dalam negeri mempengaruhi volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah ex post facto, yaitu penelitian yang menunjukkan bahwa penelitian tersebut dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi karena perkembangan kejadian itu secara alami (Furchan, 1982:382). Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk memecahkan dan menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.

B. Jenis Data dan Sumber Data 1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah serangkaian pengukuran /observasi yang dinyatakan dalam angka, merupakan data kasar karena langsung diperoleh dari hasil pengukuran dan masih berwujud catatan yang belum mengalami pengolahan yaitu data yang berbentuk angka-angka. Teknik pengumpulan data diperoleh dari data dokumentasi yaitu sumber-sumber catatan dan arsip-arsip yang dimiliki dan literatur yang

(47)

berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor cengkeh di Indonesia.

Data yang dicari adalah data ekspor cengkeh di Indonesia, harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh luar negeri, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkah dan data nilai kurs rupiah terhadap dollar tahun 1995-2005. Alasan yang mendasari peneliti mengambil pada tahun 1995-2005 adalah karena pada kisaran tahun tersebut ekspor cengkeh di Indonesia mencapai puncaknya atau mengalami kenaikan tertinggi sehingga dari segi pemasukan negara menyumbang pendapatan yang besar.

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah menjadi suatu informasi. Dalam penelitian ini, data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain dari Departemen Pertanian, Departemen Perkebunan, jurnal, Badan Pusat Statistik (BPS) dan literatur lain yang mendukung.

C. Waktu Penelitian

(48)

Indonesia, harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh luar negeri, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkeh dan data nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tahun 1995-2005.

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu: 1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas adalah variabel yang diduga secara bebas berpengaruh terhadap variabel dependen, yaitu harga cengkeh dalam negeri dalam Rp per kg (X1), harga cengkeh dunia dalam US$ per kg

(X2), jumlah produksi cengkeh dalam ton (X3), konsumsi cengkeh

dalam ton (X4), nilai tukar rupiah terhadap dollar dalam Rp/$ (X5).

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependen dari penelitian ini adalah ekspor cengkeh dalam ton (Y).

E. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Regresi a. Pengujian Normalitas

(49)

digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai baik apabila mendekati nol, uji normalitas yaitu (Sugiyono, 2005:73):

Keterangan:

d : Deviasi atau penyimpangan Sn₁ : Distribusi komulatif

Sn₂ : Distribusi komulatif dokumentasi X : Jumlah variabel

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho: data normal Ha: data tidak normal

Kriteria yang digunakan dalam mengetahui normal atau tidaknya data tersebut adalah sebagai berikut: apabila perhitungan Kolmogorof-Smirnof lebih besar dari probabilitas ( : 0,05), maka Ho diterima. Apabila Kolmogorof-Smirnof

lebih kecil dari probabilitas, ( : 0,05), maka Ho ditolak.

(50)

b. Pengujian Linearitas

Pengujian linearitas dimaksudkan untuk mrngetahui ada tidaknya hubungan linear antara variabel bebas (Independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable) (Sudjana, 2006:332). Pengujiannya dilakukan dengan uji F dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

F : Harga bilangan F untuk garis regresi S²TC : Varians tuna cocok

Se² : Varians kekeliruan

Berdasarkan hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan dengan F tabel dengan taraf signifikansi 5%. Koefisien F hitung diperoleh dari perhitungan SPSS versi 13.0. Jika nilai F hitung > F tabel maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat linear, dan sebaliknya jika nilai F hitung < F tabel maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah non linear.

(51)

2. Uji Asumsi Klasik

Untuk mendapatkan regresi yang dapat digunakan untuk melakukan estimasi, maka dilakukan mengenai ada tidaknya penyimpangan terhadap asumsi klasik yaitu:

a. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel independent (harga cengkeh dalam negeri dan harga cengkeh luar negeri, produksi cengkeh, konsumsi cengkeh, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar). Model regresi yang baik tidak terjadi multikolinearitas (Gozali, 2001:91).

Keterangan:

n : Banyaknya prediktor k : Banyak variabel bebas D : Nilai determinan korelasi X²:Perhitungan multikolinearitas In : Nilai linearitas

Selanjutnya dengan bantuan SPSS 13.0 diadakan pengujian

Colenearity Statistic. Dari hasil Colenearity Statistic akan diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) untuk mengetahui

(52)

terjadi tidaknya multikolinearitas, digunakan ketentuan sebagai berikut:

1) VIF < 5 tidak terjadi multikolinearitas 2) VIF > 5 terjadi multikolinearitas

b. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas berarti nilai varians berbeda dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Pada pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman’s rank correlations test(Firdaus, 2004:107).

Keterangan:

r

: Uji heteroskedastisitas

t dan t-1 : Observasi terakhir dan sebelumnya n : Variabel

d² : Nilai determinan

(53)

1) Jika rs hit> r s tabel, maka terjadi heteroskedastisitas

2) Jika rs hit< r s tabel, maka tidak terjadi heteroskedastisitas

Atau dapat dengan melakukan pembandingan tingkat probabilitas (P). Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: 1) Probabilitas P > 5% tidak terjadi heteroskedastisitas

2) Probabilitas P < 5% terjadi heteroskedastisitas

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi autokorelasi, untuk menguji autokorelasi dipergunakan uji “The Durbin Watson Stasistic” (Firdaus, 2004:100).

Keterangan:

e₁ : Gangguan estimasi

t dan t-₁ : Observasi terakhir dan sebelumnya t dan t-2 : Nilai observasi

(54)

Ada tidaknya autokorelasi dalam uji ini dengan nilai DW, yaitu:

DW Kesimpulan

< 1,10 Ada autokerelasi 1,10-1,54 Tanpa kesimpulan 1,55-2,46 Tidak ada autokorelasi 2,47-2,90 Tanpa kesimpulan

> 2,91 Ada autokorelasi

Sumber: Firdaus, 2004.

3. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan oleh peneliti karena penelitian ini bermaksud untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya variabel dependen), bila dua atau lebih variabel independen dimanipulasi (dinaikan atau diturunkan nilainya).

Untuk menjawab rumusan masalah pertama, kedua, ketiga, keempat dan kelima yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen (harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh luar negeri, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkeh dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) berpengaruh terhadap variabel dependen (ekspor cengkeh), maka rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005:250):

(55)

Dimana:

Y : Ekspor cengkeh

a

: Konstanta

b1,2,3,4,5: Koefisien prediktor X1, X2, X3, X4, X5

X1 : Harga cengkeh dalam negeri

X2 : Harga cengkeh dunia

X3 : Jumlah produksi cengkeh

X4 : Konsumsi cengkeh

X5 : Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

4. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2005:136):

Rumus Fhitung:

Keterangan:

F: Harga F garis regresi

(56)

Menentukan formulasi H0dan Ha:

Ho: Tidak ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha: Ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

Menentukan Ftabel:

Dipilih tingkat signifikansi (α)= 5%, artinya taraf kesalahan hanya 5% saja, nilailevel of confidancesebesar 95%, dengandegree of freedom

(df)= n-k-1.

Ftabel= F (α,k,n-k-1) Keterangan:

df: Degree of freedom

n: Banyaknya prediktor k: Jumlah variabel

Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis uji F adalah sebagai berikut:

(57)

2) Apabila nilai signifikansi F hitung < Ftabel,berarti Ho diterima dan Ha ditolak sehingga semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

5. Pengujian Hipotesis

Hipotesis adalah suatu anggapan atau pendapat yang diterima secara tentatip untuk menjelaskan suatu fakta atau yang dipakai sebagai dasar bagi suatu penelitian. Hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis yang

dirumuskan ini disebut hipotesis nol atau tidak mempunyai perbedaan dengan hipotsis yang sebenarnya.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakanuji T-test.

Uji t-test bertujuan untuk menguji sigifikansi pengaruh variabel independent (harga cengkeh dalam negeri dan harga cengkeh luar negeri, produksi cengkeh, konsumsi cengkeh, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar) terhadap variabel dependent (ekspor cengkeh).

Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis uji t adalah sebagai berikut:

(58)

2) Apabila nilai t hitung < t tabel, berarti Ho diterima dan Ha ditolak sehingga variabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan formulasi H0dan Ha

1) Harga cengkeh dalam negeri

H0= harga cengkeh dalam negeri tidak berpengaruh

Ha = harga cengkeh dalam negeri berpengaruh terhadap ekspor cengkeh

2) Harga cengkeh luar negeri (dunia)

H0= harga cengkeh luar negeri tidak berpengaruh

Ha = harga cengkeh luar negeri berpengaruh terhadap ekspor cengkeh

3) Produksi cengkeh

H0 = produksi cengkeh tidak berpengaruh terhadap ekspor

cengkeh

Ha = produksi cengkeh berpengaruh terhadap ekspor cengkeh 4) Konsumsi cengkeh

H0 = konsumsi cengkeh tidak berpengaruh terhadap ekspor

cengkeh.

(59)

H0 = nilai tukar rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh

terhadap ekspor cengkeh.

Ha = nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh terhadap ekspor cengkeh.

b. Menentukan level of significant (α) = 5% dengan nilai level of confidancesebesar 95% dengandegree of freedom(df) = n-k c. Menentukan daerah penerimaan dan penolakan hipotesis.

Kriteria penerimaan yaitu:

H0tidak dapat ditolak jika =

t

hitung< (

t

tabel)

t

α; n-k H0ditolak jika =

t

hitung> (

t

tabel)

t

α; n-k

d. Menentukan

t

hitungdengan rumus:

t

hitung=

Keterangan:

bi : koefisien regresi variabel independent Se : standar eror

(60)

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data

Uji prasyarat analisis harus dilakukan karena akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis data, selain itu juga dimaksudkan sebagai dasar dalam mengambil keputusan agar tidak menyimpang dari kebenaran yang harus ditarik.

1. Pengujian Prasyarat Regresi a. Pengujian Normalitas

Tabel IV. 1 Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Harga CDN 11 2280 57698 24227.36 19600.580

Harga CD 11 21 276 151.18 80.898

Produksi 11 52903 90007 69908.00 11158.464

Konsumsi 11 48203 89321 68446.55 11840.328

Nilai tukar 11 2308 10400 7271.73 3038.761

Valid N (listwise) 11

(61)

Tabel IV. 2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

hargaCDN hargaCD produksi konsumsi nilaitukar

N 11 11 11 11 11

Normal Parameters(a,b) Mean 24227.36 151.18 69908.00 68446.55 7271.73 Std.

Deviation 19600.580 80.898 11158.464 11840.328 3038.761 Most Extreme Differences Absolute .168 .175 .179 .118 .234

Positive .168 .131 .179 .100 .156

Negative -.131 -.175 -.144 -.118 -.234

Kolmogorov-Smirnov Z .557 .580 .595 .390 .777

Asymp. Sig. (2-tailed) .915 .890 .871 .998 .582

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus uji “One Sample kolmogorof-Smirnov”. Pengujian normalitas ini digunakan untuk semua data atau variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

1) Harga cengkeh dalam negeri (X1)

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah Case (N): 11, Mean: 24227.36, Standar Deviation: 19600.580, nilai minimum: 2280, dan nilai maksimum: 57698.

(62)

2) Harga cengkeh dunia (X2)

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah Case (N): 11, Mean: 151.18, Standar Deviation: 80.898, nilai minimum:, 21 dan nilai maksimum: 276.

b) Pengujian normalitas untuk variabel harga cengkeh luar negeri diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,890. Oleh kerena itu, nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya data harga cengkeh dunia berdistribusi normal.

3) Jumlah produksi cengkeh (X3)

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah Case (N): 11, Mean: 69908.00, Standar Deviation: 11158.464, nilai minimum: 52903, dan nilai maksimum: 90007.

b) Pengujian normalitas untuk variabel jumlah produksi cengkeh diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,871. Oleh karena itu, nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya data jumlah produksi cengkeh berdistribusi normal.

4) Konsumsi cengkeh (X4)

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah Case (N): 11, Mean: 68446.55, Standar Deviation: 11840.328, nilai minimum: 48203, dan nilai maksimum: 89321.

b) Pengujian normalitas untuk variabel konsumsi cengkeh diperoleh

(63)

> 0,05 maka H0diterima, artinya data konsumsi cengkeh berdistribusi normal.

5) Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (X5)

a) Dari tabel deskriptif statistik diperoleh jumlah Case (N): 11, Mean: 7271.73,Standar Deviation: 3038.761, nilai minimum: 2308, dan nilai maksimum: 10400.

b) Pengujian normalitas untuk variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,582. Oleh karena itu, nilai probabilitas > 0,05 maka H0 diterima, artinya data nilai tukar

rupiah terhadap dollar AS berdistribusi normal.

b. Pengujian Linearitas

Tabel IV. 3 Hasil Uji Linearitas

ANOVAb

4E+008 5 82747485.32 38.359 .001a

10786024 5 2157204.720

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), nilaitukar, konsumsi, hargaCDN, hargaCD, produksi a.

Dependent Variable: ekspor b.

(64)

tabel. Dengan menggunakan taraf (α) signifikansi sebesar 0,05, nemurator 5 dan denumerator 11 diperoleh Ftabelsebesar 3,20. Jadi, F hitung37,297 > Ftabel3,20 maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hubungan antara variabel dependen (ekspor cengkeh) dengan variabel independen (harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh dunia, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkeh dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS) bersifat linear.

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi dan mengetahui ada tidaknya pelanggaran dan penyimpangan dalam pengujian “Regresi Linear Breganda”. Pengujian asumsi klasik meliputi:

a. Uji Multikolinearitas

Tabel IV. 4

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

-37820.21 7071.765 -5.348 .003

.221 .028 .665 7.983 .000 .732 1.365 21.365 7.396 .265 2.889 .034 .603 1.660 .190 .058 .326 3.268 .022 .510 1.959 .237 .044 .431 5.330 .003 .777 1.287 .905 .247 .422 3.671 .014 .384 2.604 (Constant)

t Sig. Tolerance VIF Collinearity Statistics

(65)

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk data dari variabel bebas yaitu sebagai berikut:

1) Harga cengkeh dalam negeri (X1)

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1.365 berarti VIF 1.365 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel harga cengkeh dalam negeri bersifat “tidak terjadi multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga cengkeh dalam negeri sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau tidak ada korelasi dengan variabel lain.

2) Harga cengkeh dunia (X2)

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1.660 berarti VIF 1.660 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel harga cengkeh luar negeri bersifat “tidak terjadi multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga cengkeh luar negeri sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau tidak ada korelasi dengan variabel lain.

3) Jumlah produksi cengkeh (X3)

(66)

produksi cengkeh sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau tidak ada korelasi dengan variabel lain.

4) Konsumsi cengkeh (X4)

Dari hasil output “Collinearity Statistic” diperoleh VIF (Variance Inflation Factor) sebesar 1.287 berarti VIF 1.287 < 5. Dengan hasil tersebut maka variabel konsumsi cengkeh bersifat “tidak terjadi multikolinearitas”. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsumsi cengkeh sebagai variabel bebas tidak mempunyai hubungan atau tidak ada korelasi dengan variabel lain.

5) Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (X5)

(67)

b. Uji Heterokedastisitas

Tabel IV. 5

Rangkuman Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Spearman’s Rho Variabel Coeficient Corellation Error Term

Spearman’s Rho X1 Harga cengkeh dalam negeri X2 Harga cengkeh

dunia X5Nilai tukar Corellation Coeficient

Sign. (2-tailed) N

.291 .385 11

Pada penelitian ini, pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Spearman’s Correlation. Pengujian ini dilakukan untuk menunjukan bahwa variasi dari variabel tidak sama untuk setiap pengamatan.

Pengujian ini dilakukan untuk semua variabel bebas: 1) Harga cengkeh dalam negeri (X1)

(68)

2) Harga cengkeh dunia (X2)

Pada output antara X2 dan residu menghasilkan angka (r) 0.027 dengan probabilitas (P) sebesar 0.937. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh 0.937 > 0,05 . Hal ini menunjukan antara harga cengkeh luar negeri dengan volume ekspor cengkeh di Indonesia “tidak terjadi heterokedastisitas”.

3) Jumlah produksi cengkeh (X3)

Pada output antara X3 dan residu menghasilkan angka (r) 0.155 dengan probabilitas (P) sebesar 0.650. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh 0.650 > 0,05. Hal ini menunjukan antara jumlah produksi cengkeh dengan volume ekspor cengkeh di Indonesia “tidak terjadi heterokedastisitas”.

4) Konsumsi cengkeh (X4)

Pada output antara X4 dan residu menghasilkan angka (r) 0.155

dengan probabilitas (P) sebesar 0.650. Jadi dengan membandingkan probabilitasnya diperoleh 0.650 > 0,05. Hal ini menunjukan antara konsumsi cengkeh dengan volume ekspor cengkeh di Indonesia “tidak terjadi heterokedastisitas”.

5) Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (X5)

(69)

nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dengan volume ekspor cengkeh di Indonesia “tidak terjadi heterokedastisitas”.

c. Uji Autokorelasi

Tabel IV. 6 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson

1 .987(a) .975 .949 1468.743 2.012

c) a Predictors: (Constant), nilaitukar, produksi, konsumsi, hargaCDN, hargaCLN d) b Dependent Variable: ekspor

Berdasarkan hasil analisis pengujian Durbin Watson diperoleh nilai statistik sebesar 2.012. Adapun n=11, k= 5 dan tingkat signifikansi sebesar 0,05 (5%). Maka dapat disimpulkan dalam uji auto korelasi diperolehDurbin Watson2.012, maka tidak ada autokorelasi.

3. Uji Statistik

Uji statistik dilakukan berdasarkan pada hasil analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS versi 13.0. Model persamaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(70)

Dimana:

Y : Ekspor cengkeh

a

: Konstanta

b1,2,3,4,5: Koefisien prediktor X1, X2, X3, X4, X5

X1 : Harga cengkeh dalam negeri

X2 : Harga cengkeh dunia

X3 : Jumlah produksi cengkeh

X4 : Konsumsi cengkeh

X5 : Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat

Uji statistik yang dilakukan meliputi uji F, uji t, uji R²

(koefisien determinasi). Berikut ini penjelasan hasil masing-masing uji statistik pada penelitian ini:

a. Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah semua variabel independen berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Apabila nilai F hitung > F tabel, berarti Ho ditolak dan Ha diterima sehingga semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dan sebaliknya apabila nilai signifikansi F hitung < Ftabel,berarti Ho diterima dan Ha ditolak sehingga semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

(71)

Tabel IV. 8 Hasil uji F

ANOVAb

4E+008 5 82747485.32 38.359 .001a 10786024 5 2157204.720

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), nilaitukar, konsumsi, hargaCDN, hargaCD, produksi a.

Dependent Variable: ekspor b.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil analisis diperoleh hasil F hitung sebesar 38,359 dengan signifikansi 0,001. Karena nilai F hitung > Ftabel (F hitung 38,359 > Ftabel3,20 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti bahwa variabel harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh luar negeri, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkeh dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel ekspor cengkeh.

b. Uji t

(72)

ditolak sehingga veriabel independen secara individual tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Hasil uji t terhadap model regresi menggunakan spss versi 13.0 adalah sebagai berikut:

Tabel IV. 7 Hasil Analisis Uji t

Coefficientsa

-37820.2 7071.765 -5.348 .003 .221 .028 .665 7.983 .000 21.365 7.396 .265 2.889 .034 .190 .058 .326 3.268 .022 .237 .044 .431 5.330 .003 .905 .247 .422 3.671 .014 (Constant)

Hasil uji t pada tabel IV. 7 di atas akan dijelaskan untuk masing-masing variabel sebagai berikut:

1) Harga cengkeh dalam negeri (X1)

Hasil analisis uji t untuk variabel harga cengkeh dalam negeri diperoleh nilai t hitung sebesar 7,983 dengan signifikansi sebesar

(73)

menyatakan bahwa harga cengkeh dalam negeri berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

2) Harga cengkeh dunia (X2)

Hasil analisis uji t untuk variabel harga cengkeh luar negeri diperoleh nilai t hitung sebesar 2,889 dengan signifikansi sebesar 0,034. Karena nilai t hitung > t tabel (t hitung 2,889 > 2,201t tabel), berarti H0 ditolak dan ha diterima sehingga variabel harga cengkeh luar negeri berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa harga cengkeh luar negeri berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

3) Jumlah produksi cengkeh (X3)

Hasil analisis uji t untuk variabel jumlah produksi cengkeh diperoleh nilai t hitung sebesar 3,268 dengan signifikansi sebesar

(74)

4) Konsumsi cengkeh (X4)

Hasil analisis uji t untuk variabel konsumsi cengkeh diperoleh nilai t hitung sebesar 5,330 dengan signifikansi sebesar 0,003. Karena nilai thitung> ttabel(thitung5,330 > 2,201 ttabel), berarti H0 ditolak

dan Ha diterima sehingga variabel konsumsi cengkeh berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa konsumsi cengkeh berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

5) Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (X5)

Hasil analisis uji t untuk variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperoleh nilai thitungsebesar 3,671 dengan signifikansi sebesar 0,014. Karena nilai t hitung > t tabel (t hitung 3,671 > 2,201 t tabel), berarti H0 ditolak dan ha diterima sehingga variabel nilai tukar

(75)

c. Uji R²(Koefisien determinasi)

Koefisien determinasi merupakan suatu alat untuk mengukur besarnya persentase semua variabel independen terhadap variabel dependen. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1, semakin mendekati 0 besarnya koefisien determinan suatu persamaan regresi, maka semakin kecil pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, semakin besar koefisien determinan mendekati angka 1, maka semakin besar pula pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel IV. 9 Hasil Uji R²

Model Summary(b)

a Predictors: (Constant), nilaitukar, produksi, konsumsi, harga CDN, harga CLN

b Dependent Variable: ekspor

Hasil uji R² pada penelitian ini diperoleh nilai R square sebesar 0,975. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh variabel harga cengkeh dalam negeri, harga cengkeh luar negeri, jumlah produksi cengkeh, konsumsi cengkeh dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS adalah sebesar 97,5%, sedangkan sisanya sebesar 2,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian ini.

Model R R Square

Adjusted R Square

(76)

B. Pembahasan

1. Pengaruh Harga Cengkeh Dalam Negeri Terhadap Ekspor Cengkeh Di Indonesia Tahun 1995-2005

Hipotesis pertama menyatakan bahwa harga cengkeh dalam negeri mempengaruhi ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Berdasarkan hasil analisis uji t untuk variabel harga cengkeh dalam negeri diperoleh thitung sebesar 7,983 dengan signifikansi sebesar 0,000. Karena nilai t hitung > t tabel (t hitung 7,983 > 2,201 t tabel), berarti H0

ditolak dan Ha diterima sehingga variabel harga cengkeh dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh.

(77)

Berikut ini adalah data tentang harga cengkeh dalam negeri (nasional) dan data ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005 :

Tabel IV. 10

Harga Cengkeh Dalam Negeri dan Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Harga Cengkeh Dalam Negeri (Rp/Kg)

Sumber: Departemen Pertanian, 2004

(78)

2. Pengaruh Harga Cengkeh Luar Negeri (Dunia) Terhadap Volume ekspor Cengkeh Di Indonesia Tahun 1995-2005

Hipotesis kedua menyatakan bahwa harga cengkeh dunia berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Dalam kenyataannya, harga cengkeh dunia memang berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

Hasil analisis uji t untuk variabel harga cengkeh dunia diperoleh nilai t hitung sebesar 2,889 dengan signifikansi sebesar 0,034. Karena nilai t hitung > t tabel (t hitung 2,889 > 2,201 t tabel), berarti H0

(79)

Berikut ini adalah data harga cengkeh dunia dengan data ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005

Tabel IV. 11

Harga Cengkeh Dunia dan Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Harga Cengkeh Dunia (US$/Kg)

Sumber: Departemen Pertanian, 2004

(80)

3. Pengaruh Jumlah Produksi Cengkeh Terhadap Ekspor Cengkeh Di Indonesia Tahun 1995-2005

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa jumlah produksi cengkeh berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Dalam kenyataannya, jumlah produksi cengkeh memang berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia.

Hasil analisis uji t untuk variabel jumlah produksi cengkeh diperoleh nilai t hitung sebesar 3,268 dengan signifikansi sebesar 0.022. Karena nilai t hitung > t tabel (t hitung 3,268 > 2,201 t tabel), berarti H0

ditolak dan ha diterima sehingga variabel jumlah produksi berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa jumlah produksi cengkeh berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Artinya ada pengaruh positif antara jumlah produksi cengkeh dengan ekspor cengkeh, karena pada saat jumlah produksi cengkeh tinggi ekspor cengkeh tinggi. Dengan kata lain, hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan apabila jumlah produksi tinggi, maka ekspornya juga tinggi.

(81)

Tabel IV. 12

Jumlah Produksi Cengkeh dan Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 1995-2005

Sumber: Departemen Pertanian, 2004

Tabel di atas menunjukan bahwa besarnya jumlah produksi cengkeh diikuti oleh volume ekspor cengkeh yang juga tinggi. Rata-rata kenaikan jumlah produksi cengkeh Indonesia dari tahun 1995 sampai 2005 adalah sebesar 33,9% per tahun. Pada tahun 1998 jumlah produksi cengkeh Indonesia mencapai 76.471 ton yang merupakan jumlah yang cukup tinggi. Pencapaian jumlah produksi yang tinggi tersebut diikuti juga dengan volume ekspor cengkeh yang tinggi, yaitu sebesar 20.157 ton.

4. Pengaruh Konsumsi Cengkeh Terhadap Ekspor Cengkeh Di Indonesia Tahun 1995-2005

(82)

Dalam kenyataannya konsumsi cengkeh berpengaruh terhadap volume ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005.

Hasil analisis uji t untuk variabel konsumsi cengkeh diperoleh nilai thitungsebesar 5,330 dengan signifikansi sebesar 0,003 Karena nilai

t hitung > t tabel (t hitung 5,330 > 2,201 t tabel), berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga variabel konsumsi cengkeh berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa konsumsi cengkeh berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Artinya ada pengaruh positif antara konsumsi cengkeh dengan volume ekspor cengkeh, karena pada saat konsumsi cengkeh dalam negeri tinggi ekspor cengkeh tetap dilakukan. Hal tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan apabila konsumsi dalam negeri tinggi, maka ekspornya rendah karena barang yang seharusnya diekspor digunakan untuk memenuhi konsumsi dalam negeri. Adanya pertentangan tersebut dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi yaitu jumlah produksi. Pada saat konsumsi dalam negeri tinggi, jumlah produksi cengkeh juga tinggi sehingga tetap dapat melakukan ekspor.

(83)

Tabel IV. 12

Konsumsi Cengkeh dan Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 1995-2005

Sumber: Departemen Pertanian, 2004

(84)

5. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Terhadap Volume Ekspor Cengkeh di Indonesia Tahun 1995-2005

Hipotesis kelima menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Dalam kenyataannya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memang berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia.

Hasil analisis uji t untuk variabel nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperoleh nilai t hitung sebesar 3,671 dengan signifikansi

sebesar 0,014. Karena nilai thitung> t tabel(thitung 3,671 > 2,201 ttabel), berarti H0 ditolak dan ha diterima sehingga variabel nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap variabel ekspor cengkeh. Hasil uji t ini mendukung hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh terhadap ekspor cengkeh di Indonesia tahun 1995-2005. Artinya ada pengaruh positif antara nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dengan ekspor cengkeh di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan apabila terjadi depresiasi maka ekspornya akan naik.

(85)

Tabel IV. 13

Nilai Tukar Rupiah Terhadap dollar AS dan Ekspor Cengkeh Indonesia Tahun 1995-2005

Tahun Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS

Sumber: Departemen Pertanian, 2004

Gambar

Tabel II. 1
Tabel II. 2
Tabel II. 3
Tabel II. 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Tidak Dinyatakan Berbeda; Nch - Norma Chili; NO(A)EC - Tidak Ada Konsentrasi Efek (Negatif) yang Teramati; NO(A)EL - Tidak Ada Tingkat Efek (Negatif) yang

Jalan Empat Lima, Gang Cikamil, Desa Muntil, Cikulur, Serang, Banten gmaps coordinate: -6.1249,106.13619. email:

 3  lembar  asli  surat  tanggal  8  september  2004  yang 

Salah satu daerah potensial untuk pertanian adalah Daerah Irigasi Caringin memiliki luas 2776.5 Ha dengan sumber air utama dari sungai Cibareno di Dusun Legok

SURTI KP dalam kegiatan bisnisnya, belum menggunakan bantuan komputer melainkan masih dengan cara manual, salah satunya dalam kegiatan pembelian barang dan juga

Berdasarkan pembahasan penelitian tindakan kelas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta

Begitu juga didalam Undang-Undang No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan Bentuk kesalahan yang dilakukan oleh Pelaksana Tugas Gubernur Djarot Saiful Hidayat

Persamaan dari penelitian yang dilakukan oleh Septiyanti Dwi Cahyani dengan penelitian kali ini adalah sama-sama menganalisis simbol metafora dalam lirik lagu jepang,