HUBUNGAN ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Studi Kasus di Dusun Planggok Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma
Oleh :
Yacoba Asri Dharmayanti NIM : 05 2214 045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Studi Kasus di Dusun Planggok Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Universitas Sanata Dharma
Oleh :
Yacoba Asri Dharmayanti NIM : 05 2214 045
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv MOTTO
Kau memperoleh kekuatan, keberanian, dan rasa percaya diri
dari setiap pengalaman yang membuatmu berhenti sejenak
untuk menghadapi takutmu.
Kau dapat berkata pada dirimu sendiri, ‘Aku telah tabah
menghadapi kengerian ini, aku pasti mampu menghadapi hal
berikutnya’.
-Eleanor Roosevelt-
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang
memelihara kamu.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada TUHAN
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
JIKA KAMU BERPIKIR BISA, MAKA KAMU AKAN BISA
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan Kepada:
vi
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN-PROGRAM STUDI MANAJEMEN
PERNYATAAN KEASLIHAN KARYA TULIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul:
HUBUNGAN ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Studi Kasus di Dusun Planggok Desa MargokatonKecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta
Dan diajukan untuk diuji pada tanggal 29 Februari 2012 adalah hasil karya saya Dengan ini, saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat serta pemikiran dari penulis lain yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, saya tiru atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan (disebutkan dalam referensi) pada penulis aslinya.
Bila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi yaitu skripsi ini digugurkan, ijasah dikembalikan kepada pimpinan Universitas Sanata Dharma dan gelar akademik yang saya peroleh (S.E.) dibatalkan serta bila diperlukan bersedia diproses sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku (UU No 20 Tahun 2003, pasal 25 dan pasal 70).
Yogyakarta, 29 Februari 2012 Yang membuat pernyataan
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Yacoba Asri Dharmayanti
Nomor Mahasiswa : 05 2214 045
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah saya yang berjudul : HUBUNGAN ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Studi Kasus di Dusun Planggok Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 29 Februari 2012
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA
TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Studi Kasus di Dusun Planggok Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta
Yacoba Asri Dharmayanti Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat. 2) Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat. 3) Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat. Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang melibatkan 84 orang sebagai responden.
Penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data, yaitu kuesioner dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis crosstab yang bertujuan untuk menganalisis karakteristik responden dan analisis data Korelasi Product Moment untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil analisis crosstab dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 72 orang (85,7%), dari sisi usia mayoritas berusia 36 - 45 tahun yaitu sebanyak 25 orang (29,8%), dari aspek pendidikan mayoritas berpendidikan SMA/SMK yaitu sebanyak 30 orang (35,7%), dan dari sudut pekerjaan mayoritas bekerja sebagai buruh tani, yaitu sebanyak 37 responden (44,0%). Masyarakat mendeskripsikan perangkat desa 85,7% berorientasi sosial sedangkan 80% masyarakat mendeskripsikan perangkat desa berorientasi non profit. Hasil analisis data Korelasi Product Moment menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara orientasi sosial dan non sosial dan orientasi profit dan non profit dengan kesejahteraan masyarakat.
ix
ABSTRACT
THE SOCIAL ORIENTATION OF THE RELATIONSHIP WITH THE COMMUNITY WELFARE
case study on Planggok Village Margokaton Village Seyegan Town of Sleman Yogyakarta
Yacoba Asri Dharmayanti Faculty of Economics Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
This research aims to 1) Describe the orientation of social entrepreneurship in the village of device perspective community members. 2) measure the level of welfare society in the perspective of the community. 3) explain the relationship between the orientation of social entrepreneurship and community welfare devices village. This is a the study case involving 84 people respondents.
Researcher used several technic which in collectivy data ... questionnair and interview. Data analysis techniques used crosstab to analyze the characteristics of respondents aims. The Product Moment Correlation was applied find out whether there is a relationship between orientation of social entrepreneurship and community welfare devices village.
Based on the results of the analysis of the crosstab can be aware that the majority of respondents were male, as many as 72 people (85,7%), from the age of majority at age 36-45 years, as many as 25 people (29.8%), the majority of the education aspects of SMA/SMK are educated as much as 30 people (by 35.7 per%), and from a majority of jobs working as a laborer, i.e. as much as 37 respondents (44,0%). The community described the village social-oriented while 85,7% 80% community-oriented village devices describes a non profit. Data analysis Product Moment Correlation suggests that there is a significant relationship between orientation and social non profit social and orientation and non profit with the welfare of society.
x
KATA PENGANTAR
Segala hormat, puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih serta anugerah-Nya yang senantiasa penulis rasakan dari awal sampai akhir penulisan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN
ORIENTASI SOSIAL PERANGKAT DESA TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Studi Kasus di Dusun Planggok Desa Margokaton Kecamatan Seyegan Sleman Yogyakarta”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya motivasi, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Romo Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, S.J.
2. Drs. Y.P. Supardiyono, M.Si., Akt., Q.I.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
4. A.Budisusila, SE.,M.Soc.Sc., selaku pembimbing II yang telah berkenan mencurahkan perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan semangat kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dari awal hingga selesai.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berguna bagi penulis selama proses perkuliahan.
6. Kedua orang tuaku, yang telah melahirkanku dan tak henti-hentinya memberikan kasih sayang, dukungan serta doa hingga akhirnya penulisan skripsi ini terselesaikan.
7. Kakakku Eko dan kedua adikku Sari dan Adi yang selalu memberikan semangat dan motivasi.
8. Anakku tersayang Danang Christian yang selalu memberikan motivasi & kekuatan untuk terus bersemangat dan berjuang dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
9. Patrick Catur Wahyu Nugroho yang selalu menyempatkan waktunya dan tak pernah lelah untuk memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku Mas restu, Baskoro, Gokdi, Menik, Dera, Victa, Tari, Mas betti, Shinta, David, Steve dan Teman-temanku Manajemen USD angkatan 2005 terkhusus Manajemen B yang telah memberi pengalaman, dukungan, serta doa selama ini.
xii
Penulis percaya bahwa kasih dan kemurahan Tuhan selalu menyertai dan memberkati semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya dalam skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis terima dengan senang hati. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan menfaat bagi setiap orang yang membacanya.
Yogyakarta, 29 Februari 2012 Penulis
xiii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT...ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xviii
DAFTAR GAMBAR...xix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah...5
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN TEORI... 7
A. Memahami Wirausaha dan Kewirausahaan ... 7
xiv
2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan
Kewirausahaan Sosial ... 8
3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial ... 9
4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial ... 11
B. Kuadran Kewirausahaan Sosial... 15
1. Kuadran 1 ... 16
2. Kuadran 2……….16
3. Kuadran 3……… .17
4. Kuadran 4……… .17
C. Kesejahteraan Masyarakat ... 18
1. Peran Kewirausahaan Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ... 20
D. Sekilas Tentang Perangkat Desa ... 22
1. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU No. 32/2004... 23
2. Struktur Perangkat Desa………...27
E. Kerangka Konseptual Penelitian ... 34
F. Hipotesis……….35
BAB III METODE PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Subyek dan Obyek Penelitian……….36
C. Waktu Dan Lokasi Penelitian………. .36
xv
1. Orientasi Kewirausahaan Sosial ... 37
2. Kesejahteraan Masyarakat………....37
3. Definisi Operasional……….39
E. Pengukuran Variabel... 40
F. Populasi dan Sampel………...40
1. Populasi ... 40
2. Sampel………..41
G. Teknik Pengambilan Sampel... 41
H. Sumber Data………...42
I. Teknik Pengumpulan Data……….42
J. Teknik Pengujian Instrumen………..43
1. Analisis Validitas Eksternal ... 43
2. Analisis Reliabilitas………..43
K. Teknik Analisis Data... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA MARGOKATON... 47
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dalam Konteks Desa.... 47
1. Visi dan Misi Desa Margokaton ... 47
2. Administratif………47
3. Geografis………..49
4. Demografis………...49
B. Profil Masyarakat Desa Margokaton ... 49
1. Pendidikan... 49
xvi
3. Mata Pencaharian Menurut Sektor………...51
C. Gambaran Umum Dusun Planggok ... 53
1. Gambaran Wilayah Dusun Planggok ... 53
2. Kesehatan……….55
3. Mata Pencaharian………..55
D. Alasan Tempat Penelitian ... 55
BAB V ANALISIS DATA... 56
A. Hasil Uji Instrumen ... 56
1. Uji Validitas Eksternal ... 57
2. Uji Reliabilitas………..57
B. Karakteristik Responden ... 58
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……….59
3. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 60
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 60
C. Orientasi Wirausaha Perangkat Desa ... 62
D. Kesejahteraan Masyarakat dilihat dari Orientasi Sosial dan Non Sosial dan Orientasi Profit dan Non Profit ... 65
E. Pengujian Hipotesis... 69
F. Pembahasan………74
xvii
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Tingkat Pendidikan Di Desa Margokaton... 51
Tabel IV.2 Prasarana Kesehatan... 51
Tabel IV.3 Mata Pencaharian Sektor... 52
Tabel V.1 Analisis Deskriptif ... 60
Tabel V.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
Tabel V.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur... 61
Tabel V.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 62
Tabel V.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 63
Tabel V.6 Kategori Skor Nilai ... 69
Tabel V.7 Tabulasi Silang Orientasi Sosial dan Non Sosial – Kesejahteraan Masyarakat ... 69
Tabel V.8 Tabulasi Silang Orientasi Profit dan Non Profit – Kesejahteraan Masyarakat ... 70
Tabel V.9 Tabulasi Silang Kuadran dan Kesejahteraan Masyarakat... 70
Tabel V.10 Interprestasi Dari Nilai r... 72
Tabel V.11 Correlations ... 72
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kuadran Kewirausahaan Sosial... 15
Gambar II.2 Stuktur Perangkat Desa ... 27
Gambar II.3 Kerangka Konseptual ... 34
Gambar IV.1 Peta Desa Margokaton ... 49
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. Angka pengangguran terbuka di Indonesia masih mencapai 8,12 juta jiwa. Angka tersebut belum termasuk dalam pengangguran setengah terbuka, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 30 jam per minggu. Masih tingginya angka pengangguran di Indonesia, harus diatasi dengan menyiapkan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi yang unggul (www.kompas.com diunggah oleh Kistyarini, 26 November 2011 jam 03:50 WIB). Pemerintah bertanggung jawab untuk menggerakkan semua sumber daya di dalam negeri ini untuk menciptakan kemakmuran sosial yang berkeadilan, seperti yang dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945.
Pemerintah Indonesia secara terstruktur dari pusat hingga daerah menerima mandat untuk memajukan kesejahteraan umum. Presiden harus menjadikan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia menjadi sasaran. Gubernur harus memikirkan kesejahteraan masyarakat di tingkat propinsi. Camat harus mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat di tingkat kecamatan, Kepala Desa/Lurah mengemban amanat untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dalam lingkup yang paling kecil dalam struktur pemerintahan melalui kerjasama dengan kepala dusun.
Sejak diberlakukan penerapan UU No 22 tahun 1999 telah terjadi pergeseran model pemerintahan daerah dari yang semula menganut model efisiensi struktural ke arah model demokrasi. Penerapan model demokrasi mengandung arti bahwa penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah menuntut adanya partisipasi dan kemandirian masyarakat daerah (lokal) tanpa mengabaikan prinsip persatuan negara bangsa. Desentralisasi (devolusi) dan dekonsentrasi merupakan keniscayaan dalam organisasi negara bangsa yang hubungannya bersifat kontinum, artinya dianutnya desentraliasi tidak perlu meninggalkan sentralisasi. Partisipasi dan kemandirian di sini adalah berkaitan dengan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan atas prakarsa sendiri yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
pemberian layanan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam kegiatan percepatan pembangunan daerah tertinggal. Peranan yang diberikan selain dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana fisik maupun subsidi langsung, yang juga tidak kalah pentingnya adalah pemerintah daerah juga harus memberikan bimbingan teknis dan non teknis secara terus menerus kepada masyarakat yang sifatnya mendorong dan memberdayakan masyarakat agar mereka dapat merencanakan, membangun, dan mengelola sendiri prasarana dan sarana untuk mendukung upaya percepatan pembangunan di daerah tertinggal serta melaksanakan secara mandiri kegiatan pendukung lainnya.
Jaring Pengaman Sosial, Jaminan Kesehatan Masyarakat, PNPM Mandiri, Raskin dan lain sebagainya merupakan beberapa contoh inisiatif pemerintah dalam memajukan kesejahteraan masyarakat. Bahkan dalam sumpah pelantikan Kepala desa dinyatakan bahwa Kepala Desa berjanji akan berusaha sekuat tenaga membantu memajukan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan masyarakat Desa pada khususnya, akan setia kepada Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (UU No 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa). Dengan demikian, inisiatif peningkatan kesejahteraan sebuah komunitas/desa terletak di tangan aparat desa.
Oxford University Press, 2007) menunjukkan bahwa wirausaha sosial itu muncul karena kegagalan pemerintah untuk melaksanakan kewajibannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Wirausaha sosial adalah individu dengan solusi inovatif kepada masyarakat dengan lebih menekankan pada kepentingan sosial. Mereka memiliki ambisi dan ketekunan untuk menangani masalah sosial utama dan menawarkan ide-ide baru untuk perubahan dalam sekala besar. Pemerintah harus memiliki jiwa sosial yang bisa menawarkan ide-ide baru kepada masyarakat, karena pemerintah memiliki sumber daya yang bisa dipergunakan oleh masyarakat sebesar-besarnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, aparat pemerintah dapat digolongkan sebagai wirausaha sosial.
Boorstein lebih jauh mengidentifikasi 6 karakteristik wirausaha sosial: 1. Mereka bersedia untuk mengoreksi diri (They are willing to self-correct).
Terbuka pada pendekatan-pendekatan lain yang mungkin dapat digunakan untuk mencapai tujuan.
2. Mereka bersedia untuk saling percaya (They are willing to share credit). Rasa saling percaya akan menjadi ikatan bagi anggota komunitas.
3. Mereka bersedia meninggalkan struktur yang sudah ada sehingga mendorong mereka untuk berinovasi menemukan cara-cara baru dalam melakukan sesuatu
5. Mereka bersedia bekerja diam-diam (work quietly). Mereka berkomitmen untuk mencapai tujuan/misi tertentu daripada mencari ketenaran/popularitas.
6. Mereka memiliki motivasi etis yang kuat. Mereka memperhatikan aspek etika di dalam menentukan cara/metode untuk mencapai tujuan.
Jika kehadiran para wirausaha sosial adalah akibat kegagalan aparat pemerintah menjalankan fungsinya, maka dapat dinyatakan bahwa karakteristik wirausaha sosial pastilah juga dimiliki oleh para pemerintah. Menarik untuk melihat lebih jauh apakah para aparat pemerintah memiliki orientasi wirausahanya. Bila mereka memiliki orientasi wirausaha sosial, maka dapat dipastikan bahwa aktivitas mereka akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya (ekonomi, sosial dan lingkungan).
B. Rumusan Masalah
Guna mendalami keterkaitan antara orientasi wirausaha dengan kesejahteraan masyarakat, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Orientasi wirausaha apa yang dimiliki oleh para aparat desa dalam
perspektif masyarakat?
2. Bagaimanakah persepsi masyarakat atas kesejahteraan mereka?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan orientasi kewirausahaan sosial perangkat desa dalam perspektif anggota masyarakat.
2. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dalam perspektif masyarakat. 3. Menjelaskan hubungan antara orientasi kewirausahaan sosial perangkat
desa dan kesejahteraan masyarakat.
D. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Membantu perangkat desa untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. 2. Membantu masyarakat mengenali kontribusi yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kesejahteraan.
3. Memberikan indikator calon perangkat desa yang peduli akan tingkat kesejahteraan masyarakat.
4. Diharapkan menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi perangkat desa dalam menetapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
7 BAB II KAJIAN TEORI
A. Memahami Wirausaha dan Kewirausahaan
1. Pengertian Tentang Wirausaha dan Kewirausahaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Wirausaha adalah orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk mengadakan produk baru, mengatur permodalan operasinya serta memasarkannya.
Dalam lampiran Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusahaan Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1995, dicantumkan bahwa: a. Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku
dan kemampuan kewirausahaan.
b. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
menyajikan pasar yang baru atau menciptakan cara-cara baru dalam melakukan banyak hal, mereka memajukan perekonomian.
Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola entitas untuk membuat perubahan sosial. (Paulus Wirotomo).
2. Perbedaan Antara Kewirausahaan Bisnis dan Kewirausahaan Sosial Kewirausahaan sosial diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya. Kewirausahaan sosial lebih menitikberatkan kepada lahirnya bangunan tata nilai sosial yang dicapai melalui perubahan sosial disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial sedangkan kewirausahaan bisnis adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu terwujudnya pemerataan ekonomi. (Mair and Marty, 2006).
Paulus Wirotomo memberikan definisi yang membedakan antara wirausaha dengan wirausaha sosial. Paulus Wirotomo mendefiniskan wirausaha sebagai innovator berjiwa bisnis yang akan mematenkan hasil penemuan mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Definisi ini memperlihatkan bahwa kepentingan bisnis yang memfokuskan pada pencarian keuntungan dengan sangat menonjol. Kesejahteraan atau kegunaan bagi masyarakat luas bukanlah tujuan utama dari wirausahawan ini. Wirausaha sosial yang didefinisikan oleh Paulus Wirotomo sebagai innovator sosial yaitu orang-orang yang melakukan terobosan, serta
melakukan hal-hal yang bersifat baru yang kemudian ditujukan untuk kesejahteraan bagi orang banyak. Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan dengan kata lain pengembalian modal, maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat.
3. Mengubah Bangsa Dengan Kewirausahaan Sosial
Wirausahawan pada masa lalu selalu dipahami dalam konteks wirausahawan bisnis semata. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha atau kegiatan dalam rangka meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitasnya maupun manfaatnya.
dijalankan di seluruh Indonesia. Sebagian dari upaya itu telah membawa hasil, sementara sebagian lainnya belum berdampak apa-apa. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih berada pada angka yang cukup tinggi. Perlu ada langkah-langkah baru yang harus dikembangkan untuk memperbaiki kondisi masyarakat Indonesia.
Memahami kenyataan ini, maka sudah saatnya apabila kini bangsa Indonesia menoleh dan mendalami kewirausahaan sosial sebagai salah satu alternatif mengatasi kemiskinan. Masyarakat Indonesia harus mulai memperbaiki kesejahteraan masyarakat dengan menumbuhkan dan mengembangkan kewirausahaan sosial. Kewirausahaan sosial bukan hanya sebagai instrumen perubahan angka-angka ekonomi, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu sebagai instrumen perubahan nilai, pandangan dan jalan baru dalam kehidupan.
dan beretika, yang mampu menciptakan inovasi sosial dan mampu mengubah sistem yang ada di masyarakat. Wirausahawan sosial adalah orang yang mengetahui atau memahami adanya masalah sosial di masyarakat untuk selanjutnya orang tersebut dengan menggunakan prinsip-prinsip kewirausahaan mengorganisasi, mengkreasi dan mengelola sebuah entitas untuk membuat perubahan sosial.
Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan (pengembalian modal), maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat. Fondasi dasar kewirausahaan sosial adalah:
a. Tujuan dari entitas adalah melakukan perbaikan masyarakat atau berkontribusi dalam mengatasi masalah yang ada di masyarakat.
b. kepemilikan entitas adalah milik masyarakat atau komunitas, bukan dimiliki oleh seorang individu pemodal.
c. Di dalam aktivitasnya terkandung muatan aktivitas bisnis yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Karakteristik, Komponen dan Kompetensi Kewirausahaan Sosial a. Karakteristik seorang wirausahawan sosial yaitu:
untuk berani melakukan perubahan dan merealisasikan semua sistem tersebut.
2) Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi “ikan” atau mengajarkan cara “memancing ikan”. Tetapi juga tidak akan diam hingga “industri perikanan” itu berubah.
b. Kewirausahaan sosial memuat tiga komponen:
1) Mengidentifikasi sistem/keseimbangan yang menyebabkan kerugian atau berkurangnya kesejahteraan.
2) Mengidentifikasi peluang perbaikan keseimbangan, dengan mengembangkan tata nilai sosial baru untuk mempengaruhi tata nilai yang ada.
3) Menyusun keseimbangan baru, untuk mencegah kerugian dan menjamin kesejahteraan masyarakat luas.
c. Kompetensi kewirausahaan sosial
perangkat desa dalam mengembangkan kompetensi kewirausahaan sosial diantaranya:
1) Managerial skill
Managerial skill atau keterampilan manajerial merupakan
bekal yang harus dimiliki wirausaha sosial. Seorang wirausahawan sosial harus mampu menjalankan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penggerakkan dan pengawasan agar usaha yang dijalankannya dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Kemampuan menganalisis dan mengembangkan masyarakat, kemampuan mengelola sumber daya manusia, material, fasilitas dan seluruh sumber daya lingkungan merupakan syarat mutlak untuk menjadi wirausaha sosial.
2) Conceptual skill
Conceptual skill merupakan kemampuan untuk
merumuskan tujuan, kebijakan dan strategi utama menuju tercapainya kesejahteraan masyarakat. Tidak mudah memang mendapatkan kemampuan ini. Kita harus akstra keras belajar dari berbagai sumber dan terus belajar dari pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain dalam berwirausaha sosial.
3) Human skill
Human skill (keterampilan memahami, mengerti,
mendukung kita menuju keberhasilan usaha. Dengan keterampilan seperti ini, kita akan memiliki banyak peluang dalam merintis dan mengembangkan usaha. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan ini misalnya dengan melatih diri diberbagai organisasi, bergabung dengan komunitas sosial dan melatih kepribadian kita agar bertingkah laku menenangkan bagi orang lain.
4) Decition making skill
Decition making skill (keterampilan merumuskan masalah
5) Time managerial skill
Time managerial skill (keterampilan mengatur dan
menggunakan waktu). Para pakar psikologi mengatakan bahwa salah satu penyebab atau sumber stress adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengatur waktu dan pekerjaan. Ketidakmampuan mengelola waktu membuat pekerjaan menjadi menumpuk atau tak kunjung selesai sehingga membuat jiwanya gundah dan tidak tenang. Seorang wirausaha sosial harus terus belajar mengelola waktu. Keterampilan mengelola waktu dapat memperlancar pelaksanaan pekerjaan dan rencana-rencana yang telah digariskan. Sumber : (Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat).
B. Kuadran Kewirausahaan Sosial
Kuadran kewirausahaan sosial menjelaskan orientasi/cara pandang dari seorang wirausahawan sosial. Setiap kuadran menawarkan pendekatan bisnis yang berbeda. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadran:
Gambar II.1
No Profit Reqd Social Profit Reqd
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing kuadaran : 1. Kuadran 1
Kuadran tradisional tanpa keuntungan. Kuadran ini mewakili organisasi-organisasi yang didasari oleh misi sosial dan tidak menghasilkan keuntungan. Organisasi-organisasi tersebut tidak dibatasi oleh pajak, dan masih harus mengumpulkan cukup dana untuk mengimbangi pengeluaran. Beberapa contoh ialah Yayasan, Lembaga, Perkumpulan, Institusi Keagamaan.
Organisasi ini bergantung pada pemberian, donasi, dan sumbangan uang untuk menyokong kegiatan sosial mereka. Hal ini juga turut disadari sebagai titik lahir dari perusahaan sosial modern, karena organisasi dalam kuadran tersebut mendapatkan sasaran sosialnya melalui rancangan organisasinya. Wirausahawan sosial menempati kuadran ini, kadangkala mereka merancang organisasi mereka untuk menyediakan barang dan jasa dimana mereka dapat memasang tarif, dalam rangka mengumpulkan dana untuk operasi mereka.
2. Kuadran 2
Tipping Point Quadrant (kuadran awal perubahan) (kuadran
yang kritis terhadap pasar, mereka dapat menetapkan tingkat agar bagaimana performa /jalannya bisnis dapat diukur.
3. Kuadran 3
Transient Organization Quadrant (kuadran organisasi sementara).
Kuadran ini mewakili perusahaan, yang dikendalikan oleh pasar, tapi tidak berorientasi pada keuntungan. Untuk beberapa saat, perusahaan tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu yang singkat. Menurut penuturan Dorado, motivasi dari seorang wirausahawan sosial bukanlah pendirian suatu perusahaan, tetapi penciptaan sebuah langkah yang jelas sehingga para partisipannya dapat menyelesaikan masalah sosial yang beragam; meskipun tidak relevan dengan inisiatif untuk mendapat keuntungan. Organisasi-organisasi dalam kuadran ini memiliki dukungan dari perusahaan publik dan swasta, sumbangan atau dukungan dari pemerintah. Organisasi-organisasi ini mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dari pasar; dan kemudian menggunakan hasil yang didapatkan dari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut untuk mendukung kegiatan sosial.
4. Kuadran 4
Traditional Business Quadrant (kuadran bisnis tradisional).
mendapatkan keuntungan, mereka tidak akan berfungsi atau akan dibeli oleh kompetitornya atau ditutup. Strategi pertumbuhan mereka adalah dengan mengikuti pasar dan berubah sesuai permintaan.
Jika atau ketika pasar memutuskan bahwa masalah-masalah sosial patut diperhatikan, di kuadran ini wirausahawan sosial ditujukan untuk menyokong/mendukung kegiatan-kegiatan yang berguna dalam meningkatkan penjualan karena mereka sadar untuk bertanggung jawab secara sosial. Biasanya perusahaan di kuadran ini, mendonasikan sebagian dari keuntungan mereka, mendirikan fasilitas-fasilitas “hijau”, menawarkan layanan gratis atau layanan berbiaya rendah kepada organisasi-organisasi sosial.
Sumber : (David Bornstein. 2000. How to Change the World: Social Entrepreneurs and the Power of New Ideas, 2nd edition. Oxford University Press)
C. Kesejahteraan Masyarakat
kebutuhan pangan warganya. Soetardjo Kartohadikoesoemo menjelaskan desa itu memikul tanggung-jawab atas persediaan makan rakyat. Di desa tiap habis panen setahun sekali diadakan rapat desa. Dalam rapat seringkali juga dimusyawarahkan tentang pembagian air, tentang memperbaiki saluran air dan gagasan pengairan, tentang pemberantasan hama, tentang pembelian rabuk bersama, tentang pembikinan rabuk kompos bersama, tentang mulainya menggarap tanah untuk tanaman padi, tentang penggarapan tanah yang kosong, tentang pembukaan lumbung desa dan pembayaran pinjaman untuk lumbung desa, tentang penanaman tanggul dan waderan dipinggir jalan desa, tentang tanaman ditegal dan pekarangan, tentang pembelian bibit bersama, tentang tanaman dipinggir desa dan lain-lain sebagainya. (Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Jogjakarta, 1953).
sebagai efek peningkatan kehidupan ekonomi. Sementara dampak lingkungan adalah perbaikan kondisi alam sebagai akibat pola aktivitas ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Siapa saja, dengan sentuhan sosial di dalam hati dan pikirannya, bisa menggunakan prinsip-prinsip entrepreneurial untuk terlibat dalam pola ini.
1. Peran Kewirausahaan Sosial Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah orde baru mengeluarkan regulasi-regulasi yang menguntungkan (favoritisme) terhadap industrialisasi dan konglomerasi. Industrialisasi dan modernisasi selain menciptakan berbagai kemajuan, juga telah melahirkan proses marginalisasi. Buruh, petani dan nelayan menjadi profesi yang semakin terpinggirkan karena meskipun secara jumlah mereka mayoritas, dalam penciptaan nilai tambah sangat kecil jika dibandingkan sektor industri. Menurunnya peran sektor agraris, disebabkan karena orang desa tidak memiliki alternatif lain untuk bertahan hidup kecuali menjual lahan sempit mereka dan menjadi buruh di kota. Eldrege (1988).
senja (sunset industry). Kesempatan kerja kian menyempit dan melonjaknya pengangguran terbuka sebesar 11,89 juta jiwa (10,80% dari jumlah angkatan kerja). Badan Pusat Statistik (BPS) mengingatkan adanya ancaman peningkatan kemiskinan karena inflasi akibat melonjaknya harga bahan pangan pokok.
Pada tahun 2010 ini, pemerintah menargetkan penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,3 juta yang diharapkan dapat menyerap para penganggur dan setengah penganggur. Namun, pertambahan angkatan kerja yang setiap tahun mencapai 2 juta orang, ditambah dengan pengangguran yang belum mendapat pekerjaan (carry over) dan pekerja yang terkena PHK tidak sebanding dengan kesempatan kerja yang diciptakan. Dengan demikian, jumlah pengangguran akan terus meningkat. Hal tersebut disadari bahwa kemampuan sektor formal dalam penyerapan tenaga kerja sangat terbatas, yaitu hanya 37 persen dari seluruh angkatan kerja. Sementara di sisi lain, sektor informal mampu menyerap tenaga kerja sebesar 63 persen.
pertumbuhan dunia usaha. Dengan wirausaha, maka dapat menyerap angkatan kerja secara signifikan, khususnya diarahkan pada optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya yang ada. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan perekonomian masyarakat sehingga peningkatan kesejahteraan dapat terwujud dan dapat mengurangi pengangguran secara signifikan.
D. Sekilas Tentang Perangkat Desa
menyebabkan rendahnya kinerja sekaligus rendahnya kualitas pelayanan publik.
Mekanisme pemberian sanksi dari ringan sampai pemberhentian bagi aparat pemerintah desa juga sulit untuk diterapkan, sehingga banyak pelanggaran maupun keluhan masyarakat terutama yang berkaitan dengan rendahnya kualitas kinerja aparat seakan dibiarkan berlalu begitu saja. Beda dengan PNS yang bisa dikenakan sanksi tegas termasuk mutasi, penurunan pangkat bahkan sampai pemberhentian tidak dengan hormat. Banyak terjadi pelanggaran administratif terutama kinerja yang jelek dari aparat pemerintah desa tidak mendapat solusi yang tepat. Seseorang yang menduduki jabatan tertentu di jajaran pemerintah desa terlepas apakah dia disiplin kerja atau tidak, berkompeten atau tidak dalam tugasnya, dia akan tetap “aman” menduduki jabatan tersebut sampai pensiun. Sebaliknya, seorang aparat pemerintah desa setinggi apapun kinerja dan prestasi kerjanya juga tidak akan mendapatkan promosi jabatan, kenaikan pangkat ataupun kenaikan gaji secara berkala. Dengan kondisi seperti ini prinsip dasar profesionalisme tidak akan tercapai. 1. Pemilihan Kepala Desa Menurut UU No. 32/2004
Dalam pemilihan kepala desa, misalnya, selain menegaskan bahwa kepala daerah dipilih secara langsung, UU No. 32/2004 pasal 203 ayat (3) menyatakan, “Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui
keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat yang ditetapkan
masa jabatan kepala desa, meskipun undang-undang menentukan masa jabatan kepala desa adalah enam tahun, penjelasan pasal 204 menyatakan bahwa “Masa jabatan kepala desa dalam ketentuan ini dapat dikecualikan bagi kesatuan masyarakat hukum adat yang keberadaannya masih hidup
dan diakui yang ditetapkan dengan Perda. Secara demikian, sejak
keruntuhan Orde Baru kita menganut paradigma pluralisme legal,
sekurang-kurangnya dalam pengaturan pemerintahan daerah dan desa”.
berwenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa, kepala desa juga berkewajiban mendamaikan perselisihan, serta mengayomi dan melestarikan nilai-nilai sosial budaya dan adat istiadat. (UU No. 22/1999 menyebutkan eksplisit bahwa kepala desa mempunyai wewenang untuk mendamaikan perkara /sengketa dari para warganya sebagai hak asal-usul). Melekat dalam status ganda ini kiranya setiap kepala desa harus menjalankan peran mediasi dalam hubungan antara negara dan masyarakat desa. suatu peran yang sesungguhnya tidak ringan dan tidak selalu mudah dijalankan. Kalau digunakan bahasa UU No. 5/1979, kepala desa disebut sebagai “orang pertama mengemban tugas dan kewajiban yang berat, karena ia adalah penyelenggara dan penanggung jawab utama di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan urusan pemerintahan umum, termasuk ketenteraman dan ketertiban.” Status (sebagai orang pertama) pada umumnya memerlukan simbol-simbol dan penguasaan sumber daya untuk membiayai dan merawat statusnya tersebut. Pada masa lalu penguasaan tanah bengkok merupakan simbol status sekaligus sumber daya yang dapat membiayai status tersebut. Dan, secara tradisional status ini pada mulanya menjadi haknya untuk seumur hidup.
2. Struktur Perangkat Desa
Gambar II. 2 Stuktur Perangkat Desa
Adapun rincian dari tugas bagan perangkat desa yaitu: a. Kepala desa
Tugas dan kewajiban kepala desa sebagaimana yang diatur dalam pasal 101 UU No. 22 Tahun 1999 adalah:
1) Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa. 2) Membina kehidupan masyarakat desa.
BPD
Sekretaris Desa Kepala Desa
Kaur
Pemerintah Kaur Kesra
Kaur Keuangan
Kaur Pembangunan
3) Membina perekonomian desa.
4) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa. 5) Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa.
6) Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukumnya.
b. Sekretaris desa
Sekretaris desa, membantu kepala desa dalam perumusan perencanaan pembangunan desa, penertiban administrasi keuangan, administrasi perkantoran, perumusan peraturan desa dan pelayanan masyarakat.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud sekretaris desa mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan dan pelaporan. 2) Pelaksanaan urusan administrasi umum.
3) Pelaksanaan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan.
4) Pelaksanaan tugas kepala desa dikarenakan kepala desa berhalangan.
c. Kepala dusun pemerintah
melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan kesatuan bangsa dan politik.
Untuk melaksanakan tugas kepala dusun pemerintah mempunyai fungsi:
1) Pengumpulan dan pengolahan data yang berhubungan dengan bidang tugas sebagai bahan acuan dalam rangka pembinaan masyarakat dan pembinaan wilayah.
2) Pelaksanaan tugas-tugas keagrarian sesuai dengan wewenangnya.
3) Pelaksanaan administrasi kependudukan yang meliputi mati, lahir, datang dan pindah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4) Pengumpulan dan pengolahan data bidang ketentraman dan ketertiban dan menginventaris potensi rakyat dalam rangka memperkecil akibat bencana dan melaksanakan pembinaan keamanan dan ketertiban.
5) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka membina Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Mayarakat.
6) Pelaksanaan pembinaan kerukunan antar warga.
7) Pengumpulan bahan dan menyusun laporan pelaksanaan tugas.
9) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan tugas dan menyusun kebijaksanaan pemecahannya.
10)Pelaksanaan tugas-tugas lain yang berhubungan dengan petunjuk dan kebijakan pimpinan.
d. Kepala urusan kesejahteraan rakyat
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pendataan sarana dan prasaran peribadatan, melaksanakan penyaluran bantuan korban bencana, melaksanakan pendataan terhadap jumlah dan jenis penyandang masalah sosial, melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pemberdayaan masyarakat serta masalah kesehatan.
Untuk melaksanakan tugas, kepala urusan kesejahteraan sosial mempunyai fungsi:
1) Penyusunan rencana program dalam rangka pelaksanaan pembinaan keagamaan, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial, pemuda dan olah raga serta pemberdayaan perempuan.
2) Pelaksanaan pelayanan masyarakat di bidang kesejahteraan sosial.
3) Pengumpulan dan penyaluran bantuan-bantuan terhadap korban bencana dan penyandang masalah sosial.
5) Pembinaan terhadap organisasi keagamaan dan kegiatan-kegiatan keagamaan serta kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
6) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka meningkatkan peranan perempuan dan pemberdayaan perempuan.
7) Monitoring dan pembinaan pelayanan kesehatan masyarakat.
8) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan kesejahteraan sosial dan menyusun rencana kebijakan pemecahannya.
9) Pelaksanaan tugas lain yang sesuai dengan bidang tugas berdasarkan ketentuan dan petunjuk serta kebijakan pimpinan.
e. Kepala urusan keuangan
Mempunyai tugas melaksanakan pengolahan keuangan desa, administrasi keuangan desa, menerima, menghimpun dan melakukan pembayaran kepada pihak ke-III, membuat laporan pertanggungjawaban keuangan, dan mengumpulkan bahan untuk penyusunan RAPB Desa serta melaksanakan tugas lain sesuai bidang tugasnya.
Untuk melaksankan tugas, Kepala Urusan Keuangan mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan administrasi keuangan desa.
3) Pembuatan Laporan Pertanggungjawaban Keuangan.
4) Pengelolaan keuangan desa.
5) Penerimaan dan Penyaluran bantuan keuangan dari Pemerintah Daerah.
6) Penyusunan Rencana Penggunaan Uang.
7) Pelaksanaan penataan administrasi keuangan desa.
f. Kepala urusan ekonomi pembangunan
Mempunyai tugas meyusun program kerja, mengolah data bidang perekonomian dan pembangunan, meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat, mengadministrasikan bantuan pembangunan yang masuk di desa, menyiapkan bahan dalam rangka musyawarah desa, memelihara sarana dan prasarana pembangunan dan perkonomian.
Untuk melaksankan tugas, kepala ekonomi pembangunan mempunyai fungsi:
1) Pendataan sarana dan prasarana perekonomian masyarakat.
2) Pengolahan data jumlah dan jenis produksi perekonomiaan dan distribusi.
4) Pelayanan kepada masyarakat di bidang ekonomi dan pembangunan.
5) Pelaksanaan segala usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat dan pemberdayaan masyarakat.
6) Pendataan terhadap jumlah dan jenis bantuan yang ada di desa. 7) Penyiapan bahan dalam rangka pelaksanaan Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa.
8) Penyusunan rencana strategis pengembangan sarana dan prasarana perekonomian.
9) Penginventarisasian segala permasalahan yang berhubungan dengan perekonomian dan pembangunan dan menyusun rencana pemecahannya.
10)Pelaksanaan tugas lain yang berhubungan dengan bidang tugas sesuai dengan ketentuan, petunjuk dan kebijaksanaan pimpinan. g. Kepala dusun
Berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya. Kepala dusun mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pemerintah desa diwilayah kerjanya. Kepala dusun mempunyai fungsi:
1) Pelaksanaan kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan di wilayah kerjanya.
Para karyawan desa harus menjalankan tugas sesuai dengan tugasnya masing-masing. Tugas-tugas tersebut harus direncanakan terlebih dahulu agar tidak terjadi kesalahan dan kerancuan pada sistem pemerintahan desa. Sistem kinerja yang baik akan selalu membawa kebaikan pula bagi sistem pemerintahan. Disamping hal-hal tersebut sebagai aparatur negara, mereka tidak boleh membiarkan segala tindakan yang bersebrangan dengan peraturan-peraturan yang telah berlaku di negara ini, dan mereka juga harus selalu siap sedia melayani segala kebutuhan masyarakat desa, tidak ada pembedaan antara orang-orang tertentu, yang nantinya akan menjadikan perpecahan di lingkungan masyarakat. Sebagai alat pemerintahan mereka juga selalu memperbaharui atau memperbaiki kinerja mereka, menurut pembagian dan wewenang masing-masing karyawan.
E. Kerangka Konseptual Penelitian
Untuk memudahkan pemahaman proposal penelitian ini maka penulis mengungkapkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar II. 3 Kerangka Konseptual
Orientasi Sosial & Individu
Orientasi Profit & Non Profit
Kesejahteraan Masyarakat
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan atau dugaan sementara yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penelitian. Pada suatu desa orientasi pemimpin lokal diduga berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. Keterkaitan tersebut akan menentukan tercapai tidaknya tujuan dari kepala Desa yaitu mensejahterakan masyarakatnya. Bagaimana orientasi kewirausahaan sosial yang dimiliki oleh pemimpin lokal dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dapat saling berhubungan dan akan berada di kuadran manakah orientasi kewirausahaan suatu pemimpin lokal tersebut. Maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan studi eksploratif untuk mengungkapkan
hubungan antara orientasi kewirausahaan perangkat desa dengan kesejahteraan
masyarakat dalam perspektif anggota masyarakat.
B. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek penelitian ini adalah anggota masyarakat pada komunitas desa
(masing-masing). Anggota masyarakat di dalam penelitian ini adalah
penduduk setempat yang telah tinggal di wilayah itu minimal 1 tahun,
berusia minimal 17 tahun.
2. Obyek penelitian ini adalah orientasi kewirausahaan sosial yang
dikategorikan dalam empat kuadran, yaitu traditional non profit quadrant,
tipping point quadrant, transient organization quadrant, dan traditional
business quadrant. Obyek yang kedua adalah kesejahteraan masyarakat
dalam perspektif anggota masyarkat melalui dimensi kekayaan materi,
pengetahuan dan kesehatan.
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian : Dusun Planggok, Desa Margokaton, Kecamatan
Seyegan, Kabupaten Sleman,Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Penelitian eksploratif ini berfokus pada dua variabel pokok, yaitu
orientasi kewirausahaan sosial dan kesejahteraan masyarakat.
1. Orientasi Kewirausahaan Sosial
Yaitu konsep yang menunjukkan/mencerminkan perilaku
seseorang ditinjau dari dimensi orientasi misinya (sosial atau pasar) dan
orientasi profit (mempersyaratkan profit atau tidak).
2. Kesejahteraan Masyarakat
Dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat, di perlukan suatu
ukuran dasar yang harus dapat dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri, hal
tersebut dilihat dari pengeluaran masyarakat untuk menunjang kehidupan
sehari-hari diantaranya ialah pendidikan, kesehatan, kebutuhan makan,
perumahan, energi dan gas, pakaian, transportasi dan rekresasi, pajak dan
pembayaran dan sejenisnya, tabungan dan investasi.
a. Jumlah pengeluaran pendidikan yang di keluarkan oleh masyarakat
guna memfasilitasi sekolah di jenjang pendidikan yang di ambil oleh
anak/orang yang masih menempuh pendidikan.
b. Jumlah pengeluaran kesehatan yang dikeluarkan masyarakat untuk
kesehatan pemerintah yang ada termasuk pembelian obat dan
suplemen untuk mencegah penyakit-penyakit ringan.
c. Jumlah pengeluaran masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan pokok
yaitu makanan melalui pembelian beras, lauk-pauk dan yang lainnya.
d. Jumlah pengeluaran untuk pemeliharaan perumahan/tempat tinggal
yang di miliki oleh perorangan atau bersama yang berfungsi sebagai
pelindung dan tempat berteduh dari hujan dan panas terik matahari
serta tempat aktivitas sehari-hari keluarga.
e. Jumlah pengeluaran energi dan gas guna menunjang kegiatan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti gas, minyak
dan listrik.
f. jumlah pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan sandang yang sangat
penting melindungi tubuh dan berpengaruh terhadap aktivitas
seseorang.
g. Jumlah pengeluaran untuk transportasi dan rekreasi dalam keluarga
untuk memenuhi kebutuhan hiburan dan rekreasi sehingga jiwa
menjadi sehat.
h. Jumlah pengeluaran pajak dan pembayaran sejenisnya oleh masyarakat
untuk pembiayaan perpajakan baik pajak kendaraan, pajak bumi dan
bangunan serta iuran-iuran yang ada di masyarakat.
i. Jumlah pengeluaran untuk kepentingan komunikasi yang merupakan
kebutuhan masyarakat untuk berhubungan satu dengan yang lainnya
3. Definisi Operasional
a. Perangkat Desa menurut Undang-undang No 32 Tahun 2004 (hasil
revisi dari Undang-undang No 22 Tahun 1999) pasal 202 menjelaskan
pemerintah desa secara lebih rinci dan tegas yaitu bahwa, pemerintah
desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa, adapun yang disebut
perangkat desa disini adalah sekretaris desa, pelaksana teknis lapangan,
seperti kepala urusan, dan unsur kewilayahan seperti kepala dusun atau
dengan sebutan yang lain.
Dilihat dari acuan Undang-undang tersebut kepala dusun sebagai
bagian dari perangkat desa mempunyai posisi di bawah kepala desa,
sekaligus melaporkan kegiatan yang telah dijalankan kepada kepala
desa sebagai atasannya, dimana posisi kepala dusun langsung
bersentuhan dengan anggota masyarakat sekaligus penggerak roda
kegiatan kemasyarakatan secara langsung maupun tidak langsung.
b. Kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan dimana orang tersebut
mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari segi sosial dalam
meningkatkan bidang-bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan,
kekayaan materi.
c. Orang miskin adalah dimana kurangnya pendapatan yang memadai
untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti kesehatan, pendidikan atau
perumahan. Kemiskinan yang parah jika seseorang tidak hanya merasa
d. Masyarakat adalah sekumpulan individu-individu yang berkumpul
dalam suatu tempat yang interdependent (saling terikat satu sama lain)
dan hidup bersama dalam komunitas yang teratur. Didalamnya terdiri
dari berbagai orang yang saling berhubungan guna menciptakan suatu
tatanan yang teratur untuk mewujudkan suatu tujuan bersama.
E. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel dengan menggunakan skala Likert didesain untuk
menilai sejauh mana subyek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan yang
diajukan, yaitu dengan memberikan skala pada masing-masing point jawaban
sebagai berikut (Sumarni & Salamah, 2005:60):
Berikut merupakan skor nilai untuk setiap tanggapan :
Jawaban / Skor
Sangat Setuju (SS) : 5
Setuju (S) : 4
Netral (N) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
F. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 115). Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh lapisan masyarakat yang tinggal di desa yang
dapat memberikan informasi tentang bagaimana peran serta perangkat
desa terhadap kesejahteraan masyarakat.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007 : 116).
G. Teknik Pengambilan Sampel
Untuk mengetahui jumlah sampel dalam penelitian ini, dapat
ditentukan dengan rumus sebagai berikut (Sarwono, 2006:120):
2
α = derajat kebebasan (dipakai sebesar 5%).
Dengan rumus diatas maka dapat diketahui misalnya jika jumlah
populasi 94 KK, maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut:
Maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 KK.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah masyarakat desa yang
tinggal di Dusun Planggok Desa Margokaton.
H. Sumber Data
Adapun data yang di peroleh peneliti adalah data primer, data primer
adalah data yang berasal dari sumber yang asli dan dikumpulkan secara
khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian (Cooper dan William,
1996:256). Dimana data ini langsung di ambil dari masyarakat sekitar yang
dapat memberikan informasi tentang peranan aparat desa terhadap
kesejahteraan masyarakat yang tinggal di desa tersebut.
I. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik dalam pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah
kuesioner dan wawancara.
1. Kuesioner yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden mengenai peran serta perangkat desa terhadap
kesejahteraan masyarakat.
2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau
pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
J. Teknik Pengujian Instrumen
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang rasional dan dapat
dipertanggungjawabkan maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Analisis Validitas Ekternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan membandingkan (untuk
mencari kesamaan) antara criteria yang ada pada instrumen dengan fakta-
fakta empiris yang terjadi dilapangan.
2. Analisis Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner
dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas
dapat dilakukan dengan One Shot atau pengukuran sekali saja, disini
pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur jawaban pertanyaan.
K. Teknik Analisis Data
1. Analisis Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Parsial
Untuk menguji hipotesis bahwa ada hubungan antara perangkat
desa dengan kesejahteraan masyarakat, maka rumusnya adalah Korelasi
Product Moment (Sugiyono, 2007 : 44).
Keterangan :
= Koefisien korelasi product moment
n = Banyaknya responden
= Jumlah Skor X
= Jumlah hasil kali antara X dan Y
= Jumlah skor Y
Taraf nyata α : 5%
Menurut Sugiyono 2007 (dalam Priyatno, 2009:54) pedoman
untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi adalah sebagai
berikut :
Untuk membuktikan bahwa hipotesis tersebut diterima atau
ditolak maka digunakan uji signifikansi dengan statitik uji t (Usman,
Keterangan :
t : Nilai yang dicari
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
Dengan ketentuan : H0 diterima jika t hitung ≤ t tabel
H0 ditolak jika t hitung ≥ t tabel
2. Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah Orientasi Profit dan
Non Profit, Orientasi Sosial dan Non Sosial berhubungan secara signifikan
dengan Kesejahteraaan masyarakat.
Tahap-tahap untuk melakukan uji t adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5%
atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
penelitian).
b. Menentukan dengan menggunakan SPSS atau rumus
(Priyatno, 2008:84)
=
Keterangan:
r = Koefisien korelasi parsial
k = Jumlah variabel independen
c. Menentukan
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-2 (n adalah jumlah sampel dan k
adalah jumlah variabel independent).
d. Kriteria pengujian
Ho diterima dan Ha ditolak bila, <
Ho ditolak dan Ha diterima bila, >
e. Menarik kesimpulan
Jika H0 ditolak dan Ha diterima dapat disimpulkan bahwa
Orientasi Profit dan Non Profit, Orientasi Sosial dan Non Sosial (X)
berhubungan dengan Kesejahteraaan masyarakat (Y).
Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5%
atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam
47 BAB IV
GAMBARAN UMUM DESA MARGOKATON
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Dalam Konteks Desa 1. Visi dan Misi Desa Margokaton
a. Visi
Terwujudnya masyarakat Desa Margokaton yang mandiri, Sejahtera dan Produktif.
b. Misi
1. Membangun kebersamaan dan kepedulian dalam menurunkan angka kemiskinan.
2. Pemberdayaan masyarakat melalui usaha produktif, kesadaran kesehatan lingkungan, kesempatan memperoleh pendidikan.
3. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana. 2. Administratif
Desa Margokaton secara administratif menempati area seluas 19,33% (515 Ha) dari seluruh luas Kecamatan Seyegan (26,63 Ha) dibagi menjadi 12 padukuhan yaitu :
6. Padukuhan Planggok
7. Padukuhan Grajegan 8. Padukuhan Bolu 9. Padukuhan Nyamplung 10.Padukuhan Seyegan 11.Padukuhan Sonoharjo 12.Padukuhan Bantulan
3. Geografis
Letak Desa Margokaton berada di daerah yang strategis dan berada di jalur jalan raya Jogja – Kebonagung, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Banyurojo, Kecamatan Tempel b. Sebelah Timur : Desa Margoagung, Kecamatan Seyegan c. Sebelah Selatan : Desa Margodadi, Kecamatan Seyegan d. Sebelah Barat : Desa Sendangrejo, Kecamatan Minggir
4. Demografis
Jumlah penduduk Desa Margokaton tercatat sebanyak 7.143 jiwa (November 2010) dengan prosentase penduduk laki-laki (51%) hampir sama dengan penduduk perempuan (49%). Kepadatan penduduk mencapai 138 jiwa/ha dengan prosentase usia produktif sebesar 64,48%.
B. Profil Masyarakat Desa Margokaton
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan informasi tentang profil masyarakat margokaton yaitu sebagai berikut:
1. Pendidikan
Tabel IV.1
Tingkat Pendidikan Di Desa Margokaton
No. Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Perguruan Tinggi Srata-1 dan Srata-2 189
2 SLTA 1.110
3 SLTP 1.028
4 SD 2.068
5 Belum atau tidak tamat SD 826
JUMLAH 5.221
Sumber : Data Dasar Profil Desa MargokatonTahun 2010
Dari data di atas jumlah terbesar tingkat pendidikan sebanyak 2.068 orang berpendidikan SD, di ikuti di bawahnya yaitu sebesar 1.110 orang berpendidikan SLTA, dan jumlah terkecil yaitu sebesar 826 orang belum tamat sekolah.
2. Kesehatan
Tabel IV.2 Prasarana Kesehatan
No. Prasarana Jumlah
1 Puskesmas 1 unit
2 Posyandu 12 unit
Sumber : Data Dasar Profil Desa MargokatonTahun 2010
diadakan satu bulan sekali dan diselenggarakan di rumah kepala dukuh dengan kegiatan meliputi pemeriksaan balita, pemberian vitamin dan makanan sehat.
3. Mata Pencaharian Menurut Sektor Tabel IV.3 Mata Pencaharian Sektor
No Sektor Mata Pencaharian Jumlah
1 Pertanian 1.115
2 Peternakan 309
3 Perikanan 83
4 Jasa 1.118
JUMLAH 2.625
Sumber : Data Dasar Profil Desa MargokatonTahun 2010
Dari data di atas mata pencaharian menurut sektor, jasa memiliki jumlah terbanyak yaitu 1.118 orang, di lanjutkan pertanian sebanyak 1.115 orang dan paling sedikit sektor perikanan sebanyak 83 orang.
a. Pertanian
pencaharian sebagai petani. Produktivitas padi mencapai 1.133 ton, palawija 33,5 ton, sayuran 23,2 ton, tembakau 1,2 ton (per tahun 2009), sehingga terbuka lebar potensi pertanian di desa ini untuk dikembangkan.
b. Peternakan
Peternakan merupakan salah satu penggerak roda perekonomian di Desa Margokaton, khususnya yang berada di Dusun Bantulan. Dusun Bantulan memiliki beberapa peternakan yang cukup besar yaitu peternakan sapi, babi, dan ayam. Peternakan sapi di Bantulan ini sudah mulai terorganisir, hal ini dibuktikan adanya kelompok peternak sapi Katon Dadi. Biasanya sapi-sapi yang diternakkan setelah mencapai umur-umur tertentu dijual oleh pemiliknya. Penjualan sapi-sapi tersebut mulai meningkat selama menjelang Idul Adha. Selain itu, warga Bantulan juga mengolah limbah kotoran yang dihasilkan ternak sapi untuk dibuat pupuk organik, pengolahan tersebut terletak di dusun Bantulan. Pembuatan pupuk organik tersebut dipasarkan ke sekitar Desa Margokaton dan Wonosobo. Harga penjualan kotoran sapi berdasarkan tiap kol pick-up dan dijual tiap tahunnya, tiap kol dihargai Rp 40.000,00.
c. Perikanan Budidaya
dengan dari proses pembelian bibit ikan lele yang kemudian dilakukan pemberian pakan 2 kali sehari selama 3 minggu. Pemanenan dan sekaligus pengurasan kolam dilakukan pada saat waktu panen tiba. Panen dilakukan untuk lele yang sudah memenuhi ukuran untuk di jual (7-12 cm). Hasil panen selama satu bulan dapat mencapai 15 ton dengan rentang waktu panen yang berbeda-beda.
d. Kerajinan/jasa
Berbagai macam produk kerajinan banyak berkembang di desa Margokaton. Diantaranya adalah kerajinan tas dari bahan : enceng gondok, daun pandan, kayu mending, kerajinan bambu, kerajinan meubel, kerajinan dari lidi, kerajinan kain tenun dan lain-lain. Kerajinan telah dipasarkan ke berbagai daerah, diantaranya Margokaton dan sekitarnya, bahkan ke luar negeri (khususnya kerajinan tas). Beberapa usaha kerajinan telah memiliki pelanggan tetap yang memesan produk buatan mereka.
C. Gambaran Umum Dusun Planggok 1. Gambaran Wilayah Dusun Planggok
program desa yaitu pembuatan pupuk organik dan kandang kelompok. Ditinjau dari kondisi geografisnya sebagian besar Dusun Planggok terdiri dari hamparan persawahan yang digunakan sebagai garapan pertanian untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari.
Ditinjau dari segi demografisnya, Dusun Planggok yang masih tergolong desa berkembang masih memakai struktur organisasi desa yang lengkap. Salah satu indikasinya adalah masih adanya kepala dukuh sebagai salah satu bagian struktur kepengurusan desa. Kepala dukuh tersebut membawahi empat RT. RT 1 yaitu 29 KK meliputi 56 laki-laki dan 50 perempuan. RT 2 yaitu 36 KK meliputi 57 laki-laki dan 62 perempuan. RT 3 yaitu 18 KK meliputi 42 laki-laki dan 43 perempuan. RT 4 yaitu 34 KK meliputi 83 laki-laki dan 74 perempuan.
Komponen masyarakat Planggok sebagian besar terdiri dari petani (buruh tani), yang mana mereka masih menjunjung tinggi adat istiadat dusun tersebut. Mayoritas masyarakat Planggok beragama muslim. Tingkat kesejahteraan mereka mayoritas tergolong kedalam tingkat ekonomi menengah kebawah. Daerah penelitian yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Dusun Planggok Kecamatan Seyegan Kabupaten Sleman dengan luas sekitar 32.000 ha/m2 terletak 15 km dari kota Yogyakarta. Secara administratif Dusun Planggok mempunyai batas-batas yang terdiri dari:
Sebelah Timur : Dusun Bolu Kecamatan Seyegan. Sebelah Barat : Dusun Ngaran Kecamatan Seyegan. 2. Kesehatan
Dusun Planggok memiliki seorang tenaga medis. Selain itu, secara rutin satu bulan sekali diadakan posyandu bagi anak-anak dan balita masyarakat setempat yang diselenggarakan di kediaman Kepala Dukuh. 3. Mata Pencaharian
Dari data yang diperoleh, pekerjaan penduduk Dusun Planggok meliputi petani (buruh tani), karyawan swasta, PNS, peternak, wiraswasta, pedagang, pensiunan, dan Polri. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani (buruh tani), ini dapat dilihat dari kondisi geografis dusun yang terdiri dari hamparan persawahan.
D. Alasan Tempat Penelitian
56 BAB V ANALISIS DATA
Dalam menjawab rumusan permasalahan, peneliti melakukan analisis data. Analisis data dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan pada penelitian agar dapat memecahkan masalah sehingga tujuan penelitian tercapai. Pendekatan masalah yang disesuaikan dengan objek yang diteliti baik berdasarkan pendekatan-pendekatan yang telah diatur dalam metodologi penelitian sangat diperlukan pada proses analisis data. Permasalahan pada penelitian ini adalah: 1. Orientasi wirausaha apa yang dimiliki oleh para aparat desa dalam perspektif masyarakat?
2. Bagaimana persepsi masyarakat atas kesejahteraan mereka?
3. Apakah ada keterkaitan antara orientasi wirausaha dengan kesejahteraan masyarakat?
A. Hasil Uji Instrumen