• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

KAMIS, 15 APRIL 2010

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 19/PUU-VIII/2010 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PEMOHON

- H.M. Bambang Sukarno

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Kamis, 15 April 2010, Pukul 14.00 – 14.45 WIB

Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Ahmad Fadlil Sumadi (Ketua)

2) Harjono (Anggota)

3) Muhammad Alim (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: Pemohon:

(4)

1. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Sidang untuk Perkara Nomor 19/PUU-VIII/2010 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Saudara Pemohon bernama Drs. H.M. Bambang Sukarno, benar? Saudara sebagai Prinsipal maju sendiri, begitu ya?

2. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya, Yang Mulia.

3. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Saudara mengajukan permohonan pengujian formil, begitu ya?

4. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya.

5. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

6. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Betul, Yang Mulia.

7. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Coba Saudara jelaskan kepada kami Majelis Hakim atau Panel Hakim yang hari ini memeriksa perkara Saudara dengan maksud untuk memberikan nasihat-nasihat nanti manakala ada hal-hal yang perlu diberikan nasihat. Dan nasihat itu menjadi hak Saudara dan kewajiban kami Hakim ini, dan karena merupakan hak Saudara maka Saudara punya hak pula untuk memanfaatkan nasihat itu dalam rangka memperbaiki permohonan Saudara kalau memang dianggap kurang baik,

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.00 WIB

(5)

dan atau juga Saudara punya hak pula untuk bertahan dengan permohonan yang sudah Saudara buat ini.

Disilakan untuk diceriterakan secara lebih ringkas apa yang Saudara maksudkan dengan pengujian formil itu kok Saudara lalu menunjuk Pasal 113 ayat (2) tapi kok Saudara mengajukan pengujiannya dengan pengujian formil, begitu. Lalu kalau saya lihat di petitumnya ini juga Saudara minta hanya Pasal 113, tapi kok Saudara mengajukan permohonan formil, begitu ya. Coba dijelaskan kepada kami ini, nanti akan kami dengarkan dan akan kami berikan nasihat kalau memang ada hal yang kurang atau bahkan tidak tepat.

Silakan Saudara.

8. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia.

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum wr. wb.

Salam sejahtera buat kita semua, selamat sore.

Terima kasih, Yang Mulia. Pertama-tama saya panjatkan syukur kehadirat Allah SWT, bahwa pada sore hari ini saya bisa hadir di ruang sidang yang terhormat di Mahkamah Konstitusi, sidang pertama dengan surat undangan hadir di sini Nomor 274.19/PAN.MK/4/2010 Perihal Sidang Panel, Kamis, tanggal 15 April 2010, jam 14.00 WIB.

Yang Mulia, kenapa saya mengajukan Pasal 113 ayat (2) terkait surat permohonan pengajuan materiil terhadap Mahkamah Konstitusi dilatarbelakangi adalah bahwa saya ini penduduk asli Temanggung yang Ibu saya itu juga dari Desa Petarangan, Kabupaten Temanggung, penghasil tembakau, jadi Embah, Paklik, Bulik, dan saudara-saudara di sana. Saya kecil dulu juga ikut diajak ke tegal, ke sawah untuk mencangkul, menanam tembakau dan sebagainya.

Namun demikian, setelah saya lihat masyarakat yang lain, tidak hanya Temanggung, Indonesia pada umumnya, dengan hadirnya, dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan, Bab VI bagian ke 17, Pengamanan Zat Adiktif, Pasal 113 ayat:

(1) Pengamanan penggunaan bahan mengandung zat adiktif diarahkan tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungan.

(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau pada cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.

(3) Produk peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar/atau persyaratan yang ditetapkan.

(6)

Di Pasal 113 ayat (2) kami melihat, mencermati, setelah banyak keluhan dari teman, saudara, dan masyarakat, kami mencoba mempelajari Undang-Undang 36 Tahun 2009 khususnya Pasal 113 ayat (2). Di dalam Undang-Undang 36 Tahun 2009 di ketentuan umum, Pasal 1 tidak ada yang mengatakan yang ada istilah yang mengatakan zat adiktif adalah, tidak ada. Langsung muncul di Pasal 113 ayat (2) menyinggung soal zat adiktif ini meliputi tembakau, menyebut salah satu jenis tanaman tembakau, salah satu jenis tanaman pertanian tembakau. Padahal yang mengakibatkan orang tidak sehat, merugikan dirinya dan sebagainya termasuk dalam Pasal 125 ayat (2) itu masih banyak sebenarnya tanaman pertanian lainnya.

Jadi saya berpikiran bahwa Pasal 134 ayat (2) ini dan prosesnya begitu cepat waktu itu di DPR, tadinya saya melihat ini apa maksud dan tujuan pemerintah untuk memasukkan zat adiktif di Pasal 113 ini? Karena sekali lagi saya sampaikan di ketentuan umum tidak ada menyebut zat adiktif, pengertian zat adiktif itu tidak ada ketentuan umum dari beberapa ayat di Pasal 1 di Undang-Undang 36 Tahun 2009. Sehingga kami mengajukan ini karena dampak daripada ayat ini kalau ini nantinya menjadi payung hukum produk-produk pertanian yang lain, yang lain tidak akan kena, hanya tembakau atau produk yang mengandung tembakau.

Produk yang mengandung tembakau jelas ini adalah rokok. Sementara kita Indonesia khususnya Temanggung yang punya 3 gunung, Yang Mulia, yaitu Sumbing, Sindoro, Merbabu itu adalah penghasil tembakau terbaik, tembakau “srintil” namanya, yang menjadi lauk pauknya rokok kretek Indonesia termasuk Madura dicampur dengan tembakau lain dari Jawa Timur maupun dari Mataram, Lombok. Dan pasti rokok kretek memerlukan cengkeh, cengkeh Indonesia. Jadi seluruh cengkeh Indonesia pasti diserap di rokok kretek yang merupakan ciri khas rokok Indonesia, dan ini kebanggaan Indonesia, yang seharusnya pemerintah melindungi, melindungi dari jenis tanaman yang merupakan unggulan Indonesia, spesifik Indonesia rokok kretek.

9. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Saya ingatkan, ini tempat mic-nya untuk tidak disentuh supaya tidak gludhak-gludhuk.

10. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia. Jadi itu, Yang Mulia. Jadi kalau kita sebagai bangsa Indonesia dan juga kita bangga dengan seluruh hasil kekayaan Indonesia. Nggak saya sentuh bunyi ini mic-nya.

Mohon maaf, Yang Mulia. Jadi kalau kita sebagai bangsa Indonesia, saya sebagai penduduk asli Temanggung saya merasa prihatin dengan adanya munculnya zat adiktif ini. Di poin Pasal 113 ayat

(7)

(2) kami ini akan mengurangi kalau ternyata pemerintah ingin mengurangi produk tembakau tidak harus di Undang-Undang Kesehatan. Bahkan seharusnya pemerintah harus munculkan undang-undang yaitu perkebunan tembakau rakyat Indonesia harus ada, dan ini harus dilindungin oleh negara, oleh pemerintah yang berdaulat. Ini justru sebaliknya. Apapun alasannya dampaknya kepada rakyat petani tembakau cengkeh di seluruh Indonesia khususnya Temanggung yang mempunyai penghasilan tembakau yang roda perekonomian Temanggung ini kalau tembakau baik Temanggung dengan slogan “Bersenyum” akan senyum betul dan seluruh Indonesia harga baik Indonesia juga akan menuai kebaikan ini. Jadi kita…, saya melihat bahwa kembali lagi ke Pasal 113 ayat (2) yang saya sampaikan di dalam permohonan kami, mohon dicabut karena ini merugikan rakyat, masyarakat pertembakauan dan cengkeh, tenaga kerja yang terserap dari pihak-pihak terkait yang terkait dengan pertembakauan ini.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 tujuan dan hakikat konstitusi adalah yang pertama adalah Keadilan. Yang kedua adalah kepastian. Yang ketiga adalah kebermanfaatan. Tiga aspek inilah yang harus dipenuhi oleh suatu pruduk undang-undang. Apabila ini tidak, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan perdebatan ataupun merugikan masyarakat, ini jauh akan bertentangan dengan Pembukaan Undang Dasar 1945 dan pasal-pasal yang ada di Undang-Undang Dasar 1945. Dengan harapan ini saya berharap Yang mulia, karena juga saya melihat Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 juga tidak ada sinkronisasi dan harmonisasi dengan undang-undang yang lain. Salah satu contoh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, Undang-undang 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sehingga sinkronisasi dan harmonisasi saja sudah nggak ada, sehingga kami berharap pada Yang Mulia, saya akan menyampaikan secara singkat saja keinginan kami adalah mohon kiranya Yang Mulia mengabulkan permohonan kami bahwa Pasal 113 ayat (2) untuk dicabut karena ini dampaknya luar biasa, Pak.

Jadi itu mungkin yang saya sampaikan sementara namun saya tentunya semua ada kembali kepada Yang Mulia dalam persidangan-persidangan selanjutnya. Dan kalau ada koreksi dari apa yang kami sampaikan karena saya memang dengan niat, kami mengajukan ini karena keprihatinan kami dan mohon maaf kami tidak pakai pengacara, saya buat, saya dengan hati nurani saya, dengan pikiran kami saya curahkan yang ada di permohonan ini tentunya tidak sempurna karena saya ke sini sampai 9 kali, 10 kali baru bisa diterima Yang Mulia oleh penerima naskah. Sehingga kalau ada kekurangannya tentunya mohon diperbaiki dan kami... kalau memang kami harus mempertahankan ya

Insya Allah kami akan pertahankan tapi kalau ada masukan atau petunjuk, hal-hal tadi, nasihat tadi dari Yang Mulia akan kami pertimbangkan dan akan kami lihat sejauh mana.

(8)

Saya kira itu Yang Mulia, terima kasih.

11. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Ya, saya sudah mendengar berarti sore ini dan juga sudah membaca permohonan Saudara. Yang perlu saya beritahukan yang pertama dalah mengenai pengertian pengujian formil. Saudara nanti bisa membuka Pasal 51 ayat (3) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003. Pengujian formil itu terdapat di dalam ayat (3) yang bunyinya sebenarnya begini, “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)...”, ayat (2) itu uraian mengenai permohonan supaya jelas tentang hak dan/atau kewenangan konstitusional yang Saudara punya tapi biarlah itu dulu kita kesampingkan dulu, tapi saya ingin menjelaskan lebih dulu tentang pengertian pengujian formil. “Dalam permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pemohon wajib menguraikan dengan jelas....” , sudah ketemu, Pak?

12. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Sudah.

13. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

“...a. Pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu yang disebut dengan pengujian formi”. Jadi pengujian yang didasarkan atau yang argumentasinya atau yang positanya atau yang alasannya bahwa undang-undang itu pembentukannya tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Dasar 1945. Misalnya undang-undang itu kan seharusnya dibuat oleh DPR dengan persetujuan presiden, diundangkan dalam lembaran negara, prosesnya bisa dari presiden, bisa dari DPR dan seterusnya, ini kan pengujian formal. Sehingga kalau undang-undang dibatalkan itu seluruhnya, bukan hanya pasal yang seperti Saudara maksud tadi. Karena pembentukan undang-undangnya, itu satu ya.

Kalau melihat uraian Saudara tadi, sepertinya saya hanya menangkap sepertinya, Saudara itu kan minta hanya Pasal 113 ayat (2), itu berarti pengujian itu terkait dengan materi muatan ayat. Bisa ayat, bisa pasal, atau bahkan bisa bagian dari undang-undang yang Saudara menganggap ayat atau materi di dalam ayat atau pasal itu bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Itu namanya pengujian materiil. Kalau didasarkan kepada Pasal 51 ayat (3) ini apa yang Saudara mau berbeda dengan apa yang Saudara tulis. Saudara minta supaya hanya Pasal 113 ayat (2) kok pengujiannya formal. Begitu, ya?

(9)

14. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya, terima kasih.

15. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Kemudian yang kedua, masih Pasal 51. Pasal 51 itu, ayat (1) nya bunyinya begini,.... ketemu kan Pak, ya?

16. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Sudah, Pak.

17. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

“Pemohon adalah pihak yang menganggap hak dan atau kewenangan konstitusionalnya dirugikan”. Ini ada dua hal. Saudara harus mengkonstruksikan diri Saudara punya hak konstitusional.

Ya, Pak, ya?

18. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya, Pak.

19. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Hak konstitusional itu artinya hak yang diatur berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 atau konstitusi apa yang..., konstitusi kan tidak hanya Undang-Undang Dasar, tapi yang paling gampang kan Saudara merujuk kepada Undang-Undang Dasar. Hak yang Saudara punya itu dirugikan dengan berlakunya Pasal 113 tadi. Saudara punya hak A misalnya, kemudian Pasal 113 itu Saudara merasa dirugikan dengan berlakunya dia. Pasal 113 itu berlakunya merugikan hak Saudara, sehingga A tadi menjadi hilang. Konstruksi seperti ini tidak ada di sini. Di permohonan Saudara itu tidak ada. Oleh karena itu Saudara perlu mengkonstruksi kembali di dalam permohonan Saudara. Jadi begini Pak, yang punya hak konstitusional itu..., di dalam Pasal 51 itu dilihat Pak, ada A, ada B, ada C, ada D. Ya kan, Pak?

20. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

(10)

21. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Ada perorangan, itu bisa juga kelompok orang. Ada kesatuan masyarakat hukum adat, itu berarti komunitas, ya kan Pak?

22. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya.

23. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Ada badan hukum publik atau privat, bisa PT, bisa apa yang badan hukum publik itu pramuka misalnya itu badan hukum publik. Kemudian ada lembaga negara, misalnya pemerintah daerah itu pemerintahan daerah itu kan lembaga negara, misalnya itu. Itu misal-misal saja. Itu yang menurut Pasal 51 memiliki hak dan/atau kewenangan konstitusional. Saudara termasuk yang mana dari keempatnya ini? Ini menurut bahasa Mahkamah Konstitusinya kualifikasi Saudara itu perorangan, atau komunitas, atau badan hukum, atau lembaga negara? Ini harus clear. Ini tampaknya sudah ada, Saudara mengkualifikasi diri sebagai perorangan. Perorangan itu hak konstitusionalnya apa? Dicari! Hak konstitusional itu dirugikan oleh berlakunya undang-undang ini apa tidak? Bentuk kerugiannya apa? Kerugiannya itu riel, aktual, apa masih berpotensi? Sudah nyata atau masih merupakan potensi? Kalau nyata berapa ruginya, apa ruginya, begitu. Begitu Pak, ya?

24. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya.

25. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Itu diuraikan nanti di dalam apa yang disebut dengan kedudukan hukum.

Lalu yang berikutnya lagi, kewenangan. Ini Saudara tidak urut ini. Kalau kewenangan Mahkamah itu harus diurut dari Undang-Undang Dasar 1945. Ini sudah benar, tapi tidak urutnya itu kalau sudah menyebutkan C kok lalu Pasal 24 ayat (2) di bawahnya, mestinya kan ini di atasnya. Baru sesudah itu di bawahnya 24C, baru sesudah itu Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Nomor 24, pasal berapa, misalnya ini Pasal 10 ayat (1) huruf a Saudara disebut Pasal 10 ayat (1). Ayat (1) kan banyak, kan gitu kan? Itu mestinya Saudara sebutkan. Di antara Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang Mahkamah Konstitusi itu ada Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman juga. Itu Saudara harus cari itu. Jadi itu konstruksi kewenangannnya seperti itu ya Pak, ya. Itu

(11)

kewenangannya seperti itu sehingga karena ini termasuk pengujian undang-undang sehingga Mahkamah Konstitusi itu menurut konstruksi Saudara berwenang. Tapi mengujinya apakah formil atau materiil harus jelas. Ini tidak jelas.

Kemudian yang berikutnya lagi tentang pokok permohonan. Pokok permohonan itu harus Saudara sebutkan kalau Saudara alasan-alasannya itu sejak preambul itu hak konstitusional apa ada di dalam preambul itu? Kalau ada, mana? Kata apa di dalam preambul itu yang menjadi hak Saudara? Misalnya kalau Saudara dalam hal pendidikan Saudara punya hak untuk memperoleh pendidikan berdasarkan preambul yaitu pada alinea keempat yang berbunyi begini, kan begitu. Lha ini tidak ada. Dan seterusnya nanti dijelaskan argumentasinya apa? Argumentasi itu diurutkan, Pak. Ini berdasarkan teks undang-undang, ini berdasarkan teori yang Saudara dapat dari ilmu pengetahuan mengenai hukum, mengenai konstitusi, terserah. Melalui penalaran yang Saudara punyai.

Kemudian yang terakhir tentang petitum namanya. Kalau Saudara mengutip itu sebaiknya Saudara cetaknya miring tidak tegak begini sehingga hakim susah untuk ini…, ini kutipan atau ini karangan Saudara atau ini…, kalau kutipan miring sebaiknya ya Pak, ya. Ini hanya teknik saja. Lalu menerima, mengabulkan itu sudah oke, bertentangan itu yang keduanya sudah oke, kemudian yang ketiga dicabut itu tidak ada dicabut. Ini Saudara mesti kembali menengok Pasal 57, kalau dikabulkan itu pasalnya tidak dicabut tapi dinyatakan tidak mengikat secara hukum atau bunyi persisnya nanti dilihat di Pasal 57.

Saya kira ini sudah selesai dari saya, baru dari saya, lha

selanjutnya akan saya serahkan kepada Pak Alim terlebih dahulu. Oh,

Pak Harjono terlebih dahulu disilakan. Yang Mulia Hakim Harjono.

26. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Terima kasih, Pak Ketua. Jadi Bapak Bambang Sukarno, Bambang ini bukan sarjana hukum tapi mencoba untuk membuat satu permohonan yang permohonannya ditentukan rambu-rambunya oleh undang-undang. Oleh karena itu apa yang disampaikan oleh Pak Ketua Sidang tadi itulah yang harus diperhatikan di dalam penyusunan itu. Saya akan sederhanakan saja. Masyarakat atau Pemohon yang bisa salah satu dari Pasal 151 tadi, perorangan atau kelompok perorangan, masyarakat hukum adat, lembaga negara, kemudian badan hukum, yang kemudian memohon tentang pengujian undang-undang maka ada 2 macam pengujian undang-undang. Macam pertama formil, macam kedua materiil. Tapi sebuah permohonan mungkin bisa formil saja, mungkin bisa materiil saja, mungkin bisa formil bersama-sama materiil. Ini Pak Bambang sudah memilih formil.

Tadi disebut di dalam ketentuan Pasal 51, apa sih beda formil dan materiil? Kalau formil itu yang dimasalahkan oleh Pemohon adalah

(12)

bahwa Pasal 51 ayat (3) pembentukan undang-undang tidak memenuhi ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi artinya ini adalah membuatnya undang-undang dulu cacat, itu namanya formil. Caranya cacat, penuangannya cacat, cacat hukum itu formil. Tapi karena ini permohonan, kalau toh ada undang-undang yang kemudian cacat dibuat, itu tidak semua orang kemudian bisa memasalahkan kecuali orang yang bisa mendalilkan bahwa “cacatnya undang-undang itu telah merugikan hak konstitusional saya”. Mungkin cacatnya undang-undang itu merugikan hak konstitusional Bapak tapi untuk orang lain tidak merugikan, nah ini harus dibedakan, kenapa kemudian cacat pembentukannya itu merugikan pada Bapak, itu yang disebut demikian membahas masalah legal standing.

Kalau dilihat apa yang dimaksud dengan pengujian materiil lalu dihubungkan Pasal 51 ayat (3a) maka fokusnya itu adalah bagaimana sih harusnya membuat undang-undang menurut Undang-Undang Dasar?

Kok saya kemudian melihat bahwa itu ada cacatnya, dilihat ketentuan standarnya dulu baru bisa diukur ini ada cacat. Kalau itu pengajuan undang-undang secara formil lalu dasar yang digunakan untuk mengukur cacatnya itu nanti itu akan berbeda dengan kalau itu pengujian materiil. Kalau pengujian materiil itu yang dimaksud adalah materi muatan dalam ayat, pasal dan atau bagian undang-undang dianggap bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. Sudah ada jelas di sini. Kalau di atas pembentukannya tanpa menyebut ayat, pasal, bagian tapi kalau materi disebut muatan dalam ayat, pasal atau bagian undang-undang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Kalau Bapak tadi membuat permohonan ini lalu njujug Pasal 113 saja itu kira-kira kalau bunyi pasal itu adanya di B. Kalau adanya di B berarti itu bukan pengujian formil, materiil itu. Jadi Bapak harus memposisikan kalau tetap seperti itu pengujiannya materiil.

Sebagaimana tadi juga pengujian formil, pengujian materiil pun juga harus dibuktikan juga. Karena ada pasal itulah maka saya dirugikan hak konstitusional saya. Bapak tadi cerita semua, masyarakat, rakyat, tembakau yang ciri khas Indonesia, maka kalau itu dimuat saya dirugikan. Cuma masalahnya kerugian yang mungkin Bapak terima tadi mungkin kerugian ekonomi. Tolong kerugian ekonomi itu kalau dikaitkan dengan bagaimana kerugian ekonomi itu bisa dicantelkan dengan hak konstitusi yang ada di Undang-Undang Dasar. Mungkin tidak hanya satu pasal saja, beberapa pasal. Itu konstruksi berpikir bagaimana menyusun permohonan ini. Saya kira itu garis besarnya sehingga dengan demikian kira-kira arah pasti ini penyempurnaan dilakukan.

27. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

(13)

28. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Arah bagaimana itu disempurnakan tadi sudah disampaikan oleh Bapak Ketua dan saya tadi juga menggarisbawahi apa yang sudah disampaikan. Nanti kalau sudah seperti itu jelas ke arah mana pengujian ini akan dipusatkan, difokuskan. Cuma kemudian Bapak juga harus memikirkan, karena hanya dengan kata tembakau saja seolah-olah kemudian ini tidak benar kalau menyebut tembakau sebagai zat adiktif dengan dasar pikiran bahwa tembakau yang ada di masyarakat Temanggung itu tembakau yang sangat khusus kualitasnya, jenisnya dan menghidupi banyak orang. Jadi apakah itu kemudian cukup untuk memberikan alasan bahwa khusus menghidupi banyak orang itu kemudian mendapat perlakuan yang berbeda dengan zat adiktif sebagaimana dimaksud dalam 113 itu. Bapak kan mengatakan ini kan tembakau ini punya kekhususan (...)

29. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya.

30. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Oleh karena itu mestinya harus dilindungi, tidak harus malah dibatasi dengan adiktif. Jadi ini yang juga jadi perhatian Bapak nanti untuk membuat alasan, tadi sudah secara lisan disampaikan apakah cukup kuat untuk mengatakan bahwa..., untuk menentukan bahwa tembakau itu harus perlakuan khusus. Umpama saja dengan alasan-alasan Bapak tadi, kalau itu ganja bagaimana? Ganja itu ada banyak di Indonesia, kalau mau dijual harganya lebih mahal dari tembakau, zatnya juga adiktif. Apa alasan Bapak itu juga berlaku untuk ganja sehingga ganja nanti nasibnya juga seperti tembakau juga? Tapi kan ini untuk bahwa pikiran-pikiran tadi kenapa harus berlaku dengan tembakau? Kenapa tidak berlaku dengan ganja juga? Kalau tidak berlaku dengan ganja harus ada alasannya. Kalau alasannya hanya pada tembakau yang itu juga bisa digunakan ganja mestinya ganja juga bisa mendapat perlindungan, ya kan?

31. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya.

(14)

32. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Harus dibedakan juga, harus ada alasan-alasan. Itulah saya kira tidak secara langsung tapi memberi rambu-rambu, memberi pengarahan agar supaya nanti kalau memperbaiki itu lebih jelas.

33. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia.

34. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Itu yang bisa saya sampaikan, terima kasih.

35. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Tadi juga saya, maaf, tadi saya..., jenis tanaman lain itu termasuk ganja, anggur dan sebagainya masih banyak sebetulnya yang tidak dimasukkan.

36. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Ya makanya, apakah itu harus disamakan dengan tembakau yang harus Bapak itu ataukah ini tembakau bisa begini tapi kalau ganja tidak bisa, nah kenapa tidak bisa? Nah, itu barangkali, ya?

37. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia.

38. HAKIM ANGGOTA : HARJONO

Terima kasih, Pak Ketua.

39. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Selanjutnya, Yang Mulia Hakim Muhammad Alim.

40. HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM

Terima kasih, Pak Ketua. Saya baca di permohonan Pemohon itu yang diuji adalah Pasal 113 ayat (2). Coba Saudara Pemohon ya, saya baca perlahan-lahan.

(15)

41. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Ya, Yang Mulia.

42. HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM

“Zat adiktif yang dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau ini, ini, ini…… yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan atau masyarakat sekelilingnya”. Ini belum ada satu pengaturan, cuma dikatakan zat adiktif itu tembakau. Kalau saya melihat Pemohon, itu ada ketentuan di ayat (3), coba lihat ayat (3), “Produksi, peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif itu harus memenuhi syarat standar, ini yang memberatkan. Jadi kalau saya pada ayat (2) tok ini, belum ada sanksi apa-apanya. Kalau ayat (1), (2), (3) baru…., ini nanti terserah pada Pemohon dipikirkan baik-baik, karena di ayat (3) dikatakan, “Produksi, peredaran dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi standar dan atau persayaratan yang ditetapkan”. Tetapi kalau ayat (2) sendiri juga mengatakan tembakau itu adiktif belum ada satu anu…. coba Bapak baca. Kalau ayat (1), “Pengamanan penggunaan itu ada ketentuan, begitu lho. Tetapi kalau khusus ayat (2) mengatakan yang termasuk zat adiktif itu adalah diantaranya tembakau, produk ini, ini, ini…., tidak ada satu larangan, ini menurut bacaan saya. Tetapi itu terserah kepada Pemohon.

43. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia

44. HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM

Tetapi kalau ayat (3), Produksi termasuk produksi tembakau, peredaran dan penggunaan karena ini zat adiktif kata ayat (2) itu mesti ada kaitannya dengan ini, Pak. Karena di sini yang dikatakan “harus memenuhi standar”. Jadi kan ada pengaturan di situ. Kalau ayat (2) nya sendiri cuma mengatakan zat adiktif ini, tembakau ini, ini, ini…, bisa membahayakan diri sendiri atau orang lain. Tetapi belum ada satu semacam pembatasan peredaran, pembatasan produksi dan lain-lain. Tapi kalau ayat (3) jadi mungkin kalau Pemohon berkenan bisa ditambah dengan ayat lagi ibaratnya.

45. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

(16)

46. HAKIM ANGGOTA : MUHAMMAD ALIM

Terima kasih, Pak Ketua.

47. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Saya kira sudah cukup nasihat yang diberikan itu. Kepada Saudara sekarang seperti tadi disampaikan oleh para Hakim bahwa Saudara dapat mempertimbangkan atau tidak mempertimbangkan nasihat-nasihat tadi, dapat Saudara pertimbangkan lalu digunakan untuk memperbaiki atau Saudara bertahan dengan permohonan ini saja, disilakan sepenuhnya kepada Saudara.

Nah, sekarang saya ingin tanya kepada Saudara, apakah Saudara ada hal yang ingin disampaikan kepada Majelis ini?

48. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia. Beberapa nasihat tadi akan kami pertimbangkan dan akan saya perbaiki, karena kemarin sampai 9 kali dan kami yakin itupun belum sempurna, tapi dalam sidang ini saya yakin tadi beberapa masukan dan Insya Allah akan saya perbaiki, akan saya pertimbangkan nasihat dari Yang Mulia, 3 hakim, dan kami mohon waktu kira-kira berapa lama, Yang Mulia?

49. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Ya, yang kedua yang Saudara perlu tahu, sekiranya pun nanti Saudara mempertimbangkan lalu memperbaiki atas dasar nasihat ini, itu bukan merupakan satu jaminan bahwa permohonan Saudara akan dikabulkan, karena dikabulkan dan tidaknya nanti bergantung pada apakah argumentasi Saudara itu dapat dibuktikan bahwa pasal itu bertentangan benar-benar dengan UUD 1945 atau tidak.

50. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Saya mengerti, Yang Mulia.

51. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Jadi saudara sudah mengerti, ya. Jadi nanti tidak ada kata dari Saudara atau kalimat dari Saudara yang menyatakan, “Lho saya sudah memperbaiki sesuai nasihat Hakim malah ditolak”, misalnya itu. Ya, ini tidak ada kaitannya dengan dikabulkan atau ditolak, tapi kaitannya penulisan permohonan Saudara ini supaya menjadi jelas, supaya menjadi lengkap. Kalau dikabulkan itu soal yang lain, bukan soal jelas dan lengkap tapi soal terbukti menurut hukum apa tidak, begitu ya.

(17)

52. PEMOHON : H.M. BAMBANG SUKARNO

Terima kasih, Yang Mulia, saya memahami itu.

53. KETUA : AHMAD FADLIL SUMADI

Kalau memang sudah begitu, ya... sebenarnya waktu 14 hari paling lama tetapi saya menyarankan Saudara tidak usah menggunakan sebanyak hari itu lah, ya satu, dua, tiga hari yang akan datang Saudara perbaiki kalau bisa sudah selesai segera saja diserahkan, jangan sampai lebih dari 14 hari, karena kalau lebih dari 14 hari yang berlaku ya permohonan ini bukan perbaikannya, begitu ya. Saya kira sudah cukup Pak Hakim? Pak Alim?

Karena persidangan ini sudah dipandang cukup maka selanjutnya sidang dinyatakan ditutup.

Jakarta, 16 April 2010

Kepala Biro Adminstrasi Perkara dan Persidangan TTD

Kasianur Sidauruk

KETUK PALU 3 X

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Per- aturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah

Interpretasi tersebut berarti bahwa semakin besar perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibandingkan terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat

Penelitian saat ini menggunakan skala auditor sebagai proksi dari variabel kualitas audit, Net Profit Margin untuk rasio profitabilitas, dan Quick Ratio untuk

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor psikologi, lingkar lengan atas (LLA), pertumbuhan janin dan berat badan lahir rendah terhadap kejadian gizi

segala puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan telah menjadikan kami orang orang islam. doa

Perbedaan antara peneliti Aliyah Rasyid Baswedan, dkk dengan peneliti yang sekarang adalah jika penelitian Aliyah Rasyid Baswedan, dkk terfokus pada

Untuk menampung container yang isinya terdiri dari berbagai komponen dan komponen yang telah dibuat dapat ditempatkan sesuai dengan posisi yang kita inginkan3. • Apa default

Prioritas Pembangunan sampai dengan program dan kegiatan oleh Bappeda dan Perangkat Daerah Kabupaten pada rangkaian Musrenbang Kabupaten, dan memperhatikan