• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Gorontalo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Gorontalo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

 Pada bulan September 2017, NTP (NTP Umum) Provinsi Gorontalo tercatat sebesar 105.48 atau mengalami kenaikan sebesar 0.10 persen bila dibandingkan keadaan bulan Agustus 2017 yang tercatat sebesar 105.37. NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 108.30 untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P), 112.05 untuk Subsektor Hortikultura (NTP-H), 102.56 untuk Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R), 101.47 untuk Subsektor Peternakan (NTP-T) dan 100.53 untuk Subsektor Perikanan (NTN).

 Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 107.57 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105.48, Provinsi Maluku Utara sebesar 101.65, Provinsi Maluku sebesar 101.33, Provinsi Papua Barat sebesar 100.29, dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,02. Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,99, Provinsi Papua sebesar 93.75, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 94.01, dan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 94.43. NTP nasional sebesar 102.22 mengalami kenaikan sebesar 0.61 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101.60.

 Pada September 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1.23 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang signifikan pada satu kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu pada kelompok bahan makanan sebesar -2.52 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi naik 0.07 persen, perumahan 0.14 persen, sandang 0.06 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0.05 persen, dan trasportasi dan komunikasi 0.26 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Gorontalo pada September 2017

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO

Perkembangan Nilai Tukar Petani

September 2017 Provinsi Gorontalo

NTP

(NTP Umum)

Provinsi Gorontalo

tercatat sebesar

105.48 mengalami

kenaikan sebesar

0.10 persen bila

dibandingkan

keadaan bulan

Agustus 2017

(2)

2

1.

Nilai Tukar Petani (NTP)

NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Mulai Desember 2013 dilakukan perubahan tahun dasar dalam penghitungan NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergesaran pola produksi pertanian dan pola konsumsi rumah tangga pertanian di perdesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian dan provinsi dalam penghitungan NTP, agar penghitungan indeks dapat dijaga ketepatannya.

Perbedaan antara NTP tahun dasar 2007=100 dengan NTP tahun dasar 2012=100 adalah meningkatnya cakupan jumlah komoditas baik pada paket komoditas It maupun Ib. Penghitungan NTP (2012=100) juga mengalami perluasan khususnya pada Subsektor Perikanan yaitu Perikanan Tangkap Nelayan (NTN) dan Perikanan Pembudidaya Ikan (NTPi) juga disajikan secara terpisah.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Prov. Gorontalo Agustus – September 2017 Per Subsektor serta Perubahannya (2012=100)

Subsektor Agustus 2017 September 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Gabungan

a. Nilai tukar petani (NTP) 105.37 105.48 0.10

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 135.29 134.24 -0.78

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128.40 127.27 -0.88

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.79 134.11 -1.23

- Indeks BPPBM 111.42 111.59 0.16

Gabungan tanpa Perikanan

a. Nilai tukar petani (NTP) 105.73 105.76 0.03

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 135.74 134.60 -0.84

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128.38 127.27 -0.87

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.63 133.99 -1.21

- Indeks BPPBM 111.50 111.67 0.16

1. Tanaman Pangan

a. Nilai tukar petani (NTPP) 108.46 108.30 -0.15

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 144.78 143.01 -1.23

- Padi 125.98 125.48 -0.40

- Palawija 161.69 158.77 -1.81

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 133.49 132.05 -1.08

(3)

Subsektor Agustus 2017 September 2017 Persentase Perubahan

(1) (2) (3) (4)

- Indeks BPPBM 116.42 116.43 0.01

2. Hortikultura

a. Nilai tukar petani (NTPH) 113.54 112.05 -1.32

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 148.27 144.78 -2.35

- Sayur-sayuran 153.62 149.36 -2.78

- Buah-buahan 122.61 122.92 0.26

- Tanaman Obat 112.73 111.29 -1.28

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 130.58 129.22 -1.05

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 135.24 133.57 -1.23

- Indeks BPPBM 108.67 108.74 0.06

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Nilai tukar petani (NTPR) 100.15 102.56 2.40

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 133.36 135.09 1.29

- Tanaman Perkebunan Rakyat 133.36 135.09 1.29

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 133.16 131.72 -1.08

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 137.62 135.82 -1.31

- Indeks BPPBM 112.77 112.97 0.17

4. Peternakan

a. Nilai tukar petani (NTPT) 102.17 101.47 -0.68

b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 120.87 119.66 -1.00

- Ternak Besar 119.08 117.90 -0.99

- Ternak Kecil 122.23 120.73 -1.23

- Unggas 125.14 123.95 -0.95

- Hasil Ternak 125.97 124.70 -1.01

c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 118.30 117.92 -0.33

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132.84 131.45 -1.05

- Indeks BPPBM 106.93 107.33 0.38

5. Perikanan

a. Nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan (NTNP) 99.02 100.53 1.52

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 127.40 127.88 0.38

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 128.66 127.21 -1.12

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138.52 136.24 -1.65

- Indeks BPPBM 110.00 110.13 0.12

5.1. Perikanan Tangkap

a. Nilai tukar nelayan (NTN) 104.62 106.33 1.64

b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan(It) 135.02 135.71 0.51

- Penangkapan 135.02 135.71 0.51

c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 129.06 127.63 -1.11

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138.53 136.25 -1.65

- Indeks BPPBM 111.77 111.89 0.11

5.2. Perikanan Budidaya

a. Nilai tukar pembudidaya ikan (NTPi) 82.81 83.69 1.06

b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It) 105.59 105.47 -0.11

- Budidaya air tawar 110.81 110.49 -0.28

- Budidaya air laut 102.84 102.84 0.00

- Budidaya air payau 130.09 128.78 -1.01

c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib) 127.50 126.02 -1.16

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 138.48 136.20 -1.65

- Indeks BPPBM 104.91 105.08 0.17

(4)

4

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Gorontalo pada September 2017, NTP naik 0.10 persen dibandingkan NTP Agustus 2017, yaitu dari 105.37 menjadi 105.48.

Gambar 1.

Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo Januari 2016 – September 2017

Pada periode Januari 2016 – September 2017, NTP Provinsi Gorontalo tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2016 sebesar 106,46 dan terendah terjadi pada bulan Juli 2017 sebesar 103.79.

Kenaikan NTP September 2017, didorong oleh naiknya NTP yang cukup signifikan pada 2 (dua) subsektor yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 2.40 persen dan subsektor tanaman perikanan sebesar 1.52 persen. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar -0.15 persen, subsektor hortikultura sebesar -1.32 persen, dan subsektor peternakan sebesar -0.68 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Pada September 2017 It turun sebesar -0.78 persen dibanding It Agustus 2017, yaitu dari 135.29 menjadi 134.24. Subsektor yang juga mengalami penurunan indeks yang diterima yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -1.23 persen, subsektor hortikultura sebesar -2.35 persen, dan subsektor peternakan sebesar -1.00 persen.

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada September 2017, Ib mengalami penurunan sebesar -0.88 persen bila dibanding Ib Agustus 2017, yaitu dari 128.40 menjadi 127.27. Penurunan tersebut disebabkan turunnya Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar -1.08 persen, subsektor tanaman hortikultura sebesar -1.05 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar -1.08 persen, subsektor peternakan sebesar -0.33 persen, dan subsektor perikanan sebesar -1.12 persen.

102.00 103.00 104.00 105.00 106.00 107.00 NTP

(5)

Meskipun Indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan, namun secara umum Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan penurunan It.

4.

NTP Subsektor

4.1

Subsektor Tanaman Pangan (NTPP)

Pada September 2017 terjadi penurunan NTPP sebesar -0.15 persen. Hal ini disebabkan oleh turunnya It sebesar -1.23 persen, yang lebih besar dari turunnya Ib yang sebesar -1.08 persen. Penurunan It pada September 2017 karena turunnya indeks pada kelompok padi sebesar -0.40 persen dan kelompok palawija sebesar -1.81 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga adalah gabah, jagung, kacang hijau, dan kacang tanah. Penurunan Ib sebesar -1.08 persen disebabkan turunnya indeks kelompok Konsumsi Rumah Tangga (KRT) sebesar -1.27 persen, meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.01 persen.

4.2

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Pada September 2017, NTPH turun sebesar -1.32 persen. Hal ini disebabkan turunnya It yang lebih tinggi dibanding Ib yaitu sebesar -2.35 persen, sedangkan Ib turun sebesar -1.05 persen.

Penurunan It September 2017 disebabkan turunnya harga pada kelompok komoditas sayur-sayuran sebesar -2,78 persen dan kelompok tanaman obat sebesar -1.28 persen. sedangkan kelompok buah-buahan mengalami kenaikan namun hanya sedikit yaitu sebesar 0.26 persen. Komoditas yang mengalami penurunan harga yaitu bawang merah, cabe rawit, kacang panjang, tomat, jahe, dan kunyit. Untuk nilai Ib terjadi penurunan sebesar -1.05 persen, yaitu dari 130.58 menjadi 129.22. Hal ini disebabkan turunnya indeks pada kelompok KRT sebesar -1.23 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0.06 persen.

4.3

Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada September 2017, NTPR mengalami kenaikan sebesar 2,40 persen. Hal ini didorong oleh kenaikan It sebesar 1.29 persen dan turunnya Ib sebesar -1.08 persen.

Kenaikan It disebabkan oleh naiknya indeks pada komoditi kelapa, cengkeh, buah aren/enau, dan kemiri. Penurunan pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1.31 persen, meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0.17 persen.

4.4

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada September 2017, NTPT turun sebesar -0.68 persen. Hal ini karena It mengalami penurunan sebesar -1.00 persen meskipun Ib juga turun sebesar -0.33 persen.

Penurunan It September 2017 didorong oleh turunnya It pada semua kelompok yaitu kelompok ternak besar sebesar -0.99 persen, ternak kecil sebesar -1.23 persen, unggas sebesar

(6)

6

-0.95 persen, dan hasil ternak sebesar -1.01 persen. Komoditi pada subsektor peternakan yang mengalami penurunan harga adalah komoditi sapi potong, kambing, babi, itik/bebek, ayam buras, ayam ras petelur, dan telur ayam buras. Sedangkan Ib yang turun sebesar -0.33 persen disebabkan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1.05 persen meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.38 persen.

4.5

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada September 2017, NTNP naik sebesar 1.52 persen. It naik sebesar 0.38 persen, dan Ib turun sebesar -1.12 persen. Kenaikan It disebabkan naiknya indeks pada kelompok penangkapan ikan sebesar 0.51 persen meskipun indeks pada kelompok budidaya ikan turun sebesar -0.11 persen.

Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1.65 persen meskipun indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0.12 persen.

a.

Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada September 2017, NTN naik sebesar 1.64 persen. It naik sebesar 0.51 persen dan Ib turun sebesar -1.11 persen. Kenaikan It ini disebabkan oleh naiknya harga di sebagian ikan pada kelompok perikanan tangkap (baronang, kerapu, kurisi, kuwe/bebara, lencam, peperek, tengiri, terbang, teri, tongkol, tuna, dan rajungan). Penurunan yang terjadi pada Ib dikarenakan kelompok KRT turun sebesar -1.65 persen meskipun indeks BPPBM naik sebesar 0,11 persen.

b.

Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada September 2017, NTPi naik sebesar 1.06 persen. Hal ini terjadi karena penurunan It yang sebesar -0,11 persen, lebih kecil dari penurunan Ib yang sebesar -1.16 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya harga komoditi pada kelompok budidaya (ikan lele, nila, dan bandeng). Penurunan Ib sebesar -1.16 persen disebabkan karena turunnya indeks kelompok KRT sebesar -1.65 persen meskipun kelompok BPPBM naik sebesar 0.17 persen.

5.

Perbandingan Antarprovinsi

Dari 10 provinsi di Kawasan Timur Indonesia 6 (enam) provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai sebesar 107.57 yang diikuti Provinsi Gorontalo sebesar 105.48, Provinsi Maluku Utara sebesar 101.65, Provinsi Maluku sebesar 101.33, Provinsi Papua Barat sebesar 100.29, dan Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 100,02. Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,99, Provinsi Papua sebesar 93.75, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 94.01, dan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 94.43. NTP nasional sebesar 102.22 mengalami kenaikan sebesar 0.61 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101.60.

(7)

Tabel 2

Nilai Tukar Petani Provinsi Kawasan Timur Indonesia dan Persentase Perubahannya September 2017 (2012=100)

Provinsi

It Ib NTP

Indeks % Perubahan Indeks % Perubahan Rasio % Perubahan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Sulawesi Utara 117.85 -0.16 126.73 -0.93 92.99 0.79 Papua 120.18 -0.38 128.19 0.07 93.75 -0.44 Sulawesi Tenggara 120.02 -0.18 127.67 -0.21 94.01 0.03 Sulawesi Tengah 122.03 -0.20 129.22 -0.43 94.43 0.23 Sulawesi Selatan 129.03 -0.73 129.01 -0.03 100.02 -0.70 Papua Barat 128.01 0.26 127.64 -0.27 100.29 0.53 Maluku 131.07 0.13 129.34 -0.04 101.33 0.17 Maluku Utara 129.20 0.69 127.11 -0.22 101.65 0.91 Gorontalo 134.24 -0.78 127.27 -0.88 105.48 0.10 Sulawesi Barat 133.06 1.24 123.69 -0.17 107.57 1.41 NASIONAL 130.94 0.49 128.10 -0.12 102.22 0.61

6.

Inflasi Perdesaan

Pada September 2017, terjadi deflasi di daerah perdesaan di Provinsi Gorontalo sebesar -1.23 persen. Deflasi terjadi karena adanya penurunan indeks harga yang signifikan pada satu kelompok pengeluaran rumahtangga, yaitu pada kelompok bahan makanan sebesar -2.52 persen. Sedangkan kelompok makanan jadi naik 0.07 persen, perumahan 0.14 persen, sandang 0.06 persen, pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0.05 persen, dan trasportasi dan komunikasi 0.26 persen.

Tabel 3

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan September 2017 (2012=100)

Provinsi Bahan Makanan Makanan Jadi Peru-mahan Sandang Kese-hatan Pendidikan Rekreasi dan Olah raga Transporta si dan Komuni-kasi Umum/ KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) Papua -0.12 0.22 0.32 0.54 0.05 0.48 0.05 0.07 Maluku -0.05 -0.02 0.02 -0.06 0.00 0.08 0.03 -0.01 Sulawesi Selatan -0.42 0.30 -0.08 0.17 0.16 0.16 0.18 -0.09 Sulawesi Barat -0.58 0.07 0.02 0.08 0.17 0.11 0.00 -0.23 Sulawesi Tenggara -0.88 -0.10 0.38 -0.03 0.34 0.08 0.08 -0.34 Papua Barat -0.82 0.11 -0.15 -0.17 0.16 0.02 0.00 -0.36 Maluku Utara -1.21 0.80 -0.13 0.51 0.12 0.01 0.33 -0.38 Sulawesi Tengah -1.56 0.21 0.02 0.15 0.15 0.24 -0.07 -0.64 Gorontalo -2.52 0.07 0.14 0.06 0.00 0.05 0.26 -1.23 Sulawesi Utara -2.91 0.02 0.45 0.40 0.76 0.01 0.23 -1.24 Nasional -0.83 0.10 0.18 0.12 0.18 0.09 0.16 -0.27

(8)

8

Dari kawasan timur Indonesia terjadi deflasi perdesaan pada 9 provinsi, dan hanya 1 provinsi mengalami inflasi. Deflasi tertinggi yakni Provinsi Sulawesi Utara sebesar -1.24 persen, diikuti oleh Provinsi Gorontalo sebesar -1.23 persen, kemudian Provinsi Sulawesi Tengah sebesar -0.64 persen, Provinsi Maluku Utara sebesar -0.38 persen, Provinsi Papua Barat sebesar -0.36 persen, Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar -0.34 persen, Provinsi Sulawesi Barat sebesar -0.23 persen, Provinsi Sulawesi Selatan sebesar -0.09 persen, dan Provinsi Maluku sebesar -0.01 persen. Provinsi yang mengalami inflasi yaitu Papua sebesar 0.07 persen.

7.

NTUP Subsektor

Pada September 2017 terjadi penurunan NTUP di Provinsi Gorontalo sebesar -0.93 persen. Hal ini disebabkan turunnya It sebesar -0.78 persen sementara Indeks BPPBM naik 0.16 persen. Penurunan NTUP disebabkan oleh turunnya NTUP pada subsektor tanaman pangan sebesar -1.23 persen, subsektor Hortikultura sebesar -2.41 persen, dan subsektor peternakan sebesar -1.38 persen. Sementara subsektor tanaman perkebunan rakyat dan subsektor perikanan naik masing-masing 1.12 persen dan 0.26 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian Agustus – September 2017 per Subsektor dan Persentase Perubahannya (2012=100)

Subsektor Agustus 2017 September 2017 Perubahan

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 124.36 122.82 -1.23

2. Hortikultura 136.43 133.14 -2.41

3. Tanaman Perkebunan Rakyat 118.26 119.58 1.12

4. Peternakan 113.04 111.49 -1.38 5. Perikanan 115.82 116.12 0.26 a. Tangkap 120.80 121.29 0.41 b. Budidaya 100.65 100.37 -0.28 Gorontalo 121.43 120.30 -0.93 Diterbitkan oleh:

Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo

Jl. Prof. Dr. Aloei Saboe No. 117 Kota Gorontalo

Ir. Abd Asman

Kepala Bidang Distribusi Surel: asman@bps.go.id Website: Gorontalo.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Nilai signifikansi pada variabel pengalaman kerja kuadrat yaitu 0,001 sehingga nilai ini lebih kecil dari 0,01 atau tingkat signifikansi 1%, sehingga dapat diambil

Oleh karena kedua aspek di atas sangat penting dimiliki oleh siswa, maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara kedua kemampuan tersebut, yang diharapkan

Asumsi ini didasarkan atas kondisi apabila pemerintah mengeluarkan kebijakan khusus yang berkaitan dengan belanja pegawai akan diikuti dengan pemberian DAU yang

ANALISIS BOOK TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index Tahun 2011-2013). adalah hasil karya

Duodenum merupakan tempat pencernaan makanan secara sempurna menjadi partikel-partikel sari makanan yang siap diserap oleh mukosa usus.. Jejunum dan ileum merupakan tempat

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP STANDAR MUTU STAIN SAR ... Latar Belakang ... Komponen Standar Mutu STAIN SAR ... Pelaksanaan Standar Mutu ... Strategi Pemenuhan Standar STAIN