72 4.1.Profil Perusahaan
PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga saat ini. Sejarah Unilever dimulai pada tahun 1930 sebagai penggabungan dari 2 perusahaan besar yaitu Level Brothers (asal inggris) dengan Margarine Unie (asal Belanda) menjadi satu perusahaan yang diberi nama Unilever. Kantor pusat perusahaan ini terletak pada masing-masing negara asalnya yaitu Unilever Limited di London, Inggris dan Unilever NV di Rotterdam, Belanda.
Pada tanggal 5 desember 1930, PT Unilever mulai mengembangkan sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan pabrik sabun (Lever’s zeepfabriken
NV) yang berlokasi di Angke, Jakarta. Kemudian pengembangan dilanjutkan
dengan mendirikan pabrik margarin pada tahun 1931 dan pabrik makanan pada tahun 1936 dengan nama Van den Bergh’s Fabrieken pada lokasi yang sama. Pada tahun 1941, PT Unilever membuka pabrik personal & soap di surabaya. Dalam perkembangannya, Unilever di Indonesia mendapat pasar yang cukup besar dan mendominasi sebagian besar pasar untuk pulau jawa. PT. Unilever mulai melakukan ekspansi usahanya dengan mendirikan pabrik NSD (Non Soap Detergent) di Angke, mengambil alih pabrik milik
perusahaan Eropa yaitu archa. Dengan pengalaman dan manajemen yang baik serta didukung oleh posisi pasar yang mendukung, PT Unilever Indoneisa tumbuh dan berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dengan cakupan distribusi yang mencapai hampir seluruh wilayah Indonesia. Hingga tahun 1980, PT Unilever mengadakan suatu merger besar di Indonesia antara pabrik-pabriknya yang beroperasi di Indonesia menjadi satu manajemen di bawah naungan PT Unilever Indonesia. Satu tahun kemudian, didukung oleh perkembangan pesat perusahaan, PT Unilever Indonesia melakukan go public dengan penawaran 15% sahamnya pada investor dalam negeri.
Pabrik terakhir PT Unilever yang didirikan di Indonesia adalah pabrik Walls yang berlokasi di kawasan industri Jababeka Cikarang, Bekasi. Pabrik yang berlokasi di Angke ditutup dan dipindah lokasikan ke kawasan industri Jababeka. Hal ini dilakukan karena kawasan Angke sudah dipadati penduduk dan jika PT Unilever terus beroperasi di wilayah tersebut dikhawatirkan akan menggangu komunitas kehidupan yang ada. Selain itu, alasan potensi ekspansi di masa yang akan datang juga melatarbelakangi pemindahan pabrik ke kawasan industri Jababeka tersebut.
PT Unilever Indonesia Tbk. Sampai saat ini mempunyai lokasi 2 pabrik utama yang terletak di kawan industri Jababeka dan Rungkut, Surabaya. Perusahaan ini terbagi menjadi beberapa divisi besar, yaitu :
1) Divisi Makanan
Divisi makanan yang berlokasi di kawasan Jababeka ini terbagi menjadi 2 divisi utama, yaitu Divisi SCC & C (Spread Cooking Category &
Culinery), di mana bagian ini memproduksi produk-produk yang dapat
dikonsumsi langsung dan juga sebagai bahan dasar penunjang masakan, seperti Blue Band, Royco, Knoor, Tara Nasiku, Kecap Bango, Mie and Mie, Lipton Ice Tea, dll. Selain untuk dikonsumsi rumah tangga, Unilever juga memproduksi produk-produk untuk kalangan industri dan usaha.
2) Divisi Tbb (Tea Bag & Beverage)
Divisi ini memproduksi berbagai teh dalam berbagai kemasan, dengan bahan baku dasar daun teh. Sebagai contoh Sari Wangi, Lipton, Bussels, Chyosa, dan Lan-cho.
3) Divisi Es Krim
Pabrik ini berdiri pada tahun 1992 dengan rumah tunggal berlabel “WALL’S”, yang berlokasi tepat di sebelah pabrik food yang ada di Cikarang. Salah satu unggulan Wall’s adalah Magnum yang mengusai pangsa pasar es krim di indonesia.
4) Divisi Personal Care
Pabrik ini terletak di Rungkut, Surabaya. Pabrik ini memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh dan kosmetik, diantaranya : pasta gigi (Pepsodent, Close Up), sabun mandi (Lux, Lifebouy), shampoo (Sunsilk, Clear, Brisk), parfum (Axe), lotion (Citra, Vaselin), rangkaian produk kecantikan (Pond’s) serta rangkaian produk perawatan bayi (Cuddle).
5) Divisi Home Appliance
Pabrik ini berlokasi di Jababeka, cikarang. Pabrik yang dikategorikan sebagai pabrik NSD (Non Soapy Detergent) ini menghasilkan produk utamanya yaitu Rinso. Disamping produk utama tersebut, terdapat produk-produk lain yang diproduk-produksi Unilever di luar pabrik NSD, seperti 3M yang memproduksi Molto, Super Pel, Trika, Refresh dan Sunlight.
4.1.1. Visi dan Misi PT Unilever Indonesia Tbk.
PT Unilever Indonesia Tbk. yang telah menjadi suatu perusahaan manufaktur yang bertaraf internasional mempunyai visi, misi dan nilai yang selalu dipegang untuk mengembangkan sayapnya ke dunia persaingan bebas, antara lain :
1) Visi
2) Misi
• Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi konsumen
• Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas • Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambah dari segala proses • Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orang dengan kinerja yang
tinggi
• Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yang menguntungkan dan memberikan imbalan di atas rata-rata karyawan dan pemegang saham
• Mendapatkan kehormatan karena integritas tinggi, peduli kepada masyarakat dan lingkungan hidup.
4.1.2. Struktur Organisasi
Dalam suatu perusahaan diperlukan adanya kegiatan-kegiatan manajemen yang baik dan terarah. Salah satu fungsi manajemen itu adalah pengorganisasian, yaitu suatu proses penentuan dan pengelompokan peraturan dan macam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada tanggung jawab masing-masing bagian sehingga mempermudah pimpinan untuk mengadakan pengawasan dan meminta tanggung jawab atas tugas yang telah dibebankan pada
masing-masing bagian, menetapkan wewenang secara langusng didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas.
Dengan adanya penyusunan organisasi tersebut, PT Unilever Indonesia Tbk. dalam kegiatannya akan berjalan dengan lancar sebagaimana yang diharapkan oleh sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi PT Unilever Indonesia sebagai berikut :
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia Tbk
Sumber : PT Unilever Indonesia Tbk.
Presiden Direktur Sekretaris Perusahaan Audit Internal Direktur Foods Direktur home & Personal Care Direktur Human Resource & Corporate Direktur Supply Chain Direktur Ice Cream & Marketing Service Direktur Customer Development
4.1.3. Deskripsi Tugas
1) Presiden Direktur
Presiden direktur bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan direksi dalam menjalankan perseroan, untuk melakukan tugas-tugas lain sebagimana ditentukan oleh rapat umum pemegang saham tahunan dari waktu ke waktu dan memberi nasihat kepada direksi serta melakukan lain-lain seperti ditentukan dalam anggaran dasar perseroan.
2) Dewan Komisaris
Tugas utama dewan komisaris adalah mengawasi direksi dalam menjalankan kegiatan dan mengelola perusahaan. Sesuai dengan peraturan yang berlaku, dewan komisaris memiliki sepuluh anggota dewan komisaris yang terdiri dari satu orang sebagai komisaris utama, enam anggota komisaris dan tiga anggota komisaris independen yang tidak terafiliasi dengan direksi dan dewan komisaris atau pemegang saham pengendali.
3) Dewan direksi
Dewan direksi terdiri dari satu orang presiden direktur dan empat orang direktur. Tugas utama direksi adalah menentukan usaha sebagai pimpinan umum dalam mengelola perusahaan, memegang kekuasaan secara penuh dan tanggung jawab terhadap pemegang perusahaan secara keseluruhan, menentukan kebijakan yang berlandaskan perusahaan, melakukan pernjadwalan seluruh kegiatan perusahaan. Tanggung jawab dari direksi adalah untuk mengelola usaha perseroan sesuai anggaran dasar.
4) Sekretaris
Tanggung jawab sekretaris perusahaan antara lain :
(1) Membantu kepatuhan perseroan terhadap undang-undang perseroan terbatas, anggaran dasar ketentuan modal dan peraturan lain yang terkait, dan hubungan erat dengan corporate legal
service.
(2) Melakukan komunikasi secara berkala dengan instansi pemerintah dan para pelaku pasar modal yang berhubungan dengan permasalahan tata kelola perusahaan, tindakan korporasi dan transaksi material.
(3) Memberikan informasi terkini mengenai perseroan kepada para pemegang saham, media, investor, analis dan masyarakat umum secara rutin.
(4) Menghadiri semua rapat direksi dan dewan direksi dan mencatat risalah rapat : memberitahukan kepada direksi dan dewan komisaris tentang perubahan aturan dan implikasinya.
5) Audit Internal
Unit audit internal dipimpin oleh group audit manager, dibantu oleh beberapa auditor internal dan diatur dengan piagam audit internal. Piagam tersebut menjelaskan struktur unit audit internal, kewajiban dan tanggung jawab auditor internal dan semua anggota unit audit internal setuju untuk memenuhi sesuai dengan prinsip bisnis Unilever.
4.2. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik demografi responden pada penelitian ini dibedakan menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, domisili dan jumlah konsumsi produk es krim magnum.
1) Berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan jenis kelamin dari 100 orang responden maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 4.1
Demografi responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 40 40%
Perempuan 60 60%
Jumlah 100 100%
Gambar 4.2.
Grafik profil responden berdasarkan jenis kelamin
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih banyak konsumen es krim magnum adalah perempuan sebanyak 60%, sedangkan laki-laki 40%.
2) Berdasarkan tingkatan usia
Berdasarkan tingkatan usia dari 100 orang responden maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.2
Demografi responden berdasarkan usia
Tingkatan usia Jumlah Persentase
< 21 12 12% 21 – 25 40 40% 26 – 30 24 24% 31 – 35 14 14% > 35 10 10% Total 100 100%
Gambar 4.3
Grafik profil responden berdasarkan tingkatan usia
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata konsumen es krim magnum adalah berusia 21-25 tahun yaitu sebesar 40%, sedangkan urutan kedua adalah responden dengan usia 26-30 tahun yaitu sebesar 24%. 12 40 24 14 10
Tingkatan Usia
< 21 21 - 25 26 - 30 31 - 353) Berdasarkan pendidikan
Berdasarkan tingkatan pendidikan dari 100 responden maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 4.3
Demografi berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah Persentasi
SMP 10 10% SMA/sederajat 25 25% Akademi/ Diploma 15 15% Sarjana 35 35% Lainnya 15 15% Total 100 100%
Gambar 4.4
Grafik profil responden berdasarkan pendidikan
Sumber : hasil pengolah data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 35% konsumen es krim magnum berpendidikan sarjana (S1), sedangkan urutan kedua adalah responden berpendidikan SMA sebesar 25%
4) Berdasarkan domisili
Berdasarkan tempat domisili dari 100 responden maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 4.4
demografi berdasarkan domisili
Domisili Jumlah Persentase
Jakarta barat 32 32% Jakarta pusat 8 8% Jakarta utara 7 7% Jakarta timur 25 25% Jakarta selatan 28 28% Total 100 100%
Gambar 4.5
grafik profil responden berdasarkan domisili
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas maka dapat disimpulkan bahwa sebesar 32% konsumen es krim magnum berdomisili di Jakarta barat, sedangkan ururtan kedua adalah responden yang berdomisili di Jakarta selatan yaitu sebesar 28%.
5) Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu dari 100 responden maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 4.5
demografi berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Jumlah konsumsi/minggu Jumlah Persentase
1 – 3 batang/minggu 63 63% 4 – 6 batang/minggu 27 27% 7 – 9 batang/minggu 8 8% 10 – 12 batang/minggu 2 2% > 12 batang/minggu 0 0% Total 100 100%
Gambar 4.6
Grafik profil responden berdasarkan jumlah konsumsi es krim/minggu
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 63% responden mengkonsumsi es krim 1-3 batang/minggu. Sedangkan di urutan kedua adalah responden mengkonsumsi 4-6 batang/minggu sebesar 27%.
4.3. Analisis Deskriptif
Untuk mengukur tanggapan responden yang diperoleh dari pernyataan-pernyataan yang tercantum dalam kuesioner, maka setiap jawaban diberi skor. Skor yang diberikan adalah sesuai dengan skala likert, yaitu :
• Sangat setuju (SS) = 5
• Setuju (S) = 4
• Tidak setuju (TS) = 2 • Sangat tidak setuju (STS) = 1
Untuk menghadapi bilangan pecahan dalam menginterprestasikan hasil jawaban konsumen, maka dapat digunakan skala numeric linier dengan cara mencari rentang skalanya terlebih dahulu seperti rumus sebagai berikut :
Keterangan :
m = angka tertinggi dalam pengukuran (5)
n = angka terendah dalam pengukuran (1) b = banyaknya kelas yang terbentuk
dengan rumus di atas, maka rentang skala dapat dihitung sebagai berikut :
RS = 0,8
Rentang skala 0,8, maka skala numeriknya adalah sebagai berikut : • Sangat tidak setuju : 1 < x < 1,8
• Tidak setuju : 1,8 < x < 2,6 • Biasa saja : 2,6 < x < 3,4
• Sangat setuju : diatas 4,2
4.3.1. Hasil Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Marketing Mix
Dibawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor
marketing mix yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada
responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor marketing
mix yang mempengaruhi harga dan permintaan es krim magnum.
Tabel 4.6
Penilaian Konsumen Mengenai faktor marketing mix
Variabel No butir pernyataan Skot total Jumlah responden Rata-rata interprestasi Marketing Mix 1 320 100 3,2 Biasa saja 2 306 100 3.06 Biasa saja 3 367 100 3.67 Setuju 4 339 100 3,39 Setuju 5 345 100 3,45 Setuju 6 349 100 3,49 Setuju 7 306 100 3,06 Biasa saja 8 340 100 3,4 Setuju 9 295 100 2,95 Biasa saja 10 353 100 3,53 Setuju
Rata-rata variabel 3.32 Biasa saja
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel 4.19 diatas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap marketing mix adalah sebesar 3.32,
yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan marketing mix es krim magnum adalah biasa saja.
4.3.2. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Perilaku Konsumen
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai perilaku konsumen es krim magnum yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor perilaku konsumen es krim magnum.
Tabel 4.7
Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Perilaku Konsumen Variabel No butir pernyataan Skor total Jumlah responden Rata-rata interprestasi Perilaku konsumen 11 313 100 3,13 Biasa saja 12 295 100 2,95 Biasa saja 13 260 100 2,6 Biasa saja 14 276 100 2,76 Biasa saja 15 295 100 2,95 Biasa saja 16 297 100 2,97 Biasa saja 17 331 100 3,31 Biasa saja 18 315 100 3,15 Biasa saja 19 328 100 3,28 Biasa saja 20 295 100 2,95 Biasa saja 21 302 100 3,02 Biasa saja 22 301 100 3,01 Biasa saja 23 313 100 3,13 Biasa saja 24 331 100 3,31 Biasa saja 25 338 100 3,38 Biasa saja 26 301 100 3,01 Biasa saja 27 310 100 3,1 Biasa saja 28 291 100 2,91 Biasa saja
Rata-rata variabel 3,04 Biasa saja
Berdasarkan tabel 4.20 di atas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar 3,04 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan perilaku konsumen es krim magnum adalah biasa saja.
4.3.3. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Citra Perusahaan
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai citra perusahaan yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor citra perusahaan.
Tabel 4.8
Penilaian Konsumen Mengenai Faktor Citra Perusahaan
Variabel No butir pernyataan Skor total Jumlah responden Rata-rata interprestasi Citra perusahaan 29 297 100 2,97 Biasa saja 30 328 100 3,28 Biasa saja 31 287 100 2,87 Biasa saja 32 247 100 2,47 Biasa saja
Rata-rata variabel 2.9 Biasa saja
Sumber : hasil pengolahn data, 2012
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap citra perusahaan adalah sebesar
2,9 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan citra perusahaan es krim magnum adalah biasa saja.
4.3.4. Hasil Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional
Di bawah ini adalah hasil skor penilaian konsumen mengenai faktor permintaan non-fungsional yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Analisis jawaban-jawaban dari responden ini akan digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian konsumen mengenai faktor permintaan non-fungsional.
Tabel 4.9
Penilaian Konsumen mengenai Permintaan Non-Fungsional
Variabel No butir pernyataan Skor total Jumlah responden Rata-rata interprestasi Permintaan non-fungsional 33 250 100 2,5 Tidak setuju 34 287 100 2,87 Biasa saja 35 328 100 3,28 Biasa saja
Rata-rata variabel 2,88 Biasa saja
Sumber : hasil pengolah data, 2012
Berdasarkan tabel 4.22 di atas, secara keseluruhan menunjukkan bahwa rata-rata penilaian konsumen terhadap faktor kualitas adalah sebesar 2,88 yang termasuk biasa saja. Berarti secara keseluruhan permintaan non-fungsional adalah biasa saja.
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas untuk setiap instrumen dilakukan dengan terlebih dahulu dicari korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir pernyataan. Untuk menghitung validitas, alat ukur yang digunakan adalah rumus Pearson Product Moment, uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 95%, di mana df = n-2. Nilai n adalah data sebanyak 100 jawaban kuesioner. Jadi nilai df = 98, sehingga didapat nilai Rtabel = 0,17.
Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut :
• Jika Rhitung positif, serta Rhitung > 0,17 maka butir pernyataan tersebut valid
• Jika Rhitung negatif, serta Rhitung < 0,17 maka butir pernyataan tersebut tidak
valid.
Nilai Rhasil didapat dari hasil perhitungan korelasi Pearson Product
Moment antara skor tiap butir pernyataan dengan skor total.
Dasar pengambilan keputusan uji reliabilitas adalah sebagai berikut : • Jika Cronbach Alpha > Rtabel, maka dapat dikatakan reliabel
4.4.1. Uji Reliabilitas
Untuk variabel-variabel pembentuk faktor diukur melalui pernyataan 1-35, dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut : Tabel 4.10 Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items ,881 35
Berdasarkan Reliability Statistics di atas, nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0.881 yang berarti bahwa konstruk pernyatan yang merupakan pembentuk faktor adalah reliabel. Jadi responden menunjukkan kestabilan dan memiliki konsistensi yang tinggi dalam menjawab konstruk-konstruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel-variabel pembentuk faktor yang disusun dalam bentuk kuesioner.
4.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Marketing Mix
Untuk variabel marketing mix diukur melalui pernyataan 1 – 10. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11
Validitas Variabel Marketing Mix
Pernyataan Rhitung Keterangan
1 ,570 Valid 2 ,394 Valid 3 ,353 Valid 4 ,421 Valid 5 ,235 Valid 6 ,196 Valid 7 ,394 Valid 8 ,343 Valid 9 ,441 Valid 10 ,333 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Untuk pengujian menentukan signifikan atau tidak signifikan dengan membandingkan nilai Rtabel untuk degree of freedom = n – k, dalam hal ini
100 – 2 atau 98 dan satu daerah sisi pengujian dengan alpha 0,05 didapat Rtabel
0,17. Jika Rhitung untuk R tiap butir pernyataan bernilai positif dan lebih besar
dari Rtabel (dilihat dari kolom corrected item-total correlation), maka butir
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian kolom
corrected item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing
butir pernyataan sebagai indikator variabel marketing mix. Nilai Rhitung
masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel 0,17, maka dapat disimpulkan ke 11 butir pernyataan dikatakan
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Perilaku Konsumen
Untuk variabel perilaku konsumen diukur dari pernyataan 11 – 28. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12
Validitas Variabel Perilaku Konsumen
Pernyataan Rhitung Keterangan
11 ,459 Valid 12 ,441 Valid 13 ,474 Valid 14 ,415 Valid 15 ,392 Valid 16 ,406 Valid 17 ,501 Valid 18 ,480 Valid 19 ,406 Valid 20 ,392 Valid 21 ,313 Valid 22 ,233 Valid 23 ,459 Valid 24 ,501 Valid 25 ,211 Valid 26 ,322 Valid 27 ,358 Valid 28 ,191 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir
masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel
0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 11 – 28 dikatakan valid.
4.4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Citra Perusahaan
Untuk variabel citra perusahaan diukur melalui pernyataan 29 – 32. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.13
Validitas Variabel Citra Perusahaan
Pernyataan Rhitung keterangan
29 ,406 Valid
30 ,365 Valid
31 ,461 Valid
32 ,485 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan nilai Rhitung untuk masing-masing butir
pernyataan sebagai indikator variabel citra perusahaan. Nilai Rhitung
masing-masing butir pernyataan ternyata bernilai positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 29 – 32 dikatakan valid.
4.4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Variabel Permintaan Non-fungsional
Untuk variabel permintaan non-fungsional diukur melalui pernyataan 33 – 35. Dengan menggunakan bantuan program SPSS didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.14
Validitas Variabel Permintaan Non-fungsional
Pernyataan Rhitung Keterangan
33 ,545 Valid
34 ,461 Valid
35 ,365 Valid
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Dari analisis output pada uji reliabilitas di atas, pada bagian corrected
item-total correlation merupakan Rhitung untuk masing-masing butir
pernyataan sebagai indikator variabel permintaan non-fungsional. Nilai Rhitung
masing-masing butir pernyataan ternyata positif dengan nilainya lebih besar dari Rtabel 0,17, maka disimpulkan butir pernyataan 33 – 35 dikatakan valid.
4.5. Analisis Faktor
Untuk dapat dilakukan analisis faktor, persyaratan pokok yang harus dipenuhi ialah Measure of Sampling Adequacy (MSA) harus diatas 0,5.
Tabel 4.15 MSA I
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,647 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 596,533
df 45
Sig. ,000
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan hasil perhitungan tabel di atas, angka KMO measure of
sampling adequacy sebesar 0,674 dengan signifikansi sebesar 0,000. Angka
0,674 berada di atas 0,5 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Maka variabel dan data yang ada sebenarnya sudah bisa dianalisis dengan analisis faktor.
Ketentuan di atas didasarkan pada kriteria sebagai berikut : • Jika angka Sig < 0,05 maka variabel dapat dianalisa lebih lanjut • Jika angka Sig > 0,05 maka variabel tidak dapat dianalis lebih lanjut
Besarnya angka MSA ialah antara 0 – 1, jika digunakan dalam menentukan penggabungan variabel ketentuannya sebagai berikut :
• Jika MSA = 1, maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan • Jika MSA > 0,5, maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan dapat
dianalisis lebih lanjut
• Jika MSA < 0,5, maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
Hasil analisis awal menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan yang diteliti sebagai berikut :
Variabel MSA Keterangan
Sosial 0,849 Dapat dianalisis
Promosi 0,790 Dapat dianalisis
Budaya 0,781 Dapat dianalisis
Pribadi 0,764 Dapat dianalisis
Psikologis 0,698 Dapat dianalisis
Non-fungsional 0,638 Dapat dianalisis
Citra perusahaan 0,618 Dapat dianalisis
Produk 0,549 Dapat dianalisis
Harga 0,528 Dapat dianalisis
Distribusi 0,422 Tidak dapat dianalisi
Jika dilihat dari hasil analisis tersebut maka, pernyataan-pernyataan yang mempunyai MSA > 0,05 ialah pernyataan tentang produk, budaya, psikologis, pribadi, non-fungsional, harga, promosi, sosial dan citra perusahaan tanpa distribusi. Untuk keperluan analisis lebih lanjut perlu dilakukan proses analisa ulang dengan cara yang sama dengan mengeluarkan atau membuang pernyataan tentang distribusi.
Setelah data diolah dengan membuang distribusi, maka analisis kedua menunjukkan nilai-nilai sebagai berikut :
Tabel 4.16 MSA II
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,705 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 446,485
df 36
Sig. ,000
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Hasil analisa kedua menunjukkan nilai untuk pernyataan-pernyataan yang diteliti sebagai berikut :
Tabel 4.17 MSA I dan MSA II
Pernyataann MSA I MSA II
Produk 0,549 0,792 Harga 0,528 0,687 Promosi 0,790 0,807 Distribusi 0,422 0 Budaya 0,781 0,751 Psikologis 0,698 0,672 Pribadi 0,764 0,753 Sosial 0,849 0,919 Citra perusahaan 0,618 0,598 Non fungsional 0,638 0,621
Pada tabel di atas menunjukkan MSA sudah melebihi 0,05 untuk semua sub-variabel setelah dibuang distribusi dan hasilnya dapat diproses dan diolah lebih lanjut.
4.6. Analisis Uji Communalities
Communalities pada dasarnya adalah jumlah varians (bisa dalam
persentase). Tabel communalities menerangkan berapa persen faktor atau variabel baru yang terbentuk dari analisis faktor dapat menerangkan varians dari variabel tersebut. Dengan ketentuan bahwa semakin besar communalities sebuah variabel, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tabel 4.18 Communalities Communalities Initial Extraction Non_fungsi 1,000 ,855 Citra 1,000 ,833 Pribadi 1,000 ,686 Psikologis 1,000 ,661 Budaya 1,000 ,537 Produk 1,000 ,502 Promosi 1,000 ,489 Sosial 1,000 ,467
Harga 1,000 ,423 Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dijelaskan bahwa variabel produk diperoleh nilai communalities extraction sebesar 0,502 yang berarti 50,2% faktor yang terbentuk mampu menerangkan varians dari variabel produk. Sedangkan untuk faktor harga diperoleh nilai communalities extraction sebesar 0,423 yang berarti 42,3% faktor yang terbentuk mampu menerangkan varians dari variabel atribut harga. Demikian seterusnya untuk variabel lainnya.
4.7. Analisis Uji Total Varians dan Diagram Scree Plot
Pada tabel total variance explained, semua variabel yang dianalisis ternyata dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu eigenvalues yang menunjukkan angka lebih besar dari 1. Dengan demikian berarti terdapat 2 faktor yang terbentuk.
Tabel 4.19
Total Variance Explained
Total Variance Explained
Componen
t Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared Loadings
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Varianc e Cumulativ e % Total % of Varianc e Cumulativ e % Total % of Varianc e Cumulativ e % dimension0 1 4,16 4 46,271 46,271 4,16 4 46,271 46,271 2,76 1 30,676 30,676 2 1,28 9 14,317 60,589 1,28 9 14,317 60,589 2,69 2 29,913 60,589 3 ,874 9,714 70,303 4 ,751 8,342 78,645
5 ,640 7,107 85,752 6 ,565 6,278 92,030 7 ,424 4,712 96,742 8 ,214 2,375 99,117 9 ,079 ,883 100,000 Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa kedua faktor yang > 1 dapat menjelaskan 60,589% dari semua variabel asli.
Tabel total varience explained menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, pada diagram scree plot akan ditampilkan dalam bentuk grafik. Diagram scree plot dapat membantu dalam menentukan jumlah optimum dari banyaknya faktor yang terbentuk. Terlihat bahwa terdapat 2 faktor yang mempunyai nilai eigenvalue di atas 1.
Gambar 4.7 Diagram Scree Plot
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
4.8. Pengujian Component Matrix
Setelah diketahui dua faktor adalah jumlah yang paling optimal, tabel
component matrix menunjukkan distribusi kesembilan variabel tersebut pada
dua faktor yang terbentuk. Angka-angka yang ada pada tabel component
matrix disebut factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antar suatu
Penentuan variabel yang masuk masing-masing faktor dilakukan dengan membandingkan besar korelasi pada setiap baris tanpa melihat tanda (+/-). Ketentuan korelasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
• Angka korelasi < 0,5 korelasi lemah • Angka korelasi > 0,5 korelasi kuat
Tabel 4.20 Component Matrix Component Matrixa Component 1 2 produk ,632 ,320 harga ,519 ,392 promosi ,696 -,064 budaya ,698 -,223
psikologis ,777 ,239 pribadi ,794 ,238 sosial ,484 ,482 citra ,749 -,522 non_fungsi ,703 -,601 Sumber : hasil pengolahan data,2012
Dengan melihat tabel 4.20 di atas, pada variabel produk angka factor
loadings terbesar ada pada Component nomor 1, maka variabel produk bisa
dimasukkan sebagai komponen faktor 1. Pada variabel non-fungsional, korelasi antara variabel tersebut dengan faktor 1 adalah 0,703 (cukup kuat), sedang korelasinya dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu sebesar 0,601. Berdasarkan data tersebut, terlihat tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, maka perlu dilakukan proses rotasi (rotation) dengan tujuan agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke faktor 1 atau faktor 2.
4.9. Pengujian Rotated Component Matrix
Setelah melakukan rotasi untuk mengetahui distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata, dengan menggunakan bantuan program SPSS, didapat hasil sebagai berikut :
Rotated Component Matrix
Rotated Component Matrixa
Component 1 2 produk ,228 ,671 harga ,098 ,643 promosi ,543 ,440 budaya ,655 ,329 psikologis ,390 ,714 pribadi ,402 ,725 sosial ,010 ,683 citra ,901 ,150 non_fungsi ,923 ,062 Sumber : hasil pengolahan data,2012
Dengan melihat tabel 4.21 di atas, maka dapat disimpulkan variabel yang masuk kedalam faktor 1 dan faktor 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22 Pengelompokan Faktor
Faktor 1 Component Faktor 2 Component
Promosi 0,543 Produk 0,671
Budaya 0,655 Harga 0,643
Citra Perusahaan 0,901 Psikologis 0,714
Permintaan non-fungsional 0,923 Pribadi 0,725
Sosial 0,683
Sumber : hasil pengolahan data,2012
4.10. Korelasi Kanonikal
Setelah melakukan proses memfaktorkan didapat 2 faktor yang terbentuk, selanjutnya dilakukan proses korelasi kanonikal untuk mengetahui hubungan antar faktor yang dominan mempengaruhi faktor lainnya. Dengan bantuan SPSS, didapat hasil sebagai berikut :
Tabel 4.23
Dimension Reduction Analysis
Roots Wilks L. F Hypoth.DF Error DF Sig. of F
1 TO 4 ,38323 5,07639 20,00 302,76 ,000
2 TO 4 ,71340 2,76499 12,00 243,70 ,002
3 TO 4 ,98232 ,27779 6,00 186,00 ,947
4 TO 4 ,99917 ,03911 2,00 94,00 ,962
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Berdasarkan tabel 4.23 diatas jika dilihat dari kolom SIG OF F, yang menguji signifikansi CANONICAL FUNCTION. Terlihat Function 1 angka signifikansi adalah 0,000 sedangkan function 2 angka signifikansi adalah 0,002. Dari hasil tersebut terlihat bahwa karena angka sig function 1 dan 2 jauh dibawah 0,05 maka secara individu adalah signifikansi, dan bisa diproses lebih lanjut.
Tabel 4.24
Standardized canonical coefficients for DEPENDENT variables
Variabel 1 2
X1 -,63272 ,00601
X3 -1,11306 1,46314
X4 ,72045 -,87049
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Tabel 4.25
Standardized canonical coefficients for COVARIATES
Covariate CAN VAR
Y1 -,67144 ,07851
Y2 -,35594 -,33132
Y3 -,91921 ,18080
Y4 -,87728 -,45016
Y5 -,41092 -,08847
Sumber : hasil pengolahan data, 2012
Terlihat deretan angka korelasi antara masing-masing variabel dengan variatnya. Untuk variabel dependen, empat angka korelasi sama tingginya, karena di atas 0,5 yakni 0,63272 , -0,95857 , 1,46314 , -0,87049. Sedang untuk variabel independen ( Covariates), angka korelasi diatas 0,5 hanya ada tiga variabel yakni produk, psikologis, pribadi.