• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun Isu mengenai Corporate

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun Isu mengenai Corporate"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Indonesia dan negara-negara di Asia Timur lainnya mengalami krisis

ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1987. Isu mengenai Corporate

Governance telah menjadi salah satu bahasan penting dalam rangka mendukung pemulihan ekonomi dan pertumbuhan perekonomian yang stabil di masa yang akan datang (Herwidayatmo, 2003).

Good Corporate Governance merupakan salah satu pilar dari sistem

ekonomi pasar. Penerapan Good Corporate Governance mendorong terciptanya

persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif (Pedoman Umum GCG

Indonesia, 2006). Oleh karena itu diterapkannya Good Corporate Governance

oleh perusahaan-perusahaan sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan.

Good Corporate Governance mulai diperhatikan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat, para pemegang saham, pemerintah maupun manajemen perusahaan itu sendiri akan perlunya suatu sistem yang baik dalam meningkatkan

transparansi (Devani Putri, 2014) Good Corporate Governance menjadi

berkembang di berbagai perusahaan baik yang sifatnya publik maupun swasta.

Untuk menciptakan situasi perekonomian yang baik bagi semua pihak, Forum for

Corporate Governance in Indonesia (FCGI) telah berdiri di Indonesia yang

menangani mengenai masalah Good Corporate Governance ini . Perusahaan yang

(2)

perusahaan akan terkendali dan menghasilkan output yang baik, maka di sinilah

perlunya peranan Good Corporate Governance dalam mewujudkan semua itu,

namun kenyataannya penerapan Good Corporate Governance dalam perusahaan

khususnya di Indonesia masih relatif rendah (Willyz, 2010).

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) yang diselenggarakan

pemerintah saat ini mengalami banyak kendala, hal ini disebabkan oleh belum

membudayanya karakteristik Good Corporate Governance (GCG) itu sendiri dan

masih banyak yang menganggap bahwa penerapan Good Corporate Governance

(GCG) itu kurang penting. (Sadeli, 2008). Perusahaan-perusahaan memiliki suatu

keharusan untuk menerapkan dan melaksanakan Good Corporate Governance

(GCG) agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Melalui Keputusan Menteri

BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktik Good

Corporate Governance (GCG) pada BUMN, BUMN didorong untuk wajib

menerapkan Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan atau

menjadikan Good Corporate Governance (GCG) sebagai landasan operasionalnya

(Prawitasari, 2010).

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER—

09/MBU/2012 menyatakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance) adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan per undang - undangan dan etika berusaha. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) pada

tahun 1999 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG)

(3)

yaitu: transparansi (transparancy), kemandirian (independence), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kesetaraan dan kewajaran (fairness). (KNKG, 2006)

Globalisasi telah memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan. Tingginya taraf pendidikan suatu bangsa mencerminkan kemajuan bangsa itu sendiri. Pendidikan merupakan kunci utama dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan diselenggarakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia serta mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Tujuan tersebut sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan nasional yang tercantum dalam UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional , yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Penyelenggaraan institusi perguruan tinggi, khususnya perguruan tinggi negeri berstatus Badan Hukum Milik Negara (BMHN), perlu mulai ditelaah secara mendalam. Hal ini menjadi urgen setelah dalam praktiknya status Badan Hukum Milik Negara (BMHN) ternyata memunculkan tantangan-tantangan baru dalam penyelenggaraan sebuah perguruan tinggi. Tantangan-tantangan baru ini merupakan aspek-aspek yang sebelumnya tidak terlalu diperhitungkan oleh perguruan-perguruan tinggi negeri di Indonesia, termasuk bagaimana menumbuhkan sumber-sumber pendanaan baru yang produktif, pengelolaan

(4)

keuangan, kebebasan lebih besar dalam merumuskan kurikulum dan hal-hal lain yang terkait dengan bidang akademis, akuntabilitas publik dan sebagainya. Pemikiran-pemikiran baru mulai bermunculan mengenai bagaimana konsep penyelenggaraan institusi perguruan tinggi yang dianggap cukup ideal untuk menghadapi tantangan-tantangan baru tersebut. (Aristo, A.D., 2005).

Perguruan Tinggi merupakan entitas ekonomi yang mengelola dana yang bersumber dari perorangan, masyarakat dan atau pemerintah oleh karenanya Perguruan Tinggi memiliki kewajiban menyampaikan laporan keuangan secara

berkala atas pengelolaan sumber dana tersebut kepada para stakeholder. (Dewi

YR dan Apandi 2012). Welch (2012) dalam Isnaeni Nurhayati (2013) yang mendasarkan pada penelitian kualitatif terdapat beberapa hal penting yang menghambat efektivitas perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya adalah pertumbuhan perguruan tinggi di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi pertumbuhan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan kualitas akademik serta rendahnya remunerasi yang diterima staf pengajarnya. Akibatnya berdampak pada infrastruktur perguruan tinggi yang hanya memenuhi standar minimal dan remunerasi yang kecil mendorong staf pengajar untuk lebih banyak menghabiskan tenaga dan waktu pada pekerjaan di luar kampus. Kondisi ini mengakibatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia menjadi rendah.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa evaluasi pendidikan yang terdiri dari kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan

(5)

mutu pendidikan harus dilakukan baik terhadap program studi maupun terhadap institusi pendidikan secara berkelanjutan. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 juga menyatakan bahwa penetapan standar nasional pendidikan dan pengendalian mutu adalah untuk mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Konsep yang sampai saat ini masih relevan dalam penyelenggaraan

perusahaan publik adalah konsep good corporate governance yang pada tahun

2005 telah muncul konsep serupa untuk perguruan tinggi, yaitu good university

governance. Kedua konsep ini, baik konsep good corporate governance maupun good university governance sebenarnya merupakan turunan dari konsep tata

kepemerintahan yang lebih umum, yaitu good governance (Awan Diga Aristo,

2005). Good university governance sendiri sebenarnya bukan merupakan sebuah

konsep yang baku dalam penerapannya, kecuali dalam hal prinsip-prinsip dasar manajerialnya. Penerapan ini dapat berbeda-beda, disesuaikan dengan kondisi dan paham yang dianut oleh suatu bangsa atau masyarakat. (Gunawan Sudarmanto. 2011)

Good University Governance (GUG) dapat dipandang sebagai penerapan

prinsip-prinsip dasar konsep “good governance” dalam sistem dan proses

governance pada institusi perguruan tinggi. Institusi perguruan tinggi berevolusi pada suatu penciptaan transformasi dan kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri

sehingga pada akhirnya institusi perguruan tinggi menjadi lebih comparable,

fleksibel, transparan dan competitive dalam hal pendidikan, pengajaran dan riset.

(6)

Struktur tata kelola, Otonomi, Akuntabilitas, Kepemimpinan, Transparansi. (Isnaeni Nurhayati. 2013)

Perguruan tinggi sangat penting untuk menciptakan lingkungan akademik yang baik. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhammad Nuh (2012) yang mengatakan bahwa terdapat beberapa

alasan yang mendasari pemilihan perguruan tinggi dalam penerapan model Good

University Governance. Pertama, perguruan tinggi merupakan simbol nilai dan sekaligus sebagai pengawal nilai. Alasan kedua, tidak ada institusi atau lembaga yang memiliki sumber daya yang sangat unggul seperti yang ada di perguruan tinggi dan hampir seluruh pejabat negara merupakan alumni perguruan tinggi. (Ester Lince Napitupulu, 2012)

Good university governance (GUG) di perguruan tinggi dalam upaya mewujudkannya memerlukan peran audit internal yang bertugas meneliti, mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menunjang

terwujudnya good university governance (GUG) yang pada saat ini sedang

berkembang menjadi komponen utama untuk meningkatkan mutu perguruan tinggi secara efektif dan efisien. (Herny Nurhayati. 2014)

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia berusaha mendorong dibentuknya Satuan Pengawasan Intern (SPI) di tingkat perguruan tinggi untuk mencapai tata kelola yang baik. Keberadaan Satuan Pengawasan Intern (SPI) secara menyeluruh diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2011 tentang

(7)

Satuan Pengawas Intern di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dan dalam Peraturan Pemerintah RI nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Tuntutan transparansi dan akuntabilitas dari stakeholder mendorong

pihak manajemen untuk menghasilkan laporan berkualitas yang terbebas dari

unsur fraud. Semakin tingginya biaya pendidikan di tingkat Perguruan tinggi

menyebabkan biaya yang dikelola Perguruan Tinggi menjadi tidak sedikit. Pengawasan yang lebih ketat perlu dilakukan dalam upaya mencegah terjadinya

perilaku penyimpangan melalui peningkatan sistem pengendalian intern (internal

control system). (Dewi YR dan Apandi 2012)

Rafael G. Aida W dan Lasmanah (2011) dalam penelitiannya terdapat beberapa permasalahan yang menjadi dasar dalam penelitiannya pertama yaitu gaji dan tunjangan yang diberikan oleh Universitas Widyatama tidak sesuai bagi dosen dan keluarganya dalam mendapatkan hidup yang lebih menjanjikan karena disebabkan standar gaji yang tidak sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga mereka harus bekerja di tempat lain dalam rangka untuk mencukupi

kebutuhan keluarga mereka. Hal tersebut jika dikaitkan dengan good university

governance merupakan permasalahan yang menyangkut Otonomi . Kedua yaitu pengajar tetap selalu disalahkan sebagai faktor penyebab turunnya atau buruknya kualitas mahasiswa/alumnus, faktanya para dosen kontrak mendapatkan jam mengajar lebih dibandingkan jam mengajar dosen tetap. Hal tersebut jika

dikaitkan dengan good university governance merupakan permasalahan yang

(8)

manajemen puncak selalu lebih fokus terhadap hukuman bukannya penghargaan dan tidak ada peraturan tertulis yang komprehensif mengenai hukuman dan penghargaan, peraturan dibuat untuk menyelesaikan masalah dan mereka biasanya menggeneralisasi kasus-kasus untuk membuat hukuman yang menyeluruh. Hal

tersebut jika dikaitkan dengan good university governance merupakan

permasalahan yang menyangkut akuntabilitas dalam SDM, Struktur Tata Kelola, dan juga kepemimpinan

Fenomena lainnya yaitu tingginya angka turnover. Tingkat turnover

Universitas Widyatama selama kurun waktu 2009 hingga 2014, ditampilkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1

Daftar Karyawan Masuk dan Keluar

Tahun Karyawan Masuk Keluar 2009-2010 20 16 2010-2011 32 25 2011-2012 17 22 2012-2013 13 17 2013-2014 16 15

(9)

Tabel 1.2

Daftar Dosen Diterima dan Keluar

Turnove r Dosen Fakulta s Tahun Akademik 2009/201 0 2010/201 1 2011/201 2 2012/201 3 2013/201 4 Dosen Diterima FE 8 10 10 9 5 FBM 5 10 17 12 9 FT 5 1 6 4 - FB 4 1 1 4 - FDKV - 1 - 2 4 Jumlah 22 23 34 31 18 Dosen Keluar FE 3 9 9 7 3 FBM 4 9 8 6 5 FT 2 - 9 4 2 FB - - 3 - 1 FDKV 1 1 1 2 - Jumlah 10 19 30 19 11

Sumber : Biro SDM Universitas Widyatama

Bila dilihat dari tabel 1.1 dan tabel 1.2 terdapat data yang menujunkan adanya karyawan dan dosen keluar dari pekerjaannya. Banyak faktor yang mempengaruhi karyawan dan dosen di Universitas Widyatama keluar, salah satu kemungkinannya yaitu adanya tata kelola yang kurang baik yang dimiliki oleh Universitas Widyatama.

(10)

diperhatikan dalam pencapaian Good University Governance adalah peran Auditor Internal / Satuan Pengawasan Intern (SPI). Audit internal di berbagai perguruan tinggi yang ada di kota Bandung masih belum menunjukan hasil yang optimal dalam pelaksanaannya, padahal audit internal berkontribusi terhadap peningkatan kinerja. Kinerja perguruan tinggi dapat diartikan sebagai suatu potensi atas keberhasilan yang dapat dicapai oleh suatu organisasi pada suatu periode tertentu dibandingkan dengan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Herny Nurhayati. 2014)

Audit internal merupakan aktivitas independen yang memberikan jaminan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Aktivitas ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan

proses tata kelola (The IIA Research Foundation, 2011).

Satuan pengawasan intern merupakan pengawasan manajerial yang fungsinya mengukur dan mengevaluasi sistem pengendalian dengan tujuan membantu semua anggota manajemen dalam mengelola secara efektif pertanggungjawaban dengan cara menyediakan analisis, rekomendasi, dan komentar-komentar yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang telah ditelaah (Sitompul, 2008).

Satuan Pengawasan Intern (SPI), sebagai salah satu perangkat sistem

pengawasan, dituntut berfokus pada pencapaian governance, manajemen risiko

(11)

keberadaan Satuan Pengawasan Intern (SPI) di perguruan tinggi di Indonesia harus dipahami oleh seluruh elemen dalam organisasi dan memiliki persepsi yang

sama mengenai lingkup (scope) dan area internal audit terutama oleh pihak

manajemen puncak perguruan tinggi. (Siti Aisyah. Husaini. Halimatusyadiah. Abdullah. 2013)

Satuan Pengawasan Intern (SPI) pembentukannya tidak didasarkan pada kebutuhan akan peran Satuan Pengawasan Intern (SPI), namun lebih pada pelengkap administratif struktur organisasi. Banyak tim Satuan Pengawasan Intern (SPI) di berbagai perguruan tinggi, khususnya yang belum berstatus Badan Layanan Umum (BLU) tidak dapat berfungsi dengan baik karena Satuan Pengawasan Intern (SPI) dibentuk di masing-masing perguruan tinggi secara tidak memadai dari sisi jumlah sumber daya manusia yang dialokasikan, kualifikasi yang harus dipenuhi oleh ketua dan anggota Satuan Pengawasan Intern (SPI), maupun pendanaan program kegiatan dan aktivitas internal audit. (Siti Aisyah. Husaini. Halimatusyadiah. Abdullah. 2013)

Yayasan dan universitas membutuhkan suatu fungsi pengawasan yang mampu secara optimal menunjang badan pengurus pada yayasan dan pimpinan universitas dalam pengelolaan organisasi secara lebih baik lagi. Kebutuhan akan fungsi pengawasan tersebut secara formal telah terpenuhi dengan di bentuknya Satuan Pengawas Internal (SPI) dan Pengendali Mutu Widyatama (PMW). Pelaksanaan audit internal di lingkungan Universitas Widyatama dilaksanakan oleh dua departemen yaitu unit Satuan Pengawas Intern (SPI) dan pusat Pengendalian Mutu Widyatama (PMW). Satuan Pengawas Internal (SPI)

(12)

merupakan unit organisasi di bawah Yayasan Widyatama yang merupakan Badan Hukum Universitas Widyatama, sedangkan Pengendalian Mutu Widyatama (PMW) merupakan unit organisasi di bawah Universitas. (Maulana Prima Aryawan, 2008)

Perguruan tinggi dalam melaksanakan kegiatan audit internalnya terdapat banyak kendala salah satunya yaitu, sering kali auditor internal atau satuan pengawas intern tidak mengemukakan seluruh temuan hasil audit yang diperolehnya karena alasan atasan dan teman. Hal itu akan berakibat buruknya sistem pengawasan yang ada, sehingga akan mempengaruhi tingkat pengendalian internal yang terjadi di lingkungan manajemen perguruan tinggi tersebut. Pada umumnya, fenomena ini terjadi akibat kurangnya kemampuan profesionalisme satuan pengawas internal di perguruan tinggi. Kemampuan dan keahlian seorang satuan pengawas internal di sini akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan audit internal. Jika satuan pengawas internal berhasil menemukan temuan audit maka ada hasil audit tersebut yang akan bermanfaat untuk

perkembangan dan kelangsungan hidup institusi. (Novi Irvianty. 2013)

Dana R. Hermanson, Daniel M. Ivancevich, dan Susan H. Ivancevich (2008), menyatakan auditor internal adalah pakar dalam tata kelola, manajemen risiko dan pengendalian intern. Audit internal berusaha untuk meningkatkan operasi organisasi dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya hal negatif termasuk pelaporan keuangan yang tidak dapat diandalkan. Auditor internal membantu manajemen dalam mendisain serta memelihara kecukupan dan efektifitas struktur pengendalian intern. Auditor internal juga bertanggung jawab

(13)

untuk menilai kecukupan dan keefektifan dari masing-masing sistem pengendalian yang memberikan jaminan kualitas dan integritas dari proses pelaporan keuangan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka penulis

perlu untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Satuan Pengawasan

Intern Terhadap Good University Governance” 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka penulis mengidentifikasikan bahwa masih rendahnya Good University

Governance di Universitas Widyatama Bandung. Masalah tersebut dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah Good University Governance di Universitas Widyatama

Bandung sudah dilaksanakan secara memadai.

2. Apakah terdapat pengaruh signifikan dari satuan pengawasan intern

terhadap Good University Governance di Universitas Widyatama

Bandung

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan dan memperoleh data serta informasi yang diperlukan mengenai pengaruh satuan pengawasan intern dan Good University Governance (GUG) di Universitas Widyatama, sehingga dapat

diketahui pengaruh satuan pengawasan intern terhadap Good University

Governance di Universitas Widyatama

(14)

1. Untuk mengetahui Good University Governance di Universitas Widyatama Bandung sudah dilaksanakan secara memadai.

2. Untuk menelusuri pengaruh signifikan dari satuan pengawasan intern

terhadap Good University Governance di Universitas Widyatama

Bandung

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktisi sebagai berikut :

1. Bagi perguruan tinggi yang diteliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi perguruan tinggi dalam perbaikan dan pengembangan operasional, juga memotivasi perguruan tinggi untuk meningkatkan produktivitas yang diberikan kepada konsumennya.

2. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan menambah pengetahuan tentang teori-teori dan konsep-konsep yang diperoleh selama perkuliahan serta memperoleh gambaran nyatanya.

3. Bagi pihak lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk sumber informasi, bahan pembanding bagi peneliti lainnya dan menjadi bahan referensi atau tambahan informasi yang diperlukan.

(15)

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam penyusunan skripsi ini dilakukan pada Universitas Widyatama yang berlokasi di JL Cikutra No.204A Bandung. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Oktober 2015

Referensi

Dokumen terkait

NHKLODQJDQ EHUDW GDUL DVSDO WHUPRGLILNDVL NDUHW DODP WHUGHSROLPHULVDVL PDVLK PHPHQXKL SHUV\DUDWDQ DVSDO SROLPHU 3HQHUDSDQ WHNQRORJL LQL GDSDW GLODNXNDQ GLODSDQJDQ VHVXDL GHQJDQ

Karena terbaik itu, kepala sekolah STM meminta ayah saya – yang datang ketika acara kelulusan, seperti wisuda saat ini, untuk bisa melanjutkan sekolah dengan kuliah di

perencanaan selama periode waktu yang spesifik yang mengidentifikasikan masalah yang harus dipecahkan dan langkah untuk menyelesaikannya. • Rencana kerja adalah sebuah

Sintesis dari hasil penelitian ini diperoleh Strategi Pengembangan Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TNKT melalui proses penyuluhan dengan cara melakukan analisis

Tetapi pada kenyataannya dilapangan masih banyak yang terjadi pelanggaran- pelanggaran pada saat pemilihan umum berlangsung seperti pelanggaran administrasi masih

Penelitian ini terdiri atas 2 kegiatan, yakni kemampuan multiplikasi tunas pegagan periode kultur dua sampai lima tahun dan aklimatisasi tanaman pegagan hasil in vitro di rumah

4.. Diagnosis Laboratorium dalam menegakkan diagnosa demam tifoid sangat penting dilakukan karena dapat membantu dalam menentukan hasil pemeriksaan. Sampai saat ini masih

Menggunakan Perangkat lunak pengolah angka untuk menyajikan informasi : 2.1 Mengidentifikasi menu pada ikon pada perangkat lunak pengolah angka.. 1c