• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-VII/2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 19/PUU-VII/2009"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 19/PUU-VII/2009

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004

TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN

PEMBAYARAN HUTANG

TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

MENDENGAR KETERANGAN PEMERINTAH DAN

PIHAK TERKAIT (FEDERASI IKATAN SERIKAT

BURUH INDONESIA

(III)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 19/PUU-VII/2009

PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Hutang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

PEMOHON

- Tafrizal Hasan Gewang, S.H., M.H. dkk.

ACARA

Mendengar Keterangan Pemerintah dan Pihak Terkait (Federasi Ikatan Serikat Buruh Indonesia) (III)

Rabu, 2 September 2009, Pukul 11.00 – 11.40WIB Ruang Sidang Panel Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Prof. Dr. Moh. Mahfud MD, S.H. (Ketua) 2) Prof. Abdul Mukthie Fadjar, S.H., M.S. (Anggota)

3) Maruarar Siahaan, S.H. (Anggota)

4) Dr. Muhammad Alim, S.H., M.Hum. (Anggota) 5) Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H. (Anggota) 6) Dr. H.M. Arsyad Sanusi, S.H., M.Hum. (Anggota)

7) Dr. Harjono, S.H., M.CL (Anggota)

8) Dr. H.M. Akil Mochtar, S.H., M.H. (Anggota)

(3)

Pihak yang Hadir: Pemohon :

- Tafrizal Hasan Gewang, S.H., M.H. - Royandi Haikal, S.H., M.H.

Pemerintah:

- Qomaruddin (Direktur Litigasi, Departemen Hukum dan HAM)

- Dr. Mualimin Abdi (Kabag Penyajian dan Penyiapan Keterangan Pemerintah pada Sidang MK)

Kuasa Hukum Pihak Terkait:

- Dr. Andi. M. Asrun, S.H., M.H. - Merlina, S.H.

Pihak Terkait:

- M. Komaruddin (Ketua Federasi ISBI)

(4)

1. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi untuk mendengarkan keterangan Pemerintah dan Pihak Terkait dalam Perkara Nomor 19/PUU-VII/2009 dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

Saya undang Pihak Pemohon untuk memperkenalkan diri.

2. PEMOHON : ROYANDI HAIKAL, S.H., M.H.

Assalamualaikum wr. wb.

Kami dari Pemohon nama saya Royandi Haikal, S.H., M.H. dan di samping kiri saya Bapak Tafrizal Hasan Gewang, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.

3. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Pemerintah, silakan.

4. PEMERINTAH: QOMARUDDIN (DIREKTUR LITIGASI DEPHUKHAM)

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb.

Dari Pemerintah hadir saya sendiri Mualimin Abdi, di samping kiri saya Direktur Litigasi Perundang-Undangan Bapak Qomarudin, sedianya kawan-kawan dari Departemen Keuangan juga akan hadir tetapi sampai hari ini belum hadir, mudah-mudahan menyusul, Yang Mulia.

Terima kasih.

5. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Pihak Terkait.

6. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT: DR. A. MUHAMMAD ASRUN, S.H., M.H.

Assalamualaikum wr. wb.

Selamat siang, salam sejahtera buat kita semua. Dari Pihak Terkait hadir dari sebelah kiri saya adalah Bapak M. Komarudin, di ujung.

SIDANG DIBUKA PUKUL 11.00 WIB

(5)

Kemudian Muhammad Hafidz, saya sendiri Muhammad Asrun sebagai Kuasa Hukum dan kolega saya Merlina.

Terima kasih, Pak.

7. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Baik, hari ini menurut rencana, menurut jadwal kita akan mendengarkan keterangan dari Pemerintah, DPR, saksi maupun ahli serta Pihak Terkait, tetapi DPR mengirim surat ini tidak bisa hadir kemudian saksi maupun ahli tidak ada yang diajukan juga atau tidak ada yang hadir, sehingga hari ini kita hanya akan mendengarkan keterangan Pemerintah dan Pihak Terkait dari Federasi Ikatan Serikat Buruh Indonesia. Untuk itu kepada Pemerintah, dipersilakan ke mimbar.

8. PEMERINTAH : QOMARUDDIN (DIREKTUR LITIGASI DEPHUKHAM)

Assalamualaikum wr. wb.

Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang Terhormat Yang Mulia Ketua dan Majelis Mahkamah Konstitusi, Pemohon yang saya hormati, dan Pihak Terkait yang terhormat, perkenankan kami membacakan opening statement Pemerintah atas permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Yang Mulia, Ketua Majelis Hakim Konstitusi, sehubungan permohonan pengujian ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang khususnya kalimat ”dan tidak sedang menangani perkara kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari tiga perkara, terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945” yang dimohonkan oleh Tafrizal Hasan Gewang, S.H., M.H., dan Royandi Haikal, S.H., M.H. selaku kurator, sesuai administrasi di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-VII/2009 tanggal 20 Maret 2009 untuk selanjutnya disebut para Pemohon, perkenankan Pemerintah menyampaikan penjelasan singkat sebagai berikut, pokok permohonan menurut para Pemohon, ketentuan tersebut di atas telah menciptakan perlakuan yang berbeda antara profesi yang satu dengan yang lainnya karena pada kenyataannya profesi kurator adalah sama dengan profesi lainnya seperti akuntan publik, advokat, konsultan hukum, pasar modal dan penilai yang tidak dibatasi dalam jumlah tertentu dalam menangani perkara di pengadilan.

Karenanya menurut para Pemohon ketentuan a quo telah menimbulkan ketidakadilan, memberikan pembatasan dalam memperjuangkan hidup dan penghidupannya, menghalang-halangi untuk bekerja dan mendapatkan imbalan serta memberikan perlakuan yang

(6)

diskriminatif, yang pada gilirannya dapat merugikan hak dan/atau kewenangan konstitusional para Pemohon sebagaimana dijamin dan dilindungi oleh ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 28C ayat (2) Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 28I ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia 1945.

Tentang Kedudukan hukum para Pemohon. Penjelasan tentang kedudukan hukum, para Pemohon secara rinci diuraikan dalam keterangan pemerintah tertulis yang akan disampaikan kemudian. Namun demikian pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk mempertimbangkan dan menilainya, apakah para Pemohon memenuhi kualifikasi sebagai pihak, yang mempunyai kedudukan hukum atau tidak sebagaimana ditentukan dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.

Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Konstitusi, terhadap anggapan para Pemohon yang menyatakan bahwa ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang menyatakan ”kurator yang diangkat sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) harus independen, tidak mempunyai benturan kepentingan dengan debitor dan kreditor dan tidak sedang menangani perkara kepailitan penundaan kewajiban pembayaran utang lebih dari tiga perkara, yang dianggap bertentangan dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 28C ayat (2) Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945, Pemerintah dapat menyampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bahwa pada dasarnya, pengaturan tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang dimaksudkan,

a. untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.

b. untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para kreditor lainnya.

c. untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang kreditor atau debitor sendiri, misalnya debitor perusahaan berusaha untuk memberi keuntungan kepada seseorang atau beberapa orang kreditor tertentu sehingga kreditor lainnya dirugikan atau adanya perbuatan curang dari debitor untuk melarikan semua harta kekayaannya dengan maksud untuk melepaskan tanggung jawabnya terhadap para kreditor.

2. Bahwa memperhatikan penjelasan di atas, maka pengaturan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran

(7)

Utang berfungsi untuk melindungi kepentingan hukum debitor maupun kreditor yang bersifat seimbang, tidak merugikan debitor dan tidak memberikan perlakuan yang berlebihan pada kreditor. 3. Bahwa untuk mewujudkan agar kepentingan debitor dan kreditor

terlindungi secara seimbang tersebut, maka pengadilan niaga menunjuk kurator baik kurator perseorangan maupun balai harta peninggalan yang memiliki tugas melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit guna menyelesaikan hak dan kewajiban debitor maupun kreditor.

4. Bahwa pembatasan terhadap kurator sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang juga dimaksudkan untuk melindungi kurator itu sendiri dari kerugian yang timbul atas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit baik Pasal 72 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka Pemerintah berpendapat bahwa dalil-dalil yang dikemukakan oleh para Pemohon yang menyatakan telah timbul kerugian hak dan atau kewenangan konstitusionalnya telah nyata-nyata tidak terjadi, baik secara faktual maupun potensial. Jikalaupun anggapan para Pemohon tersebut benar adanya maka ketentuan a quo semata-mata berkaitan dengan pilihan kebijakan legal policy, pembuat undang-undang dewan perwakilan bersama presiden untuk menentukan pilihan yang dianggap paling tepat guna memberikan kesempatan yang seimbang terhadap setiap orang berprofesi sebagai kurator dan memberikan kepastian bahwa pengurusan dan atau pemberesan harta pailit tersebut dapat diselesaikan dengan baik, cermat, tepat waktu dan profesional yang kesemuanya adalah guna memberikan perlindungan yang seimbang baik terhadap debitor maupun kreditor atas harta pailit tersebut.

Lebih lanjut pemerintah juga tidak sependapat dengan anggapan para Pemohon yang menyatakan bahwa ketentuan tersebut di atas telah memberikan perlakuan dan pembatasan yang bersifat diskriminatif terhadap para Pemohon karena menurut Pemerintah pembatasan yang demikian telah sejalan dengan ketentuan Pasal 28C ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa dalam menjalankan hak dan kebebasannya setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan keterlibatan umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Juga menurut pemerintah bahwa ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Kewajiban Penundaan Pembayaran Hutang tidak memberikan perlakuan

(8)

yang diskriminatif terhadap para Pemohon, kecuali jika ketentuan a quo telah memberikan pembatasan dan pembedaan yang didasarkan atas agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa dan keyakinan politik, sebagimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 2 International Covenant on Civil and Political Right.

Berdasarkan penjelasan di atas Pemerintah berpendapat bahwa ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang tidak memberikan perlakuan yang diskriminatif terhadap para Pemohon. Justru ketententuan a quo telah memberikan jaminan kepastian hukum terhadap proses pengurusan pemberesan harta pailit. Agar baik debitor maupun kreditor dapat memperoleh perlakuan yang seimbang, penyelesaian yang cepat, tepat dan akurat yang pada gilirannya dapat mewujudkan keadilan bagi para pihak yang berkepentingan dan karenanya tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 28C ayat (2) Pasal 28 D ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 juga tidak merugikan hak dan/atau kewenangan konstitusional para Pemohon.

Kesimpulan, berdasarkan penjelasan di atas Pemerintah memohon kepada Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa, memutus dan mengadili permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang terhadap Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 dapat memberikan putusan sebagai berikut:

1. Menolak permohonan pengujian para Pemohon seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan permohonan pengujian para Pemohon tidak dapat diterima.

2. Menyatakan ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang tidak bertentangan dengan Pasal 27 ayat (1) dan ayat (2) Pasal 28C ayat (2) Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2) dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Namun demikian, apabila Yang Mulia Ketua Majelis Hakim

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya. Atas perhatian Yang Mulia Ketua Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia diucapkan terima kasih. Jakarta 2 September 2009, Kuasa Hukum Presiden Republik Indonesia Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi Mattalata.

(9)

9. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Nanti yang tertulis diserahkan ya ke panitera. Pihak Terkait, silakan.

10. KUASA HUKUM PIHAK TERKAIT : DR. A. MUHAMMAD ASRUN, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia. Pertama-tama kami ingin sampaikan bahwa kami mendukung keterangan yang disampaikan oleh Pemerintah tadi. Dan kemudian ada dari Pihak Terkait akan menguraikan secara singkat argumentasinya bahwa di Indonesia sekarang ini sudah lebih dari 300 orang kurator dan tersebar di seluruh pelosok negeri, dan adanya pembatasan untuk menangani perkara tiga itu argumentasinya sudah cukup tepat karena kurator itu ditunjuk oleh pengadilan, oleh Pemohon dalam perkaranya. Jadi, kalau seandainya tidak ada pembatasan sedemikian rupa maka tidak akan terjadi atau akan terjadi kesempatan yang sangat terbatas bagi kurator-kurator lainnya. Dan kemudian dalam hal ini misalnya dalam penanganan perkara-perkara kepailitan yang di mana buruh mempunyai kepentingan maka buruh menjadi akan berhubungan hanya pada kurator-kurator tertentu saja kalau memang semua dibuka ininya. Dan juga bisa diketahui bahwa dalam beberapa perkara misalnya yang kami sebutkan di sini bahwa buruh menjadi sempit atau menjadi dirugikan kalau memang hanya berhubungan dengan perkara-perkara itu saja dengan kurator-kurator itu saja, misalnya dalam perkara pailit PT. Sindo Pratama buruh dirugikan dengan sikap kurator yang diskriminatif dalam penanganan perkara itu, penanganan harta pailit.

Nah, kami merasa dan berpendapat bahwa ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Undang-Undang Kepailitan betul-betul telah menjamin hak bagi kurator lainnya profesi kurator lainnya agar mendapatkan pekerjaan yang layak dan hak untuk mendapatkan penghidupan. Jadi kami meminta kepada Mahkamah Konstitusi untuk menolak permohonan Pemohon. Kira-kira singkatnya begitu, Yang Mulia.

Terima kasih. Cukup, Yang Mulia.

11. PEMERINTAH: MUALIMIN ABDI (KABAG PENYAJIAN DAN PENYIAPAN KETERANGAN PEMERINTAH PADA SIDANG MK)

Izin Yang Mulia, ada tambahan sedikit.

12. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H..

(10)

13. PEMERINTAH: DR. MUALIMIN ABDI (KABAG PENYAJIAN DAN PENYIAPAN KETERANGAN PEMERINTAH PADA SIDANG MK)

Ya, seperti yang dikemukakan oleh Pihak Terkait tadi , bahwa memang dari hasil penelusuran atau hasil penelitian keberadaan kurator di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum itu ada 278 sampai tahun 2009. Kemudian Pemerintah juga mencoba menelusuri tingkat perkara kepailitan di pengadilan. Jadi dari tahun ke tahun itu ada kecenderungan memang menurun, begitu. Jadi sebagaimana yang sudah disampaikan oleh Pak Komaruddin tadi bahwa memang apabila kurator itu tidak dibatasi karena memang yang terjadi seringkali, Yang Mulia, kurator itu di dalam melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit itu harta pailit itu seringkali juga berpencar-pencar bahkan kadang-kadang ada yang di luar negeri.

Yang kedua, bahwa kurator itu di dalam melaksanakan tugasnya tidak bisa diwakilkan kembali atau disubtitusi. Dia harus hadir dengan sendirinya. Kalau profesi yang lain seperti advokat kan bisa disubtitusikan, kalau kurator kan tidak, jadi itu memerlukan keseriusan dan tenaga dan pikiran yang memang diperlukan agar dia itu tidak terpencar-pencar cara melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Barang kali itu, Yang Mulia, yang bisa saya tambahkan.

Terima kasih.

14. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Baik, sebelum ke Majelis Hakim, kalau ada Pemohon mungkin akan menanggapi?

15. PEMOHON : ROYANDI HAIKAL, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.

Perlu kami sampaikan bahwa mekanisme dalam penunjukan kami selaku kurator itu atas dasar referensi dari si Pemohon Pailit. Kemudian ditunjuk oleh Majelis Hakim. Biasanya kurator-kurator itu kan tidak banyak yang tidak dikenal. Artinya kredibilitas cara kerjanya mungkin belum teruji. Dari situ mungkin si Pemohon itu menunjuk kurator-kurator yang sudah teruji dalam penyelesaian perkaranya.

Itu saja, Yang Mulia.

16. PEMOHON : TAFRIZAL HASAN GEWANG, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia. Seperti tanggapan dari Pemerintah tadi bahwasanya kurator itu dikhawatirkan nanti kalau bekerja satu tempat yang lain tidak akan kepegang. Tapi itu sebenarnya tidak mungkin sama sekali Pak, dalam tugas kurator itu kita musti bedakan, tugas

(11)

pengurusan dan tugas pemberesan. Pengurusan itu berarti dia rapat-rapat verifikasi saja, sebatas sampai verifikasi saja, Pak. Nah yang susah sekali adalah masalah penjualan aset, kalau verifikasi itu sebentar Pak, rapat sebulan dua bulan selesai verifikasi, yang susah jual aset. Nah dengan situasi sekarang ini Pak, daya serap pasar itu tidak ada sama sekali. Nah kalau kita berpatokan wah cukup tiga itu impossible sama sekali.

Berbeda dengan tahun-tahun menjelang reformasi dimana pasar masih kuat menyerap aset yang akan dibeli. Sekarang pengalaman Pak, banyak kawan-kawan pegang sebagai kurator, satu dua sudah menjerit, Pak. Tahap verifikasi pengurusan selesai, jual aset itu yang susah, Pak. Kalau dibatasi sampai tiga mereka bagaimana lagi, Pak? Tiga itu tahunan belum tentu selesai, Pak. Ini pengalaman, Pak, ya. Beda kalau kita bicara tahun 2005 ke atas, 2000, 2001, 2002 itu memang gampang jual aset pemberesan, tapi kalau sekarang, Pak, 2008 ke atas, omong kosong kalau kita jual aset langsung terjual. Kalau kita dibatasi sampai tiga mereka makan dengan apa? Beda dengan pengacara tidak ada batasan, ini masalah-masalah jasa trust, kepercayaan. Kenapa kami protes? Kami merasa kami bekerja secara profesional dan kasihan sama kawan-kawan yang lain, Pak. Dengan tiga mereka menjerit, “Bang, ini kok jual aset susah. Kami mencari kasus tidak bisa sama sekali”. Jadi kalau kita secara keadilan ini secara universal, jangan dilihat secara sepotong-sepotong, Pak.

Terima kasih, Pak.

17. PIHAK TERKAIT: MUHAMMAS HAFIDZ (SEKRETARIS UMUM FEDERASI ISBI)

Mohon izin, Yang Mulia, untuk menambah.

18. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Silakan, Pihak Terkait.

19. PIHAK TERKAIT: MUHAMMAS HAFIDZ (SEKRETARIS UMUM FEDERASI ISBI)

Saya sedikit menggambarkan kepada Majelis Hakim Konstitusi. Bahwa kurator itu diangkat memang untuk memberesi harta pailit berdasarkan usulan Pemohon Pailit. Biasanya Pemohon Pailit ini, bukan biasanya, memang dalam aturan Undang-Undang Kepailitan bahwa permohonan harus diajukan oleh seorang advokat. Kurator sebagian besar yang juga berprofesi sekarang ini sebagai advokat tentu mengenal advokat-advokat Pemohon Pailit, begitu juga sebaliknya Advokat Pemohon Pailit ketika mengusulkan seorang kurator sebagian besar dikarenakan mengenal sosok kurator yang diusulkannya. Lebih jauh lagi

(12)

kami menggambarkan bahwa kurator yang diusulkan oleh Advokat Pemohon Pailit adalah kurator yang biasanya mempunyai keahlian dalam memberesi harta pailit, misalnya objek pailitnya adalah perusahaan garmen, maka kuratornya biasanya yang mengerti tentang bagaimana cara memberesi harta pailit garmen.

Dalam praktiknya, tidak sedikit penjualan harta pailit yang dilakukan selesai dalam proses pelelangan. Biasanya pelelangan sudah satu kali, dua kali tidak terjual, maka kurator menjualnya di bawah tangan, walaupun itu dengan sepengetahuan hakim pengawas. Praktik ini biasanya membuat benturan kepentingan antara kepentingan kurator yang ingin menjual dengan cara tergesa-gesa dengan kepentingan buruh yang sebenarnya ingin mendapatkan hasil penjualan yang maksimal.

Setelah kita lihat di dalam kasus PT. Koreyo Internasional Indonesia yang baru kemarin, harta pailit berupa mesin-mesin yang masih produktif itu dibilang limbah oleh kurator yang nilainya 4 miliar kemudian hanya dijual 525 juta rupiah. Kemudian dalam imbalan jasa kurator biasanya awalnya ketika kurator mau bekerja itu ada penjualan aset terlebih dahulu. Jadi kurator tidak mengambil biaya sendiri tapi mengambil biaya kerja awal itu dari objek pailit, modal pailit. Kemudian upah kurator pun baik jasa dalam proses verifikasi maupun perdamaian dan lain-lainnya itu sudah diatur oleh keputusan menteri kehakiman yang besarannya apabila harta pailit terjual di bawah 50 miliar maka kurator mendapatkan imbalan jasa 10 persen di luar daripada biaya kerja yang sudah dikeluarkan oleh kurator yang diambil dari modal pailit.

Kemudian selain tentang upahnya kurator yang menurut pandangan buruh sudah cukup menjanjikan dan mempunyai hak yang sangat istimewa, artinya mempunyai hak yang sangat istimewa upah kurator itu upah yang didahulukan pembayarannya pertama kali walaupun kemarin kita sudah ajukan permohonan bahwa buruh juga mempunyai kedudukan yang seharusnya sama, tapi upah kurator jelas upah yang harus didahulukan, itu menurut kami tidaklah membatasi pekerjaan dan penghidupan yang layak sama sekali bagi kurator. Jadi kurator bisa berprofesi sebagai advokat dan begitu juga sebaliknya, advokat bisa berprofesi sebagai kurator sehingga penanganan tiga, pembatasan penanganan tiga perkara kepailitan itu sudah cukup baik dan kurator sebenarnya tidak bisa menangani lebih dari tiga perkara karena akan menjadikan hak monopoli karena kalau kita mau lihat beberapa kasus itu hanya ada lima besar nama kurator, kurator-kurator yang sejak tahun 2001 menjadi kurator itu sampai sekarang belum pernah mendapatkan kasus pailit, seperti itu.

(13)

20. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Cukup, ya? Dari Pemerintah, Pihak Terkait, dan Pemohon nanti semua sudah dicatat oleh Majelis Hakim. Apakah dari Majelis Hakim? Ada, Pak Akil Mochtar.

21. HAKIM KONSTITUSI : DR. M. AKIL MOCHTAR, S.H., M.H.

Saya mau nanya ke Pemohon ini, nanti saya mau tanya ke Pemerintah juga. Pasal 15 ayat (3) yang berkaitan dengan frasa sedang menangani perkara kepailitan dan tidak lebih dari tiga itu, diskriminasinya dimana menurut Pemohon? Apakah dalam pembagian tiga itu, apakah sifatnya memang tidak boleh dibatasi? Karena begini, kurator itu kan status bukan profesi, karena profesi itu ada advokat, ada apa, karena kurator itu adalah balai harta peninggalan atau perseorangan yang diangkat, kan kira-kira seperti itu. Oleh sebab itu dia berstatus hari ini dia kurator mungkin besok selesai kan dia tidak lagi sebagai kurator.

Dalam konteks pembagian tiga kasus itu karena ini berkaitan dengan jasa juga yang diberikan oleh mereka yang dinyatakan yang pailit itu terhadap si kurator itu. Nah apakah diskriminasinya itu terhadap tiga kasus, tiga penanganan itu dimana? Kalau saya misalnya tidak ditunjuk atau tidak diangkat oleh hakim pengawas atas usul dari si pailit itu tentu saya tidak akan berstatus sebagai kurator. Kemudian dari perspektif status kurator dengan tiga itu dimana diskriminasinya? Kalau Undang-Undang Dasar ya umumlah, semuanya dianggap diskriminasi, kecuali kalau misalnya untuk menjadi kurator ada ini ini ini, tapi ini tugas yang diberikan, jumlah. Itu saya dari pandangannya Pemohon sehingga seperti itu.

Yang kedua saya langsung saja kepada pemerintah, pembatasan tiga itu ketika dilakukan perumusan undang-undang ini, itu kan mesti ada alasan praktisnya juga sehingga wah ini tiga saja karena ada “permainan” kuratornya itu-itu saja, ditunjuk dia-dia saja, sehingga tidak adil ini misalnya dari sisi itu, ini alasan praktisnya. Sehingga pembuat undang-undang sampai kepada kesimpulan bahwa ini cukup tiga gitu lho.

Kalau pembatasan yang ditentukan oleh Undang-Undang Dasar ya pastilah itu kan. Boleh dibatasi dalam keadaan ini ini ini semua tahu. Tapi tidak ujug-ujug ke sana begitu lho. Alasan pembuat undang-undang ini mesti ada. Tadi saya belum begitu mendengar dari alasan dari Pemerintah. Apa sih alasan praktisnya itu? Kalau dulu misalnya jadi Hakim Konstitusi itu harus sarjana hukum, itu kan ada alasannya. Ini kenapa satu kurator itu tiga. Silakan Pemerintah menjelaskan itu, ada tidak? Kalau tidak ada tidak usah diada-adakan, karena nanti dilihat memori pembahasan undang-undangnya. Nah, kurator itu saya hanya

(14)

Minta penjelasan dari sisi kenapa kok tiga itu dianggap diskriminasi? Sedangkan menurut saya kurator itu status, bukan profesi.

Terima kasih.

22. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Silakan, Pak Maruarar.

23. HAKIM KONSTITUSI : MARUARAR SIAHAAN, S.H.

Ya, saya kepada Pihak Terkait, ini. Statement-nya tadi bahwa penunjukan kurator itu bisa menimbulkan masalah kalau satu kurator tertentu merugikan buruh karena misalnya contoh yang disebutkan model pailit yang bernilai 5 milyar karena dikategorikan sebagai barang limbah menjadi 5 ratus juta saja. Kira-kira bisa Saudara tunjukkan kepentingan buruh seperti itu terlindungi dari mana dengan kalau dihapus misalnya bahwa kurator hanya terbatas tiga perkara. Oleh karena apa yang Saudara sebutkan itu kalau itu benar, itu ada mekanismenya di dalam kepailitan itu karena ada hakim pengawas. Siapa saja pun ditunjuk tentu akan mungkin itu, sedangkan yang paling suci pun bisa jadi kan ada yang memalsukan misalnya, limbah katanya, kan negara kita kan sedang dalam soal-soal seperti itu sekarang, tapi kok ujug-ujug buruh dirugikan dengan pasal ini kalau dihapus. Dimana kira-kira letaknya itu? Oleh karena penunjukkan seorang kurator atau suatu badan menjadi kurator itu tentu juga soal trust. Kalau misalnya pun hanya 3 perkara di Indonesia, tapi dia percaya yang ini saja ya kan, track record-nya dan hakimnya percaya ini dia ditunjuk itu. Apakah buruh dirugikan dengan itu, kalau memang dia tidak melanggar aturan-aturan atau menjalankan tugasnya secara layak. Ini yang ingin saya dengar dari buruh. Sebab masuknya Anda sebagai Pihak Terkait itu agak menimbulkan masalah juga. Apakah ada pengalaman empiris tentang itu, karena dia menangani tiga jadi buruh terbengkalai?

Saya kira demikian pertanyaan saya, terima kasih.

24. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Saya persilakan Pemohon dulu untuk kalau ada yang mau ditanggapi secara langsung pertanyaan Pak Hakim Akil Mochtar tadi.

25. PEMOHON : ROYANDI HAIKAL, S.H., M.H.

Terima kasih, Yang Mulia.

Kami hanya menyampaikan bahwa status kurator itu tidak mesti ada status advokat atau status yang lainnya. Namun ada yang murni status dia sebagai seorang kurator, karena persyaratan kurator itu hanya

(15)

sarjana hukum, kemudian lulus ujian dan mendapat SK dari Departemen Kehakiman dan HAM.

Terima kasih, itu saja Yang Mulia.

26. PEMOHON : TAFRIZAL HASAN GEWANG, S.H., M.H.

Kami tambahkan boleh, Yang Mulia.

Masalah diskriminasi tersebut. Di dalam praktek itu, permohonan pailit itu dicantumkan juga nama calon kurator satu paket. Biasanya menjelang akhir putusan itu hakim akan meminta/mencari/mencek ke dalam internal apakah kurator ini sudah lebih daripada tiga? Di sini kami kesandung, Bapak Yang Mulia. Jadi kami merasa kepentingan/hak kami untuk mendapatkan pekerjaan itu dibatasi. Karena apapun juga suatu akan diputus, calon kurator harus membikin surat pernyataan tidak menangani kasus lebih dari tiga dan tidak mempunyai benturan kepentingan. Dengan ketentuan pasal tersebut kita tidak bisa membuat surat pernyataan, karena kita memang lebih dari tiga. Di sini jawabannya, Pak.

Terima kasih, Yang Mulia.

27. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Pemerintah.

28. PEMERINTAH : QOMARUDDIN (DIREKTUR LITIGASI DEPHUKHAM)

Terima kasih, Yang Mulia.

Mengenai Pasal 15 ayat (3) frasa yang menyatakan bahwa tidak sedang menangani perkara kepailitan lebih dari tiga. Itu artinya pembatasan itu hanya pada saat yang bersamaan itu kurator tidak menangani tiga kepailitan/tiga perkara. Jadi sama sekali tidak membatasi berapa dalam kurun satu tahun itu. Tapi dalam bersamaan itu adalah hanya dimungkinkan tiga. Alasannya apa? Karena begitu rumitnya tugas-tugas kurator dalam pemberesan harta pailit itu yang tadi sudah disebutkan oleh Saudara Mualimin bahwa kurator itu tidak bisa disubstitusikan, tidak bisa diwakilkan, sehingga ketika harta pailit yang tersebar, apalagi kalau sampai ada di luar negeri. Kemudian menangani lebih dari tiga perkara maka kesulitan yang menjadi yang timbul adalah yang dirugikan adalah debitor maupun kreditornya, karena dari pihak kreditor yang mungkin sangat ada bervariasi begitu, artinya ada kreditiur yang ada hak-hak istimewa, itu yang perlu dilindungi secara seimbang.

(16)

29. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Pihak Terkait.

30. PIHAK TERKAIT: MUHAMMAS HAFIDZ (SEKRETARIS UMUM FEDERASI ISBI)

Baik, tentang kerugian buruh dalam pembatasan tiga perkara kepailitan yang ditangani oleh kurator, pertama tadi sudah disebutkan oleh Pemohon sendiri bahwa menjual harta pailit sekarang ini sangat sulit. Jadi logikanya kalau misalnya banyak perkara kepailitan, jualnya saja susah tentu sudah sangat bisa kita pastikan bahwa proses kepailitan itu tidak sebentar. Jadi yang dirugikan paling besar adalah buruh. Sudah perusahaannya pailit, tidak bisa jalan, kemudian budel pailit tidak dapat terjual dengan segera, itu yang pertama.

Yang kedua, sebenarnya banyak perusahaan yang dipailitkan itu masih bisa jalan Yang Mulia, masih bisa produksi, salah satu contohnya PT. Sindol Pratama yang salah satu perusahaan sepatu yang pada saat itu kuratornya kita sudah sampaikan bahwa perusahaan ini masih bisa jalan. Dan justru costumer-nya/pemesannya itu lebih percaya dipegang oleh buruh ketimbang oleh pengusahanya untuk melakukan operasional perusahaan. Tapi sayangnya ketika kita sudah peringatkan seperti itu kurator malah menjual seluruh aset, termasuk mesin-mesin yang masih bisa produksi kemudian dianggap limbah.

Jadi kami menganggap ketika pembatasan ini dibuka/dibatalkan, artinya kurator boleh melakukan lebih menangani dari tiga perkara, kami khawatir akan ada penjualan-penjualan yang dilakukan oleh kurator bekerja sama dengan beberapa perusahaan-perusahaan sebagai dalam tanda petik yang akan membeli mesin-mesin itu, itu dijual lebih murah. Sehingga konsekuensi yang akan diterima oleh kreditor terutama kreditor reference buruh itu akan lebih kecil pendapatannya.

Cukup saya rasa.

31. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Cukup, ya? Ada lagi? Cukup? Cukup, ya? Baik. Kalau begitu kalau masih mau mengajukan ahli atau saksi, nanti disampaikan ke kepaniteraan, nanti kita buka sidang lagi, tetapi kalau tidak nanti sidang berikutnya sudah vonis. Untuk itu dalam seminggu ke depan diberitahukan kepaniteraan, kalau seminggu ini tidak ada pemberitahuan, ya kita anggap cukup persidangan ini. Baik, apa ada rencana mengajukan? Karena ini sudah ada tapi hari ini tidak hadir.

(17)

32. PIHAK TERKAIT: MUHAMMAS HAFIDZ (SEKRETARIS UMUM FEDERASI ISBI)

Yang Mulia, apakah Pihak Terkait boleh mengajukan ahli ?

33. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Boleh.

34. PIHAK TERKAIT: MUHAMMAS HAFIDZ (SEKRETARIS UMUM FEDERASI ISBI)

Baik, mungkin kami akan segera menyampaikan permohonan pengajuan ahli.

35. KETUA : PROF. DR. MOH. MAHFUD MD, S.H.

Silakan. Pemohon juga, Pemerintah juga boleh dipersilakan, dalam seminggu ke depan paling lama diberitahu, kalau tidak nanti kita putus, ya.

Baik, dengan demikian sidang dinyatakan ditutup.

SIDANG DITUTUP PUKUL 11.40 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

Pada aplikasi 1: Gambar 1, 2 dan 3 dapat dilihat Pada aplikasi 2: Gambar 4, 5 dan 6 dapat dilihat bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada bahwa prosentase

Ritual sembonyo bagi masyarakat adalah sebuah ritual tradisi yang telah menjadi pranata sosial dan telah dilembagakan, karena masyarakat memiliki pemahaman yang

longifolia dengan tebal mesofil didapatkan nilai t > 0,01 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan sangat nyata antara konsentrasi Pb yang terakumulasi dalam daun

T: Apakah bahasa yang kamu gunakan saat kamu berbicara kepada orang lain secara langsung sama dengan bahasa yang kamu gunakan saat menggunakan sms atau media sosial

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, didapatkan kesimpulan dari penelitian bahwa pencarian n-jalur multipath pada jaringan OpenFlow dapat menggunakan algoritme

Dengan demikian penulis simpulkan bahwa selain Alat bukti surat yang digunakan tidak Sah ketidak sempurnaan terhadap petunjuk bahkan dihilangkan alat bukti saksi ahli dalam

Atau boleh juga raikan kejayaan itu dengan mengambil sedikit masa untuk membawa diri sendiri ke tempat yang anda ingin

Sesuai dengan fokus penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan Manajemen Krisis Internal