• Tidak ada hasil yang ditemukan

Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Widya Laksana PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MENUJU PENINGKATAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 1410-4369 EDISI : JANUARI 2013

JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Widya

Widya

Widya

Widya

Laksana

Laksana

Laksana

Laksana

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MENUJU PENINGKATAN KUALITAS

SUMBER DAYA MANUSIA

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

(2)

TIM PELAKSANA PENERTBITAN JURNAL WIDYA LAKSANA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA PERIODE JANUARI 2013

Penanggung Jawab : Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd

(Rektor Universitas Pendidikan Ganesha)

Redatur : 1. Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd 2. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S 3. Dr. Wayan Mudana, M.Si 4. Drs. I. B. Putu Mardana, M.Si 5. Drs. I Nyoman Gita, M.Si

6. Prof. Dr. Naswan Suharsono, M.Pd

Penyunting : 1. Prof. Dr. A.A. Istri Marhaeni, M.A 2. Drs. Gede Gunatama, M.Hum

3. Nyoman Dini Andini, S.St.Par., M.Par 4. Drs. I Putu Panca Adi, M.Pd

5. Drs. Gede Nurjaya, M.Pd

Desain Grafis : 1. Nyoman Mudana, S.Sos 2. Ketut Bratha Semadi 3. I Gede Juliantara

Sekretariat : 1. Made Diah Pradnya Paramita, SE

2. Ida Bagus Ngurah Sidharta Manuaba, SE 3. Ni Ketut Sri Artini

4. Ketut Nata PENERBIT

Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Undiksha Singaraja

Jln. Udayana, Singaraja-Bali Telp. (0362) 26327 Fax. (0362) 25735

website: lpm.undiksha.ac.id email: lpm@undiksha.ac.id

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kemudahan yang diberikan-Nya, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat “ Widya Laksana” Edisi Januari 2013 dapat diterbitkan sebagaimana mestinya.

Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Widya Laksana menyajikan tulisan tentang pelaksanaan dan hasil Pengabdian Kepada Masyarakat sivitas akademik Undiksha Tahun 2012/2013 dalam memberdayakan masyarakat menuju peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan karya tulis hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan oleh guru.

Kami berharap agar jurnal ini dapat digunakan sebagai sarana informasi bagi para pembaca dan bermanfaat untuk meningkatkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di lingkungan Undiksha pada umumnya. Selain itu, jurnal ini diharapkan dapat memberi inspirasi kepada para pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk melahirkan inovasi dan kreativitas baru.

Mengingat Widya Laksana masih mencari bentuk dan jati dirinya, maka baik isi dan kemasannya tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Karena itu, kami mengharapkan sumbang saran dan kritik para pembaca untuk meningkatkan kualitas Widya Laksana pada masa yang akan datang.

(4)

DAFTAR ISI

TIM PELAKSANA ……….….……… i

KATA PENGANTAR .….…………..………. ii

DAFTAR ISI ……….……….. iii

PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN BAGI GURU SD GURU DI KOTA SINGARAJA

Oleh: I Made Tegeh, dkk. ...………....……… 1 PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

BERBASIS BUDAYA BALI BAGI GURU-GURU SAINS SMP DI KECAMATAN BULELENG

Oleh: I Nyoman Suardana dan Nyoman Retug ... 10

PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE

ASTRONOMI

Oleh: Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi ... 21 PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS BERBASIS TEMA MELALUI

LAGU KREASI DI SEKOLAH DASAR

Oleh: Ni Made Ratminingsih dan I Gede Budasi ... 33 PELATIHAN MENDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN

MENGGUNAKAN MODEL DICK AND CAREY BAGI GURU-GURU DI KECAMATAN PENEBEL

Oleh: Ni Nyoman Parwati dan I Nengah Suparta ... 49 PELATIHAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH BAGI GURU

KIMIA DI KABUPATEN KARANGASEM

Oleh: I Wayan Redhana, I Made Kirna, dan I Nyoman Suardana ... 57 DISEMINASI HAIV/AIDS BAGI MAHASISWA

DI KABUPATEN BULELENG

Oleh: Dewa Bagus Sanjaya, dkk. ...………... … 71 PELATIHAN KLASIFIKASI BUKU DAN PEMBUATAN KARTU

KATALOG BUKU BAGI PETUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD) DI KOTA SINGARAJA

Oleh: I Ketut Artana, dkk. ... 79 PELATIHAN PEMBELAJARAN BERBASIS KARAKTER

BAGI PENGAWAS SD SE KECAMATAN BULELENG

Oleh: Nyoman Subratha, I Ketut Suma, I.B.Putu Mardana ... 87 hal

(5)

PELATIHAN PEMBUATAN DAN IMPLEMENTASI PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI I2M3 DALAM UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SD DI GUGUS XIV KECAMATAN BULELENG

Oleh: I Gede Margunayasa, dkk ……… 97

KERAJINAN WAYANG KACA DAN “SAAB MOTE”

Oleh: Rai Sujanem, dkk ………. 106

PENDAMPINGAN PENYUSUNAN ASESMEN FISIKA BERBASIS OSN BAGI GURU SMP DI KOTA TABANAN

Oleh: I Kade Suardana, AAIA. Rai Sudiatmika, Dewi Oktofa. ………. 116

(6)
(7)

PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PENELITIAN PENGEMBANGAN

BAGI GURU SD GURU DI KOTA SINGARAJA

oleh, I Made Tegeh

Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. Bagaimanakah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakaan penelitian melalui Pendampingan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan bagi Guru-guru SD di Kota Singaraja? Tujuan kegiatan P2M ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan penelitian pengembangan melalui Pendampingan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan bagi Guru-guru SD di Kota Singaraja. Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru SD di Kota Singaraja sebanyak lima orang.. Kegiatan ini berupa pemdampingan pelaksaaan penelitian pengembangan dengan menekankan pada keterampilan melaksanakan penelitian pengembangan. Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk melaksanakan penelitian pengembangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian produk buku ajar yang dihasilkan oleh para guru. Nilai rerata buku ajar yang dihasilkan oleh para guru adalah 85,00 berada pada kategori sangat baik. Terdapat beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Para guru SD yang telah didampingi melaksanakan penelitian pengembangan hendaknya mencoba melaksanakan penelitian pengembangan untuk mata pelajaran lain dengan produk yang berbeda, seperti Lembar Kerja Siswa, mdul, media, dan lain-lain. (2) Hasil yang diperoleh oleh para guru perlu diimbaskan kepada para guru yang lainnya agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, khususnya para guru yang berminat melakukan penelitian pengembangan.

Kata-kata kunci: pendampingan, penelitian pengembangan 1. Pendahuluan

Penjabaran dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, mendasarkan pada profesionalisme guru tentang standar kompetensi yang harus dikuasai seorang pendidik (guru) mencakup empat jenis kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman peserta didik,

(8)

perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Dirjen Dikti, 2008). Persyaratan kompetensi guru tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi.

Sertifikasi guru dalam jabatan telah berlangsung sejak tahun 2006. Pada awalnya sertifikasi guru dalam jabatan melalui jalur portofolio. Tampaknya jalur portofolio memiliki banyak kelemahan, sehingga jalur portofolio hanya diperuntukkan bagi guru-guru yang berprestasi saja. Saat ini sertifikasi gutu dalam jabatan dapat melalui empat jalur, yakni: (1) jalur prestasi melalui portofolio secara online, (2) jalur Pendidikan Profesi Guru, (3) jalur langsung (bila memenuhi syarat tertentu), dan (4) jalur Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Keempat jalur tersebut mensyaratkan guru memiliki keterampilan menulis karya ilmiah, termasuk di dalamnya kemampuan menulis bahan ajar dan kemampuan melakukan kegiatan penelitian.

Hasil observasi terhadap karya tulis guru di beberapa SD di Kota Singaraja menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas guru dalam bidang penulisan karya ilmiah masih perlu ditingkatkan. Jika aturan kenaikan pangkat terbaru diberlakukan, maka akan banyak guru yang susah naik pangkat karena tidak memiliki karya ilmiah. Para guru jarang sekali memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang kegiatan penelitian. Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima orang guru di Kecamatan Buleleng dapat diketahui bahwa mereka tidak pernah melakukan penelitian. Alasan mereka tidak pernah melakukan penelitian karena mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk meneliti. Mereka sangat berharap agar suatu hari ada pihak yang membimbing mereka untuk melakukan suatu penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru-guru SD di Kota Singaraja diketahui bahwa para guru SD banyak yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk

(9)

menulis bahan ajar dan melakukan kegiatan penelitian. Melihat kenyataan tersebut, kami sebagai dosen Undiksha tergugah untuk turut menyumbangkan tenaga dan pikiran kepada para guru SD dalam upaya peningkatan kemampuan menulis bahan ajar dan kemampuan melakukan penelitian. Oleh karena itu tampaknya perlu dilakukan suatu kegiatan yang mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru dalam bidang karya pengembangan profesi, khususnya penelitian. Hal ini akan dilakukan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mutlak dilakukan oleh dosen. Kegiatan P2M ini akan dilakukan pada guru-guru sekolah dasar. Khalayak yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah para guru SD di Kota Singaraja. Kegiatan ini berupa pendampingan pelaksanaan penelitian pengembangan sebagai tindak lanjut pengabdian kepada masyarakat yang kami laksanakan sebelumnya.

Tahun 2010 kami melakukan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (P2M) dalam bentuk pelatihan menulis bahan ajar bagi guru-guru SD di Kota Singaraja. Para guru sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan dan menghasilkan produk bahan ajar. Selanjutnya, tahun 2011, kami kembali melakukan pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan penulisan proposal penelitian pengembangan. Alasan pemilihan penelitian pengembangan dalam kegiatan tersebut adalah: (1) pengabdian ini merupakan lanjutan dari pengabdian masyarakat tahun 2010, karena oreintasi penelitian pengembangan adalah menghasilkan suatu produk yang berkaitan dengan upaya memecahkan masalah pembelajaran, (2) para guru yang dilibatkan dalam pengabdian 2010 sudah mengenal penelitian tindakan kelas, sehingga mereka menginginkan dilatih melakukan penyusunan proposal penelitian pengembangan, dan (3) para guru sudah memiliki produk berupa bahan ajar, sehingga mereka memilki modal yang memadai untuk melakukan penelitian pengembangan. Sebagai tindak lanjut pengabdian masyarakat tahun 2011 yang menghasilkan proposal penelitian pengembangan, maka tahun 2012 kami kembali melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarkat berupa pendampingan pelaksanaan penelitian pengembangn.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memotivasi para guru di sekolah dasar agar mau melaksanakan kegiatan belajar dan mengajar secara lebih efektif dan inovatif. Di samping itu, agar para guru khususnya dalam mengajar mau melakukan inovasi-inovasi sebagai bagian dari tugas profesionalismenya. Salah satu cara yang dapat dilakukan

(10)

guru adalah melakukan kegiatan penelitian. Melalui kegiatan penelitian pengembangan para guru SD dapat menghasilkan produk tertentu yang mampu memecahkan masalah pembelajaran di kelas masing-masing. Dengan demikian, guru diharapkan dapat meningkatkan profesionalismenya yang bermuara pada peningkatan proses dan hasil belajar yang lebih berkualitas melalui pelaksanaan penelitian pengembangan.

Soenarto (2005) memberikan batasan tentang penelitan pengembangan sebagai suatu proses untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk berupa materi, media, alat dan atau strategi pembelajaran, digunakan untuk mengatasi pembelajaran di kelas/laboratorium, dan bukan untuk menguji teori. Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh Borg & Gall (1983) bahwa penelitian pengembangan sebagai usaha untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang akan digunakan dalam pendidikan. Seel & Richey (1994) juga memberikan pengertian pengembangan sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik. Pengembangan atau sering disebut juga sebagai penelitian pengembangan, dilakukan untuk menjembatani antara penelitian dan praktik pendidikan (Ardhana, 2002).

Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara umum masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut. Bagaimanakah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakaan penelitian melalui Pendampingan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan bagi Guru-guru SD di Kota Singaraja? Tujuan kegiatan P2M ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan penelitian pengembangan melalui Pendampingan Pelaksanaan Penelitian Pengembangan bagi Guru-guru SD di Kota Singaraja.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru SD di Kota Singaraja sebanyak lima orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru yang: (1) sudah memiliki bahan-bahan penelitian pengembangan seperti materi buku ajar, media pembelajaran, lembar kerja mahasiswa, dan lain-lain, (2) belum

(11)

mengikuti program sertifikasi guru, dan (3) memiliki motivasi yang tinggi untuk melakukan penelitian pengembangan. Kelima guru SD tersebut diberikan pendampingan dalam melaksanakan penelitian pengembangan.

Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah laporan penelitian pengembangan. Laporan penelitian pengembangan yang dhasilkan oleh kelima orang guru dinilai. Penilaian laporan penelitian menggunakan instrumen berupa rubrik penilaian.

Rubrik penilaian terhadap kualitas laporan penelitian yang dihasilkan, adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Rubrik Penialaian Kualitas Laporan Penelitian

No. Komponen yang Dinilai Skor

1 2 3 4 5 1 Kejelasan judul penelitian

2 Ketepatan perumusan masalah 3 Kejelasan tujuan penelitian 4 Kesesuaian manfaat penelitian 5 Kesesuaian daftar pustaka 6 Kejelasan metode penelitian

7 Ketepatan instrumen yang digunakan 8 Ketepatan sistematika laporan penelitian 9 Kejelasan hasil dan pembahasan

10 Kesesuaian simpulan 11 Kejelasan saran

12 Tata tulis dan bahasa laporan

Jumlah Jumlah Skor Total

Keterangan:

Setiap kriteria diberi skor 1, 2,3, 4 atau 5 Sangat kurang skor 1

Kurang skor 2

Cukup skor 3

Baik skor 4

Sangat baik skor 5

P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap yaitu: tahap pertama, penjelasan dan pemantapan pemahaman pelaksanaan penelitian pengembangan dan tahap kedua, pendampingan pelaksanaan penelitian pengembangan. Langkah-langkah kegiatan tahap pertama adalah: (a) merencanakan tempat penjelasan dan pemahaman pada satu lokasi yang disepakati bersama para guru yang dijadikan

(12)

pengembangan, dan (c) diskusi serta tanya jawab antara pelatih dengan peserta. Langkah-langkah kegiatan tahap kedua adalah: (a) tahap pendampingan pelaksanaan penelitian pengembangan dilakukan selama tiga bulan, yakni bulan Juli sampai dengan September yang dlaksanakan di SD tempat peserta P2M bertugas dan (b) melakukan penilaian terhadap laporan penelitian pengembangan yang dihasilkan oleh para guru.

Gambar 1. Kegiatan Penjelasan dan Pemantapan (Tahap Pertama) 3. Hasil dan Pembahasan

Peserta terdiri atas lima orang guru SD. Setiap guru menghasilkan satu laporan penelitian pengembangan. Dengan demikan, hasil akhir dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah lima buah laporan penelitian pengembangan. Berikut adalah hasil penilaian terhadap laporan penelitian pengembangan yang dhasilkan oleh para guru. Tabel 2. Hasil Penilaian Laporan Penelitian

No. Nama Judul Penelitian Nilai Kriteria (PAP Skala 5) 1 Made Krisnaningsih, S,Pd. Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VI Semester I dengan Model Dick & Carey.

86,67 Sangat Baik

2 Luh Suarniti, S,Pd. Pengembangan Buku Ajar Pendidikan Matematika Kelas III Semester I dengan Model Dick & Carey.

81,67 Baik 3 Nyoman Suarmika, S.Pd. SD Pengembangan Bahan Ajar Matematika SD Kelas IV Semester I dengan Model Dick & Carey.

(13)

4 Putu Sukerni, S.Pd.. Pengembangan Buku Ajar IPA Kelas IV Semester I SD No. 4 Kaliuntu dengan Model Dick & Carey.

83,33 Baik

5 I Gusti Agung Harry Chandra, S.Pd..

Pengembangan Buku Ajar IPA Kelas V Semester I SD No. 1 Banjar Tegal dengan Model Dick & Carey.

85,00 Sangat Baik

Jumlah 425,00

Rerata 85,00 Sangat Baik

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa dua laporan penelitian pengembangan yang dihasilkan oleh guru berada pada kriteria sangat baik dan tiga laporan penelitian pengembangan berada pada kriteria baik. Secara umum produk laporan penelitian pengembangan yang dihasilkan dalam P2M ini berada pada kategori atau kriteria sangat baik dengan rerata 85,00.

Kegiatan P2M ini telah mampu memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan tentang pelaksanaan penelitian pengembangan kepada para peserta. Hal ini dapat dilihat dari produk laporan penelitian pengembangan yang dihasilkan oleh para peserta. Keberhasilan ini patut disyukuri bersama karena berkat kerjasama berbagai pihak, baik itu tim P2M, guru, dan kepala sekolah, serta Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng.

Faktor pendukung kegiatan ini adalah motivasi para peserta yang tinggi untuk mengikuti kegiatan P2M ini. Selain itu, kemampuan guru untuk mengoperasikan komputer sangat membantu dan memudahkan pelaksanaan dan penulisan laporan penelitian pengembangan. Walaupun kegiatan ini telah terlaksana dengan baik, terdapat pula faktor-faktor penghambat. Faktor penghambat yang ditemui antara lain: (1) para guru belum pernah melakukan penelitian pengembangan, sehingga di awal agak berat mendampinginya dan (2) kesibukan para guru untuk mengikuti berbagai kegiatan dan pelaksanaan berbagai tugas cukup menyulitkan untuk melaksanakan penelitian pengembangan.

4. Penutup

Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para guru untuk melaksanakan penelitian pengembangan. Hal ini dapat dilihat dari hasil

(14)

penilaian produk buku ajar yang dihasilkan oleh para guru. Nilai rerata buku ajar yang dihasilkan oleh para guru adalah 85,00 berada pada kategori sangat baik. Terdapat beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut. (1) Para guru SD yang telah didampingi melaksanakan penelitian pengembangan hendaknya mencoba melaksanakan penelitian pengembangan untuk mata pelajaran lain dengan produk yang berbeda, seperti Lembar Kerja Siswa, mdul, media, dan lain-lain. (2) Hasil yang diperoleh oleh para guru perlu diimbaskan kepada para guru yang lainnya agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, khususnya para guru yang berminat melakukan penelitian pengembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I W. 2002. Konsep Penelitian Pengembangan dalam Bidang Pendidikan dan Pembelajaran. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Angkatan II Metodologi Penelitian Pengembangan Bidang Pendidikan dan Pembelajaran, Malang, 22-24 Maret

Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. London: Longman Inc. Direktorat Tenaga Kependidikan dan Direktorat Jenderal Penigkatan Mutu Pendidikan

dan Tenaga Kependidikan. 2008. ”Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan”. Tersedia pada http://lpmpjogja.diknas.go.id/materi/fsp/2009-

Pembekalan-Pengawas/25%20--%20KODE%20--%2005%20-%20B1%20Pendekatan,%20Jenis,%20Metode%20Penelitian%20Pendidikan.pdf (diakses tanggal 25 Maret 2010).

Seels,B. B. dan Richey R. C.. 2002. Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya. Terjemahan. Jakarta: IPTPI.

Soenarto. 2005. Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (Research Metodology to the Improvement of Instruction). Makalah disajikan pada Pelatihan Nasional Penelitian Peningkatan Kualitas Pembelajaran dan Penelitian Tindakan Kelas (PPKP dan PTK), bagi Dosen LPTK, Batam, 8-11 Agustus.

(15)

PELATIHAN PEMBUATAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA BALI BAGI GURU-GURU SAINS SMP

DI KECAMATAN BULELENG

oleh,

I Nyoman Suardana dan Nyoman Retug Jurusan Pendidikan Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK

Pembelajaran berbasis budaya Bali merupakan salah satu pembelajaran inovatif yang terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Budaya Bali banyak yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains kimia SMP. Integrasi budaya Bali ke dalam pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Namun demikian, guru-guru sains SMP di Kecamatan Buleleng belum memiliki pemahaman tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP, pembelajaran berbasis budaya lokal, dan pembuatan perangkat pembelajarannya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dilakukan seminar dan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali bagi guru-guru sains SMP di Kecamatan Buleleng. Seminar dan pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 2012 di Ruang Lab Media Kimia FMIPA Undiksha. Guru-guru sains SMP yang hadir dalam kegiatan tersebut sebanyak 14 orang dari jumlah keseluruhan undangan 26 guru. Hasil dari kegiatan tersebut adalah sebagai berikut. 1) Guru-guru sangat tekun mengikuti seminar dan pelatihan, mereka aktif mengajukan pertanyaan, dan melakukan kerja sama yang baik dalam membuat perangkat pembelajaran. 2) Meningkatnya pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP. 3) Meningkatnya pemahaman guru-guru sains SMP tentang pembelajaran berbasis budaya lokal. 4) Meningkatnya pemahaman dan keterampilan guru-guru sains SMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali.

Kata-kata kunci: pembelajaran sains kimia, budaya Bali 1. Pendahuluan

Kecematan Buleleng merupakan salah satu kecamatan dari sembilan kecamatan yang berlokasi di pusat kota Singaraja. Di Kecamatan Buleleng terdapat 15 Sekolah Menengah Pertama (tujuh SMP Negeri dan tujuh SMP Swasta) serta satu MTs. (BSNP, 2009). Guru-guru sains yang mengajar di SMP sebagian besar berlatar belakang pendidikan Fisika dan Biologi, hanya sebagian kecil berlatar belakang pendidikan Kimia. Guru-guru sains SMP sangat jarang melakukan kegiatan penelitian untuk

(16)

memiliki inisiatif untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif, misalnya model pembelajaran berbasis budaya lokal (Bali). Hal ini dapat diketahui dari perangkat pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru sains SMP yang cenderung menonton.

Pembelajaran berbasis budaya Bali sebagai salah satu pembelajaran inovatif perlu terus dikembangkan. Integrasi budaya Bali dalam pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Budaya Bali banyak yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains. Misalnya pada pembuatan garam dapur yang dilakukan oleh petani garam Desa Tejakula. Proses pembuatannya adalah sebagai berikut. Air laut dipekatkan dengan cara dituangkan ke tanah tempat pemekatan. Kemudian tanah ini dijemur sambil diaduk supaya cepat kering. Tanah yang sudah kering, selanjutnya dimasukkan ke dalam penyaringan dan direndam dengan air laut. Keesokan harinya hasil saringan diuapkan menggunakan sinar matahari langsung. Kristal-kristal garam dapur yang telah terbentuk dikumpulkan menjadi satu (Suardana, 2010). Dari proses tersebut dapat diekplorasi konsep-konsep sains, yaitu: evaporasi (penguapan), filtrasi (penyaringan), dan kristalisasi. Budaya Bali ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains, khususnya pada aspek kimia. Pembelajaran atau praktikum berbasis budaya lokal (Bali) telah banyak dilakukan dan terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa (Suja et al., 2007), keterampilan berpikir kritis siswa/mahasiswa (Selamat et al., 2009; Suardana, 2010), kompetensi dasar sains dan nilai kearifan lokal (Suastra et al., 2011).

Walaupun pembelajaran berbasis budaya Bali sudah terbukti efektif meningkatkan hasil belajar siswa, namum guru-guru sains SMP belum banyak yang memahaminya. Hal ini sejalan dengan temuan penelitian Suja et al. (2007) bahwa guru-guru sains SMP belum memahami sains asli (budaya lokal) yang dapat diintegrasikan ke dalam pembelajaran, walaupun sesungguhnya tanpa disadari mereka telah menyinggungnya dalam pembelajaran aspek kimia yang sedang diajarkannya. Misalnya, penggunaan garam dapur untuk pengawetan ikan. Di samping itu, guru-guru sains SMP juga masih mengalami kesulitan dalam mengajarkan sains kimia dan mengganggap materi sains kimia terlalu luas dan tidak sistematis (Suja et al., 2007).

Lebih lanjut, hasil diskusi penulis dengan beberapa guru sains SMP di Kecamatan Buleleng terungkap bahwa mereka belum memiliki pemahaman berkaitan dengan budaya Bali yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran, pembelajaran berbasis

(17)

budaya lokal Bali, dan pembuatan perangkatnya. Mereka belum menyadari bahwa adanya keterkaitan antara budaya Bali dengan pembelajaran sains. Mereka juga menyatakan bahwa untuk praktikum sains, khususnya sains kimia, sangat jarang bisa dilakukan karena keterbatasan waktu yang tersedia dan tidak adanya tenaga laboran.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang dicarikan solusinya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP?, (2) Bagaimanakah meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang pembelajaran berbasis budaya local, (3) Bagaimanakah meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru sains SMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran berbasis budaya Bali?

Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat sebagai hasil belajar (Koentjaraningrat, 2009). Berdasarkan pengertian ini, kebudayaan memiliki tiga wujud, yaitu: 1) ide, gagasan, nilai, norma, dan peraturan; 2) aktivitas dan tindakan berpola dalam masyarakat; dan 3) benda-benda hasil karya manusia. Jika sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia terdapat dalam wilayah masyarakat tertentu maka kebudayaan ini merupakan budaya lokal. Budaya lokal yang relevan dengan materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam pembelajaran agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Stanley dan Brickhouse (2001) menyarankan agar pembelajaran sains di sekolah menyelaraskan antara sains Barat (sains modern) dengan sains asli (sains tradisional) dengan menggunakan pendekatan lintas budaya (cross-culture). Latar belakang budaya yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap pembelajaran sains. Cobern dan Aikenhead (1996) serta Wahyudi (2007) menyatakan bahwa pengaruh latar belakang budaya siswa terhadap pembelajaran sains ada dua macam. Pertama, pengaruh positif akan muncul jika materi pembelajaran sains di sekolah yang sedang dipelajari selaras dengan pengetahuan (budaya) siswa sehari-hari. Pada keadaan ini proses pembelajaran mendukung cara pandang siswa terhadap alam sekitarnya. Proses pembelajaran yang seperti ini disebut dengan proses inkulturasi. Kedua, proses pembelajaran sains di sekolah menjadi pengganggu dalam pembentukan pengetahuan siswa ketika materi pelajaran sains tidak selaras dengan latar belakang budaya yang dimiliki siswa. Dengan demikian, kemampuan guru untuk mengaitkan antara dunia siswa dan budayanya

(18)

dengan dunia sekolah dan kelas merupakan komponen penting dalam penanganan keanekaragaman budaya (Arends, 2008). Lebih lanjut, Jegede dan Okebukola (dalam Suastra, 2005) menyatakan bahwa memadukan sains asli siswa (sains sosial budaya) dengan pelajaran sains di sekolah ternyata dapat meningkatkan prestasi siswa. Hal ini diakuinya, jika dalam proses pembelajaran sains, keyakinan atau pandangan tradisional tidak dimasukkan, maka konflik yang ada pada diri siswa tentang perbedaan pandangan tradisional dan pandangan ilmiah akan terus dibawa oleh siswa dan akan berakibat pada pemahaman siswa terhadap konsep ilmiah menjadi kurang bermakna.

Sardjiyo dan Pannen (2005) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah media bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam. Dengan demikian, melalui pembelajaran berbasis budaya, siswa bukan sekedar meniru dan/atau menerima saja informasi yang disampaikan, tetapi siswa menciptakan makna dan pemahaman dari informasi yang diperolehnya. Demikian juga, pembelajaran berbasis budaya bukan sekedar menstransfer atau menyampaikan budaya atau perwujudan budaya, tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna, menembus batas imajinasi, dan kreativitas untuk mencapai pemahaman yang mendalam tentang materi subjek yang dipelajarinya. Sementara itu, Linn dan Burbules (dalam Jegede dan Aikenhead, n.d.) menyatakan bahwa konteks sosial (budaya) dalam pembelajaran berbasis budaya adalah sebagai jembatan bagi pebelajar dan memberikan petunjuk serta membantu mereka mengkonstruksi pengetahuan pada saat mereka berinteraksi dengan masyarakat.

Proses pembelajaran berbasis budaya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan berbagai rasa keingintahuannya, terlibat dalam proses analisis dan eksplorasi yang kreatif mencari jawaban, serta terlibat dalam proses pengambilan kesimpulan yang sehat. Aktivitas dalam pembelajaran berbasis budaya tidak dirancang hanya sekedar untuk mengaktifkan siswa, tetapi dibuat untuk memfasilitasi terjadinya interaksi sosial dan negosiasi makna sampai terjadinya penciptaan makna. Kebermaknaan dalam hal ini diperoleh dari hasil interaksi sosial dan negosiasi antara pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan informasi baru yang diperolehnya dalam

(19)

pembelajaran, antara siswa dan siswa lainnya, antara siswa dan guru dalam konteks komunitas budaya.

Menurut Stephens (2000), pembelajaran berbasis budaya berusaha mengintegrasikan sistem pengetahuan asli (lokal) dan pengetahuan Barat di sekitar topik-topik atau materi pelajaran dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari dan sekaligus juga untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap budaya lokalnya. Lebih lanjut, Stephens (2000) menyatakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis budaya, meliputi: (1) dimulai dengan topik tentang manfaat budaya dan melibatkan ahli-ahli budaya; (2) menghubungkan pembelajaran sains dengan topik-topik budaya dan standar sains; (3) menyediakan kesempatan yang luas kepada siswa untuk mengembangkan pemahaman secara mendalam tentang pengetahuan budaya yang berkaitan dengan sains; (4) menggabungkan praktek pembelajaran yang sesuai dengan konteks budaya, memfokuskan pada pemahaman siswa, dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan; serta (5) melibatkan asesmen autentik yang membimbing pembelajaran dan menyediakan pemahaman sains dan budaya, pengembangan penalaran dan keterampilan yang berhubungan dengan standar.

Menurut Barnhardt (n.d.), prinsip dalam menerapkan pembelajaran berbasis budaya lokal adalah “think globally, act locally.” Ini mengandung makna bahwa tujuan dari pembelajaran berbasis budaya lokal adalah mencapai keterampilan berpikir secara global, yaitu dapat memecahkan masalah-masalah di sekitar dan masalah-masalah global, seperti pencemaran lingkungan, hujan asam, pemanasan global. Namun, keterampilan berpikir ini dicapai melalui tindakan-tindakan lokal. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan mengaitkan pembelajaran sains dengan budaya lokal.

George (dalam Wahyudi, 2007), menyarankan kepada guru agar memperhatikan empat hal berikut selama pembelajaran. (1) Memberi kesempatan siswa untuk mengekspresikan pikiran-pikirannya, untuk mengakomodasi konsep-konsep keyakinan yang dimiliki siswa, yang berakar pada pengetahuan tradisional. (2) Menyajikan kepada siswa contoh-contoh keganjilan atau ”keajaiban” (discrepant event) yang sebenarnya hal biasa menurut konsep ilmiah. (3) Mendorong siswa untuk aktif bertanya. (4) Mendorong siswa untuk membuat serangkaian skema tentang konsep yang dikembangkan selama pembelajaran. Sementara itu, Haukoos dan LeBeau (1992)

(20)

menyatakan bahwa pembelajaran sains juga dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut. (1) Menghadirkan masalah kepada siswa untuk didiskusikan. (2) Ketrampilan proses sains merupakan bagian proses pengajaran dan pembelajaran. (3) Komunikasi di antara siswa perlu dibangun dalam rangka inkuiri dan pemecahan masalah. (4) Lingkungan budaya setempat dapat dijadikan sebagai sumber belajar. 2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan adalah metode ceramah, diskusi, dan pelatihan yang dilaksanakan dalam bentuk seminar dan pelatihan. Gabungan metode tersebut diharapkan mampu meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan konsep-konsep sains kimia, pembelajaran berbasis budaya lokal Bali, dan penyusunan atau pembuatan perangkat pembelajarannya. Keterkaitan antara tujuan dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan P2M ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan

No. Tujuan Metode Bentuk Kegiatan

1. Meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP

Ceramah dan diskusi

Seminar

2. Meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang pembelajaran berbasis budaya lokal Bali

Ceramah dan diskusi

Seminar

3. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru sains SMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali Ceramah, diskusi dan Pelatihan Seminar dan Pelatihan

Masalah pokok yang dipecahkan dalam P2M ini berkaitan dengan kekurangpahaman guru-guru sains SMP terhadap budaya Bali yang relevan dengan konsep-konsep sains kimia, pembelajaran berbasis budaya Bali, dan penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali. Berbagai alternatif untuk memecahkan permasalahan tersebut disajikan pada Tabel 2.

(21)

Tabel 2. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Permasalahan Akar Masalah Aternatif Pemecahan Masalah

1. Guru-guru sains kurang memahami budaya Bali yang relevan dengan konsep-konsep sains kimia SMP

Kurangnya informasi tentang budaya Bali yang relevan dengan konsep-konsep sains kimia

1. Penyebaran informasi lewat internet

2. Pemberian ceramah 3. Ceramah dan diskusi atau

seminar 2. Guru-guru sains kurang

memahami pembelajaran berbasis budaya lokal Bali

Kurangnya informasi dan inisiatif dalam mencari informasi tentang pembelajaran berbasis budaya lokal Bali

1. Penyebaran linformasi lewat internet

2. Pemberian ceramah 3. Ceramah dan diskusi atau

seminar 3. Guru-guru sains kurang

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun perangkat pembelajaran sains kimia berbsais budaya Bali

Kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali

1. Ceramah dan diskusi 2. Seminar dan pelatihan

penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali

Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam tabel di atas, solusi yang dipilih untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah: 1) seminar tentang budaya Bali yang relevan dengan konsep-konsep sains kimia SMP dan pembelajaran berbasis budaya lokal Bali; serta 2) seminar dan pelatihan tentang penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali.

3. Hasil dan Pembahasan

Kegiatan P2M ini dilakukan melalui seminar dan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali bagi guru-guru sains SMP di Kecamatan Buleleng. Seminar dan pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 2012 di Lab Media Kimia FMIPA Undiksha (Peta lokasi kegiatan disajikan pada Lampiran 1 dan foto-foto kegiatan disajikan pada Lampiran 2). Kegiatan P2M dihadiri oleh 14 orang guru sains SMP dari jumlah keseluruhan undangan 26 guru. Guru-guru ini secara tekun megikuti kegiatan seminar dan pelatihan, mereka aktif mengajukan pertanyaan dan melakukan kerja sama yang baik dalam berlatih membuat perangkat pembelajaran berbasis budaya Bali. Hasil kegiatan seminar dan pelatihan ini disajikan pada Tabel 3.

(22)

Tabel 3. Hasil Kegiatan Seminar dan Pelatihan

No Kegiatan Sasaran Hasil

1 Seminar Guru-guru Sains SMP di Kecamatan

Buleleng

Meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP, pembelajaran berbasis budaya lokal Bali, dan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali

2 Pelatihan Guru-guru Sains SMP di Kecamatan

Buleleng

Meningkatkan pemahaman dan

keterampilan guru-guru sains SMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali

Seminar dan pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 27 Oktober 2012 berjalan baik dan lancar. Seminar dan pelatihan dibuka oleh Sekretaris Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Drs. I Wayan Mudana, M.Si., selaku perwakilan dari Ketua LPM. Sebagai nara sumber dalam kegiatan ini adalah Dr. I Nyoman Suardana, M.Si. yang berasal dari Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha. Pada saat pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali, nara sumber dibantu oleh seorang tenaga pelatih, yaitu: Drs. Nyoman Retug, M.Si. Seminar dan pelatihan ini dihadiri oleh 14 guru sains SMP di Kecamatan Buleleng dari jumlah keseluruhan undangan sebanyak 26 orang guru. Guru-guru sains SMP yang hadir dalam kegiatan seminar dan pelatihan sebagian besar berlatar belakang pendidikan fisika dan biologi, hanya satu orang berlatar belakang pendidikan kimia. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketidakseimbangan latar belakang pendidikan guru-guru sains SMP. Kegiatan seminar dan pelatihan berlangsung dari jam 08.00 s/d 16.00 WITA.

Guru-guru sains SMP sangat tekun mengikuti kegiatan seminar dan pelatihan. Mereka juga menunjukan kerja sama yang baik dalam pelatihan pembuatan perangkat pembelajaran. Banyak dari mereka mengajukan pertanyaan berkaitan dengan cara melakukan pembelajaran berbasis budaya Bali, yang mana budaya Bali di setiap tempat di Bali juga berbeda-beda. Budaya Bali yang mana harus dipilih untuk diintegrasikan dalam pembelajaran. Di samping itu, guru-guru sains juga menyatakan bahwa banyak dari mereka belum mengetahui budaya Bali yang relevan dengan materi sains kimia

(23)

yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sehingga secara otomatis mereka tidak dapat melakukan pembelajaran berbasis budaya Bali.

Penyampaian relevasi budaya Bali dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada mata pelajaran sains SMP dalam kegiatan seminar dan pelatihan mampu meningkatkan wawasan dan pemahaman guru-guru tentang budaya Bali yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran sains kimia khususnya. Hal ini terlihat dari perangkat pembelajaran yang dibuat selama kegiatan pelatihan, yang mana budaya Bali yang diintergrasikan ke dalam perangkat sudah relevan dengan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi.

Perangkat pembelajaran yang berupa Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis budaya Bali yang dibuat oleh guru-guru secara umum sudah baik. Perangkat yang dibuat oleh guru tersebut sudah menunjukkan adanya relevansi antara budaya Bali dan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi. Sementara itu, materi pembelajaran dalam RPP masih ada yang belum fokus dengan indikator pencapaian konpetensi. Kegiatan pembelajaran juga masih ditemukan belum adanya kesesuaian antara model yang digunakan dengan langkah-langkah pembelajaran. Rumusan tujuan belum semuanya menyajikan proses dan hasil belajar yang diharapkan oleh Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tertang standar proses untuk pendidikan dasar dan menengah. Di samping itu, penilaian juga belum semuanya sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman guru-guru sains tentang pembuatan perangkat pembelajaran belum optimal dan masih perlu terus ditingkatkan.

Beberapa kekurangan dari komponen-komponen perangkat pembelajaran yang dibuat guru disebabkan beberapa guru masih memiliki pemahaman bahwa indikator yang terdapat dalam silabus tidak bisa diubah sehingga guru hanya berpedoman pada silbus. Hal ini menyebabkan banyak penilaian yang dilakukan tidak sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Di samping itu, dalam merumuskan tujuan pembelajaran masih banyak guru yang menyamakan dengan rumusan indikator hanya ditambahkan kata-kata “siswa dapat”. Dengan demikian, pada rumusan tujuan tidak nampak proses yang dilakukan untuk mencapai hasil belajar. Walaupun masih ditemukan adanya beberapa kekurangan beberapa komponen dalam perangkat

(24)

pembelajaran yang dibuat oleh guru-guru sains SMP, tetapi secara umum perangkat yang dibuat sudah baik.

Berdasarkan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan seperti yang diuraikan di atas, nampak bahwa terjadi peningkatan wawasan dan pemahaman guru-guru sains SMP di Kecamatan Buleleng tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP dan pembelajaran berbasis budaya lokal Bali serta peningkatan pemhaman dan keterampilan guru-guru sains dalam pembuatan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali, khususnya silabus, RPP, dan LKS berbasis budaya Bali.

4. Penutup

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Kegiatan P2M dapat meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang budaya Bali yang relevan dengan sains kimia SMP. 2) Kegiatan P2M dapat meningkatkan pemahaman guru-guru sains SMP tentang pembelajaran berbasis budaya lokal. 3) Kegiatan P2M dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru sains SMP dalam penyusunan perangkat pembelajaran sains kimia berbasis budaya Bali. Guru-guru yang telah mengikuti seminar dan pelatihan ini diharapkan dapat menyempurnakan perangkat pembelajaran yang telah dibuat dalam pelatihan dan menerapkannya dalam pembelajaran serta dikembangkan lebih lanjut untuk topik-topik yang lain. Sementara itu, bagi para pelaksana kegiatan P2M, model seminar dan pelatihan seperti ini perlu dilakukan juga terhadap guru-guru sains SMP di kecamatan atau daerah lain sehingga pembelajaran berbasis budaya Bali menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan memperkuat budaya Bali dari pengaruh budaya asing.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. (2008). Learning to Teach. Buku I. Edisi Ketujuh. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2009). Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010. Jakarta: BSNP.

Barnhardt, R. (n.d.). Teaching/Learning accros Culture: Strategis for Succes. [Online]. Tersedia: http://www.ankn.uaf.edu/TLAC.hyml. [21 Desember 2003].

Cobern, W. W. & Aikenhead, G. S. (1996). Cultural Aspects of Learning Science. [Online]. Tersedia: http://wmich.edu/slcsp/121.htm. [21 Desember 2003].

(25)

Haukoos, G. & LeBeau, D. (1992). “Inservice Activity that Emphasizes the Importance of the Cultural in Teaching School Science”. Journal of American Indian Education–Arizona State University. 32(1). [Online]. Tersedia: http://jaie.asu.edu/v34/ V34S2imp.htm. [3 April 2009].

Koentjaraningrat, (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan ke-9. Edisi Revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sardjiyo & Pannen, P. (2005). “Pembelajaran Berbasis Budaya: Model Inovasi Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.” Jurnal Pendidikan. 6(2), 83-98.

Selamat, I N., Redhana, I W., & Suardana, I N. (2009). Pengembangan Buku Kerja Kimia Berbasis Peta Argumen Menggunakan Konteks Budaya Lokal untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Laporan Penelitian Undiksha. Tidak Diterbitkan.

Stanley, W.B. & Brickhouse, N.W. (2001). The Multicultural Question Revisited. Science Education. 85(1), 35-48.

Stephens, S. (2000). Handbook for Culturally Responsive Science Curriculum. Fairbanks: Alaska Native Knowledge Network.

Suardana, I N. (2010). Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar Berbasis Budaya Bali untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPs UPI. Tidak Dipublikasikan

Suastra, I W., Tika, K., & Karyasa, N. (2011). Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal Di SMP. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. 5(3), 258 – 273.

Suja, I W., Sudria IBN., & Muderawan, I W. (2007). Integrasi Sains Asli (Indigeneous Science) ke dalam Kurikulum Sains Sekolah sebagai Upaya Pengembangan Pendidikan Sains Berbasis Content dan Context Budaya Bali. Laporan Penelitian. Tidak Diterbitkan.

Wahyudi (2007). Kurikulum IPA Berbasis Budaya Lokal. [Online]. Tersedia: http://www.duniaguru.com. [3 April 2009].

(26)

PELATIHAN PRAKTIKUM IPBA BAGI GURU SMP/SMA DI KOTA SINGARAJA MENUJU OLIMPIADE

ASTRONOMI

oleh,

Ni Made Pujani dan Ni Ketut Rapi ABSTRAK

Tujuan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktikum bidang IPBA (Astronomi) bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja dalam rangka mengantisipasi rendahnya prestasi belajar IPBA siswa serta sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi. Sasaran kegiatan adalah guru-guru SMP/SMA yang ada di Kota Singaraja. Realisasi kegiatan dilakukan dengan memberikan ceramah dan pelatihan bertempat di Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan berjalan baik. Kegiatan pelatihan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan praktikum dan mengobservasi objek langit malam; dapat meningkatkan penguasaan materi IPBA dari kategori kurang (rata-rata pre test 47,5) menjadi baik (rata-rata post test 70,5). Demikian pula, respon peserta adalah positif dan guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan. Namun, dalam pelaksanaan praktikum hand on dibutuhkan waktu lebih banyak, sehingga topik pelatihan praktikum perlu dibatasi. Kepada pihak terkait disarankan agar dibentuk suatu wadah dimana para guru dapat sharing pengetahuan tentang pengamatan langit malam dan pembahasan soal-soal terkait dengan olimpiade astronomi.

Kata-kata kunci: pelatihan, praktikum, IPBA, Olimpiade Astronomi 1. Pendahuluan

Kabupaten Buleleng sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Bali, memiliki visi dan misi pembangunan yang berorientasi pada sektor pariwisata, pertanian, pendidikan, dan kesehatan. Pada sektor pendidikan, salah satu misi pembangunan Kabupaten Buleleng adalah menjadikan Buleleng sebagai kota pendidikan. Realisasi dari hal itu telah dituangkan dalam berbagai kebijakan daerah, antara lain dengan memfasilitasi pembangunan lembaga pendidikan mulai dari jenjang taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).

Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan program in-service training bagi para guru. Di

(27)

sisi lain, kualifikasi dan profesionalisme para tenaga pendidik (guru) yang ada di Kabupaten Buleleng, khususnya guru bidang studi IPBA di SMP dan SMA banyak yang belum sesuai dengan bidang tugasnya, termasuk pula masih kurangnya kemampuan dan keterampilan-keterampilan profesional guru dalam mengajar IPBA.

Pembelajaran IPBA sebagai bidang studi yang secara formal wajib dibelajarkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA saat ini dihadapkan pada tantangan untuk mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya. Hal ini mengingat bahwa mulai tahun 2005 untuk Astronomi dilombakan dalam ajang bergengsi yaitu pada olimpiade tingkat nasional dan international. Khusus untuk Kabupaten Buleleng, partisipasi di bidang olimpiade Astronomi bagi siswa SMP dan SMA baru mulai tahun 2006, itu pun baru diwakili dari satu sekolah saja yaitu SMA Negeri 1 Singaraja. Dari wakil yang dikirimkan tersebut, belum ada yang bisa menembus hingga lulus di tingkat Propinsi, sebagaimana diinformasikan melalui internet, untuk bidang olimpiade Astronomi belum ada siswa SMP/SMA wakil dari Kabupaten Buleleng atau pun wakil Propinsi Bali yang berhasil meraih medali.

Rendahnya prestasi belajar Astronomi para siswa SMA di wilayah Kabupaten Buleleng tidak terlepas dari kurangnya pembinaan oleh guru (faktor guru) dan karakteristik materi. Dengan berlakunya KTSP mulai tahun 2006, materi IPBA tidak lagi sepenuhnya menjadi suplemen mata pelajaran Fisika tetapi sebagian masuk ke mata pelajaran IPS untuk di SMP dan Geografi untuk di SMA. Sementara itu, untuk membina siswa yang akan mengikuti kegiatan olimpiade umumnya ditugaskan kepada guru Fisika. Di sini timbul kesenjangan di mana para guru yang tidak mengajar Astronomi ditugaskan membina siswa untuk mengikuti olimpiade Astronomi. Oleh karena itulah sangat diperlukan adanya pembinaan yang berkelanjutan kepada guru IPA di SMP dan guru Fisika di SMA agar mereka memiliki kemampuan yang memadai untuk membina calon peserta olimpiade Astronomi. Dinas Pendidikan bersama-sama dengan seluruh SMP/SMA yang ada di Kabupaten Buleleng harus sesegera mungkin melakukan persiapan pembinaan bidang IPBA (Astronomi) yang terprogram dan kontinu untuk menghadapi pelaksanaan Olimpiade Astronomi Nasional/Internasional tahun 2012. Secara alamiah Astronomi memiliki konsep pemikiran dan pemahaman yang terintegrasi secara simultan baik dalam perkembangan ilmunya, teknologinya, terapan

(28)

materi pelajaran di SMP/SMA yang terpadu secara integral, di mana konsep-konsep Astronomi melibatkan konsep-konsep Fisika. Konsekwensinya, keberhasilan siswa dalam pelajaran Astronomi dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menerapkan konsep-konsep Fisika yang relevan ke bidang studi IPBA. Hal ini pula yang dijadikan sebagai acuan, di mana dalam kurikulum, materi Astronomi seharusnya menjadi bagian dari mata pelajaran fisika, sehingga pengajar Astronomi di SMP/SMA umumnya adalah guru IPA/Fisika.

Namun demikian, walaupun ada jalinan yang terintegrasi antara Fisika dengan Astronomi, dampak dari hal ini adalah ada kecendrungan belum mapannya penguasaan materi Astronomi tersebut oleh guru Fisika karena Astronomi memerlukan pemahaman tersendiri dan cakupan materimya sangat luas. Di samping adanya pergeseran orientasi konten kurikulum dari Fisika ke IPS dan Geografi. Mengingat ketidak sesuaian kualifikasi guru Astronomi dengan bidang keahliannya itu, maka kualitas penguasaan guru dalam bidang Astronomi harus ditingkatkan, sehingga mereka menjadi tenaga guru yang terampil dalam mengelola pembelajaran. Salah satu alternatif yang dipandang cukup visibel untuk dilakukan adalah melalui penyegaran akademis (refreshing program) yang inti kegiatannya meliputi pelatihan merancang dan melaksanakan praktikum IPBA bidang Astronomi. Melalui program ini, guru diharapkan memperoleh “sesuatu” yang baru dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tugas dan profesinya yang nantinya secara langsung dapat meningkatkan produktivitas kerjanya seperti, mampu memberikan pembinaan di bidang IPBA bagi anak didiknya menuju olimpiade Astronomi. Bila kualitas pengetahuan guru meningkat akan berimplikasi pada kualitas pelaksanaan PBM, dan akhirnya bermuara pada peningkatan prestasi bidang Astronomi.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Averch et.al,1984 dan Jamison,1974 (dalam Wirta, 1990) menemukan bahwa pengaruh variabel kualitas guru cukup efektif terhadap prestasi belajar yang dicapai siswanya. Dalam pembelajaran IPA di SD se Kabupaten Buleleng, hasil penelitian Wirta, dkk (1990) menemukan bahwa terdapat hubungan yang positif dan bermakna antara kualitas guru dengan prestasi belajar siswanya. Khusus dalam kegiatan praktikum IPBA, hasil penelitian Pujani (2010) menemukan bahwa pembekalan keterampilan laboratorium IPBA (Kebumian) bagi calon guru fisika dapat meningkatkan keterampilan calon guru dalam merancang,

(29)

melaksanakan dan melaporkan praktikum IPBA. Untuk bidang Astronomi capaian keterampilan laboratorium yang dicapai calon guru cenderung lebih rendah dari capaian keterampilan laboratorium Kebumian (Pujani, 2011).

Masalah-masalah di atas bukan saja dihadapi dan dialami oleh guru IPBA di Kabupaten Buleleng yang baru bertugas dengan masa kerja kurang dari 5 tahun, tetapi guru yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun pun mengalami hal yang sama. Menyadari demikian urgennya persoalan tersebut, maka dalam rangka pengabdian masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, persoalan menyangkut peningkatan wawasan dan kemampuan guru dalam bidang praktikum IPBA (Astronomi), khususnya pada jenjang SMP/SMA sangat layak untuk dijadikan sebagai salah satu tema atau fokus kegiatan, bagi perbaikan kualitas proses dan produk pendidikan pada level SMP/SMA melalui refreshing program bagi guru-guru IPA/Fisika pada SMP/SMA di Kota Singaraja.

Berdasarkan uraian masalah di atas, maka permasalahan pokok yang hendak diurai melalui program ini adalah: “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas keterampilan praktikum bidang IPBA (Astronomi) bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja dalam rangka mengantisipasi rendahnya prestasi belajar IPBA siswa serta sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi. Adapun tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktikum bidang IPBA bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja dalam rangka mengantisipasi rendahnya prestasi belajar IPBA siswa serta sebagai persiapan menuju olimpiade Astronomi.

Manfaat dari kegiatan ini adalah (1) Pemerintah Kabupaten Buleleng, khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, bahwa program ini dapat membantu merealisasikan salah satu program yang telah disusun dalam rencana pembangunan pendidikan di Buleleng, Provinsi Bali, khususnya pada jenjang SMP/SMA, yaitu peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan akademis untuk mendukung tugas-tugas profesionalnya, sehingga secara langsung berdampak bagi peningkatan produktivitas pendidikan di Kota Singaraja.(2) Guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja, program ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan kualitas penguasaan bidang Astronomi sehingga nantinya mereka dapat memiliki keterampilan melaksanakan praktikum Astronomi yang memadai megingat pengajar Astronomi umumnya adalah guru fisika, serta mampu membina siswa dalam persiapan

(30)

menghadapi olimpiade Astronomi. (3) Universitas Pendidikan Ganesha, program ini sangat bermanfaat dalam menjalin kerjasama yang mutualis antara LPTK dengan kalangan masyarakat luas, sehingga tenaga dan berbagai potensi yang ada dapat disumbangkan kepada khalayak luas, khususnya yang berkenaan dengan sektor pendidikan.

2. Metode Pelaksanaan Pengabdian

Kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan diawali dengan kegiatan orientasi lapangan oleh tim pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan ada masalah yang perlu mendapat penanganan yaitu ketidak sesuaian kualifikasi guru IPBA dengan materi yang diajar merupakan salah satu penyebab ketidak berhasilan pembinaan bidang Astronomi pada siswa SMP/SMA di Kota Singaraja. Setelah itu dilakukan pengkajian literatur, ditemukan alternatif yang visibel untuk dilaksanakan yaitu melalui program refreshing berupa pemberian pelatihan bidang Astronomi untuk meningkatkan kualitas penguasaan guru. Penyegaran materi dilakukan dengan ceramah/presentasi dan praktikum/observasi yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan/pemahaman guru tentang Astronomi. Materi yang dipraktikumkan disesuaikan dengan tuntutan olimpiade Astronomi bidang praktikum/observasi.

Program ini dirancang sebagai bentuk jawaban dan antisipasi dari berbagai permasalahan menyangkut kualitas dan kinerja guru SMP/SMA di Kota Singaraja, khususnya pada bidang peningkatan kualitas guru yang saat ini tengah berkonsentrasi pada pembangunan berbagai institusi pendidikan dan tenaga kependidikan di berbagai pelosok wilayahnya. Berangkat dari rasional tersebut, maka program ini akan dilaksanakan dengan menyelenggarakan pelatihan untuk meningkatkan kualitas penguasaan bidang IPBA bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja. Model pelaksanaan kegiatan ini akan dilakukan secara langsung (tatap muka) dengan bidang kajian yang terkonsentrasi pada 2 (dua) topik dasar materi yaitu, (1) Pembekalan tentang kompetensi yang diperlukan guru dalam praktikum IPBA (Astronomi) dan Cara Mengenali/Mengamati Objek Menarik Langit Malam, dan (2) Pelatihan praktikum IPBA secara hand on dan observasi lapangan.

(31)

Lama pelaksanaan kegiatan adalah 2 (dua) hari dengan melibatkan perwakilan guru SMP/SMA yang ada di Kota Singaraja. Setelah diberi pembekalan materi, setiap kelompok peserta dilatih melaksanakan praktikum dengan menggunakan alat-alat praktikum sederhana dan melakukan pengenalan teleskop untuk mendukung pengamatan/observasi langit malam. Diakhir pelatihan, peserta diberi tes untuk mengetahui penguasaan materi dan keberhasilan program. Melalui sejumlah kegiatan tersebut, diharapkan para guru SMP/SMA memperoleh penyegaran wawasan dan peningkatan kualitas pengetahuan serta keterampilan melakukan praktikum bidang Astronomi untuk kepentingan tugas dan profesinya sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum.

Khalayak sasaran antara yang strategis dalam kegiatan ini adalah para guru SMP/SMA di Kota Singaraja. Di sisi lain, permasalahan mendasar dan aktual yang terjadi pada sektor pendidikan di Kabupaten Buleleng adalah rendahnya prestasi belajar IPBA siswa SMP/SMA serta sebagai persiapan pembinaan menuju olimpiade Astronomi. Permasalahan ini salah satunya disinyalir dapat diantisipasi dan dieliminir melalui peningkatan kualitas penguasaan bidang IPBA bagi guru SMP/SMA, sehingga sejak awal guru dapat mempersiapkan dan mengelola proses belajar mengajar dengan lebih baik. Berdasarkan rasional tersebut, maka sasaran yang dipilih dipandang cukup visibel dan prediktif bagi penyebarluasan informasi atau hasil dari kegiatan ini secara berkelanjutan dan terstruktur

Jumlah guru yang akan dilibatkan adalah sebanyak 20 orang guru yang mengajar IPBA (guru IPA dan Fisika) berasal dari 10 sekolah SMP/SMA yang ada di Kota Singaraja. Penentuan subjek didasarkan pada proporsi jumlah guru per jenjang sekolah. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan dengan sistem kader. Guru SMP/SMA perwakilan yang ditunjuk akan diberikan pelatihan. Mereka yang dijadikan kader dipersyaratkan agar mampu dan mau bekerja sama, serta dapat menyebarkan hasil kegiatan kepada guru lainnya

Pola dan tahapan evaluasi akan disesuaikan dengan metode yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan. Beberapa metode yang akan digunakan dalam kegiatan P2M ini adalah presentasi, diskusi dan observasi/pengamatan langit malam Astronomi sederhana. Setiap metode dipilih sesuai dengan relevansinya terhadap pencapaian tujuan. Adapun rincian metode yang digunakan adalah sebagai berikut.

(32)

Tabel 1 Metode Pelaksanaan

Metode Pelaksanaan Tujuan yang ingin dicapai

Presentasi Untuk memberi pengertian tentang kompetensi yang diperlukan guru dalam praktikum IPBA (Astronomi) dan Cara Mengenali/Mengamati Objek Menarik Langit Malam.

Diskusi Untuk memantapkan pemahaman peserta terhadap materi yang dibahas

Praktikum/Observasi Untuk melatih keterampilan guru dalam melaksanakan praktikum Astronomi khususnya melakukan observasi terhadap objek langit malam, serta dapat

melaksanakan praktikum Astronomi dengan alat-alat sederhana secara hand on dengan topik seperti: jam matahari, rotasi dan revolusi bumi, rotasi dan revolusi bulan, tata koordinat dan pengenalan rasi bintang.

Tes Pre test dan post test diberikan untuk memberi

wawasan tentang materi IPBA dan mengukur ketercapaian program.

Sesuai dengan metode kegiatan di atas, maka evaluasi akan dilaksanakan pada awal, akhir dan selama pelaksanaan kegiatan (directed evaluation/ proccess evaluation). Indikator yang digunakan sebagai parameter keberhasilan program ini adalah, “terjadinya peningkatan penguasaan materi dan meningkatnya kemampuan guru dalam melaksanakan praktikum astronomi dengan alat-alat sederhana secara hand on dan dalam mengobservasi objek langit malam dengan menggunakan teleskop.” Untuk itu, di awal dan di akhir kegiatan akan diberikan tes materi IPBA (Astronomi) dan tim tutor akan mendampingi guru-guru saat pelatihan praktikum dengan alat-alat sederhana maupun dengan menggunakan teleskop untuk mengobservasi objek menarik di langit malam.

3. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian ini dipaparkan tentang hasil atas perlakuan yang diberikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat dan pembahasannya. Pelatihan praktikum Astronomi bagi guru SMP/SMA di Kota Singaraja ini, dilaksanakan tanggal 6-7 Oktober 2012, bertempat di Laboratorium Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha. Panitia mengundang 20 orang guru-guru SMP/SMA dari 10 sekolah di Kota Singaraja melalui kepala sekolah masing-masing. Penunjukan peserta diserahkan kepada kepala sekolah, disarankan agar guru yang ditunjuk adalah

(33)

yang membina siswa dalam olimpiade Astronomi masing-masing sebanyak 2 orang. Dari 20 orang guru yang diundang, ternyata jumlah guru yang hadir hanya 8 orang, tetapi dilihat dari jumlah sekolahnya, dari 10 sekolah yang diundang ada sekitar 80% sekolah yang mengirim wakilnya. Ketidak hadiran sebagian guru-guru disebabkan Kepala Sekolah hanya menugaskan 1 orang guru saja, karena ada beberapa kegiatan kompetisi yang waktunya bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa respon sekolah terhadap pelatihan yang dilaksanakan adalah positif.

Pengetahuan awal peserta pelatihan tentang praktikum IPBA terkait dengan praktikum/observasi langit malam (sesuai soal olimpiade) sangat beragam, ada yang sudah punya cukup pengalaman, beberapa sudah pernah mencoba-coba, tetapi kebanyakan guru SMP/SMA belum memahami penggunaan teropong dan belum mengenali objek yng akan diamati dalam observasi/praktikum Astronomi. Melihat kondisi ini, pelatihan diawali dengan mengenalkan beberapa kompetensi praktikum yang perlu dimiliki guru dan pengenalan objek menarik langit malam, agar nantinya guru dapat malakukan praktikum/observasi secara benar. Setelah cukup barulah kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan praktikum/observasi. Dengan pola seperti ini, pemahaman guru terhadap teknik mengobservasi objek langit mengalami peningkatan, di mana guru dapat mengenali berbagai objek langit malam seperti bintang paling terang, mengenal berbagai rasi, planet, mengenal bintang penanda arah (salib selatan) dan penanda musim (scorpio dan orion). Terhadap praktikum secara hand on dengan alat-alat sederhana, kegiatan praktikum belum dapat dilakukan dengan baik karena kekurangan waktu. Kegiatan ini akhirnya dilakukan dengan mendiskusikan petunjuk praktikum yang sudah disiapkan, dan mempraktekkan cara pengamatan fasa bulan saja.

Sementara itu, penguasaan terhadap materi IPBA digali melaui pre test dan post test yang diberikan di awal dan di akhir pelatihan. Skor yang diperoleh ditampilkan pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2 Capaian skor pretes dan postes tentang penguasaan materi IPBA Kode Guru Asal Sekolah Pretes Postes Gain Keterangan

A SMP N 2 Singaraja 40 65 25 Meningkat

B sda 45 68 23 Meningkat

C SMPN 4 Singaraja 40 68 28 Meningkat

(34)

E SMAN 1 Singaraja 60 75 15 Meningkat

F SMAN 2 Singaraja 50 70 20 Meningkat

G SMAN 4 Singaraja 45 75 30 Meningkat

H SMA Lab Undiksha 55 75 20 Meningkat

Rata-rata 47,5 70,5

Kategori Kurang Baik

Berdasarkan Tabel 2, tingkat kemampuan guru dalam astronomi tergolong masih kurang (47,5). Setelah pelatihan capaiannya mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 70,5 dengan kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan materi Astronomi guru-guru mengalami peningkatan.

Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan berjalan baik, dapat memberi manfaat yang besar bagi para guru SMP/SMA, serta tepat sasaran. Hal ini terlihat dari respon peserta yang begitu antusias mengikuti pelatihan. Pada hari I, guru dengan penuh perhatian mengikuti presentasi tentang Kompetensi yang diperlukan guru dalam praktikum dilanjutkan dengan pengenalan objek menarik di langit malam. Diskusi berkembang hingga para guru merasa cukup memiliki pemahaman tentang praktikum yang dilatihkan. Guru sangat antusias mendengarkan paparan dari pemakalah, Dr. Ni Made Pujani, M.Si dan Nyoman Suwitra, M.S dari Jurusan Pendidikan Fisika Undiksha.

Pada hari II, guru dengan penuh semangat ingin berlatih melakukan praktikum hand on yang telah disiapkan, mencoba mengoperasikan teleskop dan melakukan pengamatan langit malam. Pada siang hari kegiatan pengamatan langit malamnya dapat dilakukan dengan software “Stelarium”. Sementara itu pelatihan praktikum secara hand on hanya disample untuk topic tertentu saja, karena kendala waktu.

Respon yang positif dari para guru untuk mengikuti pelatihan praktikum IPBA menuju olimpiade Astronomi bagi guru-guru SMP/SMA di Kota Singaraja menunjukkan bahwa kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan praktikum IPBA memang sudah merupakan kebutuhan mendesak. Diadakannya olimpiade Astronomi seiap tahun sekali menyebabkan para guru harus mampu mengikuti perkembangan keilmuan itu sendiri agar mampu memberikan yang terbaik bagi sekolah dan siswanya. Fasilitas laboratorium yang tersedia di sekolah-sekolah akan dapat dimanfaatkan secara lebih optimal bila didukung oleh kemampuan SDMnya. Dengan kemampuan melakukan praktikum, menggunakan teleskop, dengan penguasaan materi dan pengetahuan mengenai langit malam, serta dengan pemahaman mengenai teleskop, para guru akan dimudahkan dalam menyiapkan siswanya menghadapi olimpiade astronomi. Demikianpun, sekolah akan dapat keuntungan karena memiliki guru yang terlatih.

Di sisi lain, dengan kemampuan yang dimiliki guru dalam melakukan praktikum, diharapkan dapat mendorong para guru untuk aktif meneliti. Hal ini akan berdampak positif kepada siswa karena guru akan selalu memberikan pengalamannya yang terbaik bagi para siswa. Guru akan terbiasa meneliti dan berdampak positif pada pembimbingan

Gambar

Tabel 1. Rubrik Penialaian Kualitas Laporan Penelitian
Tabel 2. Hasil Penilaian Laporan Penelitian
Tabel 1. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan
Tabel 2. Alternatif Pemecahan Masalah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun pengertian pelatihan dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran bagi para tutor agar dapat melaksanakan tugasnya dalam memotivasi warga belajar Kejar Paket Bdalam

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, yakni signifikansi strategi Prediction Guide dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi PAI di

Salah satu yang bisa dilakukan adalah kegiatan workshop pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang bertajuk Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia untuk mengembangkan Sistem

Agar dapat mengelola pembelajaran yang efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa belajar dan meningkatkan keterampilan dasarnya. Dengan demikian, peneliti

Salah satu komponen yang sangat meentukan terhadap kualitas pendidikan tinggi agama Hindu adalah dimilikinya sumber daya manusia Hindu yang berkualitas yakni adanya tenaga dosen

Dari begitu banyak model pembelajaran inovatif, salah satu yang tepat untuk meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa adalah pembelajaran berbasis proyek ( project

Penelitian dengan menggunakan media pembelajaran yang inovatif, kreatif, efektif dapat menyenangkan siswa untuk meningkatkan hasil belajara. Kata kunci: hasil belajar, teks

Pemberdayaan sumber daya manusia adalah salah satu upaya yang di lakukan oleh organisasi untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, pemberdayaan merupakan