• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN STATUS IMUNISASI, PENYAKIT INFEKSI, ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA SALENRANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN STATUS IMUNISASI, PENYAKIT INFEKSI, ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA SALENRANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN STATUS IMUNISASI, PENYAKIT INFEKSI,

ASUPAN ZAT GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA

12 – 24 BULAN DI DESA SALENRANG

Vera Arlinda1, Sitti Sahariah Rowa2, Hendrayati2,Hj. Fatmawaty Suaib2

1

Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2

Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Nutritional problems are the direct cause of nutrient intake and infectious diseases. Nutrient intake is influenced by the availability of food and parenting family. Infection disease can be influenced by the full immunization for children before the age of 12 months.

Objective: This study aims to describe the status of immunization, infectious diseases, nutrient intake and nutritional status of children aged 12 -24 months Salenrang Village, District Bontoa, Maros.

Mhetods: This research is a descriptive study. Samples were children aged 12-24

months in the village Salenrang 30 people were selected using purposive sampling. Data status of immunization and infectious diseases obtained by interview using kuesuiner, the data obtained using the nutrient intake 2x24 hour recall consumption is then processed using a survey nutry. Nutritional status of the data obtained by anthropometry then processed using the WHO-Antro 2005. Entire research data is then processed using SPSS. The data presented in tables and narrative.

Result: The results showed that the immunization status of samples (56.7%) did not

complete. Samples which had suffered from infectious diseases during the last 3 months as many (56.7%). Well as energy intake sample (53.5%), intake ptotein well as many samples in general (80.0%). Nutritional status indicators by sample weight / age is generally well nourished (66.7%), according to indicators of body length / age at large sample of normal nutritional status (73.4%) and by idikator body weight / body length samples of nutritional status normal (53.5%).

Sugesstion: Increased knowledge of mothers about the importance of immunization for

children by local health authorities. Mothers are expected to always bring the child to the health posts and memeperhatikan food intake and eating patterns of children and implement a clean and healthy practices in daily life.

Keywords: Immunization status, infectious diseases, nutrient intake, nutritional status

PENDAHULUAN

Masalah gizi yang di hadapi Indonesia saat ini yaitu masalah gizi ganda, diantaranya masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan kurangnya ketersediaan pangan, kurangnya kualitas lingkungan hidup dan kurangnya pengetahuan tentang gizi. Masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan. Hal tersebut merupakan tantangan utama dalam

pembangunan suatu bangsa untuk pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas sehat, cerdas dan produktif (Aritonang, 2010).

Secara nasional, persentase status gizi balita di Indonesia adalah gizi buruk 4,9%, gizi kurang 13,0%, gizi baik 76,2% dan gizi lebih 5,8%. Untuk persentase status gizi provinsi Sulawesi Selatan yaitu gizi buruk 6,4%, gizi kurang 7,8%, gizi baik 72,2% dan gizi lebih 18,6% (Balitbangkes, 2010).

Secara regional atau secara khusus, persentase status gizi balita di Kabupaten Maros menurut indeks BB/U adalah gizi buruk

(2)

3,9%, gizi kurang 12,9%, gizi baik 72,3% dan gizi lebih 10,9%. Menurut TB/U status gizi sangat pendek 12,6%, status gizi pendek 15,7% dan status gizi normal 72,1%. Sedangkan menurut indkes BB/TB status gizi sangat kurus 11,4%, status gizi kurus 10,3%, status gizi normal 61,9% dan status gizi gemuk 16,5% (Balitbangkes, 2008).

Menurut UNICEF tahun 1990, penyebab langsung masalah gizi adalah asupan makanan dan penyakit infeksi. Selain penyebab langsung terdapat penyebab tidak langsung yang juga mempengaruhi, yaitu ketersediaan pangan dan pola konsumsi rumah tangga, pola asuh dan pelayanan kesehatan.

Imunisasi adalah tindakan untuk memberikan perlindungan, proteksi, antibody, kekebalan, resistensi dari serangan penyakit ke dalam tubuh manusia. Imunisasi sangat penting bagi perlindungan bayi dan balita dari berbagai virus yang merusak fisik (Syarifuddin, 2009).

Imunisasi yang wajib diperoleh adalah imunisasi dasar yang harus dilengkapi sebelum usia 12 bulan. Jenis dan frekuensi pemberian imunisasi tersebut adalah imunisasi BCG 1 kali, imunisasi DPT 3 kali, imunisasi polio 4 kali, imunisasi hepatitis B 3 kali dan imunisasi campak 1 kali (Wijono, 2008). Secara umum, persentase imunisasi balita usia 12-59 bulan di Provinsi Sulawesi Selatan yaitu imunisasi BCG 86,4%, imunisasi DPT 3 38,3%, imunisasi polio 61,1% dan imunisasi campak 72,1% (Balitbangkes, 2008). Untuk persentase imunisasi balita di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros adalah imunisasi BCG 62,1% , imunisasi DPT 3 54,4% , imunisasi polio 48,1%, imunisasi campak 46,0% dan imunisasi hepatitis B 48,1%. Sedangkan persentase imunisasi balita di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros juga tidak jauh berbeda dari Kecamatan Bontoa, yaitu imunisasi BCG 49,4%, imunisasi DPT 3 38,4%, imunisasi polio 37,2%, imunisasi campak 54,7% dan imunisasi hepatitis B 38,4% (Puskesmas Bonto Marannu, 2013).

Menurut data Puskesmas Bonto Marannu bulan Oktober tahun 2013, persentase penyakit infeksi anak usia 0-24 bulan untuk Kecamatan Bontoa adalah sebesar 18,04%, sedangkan persentase penyakit infeksi anak usia 0-24 bulan untuk Desa Salenrang adalah sebesar 25% (Puskesmas Bonto Marannu, 2013).

Berdasarkan hasil uraian masalah di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Gambaran Status Imunisasi, Penyakit Infeksi, Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk melihat gambaran status imunisasi, penyakit infeksi, asupan zat gizi dan status gizi anak usia 12 – 24 bulan di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros. Waktu penelitian pada bulan November 2013 sampai Mei 2014.

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 12 – 24 bulan di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 30 orang, sedangkan responden adalah ibu anak usia 12- 24 bulan. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah penduduk tetap diwilayah penelitian, anak dan ibu dalam kondisi sehat, pernah ke Posyandu atau pelayanan kesehatan lainnya, memiliki KMS (Kartu Menuju Sehat).

Teknik yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah Purpossive Sampling

yaitu salah satu teknik pengumpulan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan oleh peneliti.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah menggunakan lembar kuesioner, formulir recall dan alat ukur tinggi badan dan berat badan. Data mengenai status imunisasi dan penyakit infeksi dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara terhadap responden dengan instrumen kuesioner, sedangkan data asupan zat gizi dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara terhadap responden dengan instrumen formulir recall. Penilaian status gizi dilakukan dengan antropometri yaitu melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan dan menentukan umur. Data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data antara lain editing, coding, tabulasi dan narasi

(3)

HASIL PENENLITIAN Karakteristik Sampel

Tabel 02

Distribusi Katakteristik Sampel di Desa Salenrang Variabel (n=30) n % Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan 17 13 56,7 43,3 Umur (Bulan) 12 – 18 19 – 24 19 11 63,3 36,7 Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak sampel yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 17 orang (56,7%) dan sebanyak 13 orang (42,3%) sampel yang berjenis kelamin perempuan. Umur sampel pada umumnya berkisar antara 12 – 18 bulan sebanyak 19 orang (63,3%) dan sebanyak 11 orang (36,7%) sampel yang memiliki umur 19– 24 bulan.

Status Imunisasi

Tabel 03

Distribusi Status Imunisasi Sampel di Desa Salenrang Status Imunisasi n % Lengkap Tidak Lengkap 13 17 43,3 56,7 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 17 orang (56,7%) sampel yang tidak mendapat imunisasi lengkap dan 13 orang (43,3%) sampel yang mendapat imunisasi lengkap.

Penyakit Infeksi

Tabel 04

Distribusi Penyakit Infeksi Sampel di Desa Salenrang Status Penyakit n % Infeksi Tidak infeksi 17 13 56,7 43,3 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 17 orang (56,7%) sampel yang pernah terkena penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir dan 13 orang (43,3%) sampel tidak terkena penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir.

Asupan Zat Gizi (Energi)

Tabel 05

Distribusi Asupan Energi Sampel di Desa Salenrang Asupan Energi n % Baik Kurang 16 14 53,5 46,5 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 16 orang (53,5%) sampel yang asupan energinya baik dan 14 orang (46,5%) sampel yang asupan energinya kurang.

Asupan Zat Gizi (Protein)

Tabel 06

Distribusi Asupan Protein Sampel di Desa Salenrang Asupan Protein n % Baik Kurang 24 6 80,0 20,0 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 24 orang (80,0%) sampel yang asupan proteinnya baik dan 6 orang (20,0%) sampel yang asupan proteinnya kurang.

Status Gizi

Tabel 07

Distribusi Status Gizi Menurut Indikator BB/U Sampel di Desa Salenrang

Indikator BB/U n % Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk 20 8 2 66,7 26,7 6,6 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 20 orang (66,7%) sampel yang berstatus gizi baik menurut indikator BB/U dan paling sedikit 2 orang (6,6%) sampel yang berstatus gizi buruk.

(4)

Tabel 08

Distribusi Status Gizi Menurut Indikator PB/U Sampel di Desa Salenrang

Indikator PB/U n % Normal Pendek Sangat Pendek 22 4 4 73,4 13,3 13,3 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 22 orang (73,4%) sampel yang berstatus gizi normal menurut indikator PB/U dan 4 orang (13,3%) sampel yang berstatus gizi pendek serta 4 orang (13,3%) sampel yang berstatus gizi sangat pendek.

Tabel 09

Distribusi Status Gizi Menurut Indikator BB/PB Sampel di Desa Salenrang

Indikator BB/PB n % Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus 3 16 7 4 9,9 53,5 23,3 13,3 Jumlah 30 100,0

Berdasarkan tabel di atas, maka diperoleh paling banyak 16 orang (53,5%) sampel yang berstatus gizi normal menurut indikator BB/PB dan paling sedikit 3 orang (9,9%) sampel yang berstatus gizi gemuk.

PEMBAHASAN Status Imunisasi

Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui status imunisasi anak usia 12-24 bulan di Desa Selenrang adalah tidak lengkap yaitu sebanyak 17 orang (56,7%) dan lengkap sebanyak 13 orang (43,3%). Hasil tersebut belum mencapai standar UCI (Universal Children Imunnitation) yaitu sebesar 90%. Hal ini sejalan dengan data Puskesmas Bontomarannu, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros yaitu Desa Salenrang bukan termasuk Desa UCI.

Status imunisasi adalah kelengkapan imunisasi yang diperoleh bayi dan balita, antara lain imunisasi BCG, imunisasi DPT, imunisasi Campak, imunisasi Polio dan imunisasi Hepatitis B. Imunisasi sangat penting diberikan kepada anak untuk dapat memberikan perlindungan, antibody, kekebalan dari berbagai virus yang dapat merusak fisik (Syarifuddin, 2009).

Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya status imunisasi anak di Desa Salenrang adalah rendahnya pengetahuan Ibu yang ditandai dengan tingkat pendidikan ibu yang pada umumnya adalah tamat SD. Pengetahuan atau pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan diantaranya adalah tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2007).

Berbeda dengan penelitian Winda, 2012, tentang gambaran status imunisasi, asupan zat gizi dan status gizi anak baduta di Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar cakupan status imunisasi sampel adalah 100%. Hal ini terjadi karena tingkat pendidikan Ibu yang pada umumnya adalah tamat SMA dan karekteristik lingkungan yang lebih maju dan modern. .

Secara tidak langsung ada hubungan antara status imunisasi dengan status gizi anak. Dengan imunisasi, anak tidak mudah terserang penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat, asupan makanan bisa masuk dan zat gizi terserap dengan baik. Zat gizi yang terserap oleh tubuh anak dimanfaatkan untuk pertumbuhan, yang salah satunya ditunjukkan dengan berat badan naik dan status gizi baik atau normal (IDAI, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang imunisasinya tidak lengkap sebanyak 17 (56,7%) orang dan sampel yang pernah menderita penyakit infeksi selama 6 bulan terakhir sebanyak 17 (56,7%) orang juga. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap dapat mudah terserang penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh anak yang rendah. Selain faktor imunisasi, penyebab lain anak mudah terkena penyakit infeksi adalah lingkungan hidup, pola makan dan pola asuh anak sehari-hari.

Penyakit Infeksi

Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui sampel yang pernah terkena penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir sebanyak 17 orang (56,7%) dan tidak terkena penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir sebanyak 13 orang (43,3%).

Penyakit infeksi adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh agen biologi seperti virus, bacteria atau parasit yang menyerang tubuh. Campak dan diare

(5)

merupakan jenis penyakit infeksi yang sering menyerang anak balita..

Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terutama anak terkena penyakit infeksi adalah lingkungan, agen penyebab penyakit, dan pejamu Bila agen penyebab penyakit dengan pejamu berada dalam keadaan seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat. Perubahan keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit. Penurunan daya tahan tubuh akan menyebabkan agen penyebab penyakit lebih mudah menyerang daya tahan tubuh seseorang sehingga seseorang menjadi sakit. Oleh karena itu penting menjaga daya tahan tubuh dengan menerapkan gaya hidup sehat sehingga ketiga faktor penyebab penyakit tersebut seimbang sehingga tidak mudah terserang penyakit (Widoyono, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang imunisasinya tidak lengkap sebanyak 17 (56,7%) orang dan sampel yang pernah menderita penyakit infeksi selama 6 bulan terakhir sebanyak 17 (56,7%) orang juga. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap dapat mudah terserang penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh anak yang rendah. Selain faktor imunisasi, penyebab lain anak mudah terkena penyakit infeksi adalah lingkungan hidup, pola makan dan pola asuh anak sehari-hari.

Asupan Zat Gizi (Energi dan Protein)

Berdasarkan hasil pengumpulan data menggunakan metode food recall 2x24 jam diketahui pada umumnya asupan energy sampel baik yaitu sebanyak 16 orang (53,5%) dan kurang yaitu sebanyak 14 orang (46,5%). Untuk asupan protein sampel diketahui pada umumnya asupan protein sampel baik yaitu sebanyak 24 orang (80,0%) dan asupan protein kurang yaitu sebanyak 6 orang (20,0%).

Asupan zat gizi adalah kemampuan untuk mengkonsumsi hidangan yang terbagi-bagi dalam komponen zat gizi. Energi dan protein adalah zat gizi yang paling penting untuk dipenuhi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh baik untuk proses metabolism dan sebagainya (Almatsier, 2003).

Anak balita merupakan kelompok rentan penyakit, sehingga anak balita memerlukan asupan gizi yang cukup untuk tumbuh kembangnya karena berdampak langsung terhadap status gizinya. Orang tua mempunyai peran penting dalam memeilih

jenis makanan yang bergizi dan seimbang bagi balitanya (Zulfikar, 2007).

Tingkat konsumsi asupan zat gizi dipengaruhi oleh banyak hal seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, daya beli, ketersediaan serta kesukaan dan selera keluarga. Selain faktor tersebut, perhatian orang tua dalam mengasuh anak sehari-hari juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi asupan zat gizi anak (Almatsier, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa asupan energy dan protein sampel pada umumnya baik. Hal ini dikarenakan mayoritas responden (ibu) tidak bekerja atau Ibu Rumah Tangga, sehingga pola asuh yang diterapkan ibu kepada anak lebih baik dan ibu lebih bisa mengontrol asupan makanan anak sehari-hari.

Status Gizi

Berdasarkan hasil pengumpulan data diketahui status gizi menurut indeks BB/U adalah pada umumnya sampel berstatus gizi baik sebanyak 20 orang (66,7%), menurut indeks PB/U diketahui pada umumnya sampel berstatus gizi normal sebanyak 22 orang (73,7%), sedangkan menurut indeks BB/PB diketahui pada umumnya sampel berstatus gizi normal sebanyak 16 orang (53,3%).

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang dan lebih (Almatsier, 2003).

Penilian status gizi digolongkan atas dua, yaitu penilaian status gizi secara langsung (antropometri, biokimia, klinis dan biofisik) dan penilaian status gizi secara tidak langsung (survey konsumsi, statistic vital dan faktor ekologi). Penilaian status gizi yang paling banyak digunakan adalah penilaian status gizi secara langsung menggunakan metode antropometri. Pemilihan metode antropometri karena metode ini lebih akurat dan mudah dilakukan (Supariasa, 2012).

Anak yang berstatus gizi baik menunjukkan bahwa tubuh mereka telah memperoleh cukup zat-zat gizi yang efisien sehingga memiliki kondisi kesehatan yang optimal, sebaliknya bila mengalami gizi kurang akan berdampak negative yaitu dapat menyebabkan gangguan proses pertumbuhan badan/tubuh serta berdampak negative terhadap pertumbuhan struktur dan fungsi otak serta perilaku seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian, status gizi sampel menurut 3 indikator yaitu BB/U,

(6)

PB/U dan BB/PB pada umumnya adalah status gizi baik dan normal. Hal ini dapat di akibatkan karena pola asuh ibu yang baik ditandai dengan mayoritas ibu tidak bekerja, sehingga ibu dapat terus mengawasi anak setiap saat. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian asupan energy dan protein sampel juga pada umumnya baik, hal ini dapat disebabkan karena pola asuh ibu yang baik dan daerah penelitian merupakan daerah perikanan sehingga akses memperoleh bahan makanan lebih mudah. Asupan energy protein yang baik inii merupakan salah satu faktor penyebab status gizi anak baik. Namun, berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya status imunisasi anak tidak lengkap dan anak pernah terkena penyakit infeksi 6 bulan terakhir. Hal ini dapat disebabkan karena pengetahuan ibu yang kurang tentang kesehatan, yang ditandai mayoritas pendidikan ibu adalah tamat SD. Karena pengetahuan ibu kurang, sehingga anak tidak di bawa ke Posyandu untuk mendapatkan imunisasi lengkap. Selain itu juga faktor ekonomi keluarga yang menyebabkan akses untuk datang ke Posyandu atau tempat pelayanan kesehatan lainnnya tidak dapat dilakukan. Selain faktor pengetahuan dan ekonomi, diketahui bahwa salah satu penyebab anak mudah terserang penyakit infeksi adalah lingkungan yang kurang sehat dan bersih serta sumber air bersih yang sulit di peroleh dilingkungan tersebut.

KESIMPULAN

1. Status imunisasi anak usia 12-24 bulan di Desa Salenrang pada umumnya tidak lengkap yaitu sebanyak 56,7% dan masih di bawah standar Universal Children Immunisation (UCI) yaitu 90%.

2. Anak usia 12-24 bulan di Desa Salenrang yang pernah menderita penyakit infeksi selama 3 bulan terakhir yaitu sebanyak 56,7%.

3. Asupan energy anak usia 12-24 bulan di Desa Salenrang pada umumnya baik yaitu sebanyak 53,5%

4. Asupan protein anak usia 12-24 bulan di Desa Salenrang pada umumnya baik yaitu sebanyak 80,0%.

5. Status gizi anak usia 12-24 bulan di Desa Salenrang menurut indikator BB/U pada umumnya gizi baik yaitu sebanyak 66,7%, sedangkan status gizi menurut indikator PB/U pada umumnya normal yaitu sebanyak 73,4% dan status gizi menurut indikator PB/BB pada umumnya normal yaitu sebanyak 53,5%

SARAN

1. Petugas kesehatan, kader Posyandu agar lebih giat melakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya Ibu tentang pentingnya membawa anak ke Posyandu untuk memantau tumbuh kembang anak 2. Petugas kesehatan, kader Posyandu

sebaiknya membantu memberi pemahaman kepada Ibu tentang pentingnya pemberian Imunisasi lengkap kepada anak mereka sebelum usia 12 bulan.

3. Ibu-Ibu yang memiliki anak balita diharapkan untuk selalu membawa anak ke Posyandu untuk mengetahui tumbuh kembang anak serta memperhatikan asupan makanan dan kesehatan anak agar anak tumbuh dengan sehat dan cerdas.

4. Menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat dalam kehidupan sehari-hari agar keluarga terutama anak tidak mudah terserang penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta; Gramedia PustakaUtama.

Aritonang, Irianto. (2010). Menilai Status Gizi

Untuk Mencapai Sehat Optimal.

Jakarta ; Grafina Media Cipta CV. Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2008). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2010). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta.

Beck, Mary E. (2011). Ilmu Gizi dan Diet.

Yogyakarta; CV Andi Offset.

Gibson, Rosalind S. (2010). Nutrirional Assement. USA; Oxford University.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2008).

Memeriksa Status Imunisasi.

http://www.Ichrc.org/126-memeriksa-status-imunisasi. (diakses, 21 November 2013).

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2009).

Jadwal Imunisasi.

http://id.wikipedia.org/jadwal-imunisasi. (diakses, 21 November

2013).

Mustamin. (2010). Table Reference WHO ANTRO 2007. Makassar; Politeknik Kesehatan Makassar Jurusan Gizi Prodi D-III.

(7)

Notoadmodjo, Soekidjo. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta; Rineka Cipta.

Puskesmas Bonto Marannu, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Tahun 2013.

Siradjuddin, Mustamin, Nadimin, dkk.(2012).

Survey Konsumsi Makanan.

Makassar; Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Gizi. Sulistyoningsih, Haryani. (2011). Gizi untuk

Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta; Graha Ilmu.

Supariasa, IDM, Bakri B, Fajar I. (2012).

Penilaian Status Gizi. Jakarta; EGC. Syarifuddin, Ahmad. (2009). Imunisasi Anak

Secara Islam. Sukoharjo; Tiga Satu Tiga.

Widoyono. (2011). Penyakit Tropis. Jakarta; Erlangga.

Wijono, Djoko. (2008). Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak. Surabaya; Duta Prima Airlangga.

Winda. (2012). Gambaran Status Imunisasi dan Asupan Zat Gizi dengan Status

Gizi Anak Baduta di Kelurahan

Sudiang Raya, Kecamatan

Biringkanaya, Kota Makassar.

Makassar; Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Jurusan Gizi. Zulfikar. (2007). Gambaran Asupan Zat Gizi

dan Status Gizi Anak Balita Pada Keluarga Petani di Desa Sappa,

Kecamaatan Belawa, Kabupaten

Wajo. Makassar; Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081, Fax. Tri

Distributor Alat Penetas Telor Ayam Untuk Pemesanan Silakan SMS : 081 945

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Rempah dan

Pada penelitian kualitatif analisis data yang telah diperoleh akan diproses untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan atas permasalahan yang muncul,sehigga data

Laki-laki bukan hanya mantan suami saja Tidak mendapat dukungan dari teman yang sama memiliki status janda Dulu memiliki teman yang terdekat Kehilangan kontak teman terdekat

Hasil uji deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan ekstrak jahe merah terhadap bubuk instan akar alang- alang maka

Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas seorang ketua, beberapa orang wakil ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil sekretaris, seorang

Contoh: Jika pewaris meninggalkan satu orang istri dan 2 orang anak, maka masing2 ahli waris tersebut akan mendapat harta waris yang dibagi rata, yaitu