• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN AWARENESS TRAINING DAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MORAL ACTION SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 MANGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR PADA MATA PELAJARAN FISIKA - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN AWARENESS TRAINING DAN MODEL PEMBELAJARAN SINEKTIK DALAM MENINGKATKAN KARAKTER MORAL ACTION SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 MANGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR PADA MATA PELAJARAN FISIKA - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

Loading

Gambar

Tabel 4.13 : Nilai karakter moral action siswa pada mata pelajaran
Gambar 2.1: Komponen Pendidikan Karakter yang Baik (sumber:
Tabel 3.1: Jumlah populasi penelitian
Tabel 3.2: Jumlah sampel penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Between the internal auditors and the audit committee must be established appropriate communication processes are well stated by Cohen, et.al (2007) the process

Kemenyan toba merupakan jenis yang paling banyak dibudidayakan di daerah Tapanuli dan Dairi.Jenis ini tumbuh dan menyebar pada ketinggian >600 mdpl di sentra produksi kemenyan

kandungan minyak bumi di sumur sumber keluarnya lumpur panas yang merupakan areal eksploitasi gas.. PT Lapindo

Dalam penelitian ini dilakukan proses remediasi minyak bumi dengan pasokan nutrisi campuran N dan P yang akan mempercepat proses biodegradasi hidrokarbon minyak bumi dan

Gambar proses penggergajian dan pemesinan kayu kemenyan bulu ( Styrax benzoine Var Hiliferum), toba( Styrax Paralleloneurum. PERK) dan durame ( Styrax benzoine

Dari data yang diperoleh mengenai gambaran variabel bebas, bahwa kegiatan koordinasi yang efektif dilakukan sebesar 72,35% artinya kepala perpustakaan cukup

Selama ini, perusahaan hanya melakukan inspeksi dengan cara memisahkan antara produk cacat dan tidak cacat, Perusahaan belum mencari akar penyebab terjadinya cacat tersebut,

Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang kurang setuju siswa-siswi yang bisa membaca pasti mampu menulis karya sastra. Pada pernyataan nomor sepuluh terlihat bahwa